MIOMA UTERI
OLEH :
Syahriza Pahlevi 1710029040
Jumadil Akbarriansyah 1710029077
Joko Trisutrisno F M 1710020081
Pembimbing
dr. Erwin Ginting, Sp.OG
Gejala akibat mioma uteri terutama bergantung pada lokasinya. Tumor ini
dapat terletak tepat di bawah lapisan endometrium atau desidua di rongga uterus
(submukosa), tepat di bawah serosa uterus (subserosa), atau mungkin terbatas di
dalam miometrium (intramural). Sewaktu tumbuh, mioma intramural dapat
menghasilkan komponen subserosa dan submukosa, atau keduanya, yang
signifikan. Mioma uteri ini menimbulkan masalah besar dalam kesehatan dan
terapi yang efektif belum didapatkan, karena sedikit sekali informasi mengenai
etiologi mioma uteri itu sendiri. Walaupun jarang menyebabkan mortalitas,
namun morbiditas yang ditimbulkan oleh mioma uteri ini cukup tinggi karena
mioma uteri dapat menyebabkan nyeri perut dan perdarahan abnormal, serta
diperkirakan dapat menyebabkan kesuburan rendah (Cunningham, 2012).
Pengobatan mioma uteri dengan gejala klinik umumnya adalah tindakan
operasi yaitu histerektomi atau pada wanita yang ingin mempertahankan
uterusnya, miomektomi dapat menjadi pilihan. Namun pembedahan jarang
dilakukan selama kehamilan, tetapi insiden seksio sesarea pada kasus kehamilan
dengan mioma uteri sangat meningkat.
1.2 Tujuan
Pada tutorial klnik ini akan dibahas lebih lanjut mengenai mioma uteri
terkait alur diagnosis hingga penatalaksanannya
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Anamnesis
Identitas Pasien
Nama : Ny.S
Usia : 41 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jl. Juanda, Samarinda
MRS : Senin, 18 Februari 2019 pkl 13.00 WITA
Identitas Suami
Nama : Tn.Supriyanto
Usia : 50 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Juanda, Samarindaa
Keluhan Utama:
Nyeri perut bawah
Riwayat menstruasi
Pasien menarche pada usia 16 tahun, dengan durasi menstruasi selama 3-4
hari dan siklus yang tidak teratur. Dalam sehari dapat mengganti 3-4 kali
pembalut.
Riwayat perkawinan
Perkawinan pertama, umur menikah 25 tahun, dan lama menikah 17 tahun
Riwayat obstetrik
1. 2003. Aterm. spontan. bidan, laki-laki. BB 3800 gr, hidup
2. 2010. Aterm, SC, dokter, BB 3000 grr, hidup
3. 2013, Aterm, SC, dokter, BB 3000 gr, hidup
Kontrasepsi
Pasien menggunakan suntik KB selama 6 tahun
Status Generalis
Kepala
Mata : Konjungtiva anemis (-), Sklera ikterik (-), Pupil isokor (3
mm/3mm), Refleks cahaya (+/+)
Hidung : Deviasi septum nasi (-), Pernapasan cuping hidung (-)
Telinga : Gangguan pendengaran (-)
Mulut : Sianosis (-), Pucat (-)
Leher : Deviasi trakea (-), Pembesaran KGB (-)
Thoraks
Paru
Inspeksi : Pergerakan dada simetris, retraksi ICS (-), Pelebaran
ICS (-)
Palpasi : Gerakan dada simetris.
Perkusi :
D S
Sonor Sonor
Auskultasi : vesikuler, rhonki (-/-), wheezing
Sonor Sonor (-/-), Suara Nafas (+)
Sonor Sonor
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba
Perkusi : batas jantung kanan : axilaris anterior line dekstra,
batas jantung kiri : midclavicula line ICS V sinistra
Auskultasi : S1 S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : datar
Palpasi : Soefl, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan
epigastrium (-), nyeri tekan perut bawah (+)
Perkusi : timpani di seluruh lapangan abdomen
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas
Superior : Hangat (+), edema (-), CRT < 2 detik
Inferior : Hangat (+), edema (-) CRT <2 detik
Status obstetri
Pemeriksaan dalam vagina (VT) tidak dilakukan
2.3 Pemeriksaan Laboratorium
DARAH LENGKAP
Tanggal 18-02-2019
Hb 12,3
Hct 38,8 %
Leukosit 7.84
Trombosit 345.000
2.4 Penatalaksanaan
R/Laparatomi
PRC II kolf
Pemeriksaan fisik ;
Inspeksi : nyeri tekan perut (+)
A : Mioma Uteri
P:
Observasi KU dan tanda vital
Rencana laparaomi
Siap PRC II kolf
18-02-2019 S: Nyeri Perut Bawah
12.00
Nifas O:
Tanda vital :
TD : 110/80 mmhg, N: 86x/menit, RR : 20x/menit, T:
36,6oC
Pemeriksaan fisik ;
Inspeksi : nyeri tekan perut (+)
A : Mioma Uteri
P:
Observasi KU dan tanda vital
Rencana laparaomi
Profilaksis Inj. Cefotaxime 1 gr/IV
BAB III
Tinjauan Pustaka
Tumor ini paling sering ditemukan pada wanita umur 35 - 45 tahun (kurang
lebih 25%), namun jarang ditemukan pada wanita 20 tahun dan wanita post
menopause. Wanita yang sering melahirkan, sedikit kemungkinannya untuk
perkembangan mioma ini dibandingkan dengan wanita yang tak pernah hamil atau
hanya satu kali hamil. Statistik menunjukkan 60% mioma uteri berkembang pada
wanita yang tidak pernah hamil atau hanya hamil satu kali. Namun insiden tumor
ini pada kehamilan mungkin sekitar sekitar 2 persen.Prevalensi meningkat apabila
ditemukan riwayat keluarga, ras, kegemukan dan nullipara (Cunningham, 2012).
Frekuensi kejadian mioma uteri paling tinggi antara usia 35-50 tahun
yaitu mendekati angka 40%, sangat jarang ditemukan pada usia dibawah 20
tahun. Sedangkan pada usia menopause hampir tidak pernah
ditemukan.Pada usia sebelum menarke, kadar estrogen rendah, dan
meningkat pada usia reproduksi, serta akan turun pada usia menopause.
Pada wanita menopause mioma uteri ditemukan sebesar 10% (Ganong,
2008).
b. Riwayat Keluarga
c. Obesitas
Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri. Hal ini mungkin
berhubungan dengan konversi hormon androgen menjadi estrogen oleh
enzim aromatase di jaringan lemak. Hasilnya terjadi peningkatan jumlah
estrogen tubuh, dimana hal ini dapat menerangkan hubungannya dengan
peningkatan prevalensi dan pertumbuhan mioma uteri (Parker, 2007).
d. Paritas
3.4 Klasifikasi
Keluhan yang diakibatkan oleh mioma uteri sangat tergantung dari lokasi,
arah pertumbuhan, jenis, besar dan jumlah mioma serta komplikasi yang terjadi.
Hanya dijumpai pada 20-50% saja mioma uteri menimbulkan keluhan, sedangkan
sisanya tidak mengeluh apapun. Hipermenore, menometroragia adalah merupakan
gejala klasik dari mioma uteri. Gejala perdarahan yang paling sering adalah jenis
mioma submukosa, selain itu, penderita mioma mengeluh dismenore, nyeri perut
bagian bawah, serta nyeri pinggang (Ganong, 2008).
Massa di Perut Bawah. Penderita mengeluhkan merasakan adanya massa
atau benjolan di perut bagian bawah (Ganong, 2008).
a. Perdarahan Abnormal Uterus (Ganong, 2008).
Teori yang menjelaskan perdarahan yang disebabkan mioma uteri
menyatakan terjadi perubahan struktur vena pada endometrium dan
miometrium yang menyebabkan terjadinya venule ectasia. Endometrium
tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya mioma diantara serabut
miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang
melaluinya dengan baik (Ganong, 2008).
b. Nyeri Perut.
Gejala nyeri tidak khas untuk mioma, walaupun sering terjadi. Hal ini
timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma yang disertai
dengan nekrosis setempat dan peradangan. Pada pengeluaran mioma
submukosa yang akan dilahirkan, pada pertumbuhannya yang
menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan dismenorrhoe. Dapat
juga rasa nyeri disebabkan karena torsi mioma uteri yang bertangkai. Dalam
hal ini sifatnya akut, disertai dengan mual dan muntah. Pada mioma yang
sangat besar, rasa nyeri dapat disebabkan karena tekanan pada pleksus
uterovaginalis, menjalar ke pinggang dan tungkai bawah (Ganong, 2008).
c. Pressure Effects ( Efek Tekanan )
b. Pemeriksaan Fisik
c. Pemeriksaan penunjang
1) Temuan Laboratorium
2) Imaging
a) Pemeriksaan dengan USG (Ultrasonografi) transabdominal dan
transvaginal bermanfaat dalam menetapkan adanya mioma uteri.
Ultrasonografi transvaginal terutama bermanfaat pada uterus yang
kecil. Uterus atau massa yang paling besar baik diobservasi melalui
ultrasonografi transabdominal. Mioma uteri secara khas
menghasilkan gambaran ultrasonografi yang mendemonstrasikan
irregularitas kontur maupun pembesran uterus (Cunningham,
2012).
b) Histeroskopi digunakan untuk melihat adanya mioma uteri
submukosa, jika mioma kecil serta bertangkai. Mioma tersebut
sekaligus dapat diangkat (Cunningham, 2012).
c) MRI (Magnetic Resonance Imaging) sangat akurat dalam
menggambarkan jumlah, ukuran, dan likasi mioma tetapi jarang
diperlukan. Pada MRI, mioma tampak sebagai massa gelap
berbatas tegas dan dapat dibedakan dari miometrium normal. MRI
dapat mendeteksi lesi sekecil 3 mm yang dapat dilokalisasi dengan
jelas, termasuk mioma (Cunningham, 2012).
3.7 Penatalaksanaan
a. Konservatif
b. Medikamentosa
c. Operatif
3.8 Komplikasi
Komplikasi mioma uteri yang dapat terjadi adalah degenerasi ganas dan
torsi. Degenerasi ganas mioma uteri dapat menjadi leiomiosarkoma. Keganasan
umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat.
Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan
apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause. Selanjutnya, torsi
(putaran tangkai) dapat menjadi komplikasi pula. Sarang mioma yang bertangkai
dapat mengalami, timbul gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis.
Dengan demikian terjadilah sindrom abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-
lahan, gangguan akut tidak terjadi (Prawirohardjo, 2012).
3.9 Prognosis
Pasien Ny. S usia 41 tahun datang ke IGD RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda 11 Februari 2019 dengan keluhan nyeri perut kiri bawah. Setelah
melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang maka
didapatkan diagnosis ektopik terganggu.
4.1. Anamnesis
Teori Kasus
Dalam anamnesis dicari keluhan
utama serta gejala klinis mioma Pasien datang ke RS Abdul Wahab
lainnya, faktor risiko serta Sjahranie Samarinda dengan keluhann
kemungkinan komplikasi yang terjadi. nyeri perut bagian bawah sejak,
Biasanya ada keluhan teraba massa memberat dalam 2 minggu terakhir.
menonjol keluar dari jalan lahir yang Dalam sehari pasien dapat mengganti
dirasakan bertambah panjang serta pembalut hingga 3-4 kali Pasien juga
adanya riwayat perdarahan merasakan bahwa jadwal menstruasi
pervaginam terutama pada wanita usia tidak teratur dan sering mengeluhkan
40-an. Kadang juga dikeluhkan adanya nyeri pinggang ketika duduk
perdarahan kontak (Parker, 2007). terlalu lama. Selain itu pasien
mengeluhkan nyeri perut bagian
bawah sejak 1 bulan dan juga pusing
yang hilang timbul . Nyeri perut yang
dirasakan seperti keram yang awalnya
hilang timbul, namun kemudian
muncul terus menerus hingga saat ini.
Pasien menyangkal adanya keluhan
gangguan penglihatan, nyeri kepala.
Riwayat merokok dan minum alkohol
disangkal oleh pasien. Riwayat
perdarahan dan nyeri saat
berhubungan seksual disangkal oleh
pasien. Riwayat keputihan juga tidak
ada.
- Pemeriksaan ginekologi:
4.4 Penatalaksanaan
Teori Kasus
Penatalaksanaan:
1.Konservatif : Pada mioma kecil dan R/ Laparatomi
tanpa gejala tidak memerlukan Inj. Cefotaxime 1gr/IV
pengobatan, tetapi harus diawasi Persiapan pre-op PRC II kolf
perkembangan tumornya. Jika mioma
lebih besar dari kehamilan 10-12 minggu,
tumor yang berkembang cepat, terjadi
torsi pada tangkai, perlu diambil tindakan
operasi.
2.Medikamentosa: Terapi yang dapat
memperkecil volume atau menghentikan
pertumbuhan mioma uteri secara menetap
belum tersedia pada saat ini. Terapi
medikamentosa masih merupakan terapi
tambahan atau terapi pengganti sementara
dari operatif. Preparat yang selalu
digunakan untuk terapi medikamentosa
adalah analog GnRHa (Gonadotropin
Realising Hormon Agonis), progesteron,
danazol, gestrinon, tamoksifen, goserelin,
antiprostaglandin, agen-agen lain seperti
gossypol dan amantadine.
3.Operasi: Indikasi terapi operatif untuk
mioma uteri menurut American College
of Obstetricians and Gynecologist
(ACOG) adalah: (Parker, 2007).
1) Perdarahan uterus yang tidak
respon terhadap terapi
konservatif
2) Dugaan adanya keganasan
3) Pertumbuhan mioma pada
masa menopause
4) Infertilitas karena gangguan
pada cavum uteri maupun
karena oklusi tuba
5) Nyeri dan penekanan yang
sangat mengganggu
6) Gangguan berkemih maupun
obstruksi traktus urinarius
7) Anemia akibat perdarahan
Pengobatan operatif meliputi
miomektomi, histerektomi dan embolisasi
arteri uterus.
BAB V
KESIMPULAN
1. Mioma uteri, juga dikenal sebagai leiomioma uterus adalah tumor jinak pada
daerah rahim, yaitu otot rahim dan jaringan ikat di sekitarnya, terutama
merupakan tumor pada otot polos uterus.
2. Gejala akibat mioma uteri terutama bergantung pada lokasinya. Tumor ini
dapat terletak tepat di bawah lapisan endometrium atau desidua di rongga
uterus (submukosa), tepat di bawah serosa uterus (subserosa), atau mungkin
terbatas di dalam miometrium (intramural). Sewaktu tumbuh, mioma
intramural dapat menghasilkan komponen subserosa dan submukosa, atau
keduanya, yang signifikan.
3. Gejala mioma uteri berupa perdarahan uterus abnormal, rasa nyeri saat
menstruasi, dyspareunia, nyeri pinggang, efek penekanan ke ureter, vesical
urinaria, dan rectum, dan infertilitas.
4. Terapi mioma simptomatik berupa analgesia dan observasi, dimana umumnya
gejala dan tanda akan mereda dalam beberapa hari. Peradangan yang terjadi
dapat memicu persalinan pada pasien hamil dengan mioma uteri. Pengobatan
mioma uteri dengan gejala klinik umumnya adalah tindakan operasi yaitu
histerektomi (pengangkatan rahim) atau pada wanita yan ingin
mempertahankan kesuburannya, miomektomi (pengangkatan mioma) dapat
menjadi pilihan.
DAFTAR PUSTAKA