Anda di halaman 1dari 26

TANGGAPAN

BAB III

DAN SARAN

III.1. Tanggapan dan Saran Terhadap Latar Belakang


Undang-undang Nomor 37 tahun 2000 menetapkan Kawasan Sabang sebagai
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB). Hal ini diperkuat
dengan Undang-undang Pemerintah Aceh (UUPA) Nomor 11 tahun 2006 tentang
Pemerintahan Aceh, KPBPB menjadi kawasan yang terpisah dari daerah pabean
sehingga bebas dari tata niaga pengenaan bea masuk, pajak pertambahan nilai, dan
pajak penjualan atas barang mewah.
Melalui Badan Pengusahaan Kawasan Sabang (BPKS), Kawasan
Perdagangan Sabang diharapkan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi wilayah
melalui berbagai kegiatan di bidang perdagangan dan jasa, kepelabuhanan, kelautan
dan perikanan, serta kepariwisataan. Dalam struktur tata ruang nasional, Kawasan
Sabang ditetapkan sebagai Pusat Kawasan Strategis Nasional (PKSN) yang
memperkuat potensi terselenggaranya penyediaan infrastruktur berskala
internasional di wilayah ini.
Keberadaan BPKS di Sabang selama hampir delapan belas tahun dan
ditetapkannya Kota Sabang sebagai PKSN, ternyata belum optimal meningkatkan
perekonomian Kota Sabang. Kegiatan kepelabuhanan seperti jumlah kedatangan
kapal, pertumbuhan ekspor-impor, bongkar muat barang, dan jumlah penumpang,
masih sangat minim (Marsoyo dan Sugiana (2015). Selain itu, sektor industri di
Kota Sabang masih berskala industri rumahan, yang berpengaruh pada kondisi
investasi dan perkembangan sektor riil (Mandasari dkk, 2017).
Selain itu, potensi muatan di Pelabuhan Sabang, baik dari wilayah basis dan wilayah
penyangga, secara umum berasal dari sektor primer dan jumlahnya masih lebih kecil

III - 1
dibanding dengan kapasitas pelabuhan dan kapasitas kapal pengangkut (Mandasari, dkk,
2017).
Pelabuhan Sabang belum terintegrasi dengan jaringan logistik global yang ada. Hal
ini terlihat dari jumlah kunjungan kapal luar negeri ke pelabuhan Sabang yang hanya
sebanyak empat puluh delapan kunjungan (Dishubkomintel, 2010–2015). Pelabuhan Kota
Sabang bahkan belum dapat bersaing dengan Pelabuhan Malahayati, Krueng Geukuh, dan
Meulaboh. Indeks konektivititas pelayaran linier peti kemas domestik Provinsi Aceh masih
sangat rendah yaitu sebesar 0,09 (Kemenhub, 2014). Perlu strategi pengembangan dan
kebijakan yang terintegrasi dengan sektor lainnya dan wilayah disekitarnya untuk
meningkatkan aktivitas ekonomi berbasis pelabuhan laut di Kota Sabang.
Pada tahun 2003, upaya perencanaan keruangan untuk Kawasan Sabang telah
disusun dalam bentuk Preliminary Master Plan atau Rencana Induk Pendahuluan.
Selanjutnya disusun pula Master Plan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
Sabang 2007- 2021 yang menjadi pedoman utama bagi para pemangku kepentingan
Kawasan Sabang.
Master Plan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang 2007-2021
ini diharapkan dapat menjaring seluruh permasalahan dan mampu menampung seluruh
aspirasi serta keinginan para pemangku kepentingan, sesuai dengan kemampuan dan daya
dukung lahan, serta diharapkan dapat lebih operasional, sehingga dapat tersusun langkah-
langkah strategis yang harus dilakukan terutama oleh BPKS selaku pengembang dan
pengelola Kawasan Sabang, dalam rangka upaya percepatan pembangunan Kawasan
Sabang.
Untuk mencapai visi yang telah ditetapkan dalam Renstra BPKS 2020-2024, yaitu
“Mewujudkan Kawasan Sabang sebagai Tujuan Investasi Terkemuka di Dunia”.
Master Plan dan Bisnis Plan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang
2007- 2021 yang akan berakhir, mewujudkan 3 misi utama BPKS, perkembangan terkini,
issu-issu strategis maka diperlukan Master Plan Dan Business Plan Kawasan Sabang yang
baru. Master plan ini akan menjadi pedoman Pengembangan Kawasan Sabang berikutnya,
dengan me-review program-program unggulan dalam master plan 2007-2021, serta
dinamika pembangunan di masa mendatang, sehingga pembangunan untuk mencapai
peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat berlangsung secara adil dan
berkesinambungan.

III - 2
Tanggapan dan Saran :
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang yang selanjutnya disebut
Kawasan Sabang adalah Kawasan yang meliputi Kota Sabang (Pulau Weh, Pulau Klah,
Pulau Rubiah, Pulau Seulako, dan Pulau Rondo), dan sebagian Kabupaten Aceh Besar
(Pulau Breuh, Pulau Nasi, dan Pulau Teunom) serta pulau-pulau kecil di sekitarnya yang
terletak dalam batas-batas koordinat sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang Nomor
37 Tahun 2000 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang
Menjadi Undang-Undang mempunyai posisi dan lokasi yang sangat strategis baik pada
tingkat lokal, nasional maupun internasional. Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan
Bebas (KPBPB) Sabang pun menjadi Kawasan Strategis Nasional (PKSN) dalam
Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
(saat ini PP No. 13 Tahun 2017 tentang Perubahan atas PP No. 26 Tahun 2008 tentang
RTRWN). Selain itu Kota Sabang sebagai Kawasan pusat perdagangan dan distribusi Aceh
atau ATDC (Aceh Trade and Distribution Center) dalam Qonun Aceh No. 19 Tahun 2013
tentang RTRW Aceh Tahun 2013-2033.
Berdasarkan posisi dan fungsinya yang sangat strategis didukung dengan kebijakan
dan regulasi yang menguatkannya tentunya Kawasan Sabang dipacu perkembangannya
untuk menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baik lokal, nasional maupun internasional
(global). Sebagai upaya pengembangan Kawasan Sabang maka telah disusun Master Plan
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang 2007- 2021 yang menjadi
pedoman utama bagi para pemangku kepentingan Kawasan Sabang sesuai dengan arahan
keruangan yang telah ditetapkan. Seiring dengan perkembangan kondisi lokal, nasional
maupuan global didapati masih terhambatnya perkembangan dan kemajuan pembangunan
Kawasan Sabang karena beberapa faktor eksternal maupun internal yang
mempengaruhinya diantaranya adalah daya dukung kawasan dan hinterlandnya, sumber
daya manusia, infrastruktur, skala/kapasitas industri, pendanaan, iklim investasi, politik,
teknologi, kerjasama dan komunikasi antar pemangku kepentingan serta pelimpahan
wewenang pengelolaan, khususnya jasa kepelabuhan, sektor industri dan perdagangan,
sektor pariwisata, dan sektor perikanan.
Berdasarkan permasalahan yang melatarbelakangi kegiatan ini maka untuk memacu
kembali geliat perkembangan Kawasan Sabang diperlukannya Masterplan dan Business
Plan BPKS 2020-2041 yang akan memberikan acuan dan panduan pembangunan dan atau

III - 3
pengembangan serta rencana pentahapan pelaksanaannya yang dilihat dari semua aspek
secara komprehensif dan berkesinambungan serta utuh sebagai satu kesatuan percepatan
pengembangan Kawasan Sabang disertai bisnis plan pengelolaan Kawasan Sabang lengkap
dengan indikasi bentuk dan tahapan investasi, organisasi pengelola kawasan serta recana
pengembangan bisnis di Kawasan Sabang. Perencanaan serta program tersebut tentunya
tidak terlepas dari hasil evaluasi/review program pembangunan dalam Master Plan
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang 2007- 2021, evaluasi
kelembagaan pengelola Kawasan Sabang, trend perkembangan kawasan berbagai sektor
dimasa lalu maupun masa depan serta memperhatikan penangana terhadap faktor-faktor
penghambat dalam kemajuan perkembangan Kawasan Sabang.

III.2. Tanggapan dan Saran Terhadap Maksud dan Tujuan


Masterplan Plan dan Bisnis Plan BPKS 2020-2041 merupakan bagian yang sangat
penting dalam mendukung pengembangan Kawasan Sabang khususnya bagi BPKS dalam
mengelola, mengembangkan dan meningkatkan pembangunan di Kawasan Sabang,
pengembangan kerjasama yang berorientasi peningkatan pendapatan BPKS dan
peningkatan perekonomian masyarakat serta peningkatan kelembagaan yang transparan
akuntabel dan bertanggung jawab, sehubungan dengan visi BPKS untuk mewujudkan
Kawasan Sabang sebagai Tujuan Investasi Terkemuka Di Dunia.
Maksud penyusunan Master Plan dan Bisnis Plan Kawasan Sabang ini adalah untuk
mendapatkan suatu dokumen Rencana Induk pengembangan Kawasan Sabang, agar
pembangunan, pengelolaan dan pengembangan Kawasan Sabang dapat berjalan secara
efektif, efisien, dan terorganisasi, sesuai dengan visi dan misi BPKS.
Tujuan penyusunan Master plan dan Bisnis Plan adalah, mewujudkan keterpaduan
pembangunan yang berkelanjutan dan iklim berinvestasi dan kerjasama yang tepat aman
dan nyaman serta terwujudnya kelembagaan yang transparan dan bertanggung jawab.

Tanggapan dan Saran :


Pihak penyedia jasa memahami sepenuhnya terhadap maksud dan tujuan kegiatan.
Kegiatan Master Plan dan Bisnis Plan Kawasan Sabang secara garis besar dimaksudkan
untuk memperoleh panduan dalam pembangunan, pengelolaan dan pengembangan
Kawasan Sabang. Sedangkan tujuannya adalah agar perkembangan Kawasan Sabang dapat

III - 4
terwujud secara terpadu dan berkelanjutan selaras dengan iklim investasi dan kerjasama
serta kelembagaan yang transparan dan bertanggung jawab.

III.3. Tanggapan dan Saran Terhadap Manfaat


Manfaatnya adalah untuk dapat mempercepat realisasi perluasan pembangunan
ekonomi dan pemerataan kemakmuran agar dapat dinikmati secara merata di kalangan
masyarakat, percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi ini akan didukung dengan
data Masterplan dan Business Plan BPKS untuk tahun anggaran 2020-2041.

Tanggapan dan Saran :


Manfaat kegiatan yang tertuang dalam KAK sudah cukup mewakili keluaran yang
akan dicapai dalam kegiatan ini yaitu mendorong realisasi perkembangan Kawasan Sabang
agar segera dapat dirasakan oleh semua kalangan masyarakat ditingkat lokal, nasional
maupun internasional (global).
III.4. Tanggapan dan Saran Terhadap Sasaran
Sasaran kegiatan ini adalah tersusunnya Masterplan dan Business Plan BPKS yang
sekurang-kurangnya memuat:
a. Tujuan, kebijakan, dan strategi pengembangan Kawasan Sabang;
b. Rencana pengembangan infrastruktur wilayah;
c. Rencana pengembangan ekonomi wilayah;
d. Rencana pengembangan sumber daya perikanan;
e. Rencana pengembangan investasi;
f. Rencana pengembangan kelembagaan;
g. Rencana pengembangan kewisataan dan ekonomi lokal;
h. Arahan indikasi program utama;
i. Skenario pembiayaan, investasi, dan promosi untuk penyiapan sarana prasarana,
infrastruktur dasar dan pengembangan ekonomi lokal;
j. Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) dari dokumen rencana induk yang akan
disusun; dan
k. Kajian-kajian bisnis dari proyek strategis yang ada di Kawasan Sabang.

Tanggapan dan Saran :

III - 5
Sasaran kegiatan yang tertuang dalam KAK sudah cukup mewakili substansi
Masterplan dan Business Plan yang harus dilakukan dalam mencapai maksud dan tujuan
kegiatan percepatan perkembangan Kawasan Sabang.

III.5. Tanggapan dan Saran Terhadap Referensi Hukum


Referensi hukum yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan ini antaralain adalah
sebagai berikut:
1. Undang-undang RI No. 25 Tahun 2004, tentang Sistim Rencana Pembangunan
Nasional;
2. Undang-undang RI No. 17 Tahun 2003, tentang Keuangan Negara;
3. Undang-undang RI No. 1 Tahun 2004, tentang Perbendaharaan Negara;
4. Undang-undang RI No. 39 Tahun 2008, tentang Kementerian Negara;
5. Peraturan Presiden No. 2 Tahun 2015 tentang RPJM Tahun 2015-2019;
6. Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2004, tentang Rencana Kerja Pemerintah;
7. Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2006, tentang Tata Cara Pengendalian dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan;
8. Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 2006, tentang Tatacara Penyusunan Rencana
Pembangunan Nasional;
9. Peraturan Menteri Keuangan No. 78/PMK.02/2019, tentang Standar Biaya Masukan
TA 2020;
10. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
No. 38 Tahun 2011, tentang Status Kelembagaan Badan Pengusahaan Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang (Bab I Status, Kedudukan, Tugas
dan Wewenang, Pasal 3 (1);
11. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2010, tentang Pelimpahan Kewenangan
Pemerintah kepada Dewan Kawasan Sabang (Bab II Pelimpahan Kewenangan, Pasal 6
(1);
12. Undang-undang No 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;
13. Peraturan Pemerintah No 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhan;
14. Undang undang Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007, tentang Penataan Ruang;
15. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 26 Tahun 2008, tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional;

III - 6
16. Peraturan Pemerintah No.10 Tahun 2000, tentang Tingkat Ketelitian Penataan Ruang
Wilayah;
17. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia No. P.20/Menhut–11/2011, tentang
Pedoman Pemetaan Kawasan Hutan Tingkat Kabupaten/Kota;
18. Undang Undang No. 32 Tahun 2009, tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
19. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2012, tentang Jenis Kegiatan
Usaha Wajib Amdal;
20. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 86 Tahun 2002, Pedoman Pelaksanaan UKL
UPL;
21. Undang-undang RI No. 2 Tahun 2002, tentang Bangunan Gedung;
22. Undang-undang RI No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan;
23. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 45 Tahun 2007 tentang Pedoman
Persyaratan Teknis Bangunan Gedung;
24. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 29 Tahun 2006 tentang Pedoman
Persyaratan Teknis Bangunan Gedung;
25. Peraturan Menteri Perhubungan RI Nomor PM3 2013 tentang Kebijakan, Norma,
Standar dan Prosedur Pelaksanaaan Kewenangan Bidang Perhubungan Laut yang
dilimpahkan kepada Dewan Kawasan Sabang;
26. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-undang Bangunan Gedung;
27. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 06/Prt/M/2007 Tanggal 16 Maret 2007
tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan;
28. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Nasional;
29. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 92/PMK.05/2011 tentang Rencana Bisnis dan
Anggaran Serta Pelaksanaan Anggaran Badan Layanan Umum.

Tanggapan dan Saran :


Referensi hukum yang tertuang dalam KAK sudah cukup mewakili aturan sektor-
sektor yang akan dikembangkan serta tata cara pengelolaan dan kewenangan, serta
pembiayaan. Namun perlunya dicantumkan referensi kebijakan terkait dengan penetapan
KPBP Sabang, Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas

III - 7
Sabang (BPKS), kebijakan program pembangunan (RPJP dan RPJM) dan penataan ruang
tingkat regional (RTRW) Provinsi Aceh, Kota Sabang dan Kabupaten Aceh Besar serta
regulasi pengembangan pulau-pulau kecil. Selain itu tersusun berdasarkan hirarki peraturan
perundang undangan serta pengecekan terhadap peraturan perundang-undangan terkait
yang diberlakukan.

III - 8
III.6. Tanggapan dan Saran Terhadap Ruang Lingkup
Ruang lingkup wilayah perencanaan meliputi wilayah Kawasan Sabang yang
menjadi wilayah pengembangan sesuai RTRWN, RTRWP, dan RTRWK, adapun ruang
lingkup kegiatan secara garis besar sebagai berikut :
1. Melakukan studi literatur terhadap pengembangan wilayah dan identifikasi faktor-
faktor pendukung pengembangan Kawasan Sabang dengan memperhatikan kondisi
terakhir perkembangan Kawasan regional dan internasional;
2. Melakukan review identifikasi konsep dasar pengembangan Kawasan, penentuan
faktor-faktor kunci, dan indikator pengelolaan keterkaitan antar program,
permasalahan pengembangan Kawasan Sabang dalam 20 tahun kedepan dan
melalukan analisis untuk menyusun alternative dan skenario pembangunan Kawasan
Sabang Tahun 2020-2041;
3. Melakukan penelaahan terhadap data-informasi yang berkaitan dengan kondisi-kondisi
terakhir perkembangan Kawasan Sabang pada umumnya dan perkembangan hasil
pembangunan yang telah dicapai BPKS khususnya;
4. Inventarisasi dan mengumpulkan produk-produk rencana yang berkaitan dengan
pengembangan Kawasan Sabang yang telah dibuat BPKS, termasuk produk rencana
Kabupaten Aceh Besar dan Kota Sabang;
5. Pemanfaatan, pengelolaan dan fungsionalisasi aset-aset pembangunan yang telah
dimiliki BPKS secara optimal baik asset pembangunan/konstruksi yang telah
dibangun, aset tanah, dan lain-lain sehingga nantinya menjadi nilai komersil
(outcomes) bagi sumber dana pendapatan sendiri BPKS;
6. Persiapan proyeksi pertumbuhan dan skenario pembangunan.
Untuk detailisasi ruang lingkup kegiatan akan dibahas secara lebih terperinci pada
saat Rapat Pre Award Meeting bersama Manajemen BPKS dan pejabat terkait.

Tanggapan dan Saran :


Ruang lingkup kegiatan secara garis besar yang tertuang dalam KAK merupakan
bagian dari tahapan-tahapan kegiatan yang harus dilakukan dalam merumuskan rencana
induk kawasan dan rencana bisnis BPKS.
III.7. Tanggapan dan Saran Terhadap Metodologi Pelaksanaan
Metodologi penyusunan Masterplan dan Business Plan BPKS 2020-2041 mengikuti
metodologi normatif dan lingkup kegiatan tersebut diatas yang terbagi atas tahapan-

III - 9
tahapan kegiatan mulai dari kegiatan pengumpulan data informasi, identifikasi, analisis,
perumusan rencana dan program dan pelaporan hasil pekerjaan.
Masterplan yang akan disusun mencakup berbagai sektor pembangunan yang ada
dilingkungan internal dan eksternal Kawasan Sabang (Wilayah Aceh Besar dan Kota
Sabang), sehingga model analisis yang dipilih hendaknya dapat menggambarkan (analisis)
Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Tantangan yang dihadapi dalam pengembangan
Kawasan Sabang di lihat dari berbagai aspek perkembangan wilayah. Dalam setiap
tahapan, tim penyusun harus selalu melakukan koordinasi/konsultasi sehingga hasil
pekerjaan akan sesuai dengan sasaran yang diinginkan dan Batasan waktu yang tersedia.

Tanggapan dan Saran :


Metodologi pelaksanaan kegiatan secara garis besar yang tertuang dalam KAK sudah
cukup mewakili pendekatan terhadap tahapan-tahapan kegiatan yang harus dilakukan
dalam pelaksanaan pekerjaan yang akan didetailkan dalam bagian Pendekatan dan
Metodologi.

III.8. Tanggapan dan Saran Terhadap Keluaran


Keluaran yang akan di capai dari kegiatan ini adalah :
a) Dokumen Masterplan dan Business Plan BPKS 2020-2041 yang lengkap, jelas dan
detail terukur dan mudah diinterpretasikan dalam pelaksanaannya baik dari aspek
output maupun outcomes oleh para pelaksana kegiatan dan program BPKS;
b) Adanya penyusunan secara sistematis, teranalisis dan teruji secara studi literatur
terhadap dokumen Masterplan dan Business Plan pada aspek ekonomi global,
regional, nasional, lingkungan, struktur ruang, SDA, SDM, infrastruktur, organisasi
yang ber-impact pada indikasi program, pengembangan sektor andalan dan unggulan
serta pertumbuhan ekonomi, ekspor impor dan sosial kependudukan;
c) Surat legalitas dokumen Master Plan dan Bisnis Plan Kawasan Sabang 2020-2041.

Tanggapan dan Saran :


Keluaran yang tertuang dalam KAK dapat dicapai dengan menggunakan metodologi
pelaksanaan pekerjaan yang akan disampaikan pada bagian Pendekatan dan Metodologi.
Seluruh keluaran sesuai dengan maksud, tujuan serta manfaat yang hendak dicapai dalam
pelaksanaan kegiatan.

III - 10
III.9. Tanggapan dan Saran Terhadap Waktu Pelaksanaan
Jangka waktu pelaksanaan kegiatan ini sampai dengan selesai diperkirakan selama
210 (dua ratus sepuluh) hari kalender atau 7 (tujuh) bulan, dan masa proses pengadaan
barang/jasa dengan seleksi umum selama kurang lebih 2 (dua) bulan.

Tanggapan dan Saran :


Pihak Penyedia jasa memahami sepenuhnya bahwa pekerjaan ini dilaksanakan secara
keseluruhan selama 9 (sembilan) bulan kalender, dengan 2 (dua) bulan merupakan masa
proses lelang dan pelaksanaan kegiatan setelah penandatanganan kontrak selama 7 (tujuh)
bulan. Namun dengan kondisi pandemi Covid-19 mengakibatkan perubahan terhadap masa
waktu pelaksanaan yang akan diatur lebih lanjut dalam kontrak, RAB dan penyesuaian
terhadap jadwal pelaksanaan pekerjaan, penugasan personil serta pelaporan.

III.10. Tanggapan dan Saran Terhadap Pelaporan


Dalam pekerjaan ini akan disampaikan beberapa jenis pelaporan yaitu:
1. Laporan Pendahuluan, 10 buku.
Laporan pendahuluan disusun dan pelaksana pekerjaan lapangan, laporan pendahuluan
menginformasikan data sekunder maupun primer yang akan didapat dari lapangan,
metodologi pelaksanaan, menampilkan rencana kerja serta perangkat survei yang
digunakan untuk pelaksanaan dilapangan sesuai dengan tupoksi masing-masing tim.
Laporan disajikan dalam kertas ukuran A4.
2. Laporan Antara (Interim Report); 10 buku.
Laporan Antara merupakan data dan analisa para tenaga ahli, hasil “desk study” dan
konsep pengembangan kawasan Sabang. Laporan disajikan dalam kertas ukuran A4.
3. Laporan Semi Rampung (Draft Final Report); 10 buku.
Laporan Draft Akhir merupakan analisa dari data – data dan peta yang telah didapat
yang hasilnya dipresentasikan di tingkat Pemerintah Kota, Provinsi, dan Pusat sebelum
laporan akhir diserahkan. Laporan disajikan dalam kertas ukuran A4.
4. Laporan Akhir (Final Report); 10 buku.
Buku dan data analisa adalah laporan antara yang telah diperbaiki, yang dilengkapi
dengan rata-rata lapangan dan peta analisa. Laporan disajikan dalam kertas ukuran A4.
5. Buku Masterplan BPKS 2020-2041; 10 buku.

III - 11
Buku ini sekurang-kurangnya memuat:
a) Tujuan, kebijakan, dan strategi pengembangan kawasan sabang;
b) Rencana pengembangan infrastruktur wilayah;
c) Rencana pengembangan ekonomi wilayah;
d) Rencana pengembangan sumber daya alam;
e) Rencana pengembangan investasi;
f) Rencana pengembangan kelembagaan;
g) Rencana pengembangan kepariwisataan;
h) Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) dari dokumen rencana induk yang
akan disusun.
6. Buku Bisnis Plan BPKS 2020-2041; 10 buku
Buku Bisnis Plan memuat sekurang-kurangnya :
a) Skenario pembiayaan, investasi, dan promosi untuk penyiapan sarana prasarana,
infrastruktur dasar dan pengembangan ekonomi lokal;
b) Kajian-kajian bisnis dari proyek strategis yang ada di Kawasan Sabang.
7. Buku Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) (10 Buku)
Buku KLHS ini sekurang-kurangnya memuat:
a) Pendahuluan: latar belakang, tujuan, kendala, dll;
b) Gambaran Umum kawasan pengembangan Sabang;
c) Metode pelaksanaan KLHS;
d) Hasil pelaksanaan KLHS: tahap persiapan, tahap pelingkupan, tahap identifikasi
dan analisis data, tahap pengkajian, tahap perumusan, dan tahap rekomendasi;
e) Pengintegrasian KLHS dalam Master Plan Pengembangan Kawasan Sabang 2021-
2041;
f) Hasil pengawasan mutu;
g) Kesimpulan dan Saran.
8. Buku Kajian Bisnis Proyek Strategis Yang ada Di Kawasan Sabang (10 Buku)
Buku ini sekurang-kurangnya memuat:
a) Deskripsi bisnis, penjelasan secara singkat bidang usaha yang akan di jalankan,
potensi dan kemungkinan untuk bertahan dan berkembang dimasa depan;
b) Strategi Pemasaran, menjelaskan strategi pemasaran yang akan dijalankan dan
analisa yang digunakan;
c) Analisa Pesaing;

III - 12
d) Desain Pengembangan, menjelaskan tahap perencanaan, grafik pengembangan,
menegtahui rencana usaha kedepan dan juga perencanaan pembiayaannya;
e) Rencana Operasional Dan Manajemen, menjelaskan bagaimana usaha akan
berjalan dan berkelanjutan. Rencana operasional akan berfokus pada kebutuhan
logistic, tugas dan tanggung jawab tim, bagaimana prosedur penugasan serta
kebutuhan anggaran dan pengeluaran yang berkaitan dengan operasional;
f) Menghitung Pembiayaan, menjelaskan pengaturan anggaran agar efisien dan
usaha berjalan lancar.

9. Peta (10 set)


Peta-peta tematik dicetak dengan kertas berukuran A1, skala menyesuaikan. Notasi,
warna, dan lambang, mengikuti ketentuan yang berlaku. Peta-peta tematik terdiri dari:
a) Peta Delineasi Wilayah Pengembangan Sabang:
Peta ini menampilkan luasan, kecamatan, dan desa yang masuk dalam wilayah
pengembangan kawasan Sabang sesuai peraturan.
b) Peta Indikasi Potensi Pengembangan Kawasan Sabang
Peta ini memuat potensi-potensi yang akan dikembangkan di kawasan sabang,
menurut sektor-sektor unggulan hasil analisis.
c) Peta Jaringan Jalan dan Transportasi
Peta ini memuat semua jenis jalan, jalan eksisiting dan kondisinya, rencana
jaringan jalan ke depan, rencana pelabuhan dan peningkatannya, peningkatan
bandar udara.
d) Peta Struktur Pengembangan Kawasan Sabang
Peta ini menampilkan Pusat-Pusat kegiatan, lokasi terminal, pelabuhan, bandar
udara, jaringan listrik, jaringan persampahan, jaringan transportasi, serta
sarana/prasarana wilayah.
e) Peta Pemanfaatan Ruang Pengembangan Kawasan Sabang
Peta ini menampilkan pemanfaatan ruang untuk kegiatan-kegiatan unggulan,
seperti kepelabuhanan, perdagangan dan jasa, perikanan, kepariwisataan, dan
industri. Selain itu juga ditampakkan kawasan lindung dan kawasan hutan
berdasarkan ketetapan terbaru.
f) Peta Kawasan Strategis

III - 13
Peta ini menampilkan kawasan-kawasan strategis dalam wilayah pengembangan
Kawasan Sabang.
10. Poster (10 eks)
Poster berukuran A0, yang berisi ringkasan singkat dalam bentuk skematik mengenai
isi Master Plan dan Bisnis Plan Pengembangan Kawasan Sabang 2020-2041.
Untuk mendapatkan kecukupan data, informasi, dan masukan yang konstruktif,
Facus Group Discussion (FGD) perlu dilakukan setelah konsultan menyiapkan Laporan
Pendahuluan dan Laporan Antara. Draft Laporan Akhir diseminarkan di tingkat
pemerintah Aceh di Banda Aceh dan Pemerintah Pusat di Jakarta. Dalam menyiapkan
laporannya, konsultan harus berkonsutasi dengan Tenaga Ahli BPKS, yang dibuktikan
dengan adanya lembar asistensi.
Format laporan diupayakan mengikuti standar pelaporan yang representatif, baik
jenis kertas, tulisan, maupun sampul dll.

Tanggapan dan Saran :


Pihak Penyedia jasa memahami sepenuhnya bahwa pada setiap tahapan pelaksanaan
pekerjaan Masterplan dan Business Plan BPKS menghasilkan produk dokumen laporan
yang harus diserahkan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam Kerangka
Acuan Kerja (KAK) disertai dengan kelengkapannya yaitu album peta, poster dan lembar
asistensi dan atau berita acara kesepakatan jika diperlukan.

III.11. Tanggapan dan Saran Terhadap Peralatan, Material, Dan Fasilitas Dari
Pejabat Pembuat Komitmen
1. Data, Informasi, dan Laporan
Kumpulan laporan dan data sebagai hasil studi terdahulu dapat dipakai sebagai
referensi oleh penyedia jasa.
2. Fasilitas yang disediakan oleh Pengguna Jasa yang dapat digunakan oleh penyedia
jasa:
 Dukungan administrasi dan surat menyurat.
 Dalam hal konsultasi rutin dengan pihak-pihak terkait atau direksi pekerjaan,
penyedia jasa dapat menggunakan ruang rapat yang ada pada kantor BPKS.

III - 14
Tanggapan dan Saran :
Pihak Penyedia jasa memahami terdapat hal-hal yang menjadi dukungan dari Pejabat
Pembuat Komitmen (PPK), khususnya dalam hal penyediaan data dan informasi bahkan
diperlukannya dukungan contact person OPD/stakeholders terkait, administrasi dan
fasilitas ruang rapat serta peralatan pendukung rapat lainnya di tempat. Seluruh kebutuhan
peralatan dan fasilitas dalam rangka pelaksanaan pekerjaan akan dialokasikan dalam
kontrak pekerjaan.

III.12. Tanggapan dan Saran Terhadap Peralatan, Material, Dan Fasilitas Dari
Penyedia Jasa Konsultansi
Fasilitas berikut harus disediakan oleh penyedia jasa untuk kebutuhan pelaksanaan
pekerjaan di lapangan, antara lain:
1. Kantor di wilayah BPKS bertempat (Kota Sabang);
2. Kebutuhan operasional kantor (ATK).
3. Komputer (berisi aplikasi statistika, perpetaan, peulisan laporan/tabel/grafik,
presentasi), printer A3, kamera digtal.
4. Kebutuhan informasi dan komunikasi, internet, listrik, dan air.
5. Peralatan survei antara lain drone, GPS.
6. Sewa kendaraan operasional yang dapat digunakan oleh team leader, tenaga ahli, dan
tenaga survei.

Tanggapan dan Saran :


Pihak Penyedia jasa memahami sepenuhnya bahwa terdapat hal-hal yang menjadi
kewajiban penyedia jasa konsultasi dalam pelaksanaa pekerjaan, khususnya dalam hal
operasional di lapangan serta penyediaan peralatan dan pelengkapan kantor bagi personil.
Dengan demikian Konsultan/Penyedia Jasa diwajibkan untuk menyediakan segala
perlengkapan dan peralatan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan.

III.13. Tanggapan dan Saran Terhadap Lingkup Kewenangan Penyedia Jasa


Penyedia jasa berwenang untuk melaksanakan jasa konsultansi maupun mengadakan
barang yang sesuai dengan kontrak. Penyedia jasa berwenang untuk tidak melakukan
kegiatan yang akan menimbulkan pertentangan kepentingan (conflict of interest) dengan
kegiatan yang merupakan tugas penyedia. Seluruh hasil yang diperoleh dari pekerjaan

III - 15
perencanaan ini harus dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan dilakukan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Apabila terjadi penyimpangan-penyimpangan dari
prosedur tersebut maka Pengguna Jasa/Tim Evaluasi berhak memerintahkan Penyedia Jasa
Konsultasi untuk melakukan pekerjaan ulang dan hal ini menjadi tanggung jawab
sepenuhnya dari Penyedia Jasa Konsultasi.
Sebelum melaksanakan kegiatan, konsultan diharuskan membuat suatu kriteria
perencanaan. Kriteria tersebut dipresentasikan dalam bentuk draft pada pengguna jasa
untuk mendapatkan persetujuan. Persetujuan atas kriteria desain tersebut tidak serta merta
menghilangkan tanggung jawab konsultan perencana terhadap kecukupan persyaratan
teknis perencanaan.
Kriteria Umum Pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh konsultan harus
memperhatikan kriteria umum perencanaan, dan berpedoman pada:
1. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.
2. Rencana Tata Ruang Wilayah Aceh;
3. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Sabang.
Kriteria desain memuat hal-hal berikut :
a. Rencana kerja dan rencana data survey;
b. Metoda survey dan pengumpulan data yang dilakukan;
c. Kriteria-kriteria lainnya yang dianggap perlu.

Tanggapan dan Saran :


Konsultan/Penyedia Jasa bertanggung jawab secara profesional atas hasil pekerjaan
yang dilakukan sesuai ketentuan dan kode tata laku profesi yang berlaku. Dalam hal ini
pekerjaan yang dilaksanakan harus bisa dipertanggungjawabkan secara teknis dan
administratif, sehingga dalam melaksanakan tugasnya dan tanggungjawabnya harus
mengacu pada standar, pedoman (baik teknis maupun non teknis), dan ketentuan-ketentuan
yang berlaku (baik tingkat pusat maupun daerah) secara profesional.
Secara umum tanggung jawab Konsultan/Penyedia Jasa antara lain namun tidak
terbatas pada:
- Keluaran yang dihasilkan harus memenuhi persyaratan standar hasil karya perencanaan
yang berlaku;
- Keluaran yang dihasilkanharus telah memenuhi semua perturan, standar dan pedoman
(teknis dan non teknis) yang berlaku;

III - 16
- Keluaran yang dihasilkanmerupakan hasil evaluasi perencanaan termasuk evaluasi
dampak yang ditimbulkan;
- Tanggungjawab profesional tidak hanya Konsultan sebagai suatu Perusahaan tetapi juga
bagi para tenaga ahli profesional yang terlibat.

III.14. Tanggapan dan Saran Terhadap Kebutuhan Personil


Kegiatan ini dilakukan olehpihak ketiga (konsultan) dan harus meyediakan tenaga
ahli dan tenaga pendukung serta dipimpin oleh team leader yang bertugas
mengkoordinasikan dan mengelola kegiatan, agar kegiatan ini dapat diselesaikan pada
waktu yang telah ditentukan dan sesuai dengan KAK maupun arahan pemberi kerja
ataupun pendamping teknik. Team leader harus mempunyai kualifikasi pendidikan
minimal S3 bidang Perencanaan Wilayah, berpengalaman profesional minimal 4 (empat)
tahun, dandapat bekerja secara penuh mulai ditandatangani kontrak kerja sampai
berakhirnya kegiatan.
Kebutuhan tenaga ahli yang tercantum dalam KAK adalah sebagai berikut:
Tabel I.1 Tabel Kebutuhan Tenaga Ahli
No. Tenaga Ahli Kualifikasi Pengalaman
1. Ahli Perencanaan Wilayah S2 Teknik Planologi min. 10 tahun
(Team Leader) (Perencanaan Wilayah)
2. Ahli Ekonomi Pembangunan S2 Ekonomi Pembangunan min. 4 tahun
3. Ahli GIS S1 Teknik Geodesi min. 4 tahun
4. Ahli Arsitektur S2 Arsitektur min. 4 tahun
5. Ahli Transportasi S2 Teknik Sipil min. 4 tahun
6. Ahli Sosial dan Budaya S1 Sosiologi min. 8 tahun
7. Ahli Pariwisata S1 Kepariwisataan min. 8 tahun
8. Ahli Pariwisata S1 Kelautan dan Perikanan min. 8 tahun
9. Ahli Lingkungan S1 Teknik Lingkungan min. 5 tahun
10. Ahli Investasi/Marketing/Promosi S1 Ekonomi Manajemen, min. 8 tahun

Dalam kegiatan ini diperlukan 4 (empat) orang asisten tenaga ahli dalam rangka
mengumpulkan data-data lapangan, menjamin pelaksanaan pekerjaan fisik di lapangan,
menjabarkan dan mewujudkan arahan yang diberikan tenaga ahli. Masing-masing tenaga
asisten ahli yang diperlukan memiliki pengalaman sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun, dan
berpendidikan minimal Sarjana (S1) dari Program Studi:
- Perencanaan Wilayah dan Kota;
- Teknik Sipil (Bidang Transportasi);
- Asisten Ahli GIS; dan

III - 17
- Asisten Ahli Ekonomi Pembangunan.
Selain tenaga ahli dan asisten tenaga ahli, juga dibutuhkan tenaga pendukung. Uraian
kualifikasi masing-masing tenaga pendukungadalah sebagaimana diuraikan di bawah ini.
1. Operator Gambar
Pendidikan minimalSMK/SMA/STM
2. Operator Komputer
Pendidikan minimal D3 Komputer
3. Surveyor
Pendidikan minimal SMK/SMA
Setiap personil yang ditugaskan konsultan untuk menangani pekerjaan ini juga
disyaratkan:
1. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
2. memiliki Tanda bukti penyelesaian wajib pajak (SPT Tahunan) Tahun 2019;
3. memiliki ijazah kelulusandari Program Studi yang berakreditasi minimal B, yang
ditetapkan oleh Badan Akreditasi Nasional perguruan Tinggi (BAN-PT);
4. memiliki pengalaman kerja personil yang dibuktikan dengan melampirkan referensi
Kerja yang dikeluarkan oleh Instansi terkait; dan
5. khusus tenaga ahli, memiliki Sertifikat Keahlian (SKA) minimal tingkat Madya yang
masih berlaku.

Tanggapan dan Saran :


Pihak penyedia jasa memahami bahwa pekerjaan ini membutuhkan personil yang
sesuai dengan apa yang dipersyaratkan dalam KAK. Untuk itu dalam melaksanakan
tugasnya, Konsultan/Penyedia Jasa harus menyediakan tenaga-tenaga yang memenuhi
kebutuhan kegiatan, baik ditinjau dari lingkup atau besar kegiatan maupun tingkat
kerumitan pekerjaan. Pihak penyedia jasa merasa sangat terbantu dengan Tenaga Ahli,
Tenaga Asisten dan Tenaga Pendukung yang dilibatkan dalam pekerjaan ini. Maisng-
masing personil akan dialokasikan waktu penugasan pada bagian jadwal penugasan
personil.

III.15. Tanggapan dan Saran Terhadap Pelaksanaan Pekerjaan


1. Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan ini meliputi sebagai berikut.

III - 18
a. Persiapan administrasi.
b. Menelaah dan mereview Kerangka Acuan Kerja (KAK), sehingga konsultan dapat
mengusulkan teknik pengumpulan data, kebutuhan data dan jenisnya, serta teknik
analisis data. Dengan memahami KAK, konsultan diharapkan dapat merumuskan
alur pikir perencanaan master plan.
c. Studi kepustakaan/referensi, sekurang-kurangnya menelaah beberapa jurnal
internasional bereputasi terkait pertumbuhan wilayah, perkembangan ekonomi,
perubahan land use/cover, perikanan, kepariwisataan, dan investasi/promosi.
d. Pemberitahuan/penyampaian kepada instansi/dinas terkait tentang rencana
pelaksanaan kegiatan.
2. Pengumpulan Data dan Informasi
a. Data primer, sekurang-kurangnya terdiri dari:
 Citra satelit minimal beresolusi spasial sedang (10 m s.d. 20 m), dari
instansi/lembaga terkait, dengan waktu pengambilan gambar maksimal 2 (dua)
tahun.
 Penjaringan aspirasi masyarakat yang dapat dilaksanakan melalui wawancara,
FGD, dan lain-lain.
 Penjaringan informasi pembangunan dilakukan degan melakukan wawancara
di instansi tingkat kota; dan
 Pengenalan kondisi fisik dan sosial ekonomi wilayah secara langsung.

III - 19
b. Data sekunder, sekurang-kurangnya terdiri dari:
1) Peta-peta:
 Peta batas wilayah pengembangan Kawasan Sabang.
 Peta kawasan hutan dan perairan.
 Peta untuk analisis kebencanaan.
 Peta jaringan jalan.
 Peta pola dan struktur ruang.
2) Kebijakan penataan ruang (RTRW Nasional, RTRW Provinsi, dan RTRW
Kota).
3) Data Iklim dari stasiun klimatologi dari stasiun terdekat, minimal 10 tahun.
4) Data penggunaan lahan.
5) Data kependudukan minimal 10 tahun berdasarkan jenis kelamin, usia, dan
jenis pekerjaan.
6) Data tentang sarana/prasarana, antara lain transportasi, telekomunikasi, air
bersih, permukiman, pendidikan, perdagagan, industry, dan lain-lain.
7) Data tentang pertumbuhan ekonomi kawasan, meliputi PAD, PDRB (harga
konstan dan harga berlaku).
8) Peraturan perundang-undangan terkait perencanaan yang terbaru.
3. Analisis Data
a. Analisis kebijakan tata ruang nasional, provinsi, dan kota, serta kebijakan strategis
nasional lainnya.
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui kesesuaian kegiatan dengan rencana tata
ruang yang bersifat mandatory dan statutory. Rencana-rencana dalam master plan
ini harus sejalan dengan rencana tata ruang. Analisis dapat dilakukan secara
kualitatif, dengan variable-variabel antara lain kesesuaian pola dan struktur ruang.
b. Analisis potensi dan masalah wilayah pengembangan.
Analisis ini dilakukan secara kualitatif, dapat menggunakan teknik analisis
SWOT, yaitu kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan.
c. Analisis kondisi fisik dan lingkungan wilayah.
 Analisis untuk mendapatkan pola perubahan tata guna lahan (land use/cover).
 Analisis untuk menilai kondisi fisik dan lingkungan antara lain topografi,
iklim, jenis tanah, geologi, dengan mempertimbangkan aspek ketersediaan
SDA dan Pola Ruang yang ada.

III - 20
 Analisis untuk menilai carrying capacity wilayah pengembangan sabang.
d. Analisis kependudukan.
Analisis ini dilakukan untuk memodelkan pertumbuhan penduduk, menggunakan
data kependudukan 10 tahun terakhir. Model pertumbuhan penduduk dapat
menggunakan model matematis.Tujuan lain analisis ini adalah untuk memperoleh
gambaran potensi penduduk, sebagai acuan dalam menentukan kebijakan
penyebaran penduduk, dan untuk mendapatkan gambaran situasi dan kondisi
objektif dari perencanaan pengembangan/pemberdayaan masyarakat.
e. Analisis pengembangan infrastruktur wilayah.
 Analisis untuk menentukan hirarki pelayanan sarana dan prasarana yang
berkaitan dengan hirarki sistem jaringan jalan, dapat menggunakan model
Christaller, yang dapat meliputi kepelabuhanan, jalan, perdagangan/industri.
 Analisis kebutuhan jenis Infrastruktur (prasarana dan sarana) di Kawasan
Sabang yang didasarkan pada fungsi dan kapasitas daya tampung lokasi.
 Analisis terhadap kondisi eksisting infrastruktur dan analisis kebutuhannya
berdasarkan standar yang ada.
f. Analisis pengembangan ekonomi wilayah.
Analisis sektor diperlukan untuk mengetahui kontribusi sektor terhadap PDRB
Kawasan Sabang. Sektor yang memberikan sumbangan relative besar terhadap
PDRB di suatu kawasan sekatakan sebagai sektor basis (dominan). Variable yang
dapat digunakan adalah penyerapan tenaga kerja, produktivitas masing-masing
sektor, kontribusi tiap-tiap sektor terhadap PDRB, dan lain-lain. Dari analisis ini
diharapkan didapat sektor-sektor unggulan dalam pengembangan kawasan sabang
ini. Untuk mengetahui sektor unggulan dapat digunakan beberapa analisis, seperti:
 Analisis Location Quotient;
 Analisis Shift Share;
 Analisis Input-Output (I-O).
g. Analisis pengembangan sumber daya kelautan dan perikanan;
Untuk menilai potensi dan peluang-peluang pengembangan sumberdaya kelautan
dan perikanan dapat digunakan beberapa metode, antara lain:
 Analisis Matriks SWOT;
 Matriks QSP; dan
 Analytical Hierarchy Process (AHP).

III - 21
h. Analisis pengembangan investasi;
 Analisis pemberdayaan masyarakat.
 Analisis pola pengembangan investasi.
i. Analisis pengembangan kelembagaan;
 Analisis untuk membuat rencana kelembagaan sebagai rekomendasi bagipihak-
pihak terkait pada tahap implementasi Master Plan
 Analisis bentuk kelembagaan.
j. Analisis pengembangan kewisataan dan ekonomi lokal;
Untuk menilai potensi dan peluang-peluang pengembangan kewisataan dan
ekonomi lokal dapat digunakan beberapa metode, antara lain:
 Analisis Matriks SWOT;
 Matriks QSP; dan
 Analytical Hierarchy Process (AHP).
k. Analisis sosial dan budaya
 Menganalisis sosial budaya sesuai dengan karaketreistik wilayah untuk
kabupaten pengembangan.
 Menganalisis data-data hasil survey dan investigasi.
 Analisis sosial dapat diperoleh melalui hasil pengukuran beberapa indikator
sosial yaitu kualitas sumberdaya manusia.
4. Hasil analisis dan pembahasan
Menjabarkan hasil analisis dan melakukan pembahasannya. Hal-hal yang memerlukan
pembahasan adalah:
a. Kebijakan tata ruang nasional, provinsi, dan kota, serta kebijakan strategis
nasional lainnya
Membahas tentang keterkaitan pengembagan kawasan sabang dengan rencana tata
ruang, baik di tingkat nasional, provinsi, maupun tingkat kota.
b. Potensi dan masalah wilayah pengembangan
Menguraikan hasil dan pembahasan tentang potensi dan permasalahan
pengembangan Kawasan Sabang.
c. Kondisi fisik dan lingkungan wilayah
Menguraikan hasil dan pembahasan tentang kondisi fisik danlingkungan wilayah,
yang berhubungan dengan kondisi iklim (temperatur, kecepatan angin,
kelembaban, dan curah hujan).

III - 22
d. Kependudukan
Menguraikan hasil analisis kependudukan dan membahasnya, mencakup
pertumbuhan penduduk menurut umur, pekerjaan, dan jenis kelamin, serta
prediksi pertumbuhan mendatang.
e. Pengembangan infrastruktur wilayah
Memaparkan hasil analisis dan pembahasannya tentang kebutuhan infrsatruktur
dalam pengebangan Kawasan Sabang.
f. Pengembangan ekonomi wilayah
Memaparkan hasil analisis terhadap PAD dan PDRB kawasan, dan
pembahasannya terkait dengan pengembangan ekonomi Kawasan Sabang.
g. Pengembangan sumber daya kelautan dan perikanan
Memaparkan hasil analisis mengenai aspek kelautan dan perikanan, dan
membahasnya untuk pengembangan kegiatan kelautan dan perikanan Kota
Sabang.

III - 23
h. Pengembangan investasi
Memaparkan hasil analisis tentang investasi dan membahas hasil tersebut untuk
selanjutnya disusun rencana pengembangan investasi.
i. Pengembangan kelembagaan
Menjelaskan dan membahas hasil analisis pengembangan investasi, yang
selanjutnya dijadikan sebagai masukan untuk skenario pembiayaan dan invetasi.
j. Pengembangan kewisataan dan ekonomi lokal
Memaparkan hasil analisis kewisataan dan ekonomi lokal, dan pembahasannya
untuk selanjutnya ditetapkan lokasi-lokasi potensial pariwisata dan
pengembangan ekonomi lokalnya, serta model promosi ke depannya.
k. Sosial dan budaya
Memaparkan pencapaian pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan
bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Selain itu juga membahas banyaknya
ragam khasanah seni budaya di Aceh menjadikan kawasan ini memiliki daya tarik
pariwisata yang dapat dikemas untuk dijual kepada para wisatawan baik
wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara.
5. Penyusunan Master Plan dan Rencana Strategis BPKS
Rencana-rencana yang dimuat dalam Master plan ini sekurang-kurangnya berupa:
a. Visi dan misi pengembangan Kawasan Sabang.
b. Tujuan, kebijakan, dan strategi pengembangan Kawasan Sabang;
c. Kebijakan tata ruang nasional, provinsi, dan kota, serta kebijakan strategis
nasional lainnya;
d. Potensi dan masalah wilayah pengembangan;
e. Kondisi fisik dan lingkungan wilayah;
f. Kependudukan;
g. Rencana pengembangan infrastruktur wilayah;
h. Rencana pengembangan ekonomi wilayah;
i. Rencana pengembangan sumber daya kelautan dan perikanan;
j. Rencana pengembangan investasi;
k. Rencana pengembangan kelembagaan;
l. Rencana pengembangan kewisataan;
m. Skenario pembiayaan, investasi, dan promosi untuk penyiapan sarana prasarana,
infrastruktur dasar dan pengembangan ekonomi lokal;

III - 24
n. Kajian Lingkungan Hidup Statergis (KLHS) dari dokumen rencana induk yang
akan disusun.

Tanggapan dan Saran :


Tahapan pekerjaan yang tertuang dalam KAK secara garis besar sudah cukup
mewakili kerangka pikir tahapan-tahapan kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan
pekerjaan yang akan didetailkan serta penambahan tahapannya dalam bagian kerangka
pikir dan metodologi tahapan pelaksanaan kegiatan.

III.16. Tanggapan dan Saran Terhadap Lokasi Kegiatan


Gambar 1. Peta Lokasi Kegiatan

Tanggapan dan Saran :


Lokasi kegiatan yang tertuang dalam KAK menunjukkan peta Lokasi Kegiatan yang
mencakup Kota Sabang yaitu Pulau Weh, Pulau Klah, Pulau Rubiah, Pulau Seulako dan
sebagian Kabupaten Aceh Besar yaitu Pulau Breuh, Pulau Nasi, dan Pulau Teunom.
Namun penampakan Pulau Rondo tidak termasuk dalam lingkaran penunjukan peta lokasi
dalam KAK, sehingga diperlukan konfirmasi terhadap PPK, karena Kawasan Perdagangan
Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang yang selanjutnya disebut Kawasan Sabang adalah
Kawasan yang meliputi Kota Sabang (Pulau Weh, Pulau Klah, Pulau Rubiah, Pulau
Seulako, dan Pulau Rondo), dan sebagian Kabupaten Aceh Besar (Pulau Breuh, Pulau
Nasi, dan Pulau Teunom) serta pulau-pulau kecil di sekitarnya yang terletak dalam batas-
batas koordinat sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2000
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2000

III - 25
tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang Menjadi Undang-
Undang.

III.17. Tanggapan dan Saran Terhadap Biaya Pelaksanaan


Biaya yang diperlukan untuk mendukung seluruh kegiatan yang berada di Direktorat
Perencanaan Pembangunan Kawasan pada kegiatan Penyelenggaraan Teknis Sarana dan
Prasarana Kawasan adalah sebesar Rp. 2.986.721.000,- (Dua Milyar Sembilan Ratus
Delapan Puluh Enam Juta Tujuh Ratus Dua Puluh Satu Ribu Rupiah).

Tanggapan dan Saran :


Pihak penyedia jasa memahami bahwa pekerjaan ini dilakukan oleh pihak ketiga
(kontraktual) dan dibiayai dari APBN melalui DIPA Tahun 2020 dengan biaya sebesar Rp.
2.986.721.000,- (Dua Milyar Sembilan Ratus Delapan Puluh Enam Juta Tujuh Ratus Dua
Puluh Satu Ribu Rupiah) dengan Pemilik Kegiatan adalah Satuan Kerja Badan
Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas Dan Pelabuhan Bebas Sabang (BPKS).

III - 26

Anda mungkin juga menyukai