Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kehidupan individu dimulai sejak masa  konsepsi, yaitu saat bertemunya sel yang berasal
dari ayah (sperma) dengan sel telur yang berasal dari ibu (ovum). Dalam proses pertumbuhan
atau perkembangannya, individu mengalami interaksi antara kemampuan dasar/pembawaan
dengan lingkungan.
Para ahli psikologi dan pendidikan, mengakui bahwa pertumbuhan dan perkembangan
individu sejak dalam kandungan sampai meninggal dunia, mengalami proses menurut hukum
waktu yang satu sama lain tidak sama cepat atau lambatnya, fase-fase kepekaannya dan
sebagainya, akan tetapi bagaimnapun juga pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses
yang bersifat integral sebagai manusia seutuhnya.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa Yang Dimaksud Dengan Pertumbuhan Dan Perkembangan?
2.      Apa Saja Fase-Fase Dan Tugas Perkembangan?
3.      Apa Saja Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan?
C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk Mengetahui Maksud Dari Pertumbuhan Dan Perkembangan.
2.      Untuk Mengetahui Fase-Fase Dan Tugas Perkembangan.
3.      Untuk Mengetahui Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Pertumbuhan Dan Perkembangan
Menurut pandangan para ahli biologi “pertumbuhan” diartikan sebagai suatu penambahan
dalam ukuran bentuk, berat atau pikiran dimensif dari pada tubuh dan bagian-bagiannya.
Sedangka kata “perkembangan” dimaksudkan untuk menunjukan perubahan-perubahan dalam
bentuk/bagian tubuh dan integrasi ke dalam suatu kesatuan fungsional bila pertumbuhan itu
berlangsung. Jadi pertumbuhan dapat diukur sedangkan perkembangan hanya dapat diamati
dengan memperhatikan perubahan-perubahan dalam bentuk ketika terjadi dan dalam bentuk-
bentuk tingkah laku ketika telah tercapai kematangan.
Menurut Kasiram, pertumbuhan mengandung arti adanya perubahan dalam ukuran atau
fungsi-fungsi mental, sedangkan perkembangan mengandung makna adanya pemunculan hal
yang baru. Pada peristiwa pertumbuhan, dalam pandangan Kasiram, tampak adanya perubahan
jumlah atau ukuran dari hal-hal yang telah ada, sedangkan dalam peristiwa perkembangan,
tampak adanya sifat-sifat yang baru, yang berbeda dari sebelumnya (Kasiram, 1983: 23). Dalam
kaitan itu, Moh. Kasiram memberi contoh. Pohon mangga kecil menjadi besar adalah peristiwa
pertumbuhan. Anak ayam kecil menjadi anak ayam besar juga peristiwa pertumbuhan. Akan
tetapi, kata Kasiram, perubahan dari telur mrnjadi anak ayam adalah peristiwa perkembangan.
Peristiwa perubahan sel telurdengan sperma dalam kandungan ibu sampai menjadi anak adalah
peristiwa perkembangan.
Secara lebih luas, Dictionary of Psychology memerinci pengertian perkembangan
manusia sebagai berikut:
1.      The progressive and continuous change in the organism from birth to death; perkembangan itu
merupakan perubahan yang progresif dan terus menerus dalam diri organisme sejak lahir hingga
mati.
2.      Growth; perkembangan itu berarti pertumbuhan.
3.      Change in the shape and integration of bodily parts into functional parts; perkembangan berarti
pertumbuhan dalam bentuk dan penyatuan bagian-bagian yang bersifat jasmaniah ke dalam
bagian-bagian yang fungsional.
4.      Maturation or the appearance of fundamental pattern of unlearned behavior; perkembangan
adalah kematangan atau kemunculan pola-pola dasar tingkah laku yang bukan hasil belajar.
B.     Fase-Fase Dan Tugas Perkembangan
1.      Fase Dan Tugas Perkembangan Menurut Buhler
a.       Fase pertama (0-1 tahun)
Fase ini adalah masa menghayati berbagai objek diluar diri sendiri serta saat melatih fungsi-
fungsi, khususnya fungsi motorik, yakni fungsi yang berhubungan dengan gerakan-gerakan
anggota badan.
b.      Fase kedua (2-4 tahun)
Fase ini merupakan masa pengenalan dunia objektif diluar diri sendiri, disertai dengan
penghayatan yang bersifat subjektif. Mulai ada pengenalan pada “aku” sendiri, dengan bantuan
bahasa dan kemauan sendiri. Anak tidak mengenal dunia luar berdasarkan pengamatan yang
objektif, melainkan memindahkan keadaan batinnya pada benda-benda diluar dirinya.
c.       Fase ketiga (5-8 tahun)
Fase ini bisa dikatakan sebagai masa sosialisasi anak. Pada masa ini, anak mulai memasuki
masyarakat luas (misalnya, taman kanak-kanak, pergaulan dengan kawan-kawan sepermainan,
dan sekolah dasar). Anak mulai belajar mengenal dunia sekitar secara objektif. Ia mulai belajar
mengenal arti prestasi, pekerjaan, dan tugas-tugas kewajiban. Jadi yang penting diperhatikan
pada fase ini adalah berlangsungnya proses sosialisasi.
d.      Fase keempat (9-11 tahun)
Pada perode ini, anak mencapai objektivitas tertinggi. Bisa pula disebut sebagai masa
menyelidik, mencoba, dan bereksperimen, yang distimulasi oleh dorongan-dorongan menyelidik
dan rasa ingin tahu yang besar; masa pemusatan dan penimbunan tenaga untuk berlatih,
menjelajah, dan bereksplorasi.
e.       Fase kelima (14-19 tahun)
Fase ini merupakan masa tercapainya synthese diantara sikap kedalam batin sendiri  dengan
sikap keluar,pada dunia objektif. Untuk kedua kali dalam kehidupannya, anak bersikap subjektif
(subjektivitas pertama terdapat pada fase kedua, yaitu usia 3 tahun). Namun subjektivitas kali ini
dilakukan dengan sadar.
2.      Fase Dan Tugas Perkembangan Menurut Hurlock
a.       Prenatal (sebelum lahir) atau pralahir
Prenatal ini mulai konsepsi sampai umur 9 bulan dalam kandungan ibu.
b.      Masa natal
1)      Infancy atau neonates (dari lahir-14 hari)
Fase ini merupakan fase penyesuaian terhadap lingkungan. Pada masa ini, bayi mengalami masa
tenang dan tidak banyak terjadi perubahan.
2)      Masa bayi (antara 2 minggu-2 tahun)
Masa ini dimulai pada masa ketika anak sangat bergantung pada lingkungan dan kemudian
kerena perkembangan anak mulai berusaha menjadi lebih independen.
3)      Masa anak (2-10/11 tahun
Tanda-tanda khas: usaha menyesuaikan diri dengan lingkungan, sehingga ia merasa bahwa
dirinya merupakan sebagian dari lingkunagn yang ada. Penyesuaian sosial dilaksanakan dengan
pergaulan dan berbagai pertanyaan. Ketika usia anak mencapai 3 tahun, masa ini dikenal sebagai
masa sturn und Drang dan periode haus nama. Usia 6 tahun merupakan masa penting untuk
proses sosialisasi.
c.       Masa remaja (11/12-20/21 tahun)
1)      Praremaja (11/12-13/14)
Dikataka juga sebagai fase negatif. Fase yang sukar untuk anak dan orang tua. Perkembangan
fungsi-fungsi tubuh, terutama seks juga mengganggu.
2)      Remaja awal (13/14-17 tahun)
Perubahan-perubahan fisik terjadi sangat pesat dan mencapai pucaknya. Ketidak seimbangan
emosional dan ketidakstabilan dalam banyak hal terdapat pada masa ini.
3)      Remaja lanjut (17-20/21 tahun)
Dirinya ingin selalu menjadi pusat perhatian; ia ingin menonjolkan diri. Ia idealis, mempunyai
cita-cita tinggi, bersemangat dan mempunyai energy yang besar.
d.      Dewasa
1)      Dewasa awal (21-40 tahun)
Tahap ini adalah masa penyesuaian terhadap pola-pola hidup baru, dan harapan mengembangkan
sifat-sifat, nilai-nilai yang serba baru.
2)      Dewasa menengah (40-60 tahun)
Tahapan dewasa menengah merupakan masa transisi, masa menyesuaikan kembali, masa
equilibrium-diseqluibrium.
3.      Fase dan tugas perkembangan menurut Erikson
a.       Masa bayi (0-1,5 tahun)
Masa bayi merupakan masa ketergantungan dan masa membutuhkan pertolongan orang lain,
suatu masa yang menuntut kesabaran orang tua.
b.      Masa toddler (1,5 tahun-3 tahun)
Pada masa ini, anak menggunakan kemampuan bergerak sendiri untuk melaksanakan dua tugas
penting. Pertama, pemisahan diri dari ibu dan lain-lainnya. Kedua, mulai menguasai
diri,lingkungan, dan keterampilan dasar untuk hidup.
c.       Awal masa kanak-kanak (4-7 tahun)
Pada tahapan ini, pusat perhatian anak berubah dari benda kepada orang. Si anak beralih dari
bermain sendiri menju bermain bersama. Sosialisasi  merupakan tema pokok. Si anak belajar
menyesuaikan diri dengan teman sepermainannya. Tugas-tugas yang telah dimulai pada masa
toddler, dikembangkan lebih lanjut. Si anak diharapkan untuk makan sendiri dan berpakaian
sendiri dan berpakaian sendiri tanpa bantuan orang lain.
d.      Akhir masa kanak-kanak (8-11 tahun)
Masa ini adalah masa untuk berkelompok dan berorganisasi. Penerimaan oleh teman-teman
seusia adalah penting. Inilah waktu yang baik untuk memperkenalkan pekerjaan rumah tangga
serta mengajarkan penggunaan uang dengan tepat. Tak seorangpun menginginkan bekerja terlalu
berat dan terlalu lama; demikian juga anak-anak. Tema pada masa ini adalah kerajinan. Energy si
anak dapat diarahkan pada tugas-tugas sosial yang terorganisasi.
e.       Awal masa remaja (12-15 tahun)
Pada masa ini, anak mulai berubah-rubah, terpusat pada diri sendiri, seks dan tubuhnya. Tugas-
tugas dan latihan atletik lebih didahulukan daripada kegiatan-kegiatan keluarga, seperti makan
dan pergi bersama. Awal masa remaja merupakan suatu masa transisi.
f.       Masa remaja yang sejati (16-18 tahun)
Pada tahapan ini, kemenduaan dalam masa transisi akan berkurang. Si remaja yang merasa
cukup aman dalam identitasny, harus menghadapi pilihan-pilihan yang akan membentuk sisa
hidupnya. Pemilihan tujuan hidup merupakan tema pokok.
g.      Awal masa dewasa (19-25 tahun)
Tema awal masa dewasa adalah kemandirian. Tanggapan orang tua yang bijaksana adalah
tanggapan yang memperluas persahabatan dengan anak-anak mereka sebelumnya masih
bergantung kepada mereka.
h.      Kedewasaan dan masa tua (25 tahun ke atas)
Masa dewasa merupakan fase generativitas (menciptakan) yang selalu dihadapkan pada awal
stagnasi. Masa ini ditandai dengan adanya perhatian yang tercurah pada anak-anak, keahlian
produktif, keluarga, dan pekerjaan. Sifat mengasuh pada wanita tampak sangat dominan. Pada
masa tua ini adalah kebijaksanaan dan pelepasan.
4.      Fase dan tugas perkembangan menurut havighurs
a.       Periode bayi dan anak kecil
Berjalan belajar, belajar makan makanan padat, belajar berbahasa, control badan, stabilitas
psikologik, belajar perbedaan dan aturan-aturan jenis kelamin kontak perasaan dengan orang tua,
keluarga dan orang-orang lain, pembentukan pengertian sederhana; realita fisik dan realita sosial,
belajar apa yang benar dan apa yang salah, perkembangan kata hati.
b.      Anak sekolah
Ketangkasan fisik, sikap sehat terhadap diri sendiri sebagai organisme yang tumbuh, belajar
peranan jenis kelamin, kontak-kontak dengan teman-teman sebaya, belajar sikap terhadap
kelompok dan lembaga-lembaga, belajar membaca, menulis, berhitung, belajar pengertian-
pengertian kehidupan sehari-hari. Perkembangan moralitas skala nilai-nilai.
c.       Masa muda (pubertas, adolesensi)
Menerima keadaan jasmaniah. Menerima peranan jenis persiapan menikah dan mempunyai
keluarga, belajar lepas orang tua secara emosional, belajar bergaul dengan kelompok anak
wanita/anak laki-laki. Belajar tanggung jawab sebagai warga Negara, menginginkan dan
mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab sosial. Perkembangan skala nilai secara
sadara  perkembangan gambaran dunia yang adekwat. Persiapan mandiri secara ekonomis
pemilihan dan latihan jabatan.
d.      Masa dewasa muda
Memilih jodoh, belajar hidup dengan suami/istri mulai membentuk keluarga, mengasuh anak,
mengemudikan rumah tangga, menemukan kelompok sosial. Menerima tanggung jawab warga
negara. Mulai bekerja.
e.       Usia tengah baya
Menerima dan menyesuaikan diri terhadap percobaan fisik dan fisiologik. Pasangan dipandang
sebagai person, menolong anak-anak muda menjadi dewasa. Mencapai tanggung jawab sosial
dan warga negara usia secara penuh. Mencapai dan mempertahankan standar hidup ekonomi.
Merealisasikan kesantaian.
f.       Masa dewasa lanjut
Penyesuaian terhadap kekuatan fisik yang menurun. Menyesuaikan diri dengan kematian teman
hidup, menemukan relasi dengan kelompok sebaya. Memenuhi kewajiban-kewajiban social dan
warga Negara. Penyesuaian dengan gaji yang berkurang dan keadaan pension. Merealisasikan
keadaan hidup fisik yang sesuai. 
C.    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan
1.      Aliran Nativisme Atau Aliran Pembawaan
Nativisme (nativism) merupakan sebuah doktrin filosofis yang berpengaruh besar terhadap
aliran pemikiran psikologis. Tokoh utama aliran ini bernama Arthur Schopenhauer (1788-1860),
seorang filosof Jerman. Aliran filsafat nativisme konon dijuluki sebagai aliran pesimistis yang
memandang segala sesuatu dengan “kacamata hitam”. Mengapa begitu? Karena para ahli
penganut aliran ini berkeyakinan bahwa perkembangan manusia ditentukan oleh pembawaannya,
sedangkan pengalaman dan pendidikan tidak berpengaruh apa-apa. Dalam ilmu pendidikan,
pandangan seperti ini disebut “pesimisme pedagogis” (Syah, 1995).
Aliran nativisme mengemukakan bahwa manusia yang baru dilahirkan telah memiliki
bakat dan pembawaan, baik karena berasal dari keturunan orang tuanya, nenek moynagnya
maupun karena memang ditakdirkan demikian. Manakala pembawaannya itu baik, baik pula
anak itu kelak. Begitu pula sebaliknya, andaikata anak itu berpembawaan buruk, buruk pula pada
masa kedewasaannya. Oleh sebab itu, menurut aliran ini, pendidikan tidak dapat diubah dan
senantiasa berkembang dengan sendirinya.
Turunan memiliki peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Ia lahir
kedunia ini membawa berbagai ragam warisan yang berasal dari kedua ibu bapak atau nenek dan
kakek.  Warisan (turunan atau pembawaan) tersebut yang terpenting, antara lain bentuk tubuh,
raut muka, warna kulit, intelegensi, bakat, sifat-sifat atau watak dan penyakit.
2.      Aliran Empirisme Atau Aliran Lingkungan
Aliran empirisme merupakan kabalikan dari aliran nativisme, denga tokoh utama John
Locke (1632-1704). Nama asli aliran ini adalah “the school of british empiricism” (aliran
empirisme inggris). Akan tetapi, aliran ini lebih berpengaruh pada para pemikir Amerika Serikat,
sehingga melahirkan sebuah aliran filsafat bernama “environmentalisme” (aliran lingkungan)
dan psikologi bernama “environmental psychology” (psikologi lingkungan) yang relative masih
baru (reber, 1988; Syah, 1995).
Aliran empirisme mengemukakan bahwa anak yang beru lahir laksana kertas yang putih
bersih atau semacam tabula rasa (tabula= meja, rasa=lilin), yaitu meja yang bertutup lapisanlilin
putih. Kertas putih bersih dapat ditulis dengan tintawarna apapun, dan warna tulisannya akan
sama dengan warna tinta tersebut. Begitupula halnya dengan meja yang berlilin, dapat di cat
dengan berwarna-warni, sebelum ditempelkan. Anak diumpamakan bagaikan kertas putih yang
bersi, sedangkan warna tinta diumpamakan sebagai lingkungan (pendidikan) yang akan
berpengaruh terhadapnya. Pendidikan dapat membuat anak menjadi baik atau buruk. Pendidikan
dapat memegang peranan penting dalam perkembangan anak, sedangkan bakat pembawaannya
bisa ditutup dengan serapat-rapatnya oleh pendidikan itu.
3.      Aliran konvergensi atau aliran persesuaian
Aliran ini pada intinya merupakan perpadduan antara pandangan nativisme dan empirisme,
yang keduanya dipandang sangat berat sebelah. Aliran ini menggabungkan arti penting hereditas
(pembawaan) dengan lingkungan sebagai faktor yang berpengaruh dalam perkembangan
manusia. Tokoh utama aliran konvergensi adalah Louis William Stern (1871-1938), seorang
filsuf sekaligus psikolog jerman. Stern dan para pengikutnya, dalam menetapkan faktor yang
memengaruhi perkembangan manusia, tidak hanya berpegang pada lingkungan/pengalaman, juga
tidak berpegang pada pembawaan saja, tetapi berpegang pada kedua faktor yang sama
pentingnya itu. Faktor pembawaan tidak berarti apa-apa tanpa faktor pengalaman. Demikian pula
sebaliknya, faktor pengalaman tanpa faktor bawaan tidak akan mampu mengembangkan manusia
yang sesuai dengan harapan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Istilah pertummbuhan dan perkembangan, meskipun saling melengkapi, sebenarnya
mempunyai arti yang berlainan. Pertumbuhan mengandung arti adanya perubahan dalam ukuran
atau fungsi-fungsi mental, sedangkan perkembangan mengandung makna pemunculan hal yang
baru. Fase perkembangan menurut Hurlock: prenatal (sebelum lahir) atau pralahir, masa natal ,
masa remaja, dan masa dewasa. Faktor-faktor yang mempengruhi perkembangan: faktor
pembawaan, faktor lingkungan, dan faktor pembawaan dan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Sobur, alex. 2003. Psikologi umum. Bandung. Cv pustaka setia.
Fauzi, ahmad. 2004. Psikologi umum. Bandung. Cv pustaka setia.
Effendi, usman dan juhaya.1989. pengantar psikologi. Bandung. Angkasa.

Anda mungkin juga menyukai