Anda di halaman 1dari 25

PANDUAN PRAKTIKUM

PROTEKSI TANAMAN

LABORATORIUM PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2020
Acara 1 & 2. Pengenalan Hama Tanaman dan Musuh Alami

Hama tanaman merupakan binatang-binatang pengganggu tanaman, perusak tanaman

dan mampu menimbulkan kerugian secara ekonomi. Hama mampu membuat produksi suatu

tanaman berkurang bahkan mampu membunuh tanaman budidaya. Hama pada umumnya

merupakan kelas insekta, yang dicirikan dengan terdapatnya 6 tangan, sehingga serangga

sering juga disebut Hexapoda. Serangga hama mempunyai bagian tubuh yang utama yaitu

caput, abdomen ,dan thorax.

Serangga dibagi menjadi 32 ordo atau kelompok. Urutan terbesar serangga adalah

kumbang (Coleoptera) dengan 125 keluarga yang berbeda dan sekitar 500.000 spesies yang

berbeda. 5.000 spesies bangsa capung (Odonata), 20.000 spesies bangsa belalang (Orthoptera),

170.000 spesies bangsa kupu-kupu dan ngengat (Lepidoptera), 120.000 bangsa lalat dan

kerabatnya (Diptera), 82.000 spesies bangsa kepik (Hemiptera), dan 110.000 spesies bangsa

semut dan lebah (Hymenoptera) (Yoxx, 2010). Secara garis besar hama tanaman dapat

digolongkan berdasarkan tipe mulut hama, cara menyerang, bagian tanaman yang diserang,

fase pertumbuhan dan waktu terjadinya serangan.

Berdasarkan tipe mulutnya, hama dibedakan menjadi 5 kelompok yaitu tipe mulut

menggigit mengunyah, tipe mulut meraut menghisap, tipe mulut menjilat menghisap, tipe

mulut menghisap, tipe mulut menusuk menghisap. Berdasarkan cara menyerangnya hama

dapat dikelompokkan menjadi hama penggerek, hama penggorok, hama penggulung, hama
pelipat, hama pemarut, hama pelipat, hama penghisap, dan hama penjerap. Berdasarkan fase

pertumbuhan tanaman dapat dibedakan menjadi hama masa vegetatif tanaman, hama masa

generative dan juga hama pasca panen.

Musuh alami merupakan organisme yang dapat memakan atau melemahkan hama

sehingga populasi serangga hama berada di bawah ambang ekonomis. Musuh alami dapat

berupa predator, parasitoid maupun patogen. Dalam acara praktikum ini hanya dikenalkan

artopoda yang dapat berperan sebagai predator atau parasitoid pada hama (golongan insekta)

pada tanaman bududidaya. Predator mengendalikan populasi hama melalui mekanisme

pemangsaan. Parasitoid merupakan organisme yang hidup di dalam atau pada tubuh serangga

hama.

A. Tujuan Praktikum

1. untuk mengenali berbagai jenis hama beserta ciri-cirinya, serta tanda tanda

serangan pada beberapa komoditas pertanian

2. Mengenal beberapa musuh alami dari golongan Arthopoda

B. Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah berbagai hama pada tanaman budidaya

serta beberapa musuh alami hama tanaman. Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah

alat tulis

C. Cara Kerja

1. Sebutkan dan gambarkan secara detail hama beserta ciri-ciri khas pada masing-

masing hama serta bentuk mulut hama

2. Catatlah ciri masing-masing tanda serangan hama pada komoditas tanaman


D. Pelaporan

Kerjakan pada lembar kerja, Deskripsikan hama tersebut beserta gejala serangan pada

tanaman budidaya dan siklus hidup hama tersebut. Deskripsikan dengan rinci musuh alami

yang dapat digunakan beserta inangnya.


Acara 3 & 4. Penyakit Tanaman dan Agensia Hayati

Timbulnya penyakit pada tanaman disebabkan oleh adanya interaksi antara inang

(tanaman), dan patogen pada lingkungan yang sesuai. Patogen merupakan penyebab penyakit

pada tanaman, dapat berupa jamur, bakteri, virus ataupun nematoda.

Gejala penyakit tanaman timbul sebagai akibat masuknya patogen ke dalam jaringan

tanaman dan menyebabkan terjadinya infeksi sehingga menyebabkna terjadinya perubahan pada

sel atau jaringan tanaman tersebut. Penyebab penyakit yang bersifat biotic disebut pathogen,

dengan ciri utama dapat ditularkan ke tanaman sehat. Sedangkan penyakit yang bersifat abiotik

disebabkan oleh factor lingkungan tidak bersifat meluar.

Identifikasi penyakit tanaman yang paling sederhana dilakukan dengan pengamatan

symptom (gejala) yang timbul pada tanaman. Identifikasi penyakit tanaman yang paling

sederhana dilakukan dengan pengamatan symptom (gejala) yang timbul pada tanaman.

Berdasarkan perubahan yang terjadi pada sel/jaringan tanaman, gejala penyakit dapa

dibagi menjadi tiga tipe yaitu

1. Nekrosis

Nekrosis merupakan rusak atau matinya sel-sel tanaman, nekrosis dibagi lagi menjadi

beberapa gejala yaitu

• Hidrosis : bagian tanaman nampak kebasah-basahan

• Klorosis : Menguningnya bagian tanaman yang semula berwarna hijau

• Nekrosis : timbulnya bercak dengan warna dan bentuk bermacam-macam,

umumnya coklat sampai hitam

• Perforasi : terbentuknya lubang-lubang karena runtuhnya sel-sel yang telah mati

pada pusat bercak nekrotis.


• Busuk : Gejala nekrosis pada jaringan tumbuhan yang tebal. Bila jaringan yang

membusuk menjadi berair disebut busuk basah sedangkan bila menjadi kering

disebut busuk kering

• Damping off : rebahnya tumbuhan yang masih muda akibat terjadinya

pembusukan pada pangkal batang yang berlangsung sangat cepat

• Eksudasi : terjadinya pengeluaran cairan dari tumbuhan karena penyakit

• Kanker : terjadinya kematian jaringan kulit tumbuhan yang berkayu, selanjutnya

jaringan kulit yang mati tersebut mengering, berbatas tegas, mengendap dan

pecah-pecah dan akhirnya bagian itu runtuh sehingga terlihat bagian kayunya.

• Layu : hilangnya turgor pada bagian daun atau tunas sehingga bagian tersebut

menjadi layu.

• Mati Ujung : kematian ranting atau cabang yang dimulai dari ujung dan meluas

ke batang.

• Terbakar : mati dan mengeringnya bagian tumbuhan tertentu laximnya daun,

yang disebabkan oleh patogen abiotik. Gejala ini terjadi secara mendadak.

1. Hipoplasia

Hipoplasia merupakan terhambatnya atau terhentinga pertumbuhan dan perkembangan

sel, hipoplasia dibagi lagi menjadi beberapa gejala yaitu

• Etiolasi : tumbuhan menjadi pucat, tumbuh memanjang dan mempunyai daun-

daun yang sempit karena mengalami kekurangan cahaya.

• Atrophy : gejala habital yang disebabkan karena terhambatnya pertumbuhan

sehingga ukurannya menjadi lebih kecil daripada biasanya

• Klorosis : terjadinya penghambatan pembentukan klorofil sehingga bagian yang

seharusnya berwarna hijau menjadi berwarna kuning atau pucat. Bila pada daun

hanya bagian sekitar tulang daun yang berwarna hijau maka disebut voin
banding. Sebaliknnya jika bagian-bagian daun di sekitar tulang daun yang

menguning disebut voin clearing.

• Perubahan simetri : hambatan pertumbuhan pada bagian tertentu yang tidak

disertai dengan hambatan pada bagian lainnya, sehingga menyebabkan

terjadinya penyimpangan bentuk

• Roset : hambatan pertumbuhan ruas-ruas (internodia) batang tetapi pembentukan

daun-daunnya tidak terhambat, sebagai akibatnya daun-daun berdesak-desakan

membentuk suatu karangan.

2. Hiperplasia

Hiperplasia merupakan terjadinya perkembangan sel yang luar biasa, hiperplasia dibagi

lagi menjadi beberapa gejala yaitu

• Erinosa : terbentuknya banyak trikom (trichomata) yang luar biasa sehingga pada

permukaan alat itu (biasanya daun) terdapat bagian yang seperti beludru.

• Fasiasi : suatu organ yang seharusnya silindris berubah menjadi pipih, lebar dan

membelok, bahkan ada yang membentuk seperti spiral.

• Intumesensia : sekumpulan sel pada daun atau batang memanjang sehingga

bagian itu nampak membengkak

• Kudis : bercak atau noda kasar, agak menonjol. Kadang-kadang pecah-pecah. Di

bagian tersebut terdapat sel-sel yang berubah menjadi sel-sel gabus

• Menggulung/Mengeriting : gejala ini disebabkan karena pertumbuhan yang tidak

seimbang dari bagian-bagian daun.

• Pembentukan alat yang luar biasa, dibagi menjadi dua yaitu antolisis (perubahan

dari bunga menjadi daun-daun kecil), dan Enasi (pembentukan anak daun yang

sangat kecil pada sisi bawah tulang daun)


• Prolepsis : berkembangnya tunas-tunas tidur atau istirahat (dormant) yang berada

dekat di bawah bagian yang sakit, berkembang menjadi ranting-ranting segar

yang tumbuh vertikal dengan cepat yang juga dikenal dengan tunas air.

• Rontok : rontoknya daun, bunga atau buah yang terjadi sebelum waktunya dan

dalam jumlah yang lebih besar dari biasanya. Rontoknya alat tersebut karena

terbentuknya lapisan pemisah (abcission layar) yang terdiri dari sel-sel yang

berbentuk bulat dan satu sama lain terlepas.

• Sapu (Witches Broom) : berkembangnya tunas-tunas ketiak atau samping yang

biasanya tidur (latent) menjadi seberkas ranting-ranting rapat. Gejala ini

umumnya disertai dengan terhambatnya perkembangan ruas-ruas (internodia)

batang, daun pada tunas baru.

• Sesidia atau tumor : pembengkakan setempat pada jaringan tumbuhan sehingga

terbentuk bintil-bintil atau bisul-bisul. Bintil ini dapat terdiri dari jaringan

tanaman dengan atau tanpa koloni patogennya

Penyebab penyakit pada tanaman biasanya disebabkan oleh jamur, bakteri, virus dan

nematoda. Namun, ada beberapa tipe jamur dan bakteri yang berperan dalam pengendalian

hayati.

A. Tujuan Praktikum

1. Untuk mengenali berbagai gejala penyakit tanaman beserta ciri-cirinya

2. untuk mengetahui penyebab penyakit tanaman

3. Mengenal beberapa mikroorganisme yang berperan dalam pengendalian hayati

B. Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah tanaman atau bagian tanaman yang

terserang penyakit serta preparat dan buku-buku penyakit tanaman.

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat tulis


C. Cara Kerja

1. Sebutkan dan gambarkan gejala penyakit serta jelaskan ciri-cirinya

2. Tentukan penyebab penyakitnya

3.

D. Pelaporan

Kerjakan pada lembar kerja, deskripsikan dengan jelas ciri tanaman yang sakit, dan

gambarkan penyebab penyakitnya. Deskripsikan dengan jelas mikroorganisme yang

berperan dalam pengendalian hayati beserta mekanisme pengendaliannya


Acara 5. Pengenalan Gulma

Jenis tanaman yang sering menganggu tanaman sangatlah banyak, untuk memudahkan

dalam mempelajarinya diadakan klasifikasi gulma. Ada beberapa cara untuk mengklasifikasikan

gulma, yaitu berdasarkan siklus hidupnya, habitatnya, morfologinya, sistematik botani, cara

perkembangbiakan, tingkat kerugian kerugian dan kesamaan sifat daya tanggap terhadap

herbisida.

Berikut ini akan dibicarakan klasifikasi gulma secara lebih rinci.

1. Berdasar siklus hidup

a. Gulma setahun : gulma yang memiliki masa pertumbuhan kurang dari satu

tahun dengan produksi biji yang cukup banyak sehingga perkembangbiakan

dapat cepat dilakukan, contoh : Digitaria sp., Amaranthus spinosus, Ageratum

conyzoides

b. Gulma dua tahunan : gulma ini dapat hidup lebih dari satu tahun sampai dua

tahun. Banyak diantaranya berkembang dengan biji, tetapi umumnya

berkembang secara vegetative. Contoh : Plantago sp., Cyperus difformis, Rubus

sp.

c. Gulma tahunan : gulma ini dapat hidup lebih dari dua tahun. Umumnya

berkembangbiak secara vegetative, tetapi ada diantaranya yang berkembangbiak

dengan biji. Pada musim kemarau tumbuhan yang berada diatas tanah mongering

dan mati, setelah keadaan air cukup dapat tumbuh kembali. Jenis jenis gulma

yang dapat berkembangbiak secara vegetative biasanya menggunakan akar,

stolon, rhizome serta umbi. Pemotongan terhadap alat-alat perbanyakan dapat

membantu perkembangbiakan.

2. Berdasar morfologi

a. Grasses : golongan rumput-rumputan


b. Broadleaf : jenis gulma berdaun lebar, batang lemah tidak berkayu. Contoh :

Euphorbia hirta, Mimosa sp.

c. Sedges : gulma dalam family Cyperaceae

d. Woody weed : merupakan tumbuan berkayu, gulma padang rumput. Contoh :

Lantana camara, Melastoma malabothricum

Gulma jenis grasses dan sedges tergolong berdaun sempit (narrow leaf) dan pada

umumnya tumbuhan monokotil. Sedangkan gulma berdaun lebar umumnya dari

tumbuhan dikotil.

3. Berdasar tingkat kerugian

a. Noxious weed : gulma yang sulit dikendalikan dan menimbulkan kerugian yang

besar. Contoh: Imperata cylindrical, Cyperus rotundus, Mikania sp.

b. Soft weed : gulma yang tidak berbahaya dan mudah dikendalikan. Contoh:

Ageratum conyzzoides, Phyllanthus amarus.

4. Berdasar kesamaan daya tanggap terhadap herbisida

a. Gulma berdaun lebar, missal : Ageratum conyzoides, Eucalypta alba, Lantana

camara.

b. Gulma tekian, misal : Cyperus rotundus, Cyperus brevifolius, Fimbristilis

miliases

c. Gulma rerumputan, misal : Cynodon doactylon, Imperata cylindrica, Panicum

repens

d. Gulma pakisan, misal : cylosorus aridus


A. Tujuan Praktikum

Untuk mengenali berbagai gulma yang terdapat pada tanaman budidaya beserta cirri-

cirinya

B. Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah berbagai gulma pada tanaman

budidaya

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat tulis

C. Cara Kerja

Sebutkan dan gambarkan secara detail gulma beserta ciri-ciri khas

D. Pelaporan

Kerjakan pada lembar kerja. Tentukan penggolongan gulma berdasarkan morfologi

nya serta carilah sistematika taksonominya. Deskripsikan dengan jelas ciri-ciri gulma

tersebut
Tugas Koleksi Organisme Pengganggu Tanaman

Koleksi OPT merupakan kumpulan dari berbagai organisme pengganggu tanaman baik

yang berbentuk hama, penyakit maupun gulma dalam bentuk preparat basah, preparat kering,

maupun preparat hidup. Koleksi OPT menjadi bukti yang paling dapat diandalkan tentang status

kesehatan tanaman di suatu negara. Dokumen ini adalah dasar untuk mengembangkan kebijakan

yang menyeluruh dan komprehensif untuk karantina domestik maupun internasional serta untuk

pengembangan strategi manajemen OPT di lahan pertanian. Koleksi OPT mendapat perhatian

penting belakang ini, mengingat dibentuknya organisasi perdangang dunia pada tahun 1995

yang menjadi salah satu pengawas dalam perdangan komoditas pertanian.

Koleksi setiap organisme pengganggu tanaman berbeda-beda, bergantung pada tipe dan

jenisnya.

A. Hama dan Musuh alami (Arthopoda)

Penangkapan serangga dapat dilakukan dengan menggunakan aspirator (untuk serangga

kecil dengan pergerakan cepat), tangan, pinset atau kuas (untuk serangga besar dan lambat),

jaring serangga (Khusus serangga terbang). Beating sheets (tidak terbang dan pandai

berkamuflase), kain kerucut (serangga pada kanopi pohon), corong berlese (serangga kecil

yang hidup di serasah), dan menggunakan perangkap (pitfal, lampu, feromon, aroma pakan).

Pengawetan serangga dibagi menjadi 2 jenis yaitu pengawetan basah dan preparat

kering. Pengawetan kering dilakukan untuk serangga-serangga bertubuh keras dengan cara

ditusuk jarum pada bagian thorax atau punggung. Jika serangga berukuran kecil maka

dikarding (dilem bagian bawah thorax pada ujung kertas keras). Pengawetan basah dilakukan

untuk serangga-serangga bertubuh lunak dengan cara menyimpan serangga ke dalam botol

yang telah diisi dengan alkohol 70-80% dan ditutup dengan rapat. Botol yang digunakan bukan

botol plastik.
Labelling pada spesimen perlu dilakukan untuk identifikasi lebih lanjut. Label biasanya

memuat infromasi tentang lokasi (ex: ), Tanggal Koleksi (Ex:20.02.16), Kolektor (Ex: Taufiq),

Ordo. Kertas label sebaiknya tidak melebihi 5 x 2 cm (Pengawetan basah) dan 18 mm x 8 mm

( pengawetan kering).

1. Tujuan : untuk mendapatkan koleksi serangga pada tanaman budidaya

2. Alat dan Bahan : Serangga, Jaring, Steroform, toples, jarum, kertas karding,

Alkohol, dan Cloroform.

3. Cara Kerja:

Pengawetan Kering

a) Masukkan serangga ke dalam toples yang sudah diberi Alkohol, tunggu

beberapa menit agar serangga pingsan

b) Angkat serangga dengan pinset, Tusuk pada bagian dada dengan jarum pentul

lalu tempelkan pada steroform. Jika serangga terlalu kecil bagian bawah thorax

ditempel pada kertas kaku kemudian kertas kaku ditempelkan dengan

menggunakan jarum

c) Posisikan seperti ketika masih hidup

d) Serangga dikeringkan dengan menggunakan cahaya matahari tidak langsung

e) Setelah kering, serangga diberikan formalin dengan menyemprot kapas dengan

formalin dan dilapkan ke serangga

f) Beri Label serangga dengan format : Nama Kolektor, Lokasi & Tanggal

penangkapan, Ordo
Pengawetan Basah

1. Serangga yang telah ditangkap dimasukkan ke dalam tabung tertutup yang telah

berisi alkohol 70-80%.

B. Penyakit Tanaman dan Gulma

Pemilihan spesimen dalam koleksi penyakit sebagai dasar diagnosis maupun taksonomi

memerlukan kehati-hatian. Contoh-contoh tanaman terbaik untuk dikumpulkan merupakan

tanaman yang terserang pada masa awal hingga pertengahan perkembangan penyakit, pada saat

tersebut patogen masih aktif bekerja. Contoh tanaman dengan gejala parah seringkali tidak

dapat digunakan dikarenakan telah terjadi serangan sekunder oleh organisme saprofitik

sehingga isolasi patogen sulit dilakukan. Pada beberapa kasus gejala penyakit mucul dibagian

yang terinfeksi sedangkan penyebab penyakit berada pada bagian lain, contohnya pada

penyakit layu yang gejalanya muncul pada daun sedangkan serangan ada pada sistem

perakaran.

Teknik koleksi : Daun, Daun sehat maupun daun sakit diletakkan di antara kertas koran

secara terpisah. Jika daun berdaging tebal maka kertas koran diganti setiap hari hingga daun

menjadi kering. Daun tidak boleh saling tumpan tindih. Kertas koran kemudian dipress. Jamur

Besar, Jamur tidak dicabut melainkan digali dengan hati-hati, kemudian dikeringkan dengan

menggunakan oven pada suhu 45oC selama 12 jam. Cetakan spora dibuat dengan memotong

tudung buah jamur dan meletakannya di atas karton putih. Jika spora berwarna putih gunakan

karton berwarna hitam. Kemudian dipress.

1. Tujuan : untuk mendapatkan koleksi patogen pada tanaman budidaya

2. Alat dan Bahan : bagian tanaman terserang patogen, kertas koran,

3. Cara Kerja:

Pengawetan Kering
a) Bahan tanaman yang terserang patogen tanaman diletakkan datas koran kering,

kemudian ditimpa dengan papan press.

b) Ditunggu beberapa hari agar tanaman kering, apabila daging daun tebal maka

koran diganti setiap hari.

c) Tanaman yang kering ditempel di atas kertas HVS dengan menggunakan lem

d) Diberi label dan keterangan morfologi

Pembuatan Herbarium gulma dilakukan sama dengan metode herbarium pada

pembuatan herbarium patogen

C. Pelaporan

Tidak ada laporan tertulis, laporan disajikan dalam bentuk preparat basah atau

preparat kering dari Hama, Gulma, maupun penyakit tanaman. preparat tersebut

dikumpulkan saat responsi dan digunakan sebagai bahan responsi


Acara 6. Pengenalan Pestisida

Dalam menghadapi masalah ancaman organisme pengganggu tanaman petani selalu

berusaha melakukan tindakan pengendalian sesuai dengan tingkat pengatahuan, keterampilan

serta kemampuan fiansial mereka. Berbagai teknik pengendalian telah dikenal dan diterapkan

antara lain secara mekanis, kultur teknis, khemis, biologis dan terintegrasi. Dalam

melaksanakan pengendalian banyak factor yang mempengaruhi keputusan petani untuk

memilih cara pengendalian yang dilakukan.

Kenyataan yang ada di lapangan menunjukkan bahwa teknik pengendalian yang paling

banyak diterapkan petani adalah menggunakan bahan kimia yang disebut dengan pestisida.

Pestisida adalah bahan kimiawi yang digunakan untuk mengendalikan organisem pengganggu

tanaman (hama, penyakit, atau gulma). Ada beberapa macam atau jenis pestisida sesuai dengan

jasad sasarannya, antara lain

1. Insektisida sebagai pengendali serangan hama

2. Fungisida sebagai pengendali cendawan

3. Akarisida sebagai pengendali tungau

4. Rodentisida sebagai pengendali tikus

5. Herbisida sebagai pengendali gulma

6. Bakterisida sebagai pengendali bakteri

Aplikasi pestisida harus mengikuti prinsip 5 tepat yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat cara,

tepat sasaran, tepat waktu serta tepat tempat. Pestisida mengandung bahan kimia yang berbahaya

dan beracun baik bagi kesehatan para pengguna atau perkerja, bagi konsumen pertanian serta

berbahaya bagi musuh alami dan komponen-komponen lingkungan hidup lainnya. Residu

pestisida dapat dideteksi hampir di komponen ekosistem seperti dalam tanah, sedimen, perairan,

udara, tanaman. Jenis pesitisida sangatlah banyak untuk memudahkan dalam mempelajarinya

diadakan klasifikasi. Ada beberapa klasifikasi pestisida yaitu


1. Berdasar bentuk Formulasi

a. Butiran (Granule / G)

b. Tepung (Dust / D)

c. Bubuk yang dapat dilarutkan (Wettable Powder / WP)

d. Cairan yang dapat dilarutkan (Wettable Soluble Consentrate / WSC)

e. Cairan yang dapat diemulsikan (Emulsifiable Concentrate / EC)

f. Volume Ultra Rendah (Ultra Low Volume / ULV)

2. Berdasar Tingkat Bahaya

a. Katagori 1 : Kata–kata kuncinya ialah “SANGAT BERACUN” dengan symbol

tengkorak dengan gambar tulang bersilang dimuat pada label bagi semua jenis

pestisida yang sangat beracun. Semua jenis pestisida yang tergolong dalam jenis

ini mempunyai LD 50 yang aktif dengan kisaran antara 0-50 mg per kg berat

badan. Tanda Ulang Tengkorak dalam penggunaan secara internasional tanda ini

hanya digunakan untuk formulasi pestisida yang sangat beracun. Katagori 1

dibagi menjadi dua kelompok yaitu sangat beracun dengan symbol warna coklat

tua, dan kelompok beracun dengan symbol warna merah

b. Katagori II : Kata-kata kuncinya adalah “BERBAHAYA” digunakan untuk

senyawa pestisida yang mempunyai kelas toksisitas pertengahan, dengan daya

racun LD 50 oral yang akut mempunyai kisaran antara 50-500 mg per kg berat

badan. Katagori II disimbolkan dengan warna Kuning

c. Katagori III : Kata-kata kuncinya adalah “PERHATIAN” yang termasuk dalam

kategori ini ialah semua pestisida yang daya racunnya rendah dengan LD 50

akut melalui mulut berkisar antara 500-5000 mg per kg berat badan. Katagori II

disimbolkan dengan warna biru


d. Katagori IV : Tidak berbahaya pada pemakaian normal. Katagori IV dicirikan

dengan warna symbol hijau

3. Berdasar Cara Kerja

a. Insektisida racun kontak : dapat membunuh hama apabila insektisida menyentuh

tubuh atau bagian tubuh hama tersebut)

b. Insektisida Racun perut : dapat membunuh hama apabila insektisida tersebut

termakan dan masuk ke perut hama

c. Insektisida racun pernafasan : dapat membunuh hama yang menghisap gas yang

berasal dari insektisida tersebut

d. Herbisida selektif : dapat membunuh tumbuhan pengganggu tertentu tanpa

merusak taman budidaya

e. Herbisida non selektif : dapat membunuh semua tanaman yang dikenalinya

termasuk tumbuhan pengganggu dan tanaman budidaya

4. Berdasar Sifat Penetrasinya

a. Penetrasi Pada Permukaan

b. Penetrasi Dalam

c. Sistemik : Pestisida akan diserap melalui daun, batang, akar dan bagian lain dari

tanaman kemudian menembus pembuluh xylem dan disalurkan ke bagian

lainnya. Pestisida sistemik efektif untuk membasmi bermacam-macam hama

penggerek dan penghisap

5. Berdasar Bahan Aktif yang dikandung

a. Berasal dari tumbuh-tumbuhan, seperti nicotin dari tembakau, nimbin dari

mimba, pryrethrin dari Pyrethrum

b. Berasal dari senyawa anorganik, seperti Arsenikum, Zincum, Timah Hitam


c. Berasal dari bahan organic sintesis, seperti organofosfat, karbamat, organokhlor

d. Berasal dari mikroba seperti Bacillus thuringiensis, Nuclear Polyhedrosis Virus

(NPV)

e. Berasal dari minyak

A. Tujuan Praktikum

Untuk mengenali berbagai jenis dan tipe pestisida yang biasa digunakan oleh petani dan

penggunaannya pada berbagai jenis tanaman

B. Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah beberapa tipe pestisida

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat tulis

C. Cara Kerja

1. Sebutkan dan deskripsikan pestisida yang biasa digunakan oleh petani

D. Pelaporan

Kerjakan pada lembar kerja. Pembahasan berisi tentang deskripsi detail pestisida
Acara 7. Kalibrasi Sprayer

Penyemprotan pestisida diharapkan memiliki hasil penyemprotan yang penyebarannya

luas dan merata, konsentrasinya merata dan per kesatuan luas dapat dicapai serta butir-butir

hasil semprotan dapat melekat pada sasaran sehingga penetrasinya baik. Untuk mendapatkan

kondisi tersebut maka diperlukan kalibrasi.

Sprayer adalah suatu alat untuk membuat cairan menjadi spray (kabut) dibawah suatu

tekanan udara melalui nozzle. Kalibrasi merupakan penentuan jumlah volume cairan per hektar

yang harus disemprotkan dari alat penyemprot yang akan digunakan. Kalbrasi hanya dilakukan

untuk pestisida yang aplikasinya membutuhkan bahan pelarut (air).

Ada dua cara kalibrasi yaitu ;

1. suatu luasan yang telah diketahui luasnya disemprot secara merata (dengan air).

Dengan mengatur jumlah volume yang digunakan, maka jumlah volume cairan per ha dapat

dihitung.

misalnya. :

Dengan menggunakan knapsack sprayer, isilah 10 liter air, semprotkanlah air itu secara

merata tepat pada luasan tanah 100 m2 (1 h = 10.000 m2) setelah selesasi ukurlah volume air

yangtersisa dalam alat penyemprot dan hitung berapa liter yang terpakai

luasan uji
volume yang diperlukan per hektar = x volume yang digunakan
1h

2. volume semprotan total yang dikeuluarkan nozzle/alat penyemprot pada satu satuan

wakty ditentukan, sehingga jumlah volume yang akan digunakan per hektar pada waktu yang

dibutuhkan dapat dihitung. Tangki semprotan diisi dengan air dan disemprotkan. Tempatkan

penampung air di bagian bawah talang. Catat berapa lama waktu penyemprotan dan ukur

volume total yang dikeluarkan oleh nozzle.


Misalkan volume total semprotan 12.4 liter, waktu penyemprotan 1 menit, lebar efektif

10 m2, kecepatan berjalan 8 km/jam

Jadi luasan yang dapat disemprot dalam 1 jam = 8 km/jam x 10 m2 = 8 hektar

Waktu yang diperlukan untuk menyemprot 1 h = 1 hektar / 8 hektar x 1 jam = 7.5 menit

Volume cairan yang diperlukan per hektar = 7.5 menit x 12.4 liter 93 liter/hektar

A. Tujuan Praktikum

Untuk medapatkan efisiensi yang tinggi dari suatu penyemprotan dengan menggunakan

sprayer, sehingga akan diperoleh hasil penyemprotan sesuai dengan dosis yang diharapkan dan

merata

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah knapsack sprayer, talang plastik, wadah

penampungan air, gelas ukur 250 cc, stop watch dan ember

C. Cara Kerja

1. Disiapkan sprayer lengkap dengan nozlenya

2. Talang plastik diletakkan miring (kemiringan 45o)

3. Wadah-wadah penampung diletakkan di bagian bawah talang

4. Kemudian tangki sprayer diisi dengan air dan dipompa sampai tekanan tertentu

5. Tangkai nozzle diatur searah dengan alur talang, dengan lubang nozzle

menghadap ke bawah dan kedudukan nozzle diatur sehingga jatuhnya hasil

penyemprotan pada talang plasitk dapat simetris

6. Kemudian disemprotakna dan selama penyemprotan tekanannya supaya dibuat

konstan

7. Catatlah lama waktu penyemprotan

8. Hitung volume air pada tiap-tiap botol penampung

9. Ulangi perlakuan ini 3-5 kali


D. Pelaporan

Kerjakan pada lembar kerja. Studi Kasus : Hitung dan bahas seandainya suatu

perusahaan memiliki luas area 15 hektar, dengan jumlah jam kerja 8 jam sehari, berapa pekerja

yang dibutuhkan untuk menyelesaikan penyemprotan dalam satu hari?


Acara 8. Monitoring Organisme pengganggu Tanaman

Pengendalian organisme pengganggu tanaman secara terpadu sangat bergantung pada

kegiatan monitoring. Monitoring merupakan kegiatan pengamatan organisme pengganggu

tanaman di lapangan, kegiatan ini memberikan informasi tentang keberadaan, tipe, stadia hama,

penyakit, dan gulma serta kerusakan yang ditimbulkan pada tanaman budidaya. Kegiatan

monitoring sebaiknya dilakukan satu minggu sekali selama masa penanaman.

Kegiatan monitoring dimulai dari pintu akses masuk utama lahan, karena bagian ini

merupakan bagian yang paling sering terserang hama, dan penyakit. Kegiatan monitoring

dilakukan secara zigzag atau bergerak seperti ular. Pada satu titik pengamatan minimal 3

tanaman acak diamati mulai dari ujung daun hingga pangkal batang. Asumsi keberadaan

penyakit atau hama tertentu pada bagian tanaman tertentu harus dihilangkan untuk

mendapatkan data yang akurat

Kegiatan monitoring dapat juga dilakukan pada tanaman indikator, yaitu melalui

penamanan tanaman tertentu di sekitar lahan budidaya, misalkan menanam tomat sebagai

indikator keberadaan kutu putih. Kegiatan monitoring dapat juga dilakukan menggunakan

perangkap lem dengan warna dasar kuning atau biru cerah. Penggunaan perangkap lem

setidaknya membutuhkan 1 perangkap setiap 1000 m2 dan diletakkan diatas tanaman budidaya.

A. Tujuan : Mendapatkan gambaran populasi hama, gulma dan penyakit pada

budidaya tanaman tertentu

B. Alat dan Bahan : Meteran, Alat Tulis

C. Cara Kerja

Buatlah petak percobaan seluas 1 m2, dan amatilah keberadaan hama, gulma dan

penyakit tanaman. catatlah hasil pengamatan tersebut.


D. Pelaporan : Tabulasi data temuan dengan data kelompok lain, identifikasi OPT

yang ditemukan, dan Jelaskan kaitannya dengan ambang ekonomi dan

pengendalian yang dibutuhkan

Anda mungkin juga menyukai