Anda di halaman 1dari 4

TUGAS RANGKUMAN

ENCASHED OIL RECOVERY

Oleh :

FITRIA SAIFULLAH ELY

171011810006

PROGRAM STUDI MAGISTER

JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN

FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI

UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA
Perkembangan Hasil Penelitian Surfaktan dan Polimer

1. Kajian laboratorium pengujian pengaruh polimer dengan crosslinker terhadap


resistance factor
Pada saat terjadi peristiwa water conning pada sumur, maka perlu ditambahkan zat
kimia, yang dimana zat kimia tersebut dapat merubah sifat fisik dari fluida yang terkandung
dalam reservoir, salah satunya zat kimia tersebut ialah menggunakan polimer. Dimana fungsi
polimer ini untuk menaikan viskositas air formasi sehingga menahan air formasi untuk ikut
terproduksi. Pengujian penambahan polimer dengan crosslinker memiliki tujuan untuk
mengetahui salinitas dan konsentrasi polimer yang paling tepat terhadap nilai resistance
factor. Pengujian ini mengacu kepada penurunan permeabilitas yang disebabkan oleh
kenaikan viskositas air. Pengujian menggunakan model reservoir berupa sandpack yang
berisi pasir sillica ukuran 40-80 mesh. Pengujian menggunakan tiga kenaikan salinitas yakni
pada 3.000 ppm, 10.000 ppm, dan 15.000 ppm. Serta pada tiga konsentrasi polimer yakni,
500 ppm, 1.000 ppm, 1.500 pppm, 2.000 ppm. Larutan tersebut di saturasikan kedalam
sandpack dengan dua kenaikan temperature yakni pada 150°F dan 180°F. Pada hasil
pengujian dibuktikan bahwa polimer memanglah sangat efektif untuk mereduksi jumlah air
dengan cara menurunkan permeabilitas air itu sendiri.

2. Karakterisasi Surfaktan Polimer pada Salinitas 15.000 PPM dan Suhu 85 ˚C


Injeksi kimia menggunakan Polymer-Surfactant diharapkan dapat meningkatkan
efisiensi pendesakan dan efisiensi penyapuan yang baik sehingga perolehan minyaknya dapat
meningkat setelah dilakukan water flooding dari jumlah cadangan minyak mula-mula (OOIP)
di reservoir. Pada penelitian ini akan menggunakan Surfaktan Alpha Olefin Sulfonate (AOS)
dan Polimer sintetik. Dengan menggunakan skenario sebagai berikut variasi konsentrasi
polimer sebesar 500 ppm, 1.000 ppm, dan 2.000 ppm, serta untuk variasi salinitas sebesar
15.000 ppm. sedangkan untuk konsentrasi Surfaktan sebesar 0.5%, 1%, 1.5%, 2% dan 2.5.%.
pengujian akan dilakukan pada suhu 85˚C dan dilakukan pengamatan terhadap sifat fisik
fluida antara lain viscositas, densitas, tegangan antarmuka (Inter Facial Tension). Untuk
melihat perbandingan sifat fisik fluida antara surfaktan polimer dan surfaktan. Berdasarkan
hasin uji coba terhadap sifat fisik fluida pada larutan surfaktan polimer dan surfaktan sebagai base
line dapat disimpulkan bahwa Nilai sifat fisik fluida yaitu viskositas, densitas dan tegangan antar
muka yang paling tinggi terlihat pada larutan dengan konsentrasi Surfaktan sebanyak 2,5% dan
polimer dengan konsentrasi 2000 ppm. Dapat disimpulkan bahwa larutan surfaktan polimer lebih
memiliki nilai sifat fisik fluida yang lebih tinggi dari pada surfaktan murni sebagai base line pada
suhu 85˚C.

3. Penentuan Kompisisi Surfaktan NaLS Ampas Tebu dengan pertimbangan


kestabilan surfaktan dan uji kelakuan fasa
Surfaktan ampas tebu memiliki peluang yang baik untuk mengembangkan jenis
surfaktan lokal. Penelitian ampas tebu menjadi surfaktan yang telah dilakukan baru terbatas
pada sulfonasi lignin ampas tebu menjadi surfaktan tetapi belum sampai pada penggunaan
surfaktan NaLS ampas tebu sebagai fluida injeksi reservoir minyak pada salinitas rendah.
Dengan tujuan untuk menentukan komposisi surfaktan NaLS ampas tebu dengan variasi
konsentrasi dan variasi salinitas rendah yang kompatibel jika dilakukanya injeksi surfaktan,
dengan melihat rheology surfaktan yaitu uji kestabilan surfaktan dan uji kelakuan fasa.
Komposisi surfaktan yang dapat dikategorikan siap untuk dilakukannya injeksi surfaktan
antara lain: 1,5% 4000 ppm; 1,5% 5000 ppm; 1% 15000 ppm; dan 1,5% 15000 ppm dengan
melihat hasil pengujian dan pengamatan uji kestabilan emulsi dan kelakuan fasa. Kedua
pengujian tersebut harus dilanjutkan dengan pengujian lebih lanjut berupa pengujian IFT dan
Thermal

4. Karakterisasi Surfaktan sebagai Fluida Injeksi


Maksud dan tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui bagaimana karakteristik
surfaktan yang ingin di injeksikan agar dapat bekerja optimal dalam melakukan injeksi,
dimana akan digunakan surfaktan sebagai berikut PEG 200 – Oleat dan PEG 400-Oleat,
kemudian akan di ujicoba bagaimana pengarus surfaktan tersebut terhadap kadar elektrolit
dan bagaimana hasil Densitas, SG dan IFTnya, selanjutnya diujicoba thermal stability
surfaktan, dan bagaimana pengaruh surfaktan tersebut jika ditambahkan polimer. Hasil
percobaan ini meliputi jenis surfaktan yang baik adalah surfaktan PEG 400-Oleat + air
sintetik lapangan x dengan konsentrasi 0,5% dengan nilai IFT 0,0026 dan paling berpengaruh
terhadap NaCl dengan konsentrasi 70.000 ppm menghasilkan nilai IFT 0,00001, dan CaCl 2
tidak menghasilkan IFT yang baik dimana dengan konsentrasi 1.000 ppm hanya
menghasilkan nilai IFT 0,6362, ketika uji thermal hingga 2 bulan nilai IFT cenderung turun
tetapi ketika di tambahkan polimer nilai IFT menjadi stabil dan cendrung lebih baik.

5. Pembuatan Surfaktan Natrium Ligno Sulfonat (Nals) Dari Ampas Tebu Untuk
Pembanjiran Kimia)
Perolehan minyak dapat ditingkatkan dengan menurunkan tegangan antar muka antara
minyak dan air dengan injeksi surfaktan. Ampas tebu adalah salah satu bahan organik yang
memiliki kandungan lignin yang cukup tinggi, di mana lignin adalah bahan dasar pembuatan
Surfaktan Natrium Lignosulfonate (NaLS). Penelitian ini dibagi menjadi tiga bagian. Yang
pertama adalah percobaan untuk menghasilkan lignin dari ampas tebu. Dalam percobaan ini
100 gram ampas tebu dengan ukuran 60 mesh atau 80 mesh diekstraksi oleh benzena + etanol
(2:1) dan kemudian 20%, 50%, atau 75% NaOH ditambahkan untuk mengaktifkan lignin.
Jumlah maksimum lignin yang dihasilkan adalah 24.88%. Percobaan kedua dilanjutkan untuk
menghasilkan surfaktan NaLS dari lignin yang diperoleh. Jumlah maksimum surfaktan NaLS
yang dihasilkan adalah 20.264% dari massa bagasse. Setelah itu surfaktan NaLS yang
diperoleh dari proses sebelumnya digunakan dalam percobaan pembanjiran kimia. Dalam
percobaan, konsentrasi surfaktan dalam larutan bervariasi pada 0.05%, 0.10%, 0.15%, dan
1.00%. Sementara suhu ditetapkan pada 30°C, 40°C, 60°C, 70°C, atau 80°C. Kondisi
optimum terjadi ketika larutan dengan konsentrasi surfaktan 1% disuntikkan pada 60°C.
Faktor perolehan minyak menggunakan kondisi tersebut adalah 0.47.

6. Studi laboratorium mengenai pengaruh penambahan natrium sulfit terhadap


viskositas polimer dengan berbagai konsentrasi
Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari penambahan Na₂SO₃ (Natrium
Sulfit) terhadap nilai viskositas larutan polimer dengan alat Brookfield Programmable
Rheometer. Pengujian kali ini menggunakan beberapa macam variasi konsentrasi polimer,
yakni 500 ppm, 1000 ppm, 1500 ppm, 2000 ppm, 2500 ppm, dan 3000 ppm, juga diukur
dengan variasi suhu 30°C, 50°C, 70°C, 80°C, dan 107°C. Selain itu juga dilakukan pengujian
thermal stability pada larutan polimer yang memiliki konsentrasi 3000 ppm. Tujuan dari uji
thermal ini ialah untuk mengetahui keadaan larutan polimer saat hari ke-0, hari ke-7, dan hari
ke-30, apakah terjadi pengendapan sehingga membuat larutan polimer menjadi keruh, atau
larutan polimer tetap dalam keadaan stabil, yakni masih jernih seperti pada hari ke-0. Selain
itu juga untuk mengetahui perubahan nilai viskositas polimer. Dari hasil penelitian ini,
disimpulkan bahwa penambahan natrium sulfit ini dinilai efektif pada pengaplikasian injeksi
polimer pada lapangan minyak yang memiliki temperatur tinggi, dibuktikan dengan
penurunan nilai viskositas polimer yang stabil pada pengujian thermal stability yang
dilakukan sampai hari ke-30. Nilai penurunan viskositas rata-rata larutan polimer senilai
0,388 cp.

7. Pengaruh Konsentrasi Surfaktan terhadap Lapangan di Sumatra Selatan


Satu upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan produksi minyak bumi adalah dengan
melakukan Enhanced Oil Recovery. Metode EOR yang digunakan kali ini yaitu chemical flooding
dengan menginjeksikan larutan surfaktan ke reservoir. Injeksi surfaktan dapat menguras
minyak yang terperangkap secara drastis dengan mengurangi tegangan antarmuka dan
meningkatkan efisiensi pendorongan. Penelitian ini bertujuan untuk membahas pengaruh
konsentrasi surfaktan terhadap nilai tegangan antarmuka (IFT). Surfaktan yang digunakan
yaitu SX1 L2 dan surfaktan P. Konsentrasi yang diuji pada masing-masing surfaktan yaitu
0.1%, 0.3%, 0,5%, dan 1%. Dapat dilihat hasil pengukuran IFT pada surfaktan SX1 L2 dan P,
bahwa yang mendektadi 10-3 dyne/cm yaitu pada SX1 L1 pada konsentrasi 1% yaitu nilai
IFT-nya 1.66x10-3 dan pada di konsentrasi 1% yang nilai IFT-nya 1.5x10-3. Dengan demikian,
maka dapat disimpulkan bahwa semakin besar kosentrasi surfaktan, maka semakin kecil pula
nilai tegangan antarmuka yang didapatkan, sehingga dapat digunakan untuk melakukan
injeksi kimia ke reservoir.

Anda mungkin juga menyukai