Aku melamunkan potretmu dengan impian-impian gila. Perhatianmu, seolah kamu begitu menginginkanku. Panggilan sayang itu mengalir darimu menyejukkan panas hatiku. Sebanrnya aku kesulitan mengartikan maksudmu. Sebab kamu tak pernah jelas-jelas meminta hatiku. Tetapi sikapmu padaku tak seperti seorang teman dalam pemahamanku. Kamu selalu berlaku lebih dari yang aku harapkan. Kamu selalu meminta pendapatku untuk setiap hal yang ingin kamu lakukan. Bukankah itu artinya aku adalah seorang yang kamu anggap spesial. Pernah kita berjalan berdua, lalu kamu gandeng tanganku tanpa berkata apa-apa. Kamu tahu ? untukku itu yang pertama. Aku baru mengerti, bergandengan tangan saja bisa berpengaruh sekuat ini sampai membuatku hilang kendali. Aku tak berkomentar apa-apa, sebab sibuk meredam ledakan dalam dada Berlebihankah ? menurutku tidak. Bukankah yang pertama selalu meninggalkan kesan yang luar biasa ? Mungkin serupa majas hiperbola. Aku tersengat perasaan yang tak bisa ku ungkap. Mulai berharap lebih dan lebih dekat. Tapi kamu hanya diam ditempat, apakah memang aku saja yang berharap ? Semakin lama, aku semakin dilema atas ketidakjelasan diantara kita Samapai datang beritamu dari seseorang akhirnya sampai juga ditelingaku Bahwa kamu tak lagi sendiri Ada dia yang kamu jadikan pujaan hati Aku mematung dihantam bingung, apa maksud baikmu jika tujuanmu bukan aku ? Apa maksud panggilan sayang itu jika kamu tak menyayangiku ? Aku terlalu cepat berharap, sedang kamu hanya tersesat Betapa kurasa bodoh atas kepercayaan diriku ini Kukira kamu juga menginginkan kita lebih dari ini Sesakit apapun rasa dihati, aku rela melepasmu pergi Aku sadar diri, disini hanya aku yang jatuh hati.