Anda di halaman 1dari 16

BAB VIII

HSE AND CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

8.1 Umum

Nama Lapangan : Lapangan MNAZI BAY/MSIMBATI

Lokasi Lapangan : South Eastern Tanzania

 Lapangan ini merupakan lapangan onshore yang terletak di dekat bibir pantai

Mnazi Bay National Park, karena berada di kawasan Hutan Lindung maka

project ini menggunakan AMDAL

 Termasuk dalam wilayah Negara Tanzania yang berbatasan dengan

Mozambique.

Gambar 8.1

Letak Lapangan MNAZI BAY/MSIMBATI, Tanzania


Batas wilayah dalam peta regional adalah sebagai berikut:

 Sebelah Barat : Kota Ruvuma

 Sebelah Timur : Samudera Hindia

 Sebelah Utara : Kota Lindi

 Sebelah Selatan : Negara Mozambique, oleh Sungai Ruvuma

Status Lahan :

 Lapangan MNAZI BAY memiliki 5 sumur Produksi, yaitu MB-1, MB-2, MB-

3, MB-4, dan MS-1X Serta 1 sumur eksplorasi, yaitu MS-1X. dengan produksi

Gas.

Gambar 8.2

Peta Kerangka Struktur Lapangan MNAZI BAY/MSIMBATI


8.1.1 Pendahuluan

Health, Safety, and Environment (HSE) merupakan faktor yang sangat

penting dalam seluruh kegiatan industri, tak terkecuali dalam industri migas.

Slogan “Safety First” yang digunakan oleh seluruh perusahaan migas sangat erat

berkaitan dengan aspek HSE. Kesehatan serta keselamatan pekerja, dan efek

samping terhadap lingkungan sekitar akan menjadi prioritas utama perusahaan

dalam mengembangkan lapangan tersebut.

Dalam melakukan kegiatan migas perlu dilakukan upaya untuk menjaga

keselamatan, keamanan, dan kelestarian lingkungan dalam bekerja. Segala

peraturan mengenai keselamatan, keamanan, dan kelestarian lingkungan

diterapkan dalam HSE (Health, Safety, and Environment). Penerapan HSE

memiliki tujuan utama untuk menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman,

sehat, nihil kecelakaan, bebas penyakit dan ramah lingkungan. Adanya bahaya

dan resiko pada kesehatan, keselamatan kerja, dan lingkungan (HSE) akan

berdampak pada pekerja, perlengkapan/peralatan, material, dan lingkungan hidup

di sekitar area operasi.

Hal pokok yang diperhatikan dalam HSE & CSR pada proyek ini adalah

berupa menganalisa kondisi surface atau social mapping dipermukaan, UKL &

UPL serta Amdal terhadap kenyamanan dan keamanan masyarakat dan pekerja

serta keramahan terhadap alam, lalu mendesain tata letak ruang surface facility

dan memberi usulan penambahan surface facility untuk mengurangi dan

mencegah pencemaran dan hal-hal yang tidak diinginkan.


8.1.2 Tujuan dan Sasaran HSE

Tujuan HSE adalah untuk memberikan petunjuk mengenai upaya

pengelolaan dan pemantauan terhadap dampak akan kesehatan, keamanan,

lingkungan, sehingga dampak yang bersifat negatif dapat diminimalkan atau

bahkan dihilangkan, sedangkan dampak positifnya dapat lebih dikembangkan

sehingga kegiatan pengembangan lapangan berjalan baik. Serta sebagai sumber

informasi yang berguna didalam pelaksanaan kegiatan sejenis di lokasi yang

berbeda.

Sedangkan sasaran HSE yaitu melindungi manusia, barang, dan

lingkungan hidup dari kecelakaan, kerusakan, kelalaian, ataupun pencemaran

akibat proses pengembangan lapangan migas. Faktor penting dari keberhasilan

HSE adalah partisipasi dan kesadaran dari setiap pekerja, dukungan dari

perusahaan, dan peraturan perundang-undangan.

8.1.3 Peraturan Perundangan di Indonesia

Dasar hukum berupa peraturan-peraturan dan perundang-undangan yang

menjadi acuan serta penerapan dalam bidang HSE & CSR di Indonsesia antara

lain :

 HSE

 Amdal (PerMen LH No. 5 Tahun 2012 Tentang Kegiatan Wajib Amdal)

 PTK BP Migas No. 16 Tahun 2007 Tentang Penerapan SMK3

 Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No.300K/38/M.PE/1997

tentang Keselamatan Kerja Pipa Penyalur MIGAS.


 CSR

 PTK BP Migas No. 17 Tahun 2005 Tentang Pengembangan Masyarakat


(Community Development)

8.1.4 Kajian Dampak Lingkungan di Wilayah Operasi

8.1.4.1 Overview

Gambar 8.3

Ilustrasi Peta Jaringan Distribusi Migas

Dalam kegiatan operasi yang dilakukan di lapangan, baik itu dari fasa

produksi hingga refinery ke semuanya membutuhkan kajian lingkungan yang

berfungsi untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Analisa sementara

yang untuk project Lapangan Mnazi-Bay ini di antaranya adalah :


1. Wilayah HSE

Gambar 8.4

Wilayah Operasi Lapangan Mnazi Bay (MB-3)

Gambar 8.5

Fasilitas Produksi Lapangan Mnazi Bay (MB-3)


2. Hasil produksi dianggap hanya berupa Gas Murni, karena kondensat yang

ada hanya dibawah 1%

a. Kumulatif produksi gas sebesar 1828.4 MMSCFD

b. Untuk titik koordinat Bor, terdapat pada data Geologi sedangkan

untuk infill well dipastikan tidak ada, karena GIIP terlalu kecil

c. Untuk cutting dibuang ke permukaan, sedangkan mud

disirkulasikan kembali kedalam sumur untuk pengeboran setelah

melalui proses daur ulang dari shale shacker, desilter dan mud pit

d. Untuk lapisan yang berpotensi dapat terjadinya lost circulation

belum diketahui, karena data perubahan caliper sebagai indicator

quick look keadaan sumur tidak tersedia pada log

8.1.4.2 Identifikasi Dampak Lingkungan

IDENTIFIKASI DAMPAK

KEGIATAN
KOMPONEN LINGKUNGAN PRODUKS EKSPLOITAS PASCA
I I PRODUKSI
A. FISIK KIMIAWI      
1. Iklim (Curah Hujan & Suhu) 0 ~ 0
2. Kualitas Udara ~ ~ ~
3. Kebisingan ~ ~ ~
4. Kualitas Air 0 ~ 0
5. Topografi & Geologi ~ ~ ~
B. BIOLOGI      
1. Biota Daratan      
a. Vegetasi ~ ~ ~
b. Aves ~ ~ ~
c. Reptilia 0 0 0
d. Mamalia ~ ~ ~
2. Biota Perairan ~ ~ ~
C. SOSEKBUD      
1. Kependudukan 0 0 0
2. Perekonomian      
a. Perumahan * ~ 0
b. Kepemilikan Benda Sekunder 0 0 0
c. Mata Pencaharian ~ ~ ~
3. Sosial Kebudayaan      
a. Agama 0 0 0
b. Pendidikan * * *
c. Konflik & Kekhawatiran Masyarakat ~ ~ ~
4. Kesehatan      
a. Penyakit Dominan ~ ~ 0
b. Pemanfaatan Sarana Kesehatan * * 0
c. Sanitasi Lingkungan * * 0

Note :
0 = Tidak ada
Dampak
* = Dampak Positif
~ = Dampak Negatif

8.1.4.3 Evaluasi Dampak Lingkungan

EVALUASI DAMPAK

KEGIATAN
KOMPONEN LINGKUNGAN PRODUKS EKSPLOITAS PASCA
I I PRODUKSI
A. FISIK KIMIAWI      
1. Iklim (Curah Hujan & Suhu) 0 0 0
2. Kualitas Udara P P P
3. Kebisingan P P P
4. Kualitas Air TP P TP
5. Topografi & Geologi P P P
B. BIOLOGI      
1. Biota Daratan      
a. Vegetasi P P P
b. Aves P P P
c. Reptilia 0 0 0
d. Mamalia P P P
2. Biota Perairan P P P
C. SOSEKBUD      
1. Kependudukan P P P
2. Perekonomian      
a. Perumahan P P P
b. Kepemilikan Benda Sekunder TP TP TP
c. Mata Pencaharian P P P
3. Sosial Kebudayaan      
a. Agama TP TP TP
b. Pendidikan P P P
c. Konflik & Kekhawatiran Masyarakat P P P
4. Kesehatan      
a. Penyakit Dominan P P P
b. Pemanfaatan Sarana Kesehatan P P P
c. Sanitasi Lingkungan P P P

Note :
0 = Tidak ada Dampak
P = Dampak Penting
TP = Dampak Tidak Penting

8.1.4.3 Bagan Alir Dampak Tahap Produksi


8.1.4.3 Bagan Alir Dampak Tahap Pasca Operasi

8.1.5 Social Mapping & Perwujudan CSR

Wentworth Africa Foundation merupakan suatu lembaga yang sengaja

dibentuk oleh Wentworth Resources dengan tujuan sebagai wadah CSR terhadap

masyarakat. WAF ini merupakan lembaga yang terdaftar dan bersifat resmi

dengan konsep Charitable, yang berarti terbuka menerima bantuan sumbangan

dari pihak manapun, baik itu perorangan maupun yang lainnya. WAF ini hadir

sebagai fasilitator berbagai project CSR yang dilakukan oleh perusahaan, seperti

dalam bidang keterampilan, kesehatan, maupun keekonomian masyarakat yang

tinggal dan bekerja disekitar wilayah proyek lapangan yang dikembangkan.

Walaupun Tanzania, khususnya kota Mtwara cenderung memiliki

pemerintahan yang stabil dan kaya akan sumber daya alam (Mineral, Natural Gas,

Objek Wisata, dll), tetap saja masih dibutuhkannya peran organisasi sosial seperti

WFA dengan mengingat bahwa :


 Baru sekitar 49% dari jumlah penduduk yang memiliki akses air minum

yang bersih dengan mudah

 40% penduduk diperkirakan belum dapat dikatakan sejahtera dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari

 Masih sangat banyak anak putus sekolah dan memutuskan untuk bekerja

sebagai petani atau nelayan

Berikut faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat pendidikan di kota Mtwara :

 Rasio yang tak sebanding antara guru dan murid

 Kelas yang terlalu padat

 Jarak yang ditempuh untuk menuju sekolah cukup jauh

 Rendahnya kesadaran penduduk akan pentingnya pendidikan

 Adanya kesulitan belajar di malam hari

 Buruknya nutrisi anak sehingga menurunkan konsentrasi dikelas untuk

belajar

Oleh karena keadaan tersebut, peran CSR sangat dibutuhkan dan sangat perlu

untuk diimplementasikan sesuai dengan bidangnya dengan detail sebagai berikut :

 Dalam Bidang Keselamatan :

 Bebas dari bahaya ledakan dan kebakaran

 Bebas dari kebisingan dan kecemasan

 Bebas dari kecelakaan lalu lintas darat


 Dalam Bidang Kesehatan

Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dan berpengaruh terhadap

keberlangsungan hidup manusia, apalagi untuk masyarakat yang berada di

kawasan operasi migas. Oleh karena itu, usaha yang dapat dilakukan dalam

menunjang tingkat kesehatan masyarakat yang dekat dengan wilayah operasi

diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Peringatan dan pengawasan berkala untuk HIV/AIDS, mengingat

wilayah Afrika masih sangat kurang dalam pemahaman arti kebersihan

dan masih maraknya seks / pernikahan di bawah umur.

2. Pembangunan Toilet umum yang dijaga kebersihannya di sekitar desa

maupun lingkungan sekolah

 Dalam Bidang Sosial & Lingkungan

Terciptanya lingkungan yang asri dan sehat menjadi impian setiap orang

terutama untuk wilayah pemukiman masyarakat yang berdekatan dengan daerah

Operasi Migas. Beberapa hal yang dapat dilaksanakan untuk menjaga dan

memperindah lingkungan sekitar daerah operasi diantaranya adalah :

1. Pembuatan Tangki air bersih siap minum

2. Pembuatan sumber tenaga listrik sederhana dari matahari


 Dalam Bidang Pendidikan

Diharapkan dengan tingkat pendidikan yang tinggi, kondisi perekonomian

masyarakat sekitar akan ikut terdongkrak naik. Sehingga CSR bisa diwujudkan

dengan cara :

1. Penyediaan beasiswa bagi siswa berprestasi

2. Pembuatan pusat pustaka

3. Pembangunan sekolah yang lebih banyak

 Dalam Bidang Perekonomian

Wujud Community Development untuk meningkatkan kondisi

perekonomian masyarakat adalah diantaranya dengan :

1. Melakukan pelatihan bisnis secara berkala

2. Membuat sentra bisnis masyarakat untuk memudahkan proses jual beli

dan informasi UMKM

3. Dukungan dalam bidang pertanian yang menjadi salah satu mata

pencaharian andalan masyarakat Mtwara.

4. Penyediaan Cool Storage untuk Masyarakat yang berprofesi sebagai

Nelayan
BAB IX

ABANDONMENT SITE AND RESTORATION

9.1 Pendahuluan

Berdasarkan Peraturan pemerintah dalam PTK BP Migas No. 40 Tahun

2010 Tentang Abandonment & Site Restoration menetapkan bahwa saat

berakhirnya kontrak, perusahaan selaku operator bertanggung jawab :

1. Melakukan ‘plug and abandon’ terhadap semua sumur-sumur di lapangan

2. Memindahkan semua peralatan dan instalasi yang pernah dibangun.

3. Melakukan perbaikan terhadap semua area yang rusak akibat operasi produksi

sesuai kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan kesehatan dan lingkungan.

9.2 Plug & Abandon Sumur

Ketika sumur-sumur sudah dianggap ekonomis dan membahayakan,

abandon dan plug sumur harus segera dilaksanakan. Sesuai dengan peraturan,

setidaknya 3 cement plug harus ditempatkan pada sumur, sebagai berikut :

1. Plug I,

diletakkan minimum 30 meter dibawah interval perforasi terbawah

sampai 30 meter di atas interval perforasi terbawah. Tujuannya untuk isolasi

lapisan yang mengandung hidrokarbon dan menghindari komunikasi antar

lapisan. Untuk lapisan dengan komplesi open hole, seluruh area yang
mengandung hidrokarbon harus di plug sampai 30 meter di atas top lapisan.

2. Plug II,

di-set sepanjang 60 meter di tengah-tengah kedalaman sumur, umumnya

di-set sekitar intermediate cashing shoe.

3. Plug III,

di-set minimum 60 meter dengan top of plug di kedalaman 50 meter di

bawah tanah.

4. Wellhead, casing, piling, dan peralatan lain

dibersihkan dari permukaan tanah sampai minimum 1 meter di bawah

tanah dan ditutup dengan semen di atasnya.

9.3 Pembersihan Peralatan Fasilitas Produksi

Fasilitas produksi dan pipeline harus dipindahkan jika lapangan

dianggap sudah tidak ekonomis. Lokasi bekas penempatan peralatan akan

diperbaiki sesuai peraturan pemerintah yang mensyaratkan adanya perlindungan

terhadap bahaya pencemaran lingkungan.

Area yang dimanfaatkan sebagai lokasi sumur, lokasi stasiun

pengumpul, dan lain-lain yang terkait dengan operasi produksi dikembalikan ke

kondisi awal dengan penanaman pepohonan untuk minimalisasi dampak negatif.

Anda mungkin juga menyukai