Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Russel mendefinisikan HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus
yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut Limfosit (sel T
CD4+) yang tugasnya menjaga sistem kekebalan tubuh karena sistem kekebalan
tubuh karena sistem kekebalannya rusak (Keliat, 2014). Menurut Depkes RI
(2003), definisi HIV yaitu virus yang menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel
darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh
manusia. AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome, yang
berarti kumpulan gejala atau sindroma akibat menurunnya kekebalan tubuh yang
umumnya ditandai dengan adanya berbagai infeksi baik akibat virus, bakteri, parasit
maupun jamur. Keadaan infeksi ini yang dikenal dengan infeksi oportunistik (Zein,
2006).
Faktor risiko yang berperan dalam penularan HIV/AIDS meliputi perilaku
berisiko tinggi seperti hubungan seksual dengan pasangan berisiko tinggi tanpa
penggunaan kondom, hubungan seksual multipartner, dengan pasangan seks
diketahui terinfeksi HIV, kontak seks per anal serta pengguna narkotika intravena
dengan pemakaian jarum secara bersama tanpa sterilisasi yang memadai.
Penularan penyakit ini ialah melalui cairan tubuh, dimana cairan yang berpotensi
mengandung virus HIV meliputi darah, cairan sperma, cairan vagina dan air susu
ibu. Sindroma HIV akut adalah istilah untuk tahap awal infeksi HIV. Gejalanya
meliputi demam, lemas, nafsu makan turun, sakit tenggorokan (nyeri saat menelan),
batuk, nyeri persendian, diare, pembengkakkan kelenjar getah bening, bercak
kemerahan pada kulit (makula / ruam).
HIV/AIDS telah menjadi masalah darurat global. Di seuluruh dunia, 35 juta
orang hidup dengan HIV dan 19 juta orang tidak mengetahui status HIV positinf
mereka (UNAIDS, 2014). Epidemi HIV/AIDS juga menjadi masaah di Indonesia
yang merupakan negara urutan ke-5 paling berisiko HIV/AIDS di Asia (Kemenkes,
2013). Kasus pertama AIDS di Indonesia dilaporkan dari Bali pada bulan April tahun
1987. Penderitanya adalah seorang wisatawan Belanda yang meninggal di RSUP
Sanglah akibat infeksi sekunder pada paru-parunya. Sampai dengan akhir tahun 1990,

1
2

peningkatan kasus HIV/AIDS menjadi dua kali lipat (Muninjaya, 1998). Berdasarkan
Infodatin (2017), laporan kasus baru HIV meningkat setiap tahunnya sejak pertama
kali dilaporkan, dengan lonjakan peningkatan paling banyak adalah pada tahun 2016
dibandingkan dengan tahun 2015, yaitu sebesar 10.315 kasus. Berdasarkan data 2017
yang bersumber dari Sistem Informasi HIV/AIDS dan IMS (SIHA), jumlah kasus
HIV sebanyak 48.300 sedangkan jumlah kasus AIDS sebanyak 9.280, dengan jumlah
penderita HIV terbanyak ditemukan di Jawa Timur 8.204, dan Bali secara nasional
menempati urutan ke-6 dengan jumlah 2.441 kasus. Dari seluruh penderita HIV
tersebut, 62% merupakan laki-laki, serta dengan kelompok usia penderita terbanyak
ialah kelompok usia 25-49 tahun.
Sementara itu, case fatality rate/CFR (jumlah kematian dalam persen
dibandingkan jumlah kasus dalam suatu penyakit tertentu) AIDS di Indonesia, pada
tahun 2001 (21,38%) menunjukkan penurunan yang signifikan dibandingkan tahun
2000 (5,48%), kemudian naik kembali sampai tahun 2004 (13,21%), selanjutnya
sampai September 2017 menunjukkan kecenderungan yang menurun. Hal ini
membuktikan bahwa upaya pengobatan yang dilakukan telah berhasil guna
menurunkan angka kematian akibat AIDS. Namun, lain halnya dengan jumlah kasus
HIV yang tidak stabil, bahkan cenderung meningkat, seperti pada tahun 2017 yang
meningkat sebanyak 7.050 penderita disbanding tahun 2016 (41.250 kasus). Hal ini
menunjukkan bahwa penalaksanaan program pencegahan HIV perlu ditingkatkan
lebih adekuat lagi untuk membantu menurunkan angka prevalensi HIV di Indonesia.

.
Pada prakteknya di masa pandemi, pencegahan COVID-19 diperlukan
kerjasama semua stakholder, sehingga dalam meningkatkan kepatuhan perilaku
masyarakat tersebut, diperlukan peran kepala desa dan tokoh-tokoh masyarakat
dalam menggalakkan perilaku hidup bersih dan sehat terkait pencegahan terhadap
COVID-19. Maka dari itu pada kesempatan ini, kami berniat melakukan
penyuluhan mengenai pencegahan COVID-19 kepada kepala desa dan tokoh
masyarakat di lingkungan kerja Puskesmas Tabanan II sebagai langkah awal yang
penting dalam membantu menyukseskan gerakan pencegahan ini.

2
3

BAB II
PERENCANAAN PKM

2.1 IDENTIFIKASI MASALAH


Puskesmas Tabanan II merupakan Faskes Tingkat I di wilayah Kecamatan
Tabanan yang melingkupi 6 Desa yaitu Desa Subamia, Desa Denbantas, Desa
Tunjuk, Desa Wanasari, Desa Buahan, Desa Sesandan

2.2 ANALISIS MASALAH


Kurangnya pengetahuan masyarakat menegani covid-19, pengetahuan
mengenai gejala dan pencegahan covid-19 .

2.3 TUJUAN PENYULUHAN


2.3.1 TUJUAN UMUM
Tujuan umum dari penyuluhan ini adalah meningkatkan pengetahuan
masyarakat mengenai bagaimana bahaya covid-19

2.3.2 TUJUAN KHUSUS


Adapun tujuan khusus dari penyuluhan ini adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai covid-19

3
4

2. Meningkatkan pemahaman serta pengetahuan masyarakat mengenai


pencegahan covid-19
3. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai gejala covid-19.

2.4 KELOMPOK SASARAN


Kelompok sasaran kegiatan PKM kami pilih yaitu adalah Aparat desa dan
tokoh-tokoh adat
2.5 STRATEGI PELAKSANAAN
2.5.1 PERSIAPAN PENYULUHAN
Persiapan penyuluhan terdiri dari beberapa bagian antara lain:
1. Berdiskusi dengan pemegang program Promkes UPT. Kesmas Tabanan II.
2. Survey tempat serta meminta izin kepada Kepala Desa
3. Penyusunan materi penyuluhan dalam bentuk power point presentation/slide,
video
4. Penyusunan kuisioner untuk penilaian pre-test dan post-test
5. Penguasaan materi penyuluhan.
6. Penguasaan cara-cara komunikasi atau penyampaian pesan.
7. Persiapan alat-alat untuk presentasi.

2.5.2 TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN


Hari/Tanggal : -
Waktu : -
Tempat : -
2.5.3 PELAKSANAAN PENYULUHAN
Pelaksanaan penyuluhan terdiri dari beberapa bagian antara lain:
1. Tim penyuluh minta ijin kepada Kepala Desa
2. Tim penyuluh lokasi penyuluhan.
3. Sebelum penyuluhan, Kepala pemegang program promosi kesehatan
Puskesmas Tabanan II memberikan sambutan.
4. Penyuluh memberikan kuisioner untuk diisi oleh peserta.
5. Penyuluh menyampaikan materi tentang covid-19.
6. Tanya jawab tentang materi yang telah disampaikan.
7. Penyuluh kembali memberikan kuisioner untuk diisi oleh peserta.

4
5

8. Penutup.

2.6 ISI PENYULUHAN


Adapun isi dari penyuluhan, yaitu:
1. Pengetahuan tentang covid-19
2. Pengetahuan tentang pencegahan covid-19
3. Pengetahuan mengenai gejala covid-19

2.7 METODE PENYULUHAN


Penyuluhan ini dilakukan Bale Banjar Metode yang dilakukan pada
penyuluhan ini adalah penyuluhan materi secara interaktif tentang covid-19,
gejala,dan pencegahannya

2.8 MEDIA PENYULUHAN


Media yang digunakan untuk mempermudah dan memperlancar penyampaian
materi penyuluhan yaitu sebagai berikut:
1. Slide presentasi berisi materi tentang covid-19, pencegahan covid-19 dan
gejala covid-19.
2. Video edukasi mengenai pencegahan covid-19

2.9 RENCANA PENYULUHAN


Penyuluhan akan dilaksanakan Bale Banjar dengan alokasi waktu sebagai
berikut :
Waktu Kegiatan Metode Fasilitator Acuan
Registrasi, pembagian
09.00-09.15 Ceramah Dokter Muda
snack dan perkenalan

09.15-09.20 Pemberian pre-test Penilaian Dokter Muda Kuisioner

09.20-10.00 Penyampaian materi Ceramah Dokter Muda Slide

10.00-10.20 Diskusi Diskusi Dokter Muda

5
6

Pemberian post-test, dan


10.20-10.40 Penilaian Dokter Muda Kuisioner
Penutup

2.10 RENCANA EVALUASI


2.10.1 PENILAIAN PROSES
Penilaian proses penyuluhan terdiri dari beberapa bagian antara lain:
1. Indikator penilaian
- Dukungan dari pihak UPT. Kesmas Tabanan II dalam membantu
membuatkan surat izin penyuluhan .
- Dukungan dari pihak yang bersangkutan
- Dukungan dari pihak Kepala program Promosi Kesehatan dalam
melakukan pendampingan selama penyuluhan.
- Ketepatan waktu pelaksanaan yaitu tiga jam.
- Sarana yang dipergunakan untuk penyuluhan berupa LCD, laptop, serta
materi penyuluhan.
- Keseriusan peserta dalam mengikuti penyuluhan, berupa peserta tidak
ribut (dapat menjaga ketenangan), mau mendengarkan dengan baik, serta
aktif dalam bertanya selama penyuluhan.
2. Waktu penilaian
Penilaian dilakukan sebelum, selama, dan sesudah pelaksanaan.
3. Cara pelaksanaan
- Tidak adanya kesulitan dalam melaksanakan koordinasi dengan puskesmas
Tabanan II
- Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana pelaksanaan.
4. Penilai
Dokter Muda Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
2.10.2 PENILAIAN HASIL
Penilaian hasil penyuluhan terdiri dari beberapa bagian antara lain:
1. Indikator penilaian
- Peningkatan pengetahuan tentang covid-19, gejala dan pencegahan covid-
19

6
7

- Untuk evaluasi kegiatan penyuluhan dengan cara pemberian pre-test dan


post-test kepada peserta.
2. Waktu penilaian
Waktu penilaian dilakukan sebelum, selama dan sesudah penyuluhan.
3. Cara penilaian
Menggunakan metode pre-test dan post-test.
4. Penilai
Dokter muda Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

7
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai