Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Di Era globalisasi ini kita mengenal berbagai jenis komunikasi seperti komunikasi
intrapersonal, komunikasi interpersonal, komunikasi massa, dan komunikasi kelompok.
Salah satu yang paling sering digunakan adalah komunikasi intrapersonal (komunikasi
dengan diri sendiri). Di dunia hampir 37 % setelah komunikasi interpersonal yang
berpersentase 42 %. Komunikasi Intrapersonal sendiri dapat dilihat dari keadaan merenung,
bermeditasi, berpikir, dan lain sebagainya.
Di kehidupan sehari-haripun komunikasi menempati posisi yang dianggap begitu penting
karena pengambilan keputusan paling banyak diambil dari hasil komunikasi intrapersonal,
yakni sekitar 45%. (Aton, 2010; page 1).
Seperti yang kita ketahui dalam kehidupan sehari-hari kita tidak pernah lepas dari yang
namanya komunikasi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Komunikasi secara
langsung salah satunya adalah dengan cara bertemu dan bertatap muka secara langsung
sedangkan komunikasi secara tidak langsung bisa melalui perantara orang ketiga yang
menyampaikan pesan nantinya. Hal ini pasti selalu ada di dalam kehidupan bermasyarakat.
Apalagi sifat manusia itu sendiri adalah makhluk social yaitu makhluk yang tidak dapat
hidup sendiri melainkan perlunya interaksi dengan manusia lainnya. Salah satu bentuk
konkret dari interaksi ini adalah komunikasi tersebut.
Dunia pendidikan mengartikan diagnosis kesulitan belajar sebagai segala usaha yang
dilakukan untuk memahami dan menetapkan jenis dan sifat kesulitan belajar. Masalah belajar
yang terjadi dikalangan murid sering kali terjadi dan menghambat kelancaran proses belajar
siswa.
Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-
kelemahan dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi
dirinya. Masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh murid-murid yang lambat saja
dalam belajarnya, tetapi juga dapat menimpa murid-murid yang pandai atau cerdas.
1.2. Rumusan Masalah
a. Komunikasi
- Pengertian Komunikasi

1
- Proses Komunikasi dan Unsur Komunikasi
- Unsur –unsur dalam Proses Komunikasi
b. Belajar
- Pengertian Belajar
- Definisi Proses Belajar
- Tujuan Belajar
c. Memori

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. KOMUNIKASI
2.1.1. Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah sarana yang dapat mempermudah interaksi antar manusia di
seluruh dunia. Sekarang ini komunikasi dan pendidikan merupakan bagian yang
penting dan tidak terpisahkan dalam perkembangan sains dan teknologi.
Istilah komunikasi  atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata
latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di
sini maksudnya adalah sama makna.
Menurut Para Ahli :
- Carl I. Hovland, ilmu komunikasi adalah : Upaya yang sistematis untuk
merumuskan secara tegar asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan
pendapat dan sikap. Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh
komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek
tertentu. Kemudian pengertian komunikasi dari beberapa tokoh dilanjutan di
bawah ini.
- Menurut ahli yang lain menyebutkan bahwa komunikasi merupakan sebuah
proses sosial yang terjadi antara paling sedikit dua orang dimana seseorang
mengirimkan sejumlah simbol tertentu kepada orang lain (Kennedy dan
Soemanagara, 2006: 4).
2.1.2. Proses Komunikasi dan Unsur Komunikasi
Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan secara
sekunder.
a. Proses Komunikasi secara primer
Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau
perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (simbol)
sebagai media.
b. Proses Komunikasi secara Sekunder

3
Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh
seorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media
kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. 
2.1.3. Unsur –unsur dalam Proses Komunikasi
Penegasan tentang unsur – unsur dalam proses komunikasi itu adalah sebagai
berikut :
 Sender       :    Komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau
sejumlah orang
 Encoding    :    Penyandian, yakni proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk
lambing
 Message    :    Pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna yang
disampaikan oleh komunikator
 Media         :    Saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator
ke pada komunikan
 Decoding   :    Pengawasandian, yaitu proses di mana komunikan menetapkan
makna pada lambang yang disampaikan oleh komunikator kepadanya
 Receiver    :    Komunikan yang menerima pesan dari komunikator
 Response  :    Tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah diterima
pesan
 Feedback   :    Umpan balik, yakni tanggapan komunikan apabila tersampaikan
atau disampaikan kepada komunikator
 Noise         :    Gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi
sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan
pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya

2.2. BELAJAR
2.2.1. Pengertian Belajar
Kata belajar sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat.
a. Menurut James O, Whittker,Merumuskan belajar sebagai proses di mana tingkah
laku di timbulkan atau di ubah m,elalui latihan atau pengalaman.

4
b. Drs. Slameto merumuskan pengertian tentang belajar, menurutntya belajar adalah
suatu proses usaha yang di lakukan individu untuk memperoleh sesuatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
c. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
pundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan.
d. Belajar Skiner, yang dikutip Barlow (1985) dalam bukunya educational psychology
the teaching-learning process, belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian
tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Berdasarkan eksperimennya B.F
Skimer percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang
optimal apabila ia diberi penguat (reinforce)
Chaplin dalam dictionary of psychology membatasi belajar dengan dua macam
Rumusan. Rumusan pertama berbunyi belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku
yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan keduanya belajar
adalah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus.
Hintzman dalam bukunya menyatakan belajar adalah suatu perubahan yang terjadi
dalam diri organisme (manusia dan hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat
mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. With dalam bukunya menyatakan
belajar adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala
macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman.
Reber dalam kamus susunannya yang tergolong modern, Dictionary of psychology
membatasi belajar dengan dua macam definisi. Pertama, belajar adalah proses
memperoleh pengetahuan, biasanya sering dipakai dalam pembahasan psikologi
kognitif. Kedua belajar adalah suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif
langgeng sebagai hasil latihan yang diperbuat.
Dalam definisi ini terdapat empat macam Istilah yang esensial dan perlu disoroti
untuk memahami proses belajar, antara lain :
1. Relatively permanent, yang secara umum menetap
2. Response potentiality, kemampuan bereaksi
3. Reinforce,yang diperkuat
4. Practice, Praktek atau latihan

5
Biggs dalam Pendahuluan teaching for learning mendefinisikan belajar dalam 3
macam Rumusan, yaitu Rumusan kuantitatif, Rumusan institusional, Rumusan
kualitatif.
2.2.2. Definisi Proses Belajar
Adapun makna dari proses belajar yaitu: dimensi cara menguasai pengetahuan dan
cara menghubungkan pengetahuan baru dengan strukturide yang telah ada. Pada
dimensi pertama dibedakan tipe belajar yang bersifat mencari kedua adalah dibedakan
antara belajar yang bersifat mencari (Discovery Learning) yang bersifat menerima
(Reception Leraning). Pada dimensi kedua bermakna (Meaningfull Learning). Pada
dimensi kedua adalah dibedakan antara belajar yang bersifat menghafal (Rote
Learning) dan belajar bermakna (Meaningfull Learning).
Dalam belajar menerima keseluruhan bahan pelajaran disajikan kepada si pelajar
dalam bentuk yang sudah sempurna. Si pelajar tinggal menerima saja tanpa
mengadakan usaha-usaha pengolahan, atau pemrosesan lebih lanjut.
Dengan rumusan lain yang dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu
porses yang mengakibatkan beberapa perubahan yang relatif menetap dalam tingkah
laku seseorang.
Ahli belajar modern mengemukakan dan meluruskan perbuatan belajar sebagai
berikut: “Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri
seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat
pengalaman dan latihan”.
Tingkah laku yang baru itu misalnya dengan tidak tahu menjadi tahu, timbulnya
pengertian-pengertian baru, perubahan dalam sikap, kebiasaan-kebiasaan, ketrampilan,
kesanggupan menghargai, perkembangan sifat-sifat sosial, emosional dan pertumbuhan
jasmaniah.
Perumusan perbuatan belajar yang terakhir ini tidak memisahkan antara perubahan-
perubahan jasmaniah dan rohaniah. Sebab keduanya aspek itu saling melengkapi dan
bertalian satu sama lain, keduanya merupakan aspek-aspek yang bersifat
komplementer.
Para ahli dalam bidang belajar pada umumnya sependapat bahwa belajar itu adalah
bersifat kompleks, karena merupakan suatau proses yang dipengaruhi dan dikatakan

6
oleh banyak faktor dan meliputi berbagai aspek, baik yang bersumber dari dalam diri
maupun yang bersumber dari luar dari manusia. Karena sifatnya yang kompleks itu
maka para ahli menginterprestasikanya dalam berbagai segi dengan metodenya sendiri
itu dengan demikian, setiap orang diperkenankan memiliki atau memilih teori belajar,
tafsiran belajar dan cara-cara belajar sendiri-sendiri.
Pada pokoknya dapat disimpulkan, bahwa ada 3 (tiga) jenis tafsiran belajar, yaitu:
a. Belajar menurut ilmu jiwa daya;
Menurut ilmu jiwa daya manusia terdiri dari berbagai daya, seperti: daya
berifkir, mengingat perasaan, mengena kemauan dan sebagainya. Dan ini dapat
berkembang dan berfungsi apabila dilatih dengan bahan-bahan dan cara-cara
tertentu. Berdasarkan pandangan ini, maka yang dimaksud dngan Belajar adalah
usaha dan melatih daya-daya itu agar berkembang sehingga kita dapat berfikir,
mengingat.
b. Belajar menurut ilmu jiwa assosiasi
Menurut teori ilmu ini, jiwa manusia terdiri dari assosiasi dari berbagai
tanggapan yang masuk kedalam jiwa kita. Assosiasi biasanya terbentuk berkat
adanya hubungan antara perangsang-perangsang dan reaksi yang disebut
hubungan stimulus response, menurut pandangan ini belajar berarti membentuk
hubungan-hubungan stimulasi respons dan melatih hubungan-hubungan itu agar
bertalian erat.
c. Belajar menurut ilmu jiwa gestalt/organism
Menurut teori ini jiwa manusia bukan terdiri dari tanggapan (elemen-
elemen), melainkan merupakan satu keseluruhan yang bulat dan berstruktur.
Belajar menurut pandangan ini adalah mengalami berbuat, bereaksi, berfikir,
secara kritis.
Telah kita ketahui, bahwa belajar senantiasa merupakan kegiatan yang berlangsung
didalam suatu proses dan terarah kepencapaian sesuatu tujuan tertentu. Adapun proses
tersebut adalah:
1. Pelajar mempunyai motivasi dan melihat suatu tujuan
Tujuan tertentu yang menjadi insentive untuk dicapai. Ia kemudian mengarahkan
perbuatana dan mengadakan assosiasi dengan motivasi.

7
2. Mengarahkan perhatian dan kegiatan tujuan.
Dengan sadar ia memimpin perhatiannya kearah tujuan itu dan mengarahkan tenaga
yang ada padanya kearah tujuan itu.
3. Secara intelligent ia berusaha mencoba menemukan suatu metode atau cara baru
untuk mencapai tujuan atau memperbaiki metode yang telah dimiliki.
4. Mengambil jawaban-jawaban yang benar, menghilangkan jawaban-jawaban yang
salah
Didalam proses mendeferensikan (membeda-bedakan, memisah-misahkan) dari
peroses menyatu paduan itu ia menghilangkan atau membuang metode-metode yang
tidak cocok, melaksanakan jawaban yang benar dan menjadikan metode yang baru
menjadi pola kelakuan baru yang dapat digunakan ke dalam situasi lain.
2.2.3. Tujuan Belajar
Adapun yang menjadi tujuan belajar adalah sebagai berikut :
1. Untuk mendapat pengetahuan
Ditandai dengan kemampuan berfikir. Dengan kata lain, tidak dapat
mengembangkan kemampuan berfikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya
kemampuan berfikir akan memperkaya pengetahuan. Dalam hal ini, peran guru
sebagai pengajar menjadi lebih menonjol.
2. Penanaman konsep dan keterampilan
Interaksi yang mengarah pada pencapaian keterampilan akan menuruti kaidah-
kaidah tertentu dan bukan semata-mata menghafal atau meniru.
3. Pembentukan sikap
Pembentukan sikap mental dan perilaku anak didik tidak terlepas dari soal
penanaman nilai, transfer of values. Oleh karena itu, guru tidak hanya sekedar
“pengajar” tetapi sebagai betul-betul sebagai pendidik yang akan memindahkan
nilai-nilai itu kepada anak didiknya.
4. Proses Belajar
Dalam proses belajar aktivitas tertentu ataupun aktivitasnya adalah sebagai berikut:
Proses dari bahasa latin “processus" yang berarti “berjalan ke depan” menurut
Chaplin (1972) proses adalah suatu perubahan yang menyangkut tingkah laku atau
kejiwaan.

8
Dalam psikologi proses belajar berarti cara-cara/langkah-langkah khusus yang
dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hail-hasil tertentu
(Reber, 1988). Jadi proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku
kognitif, efektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa

Fase - Fase dalam Proses Belajar


Menurut Jerome S. Bruner, salah seorang penentang teori S.R Bond dalam proses
pembelajaran siswa menempuh tiga episode atau fase, antara lain :
1. Fase informasi (tahap penerimaan materi)
2. Fase transformasi (tahap pengubahan materi)
3. Fase evaluasi (tahap penilaian materi)
Menurut Wittig (1981) dalam bukunya psychology of learning, setiap proses belajar
selalu berlangsung dalam 3 tahapan, antara lain :
1. Actuation (tahap perolehan/penerimaan informasi)
2. Storage (tahap penyimpanan informasi)
3. Retrieval (tahap mendapatkan kembali informasi)

2.3. MEMORI
Memori sebenarnya menjadi satu kesatuan aktivitas di dalam otak manusia. Karena reaksi
kesadaran yang timbul tidak terlepas dari memori apa saja yang telah dimilikinya dan
fenomenanya dikenal sebagai “Conscious Memory” atau sadar memori.
Yang dimaksud memori adalah suatu kemampuan untuk mengingat kembali atas rekaman
yang pernah dibuat oleh otak. Aktivitasnya tergantung kepada kapasitas fungsional sistem
komunikasi antar saraf di otak, misalnya di daerah kortex serebri dan subkortex untuk
memori jangka pendek. Adapun bagian-bagian otak yang terlibat dalam memori jangka
pendek adalah kortek serebri, thalamus, basal ganglia, substansia nigra, sistem aktivasi
retikuler dan sistem limbik.
Dari perumpamaan tersebut dapat kita ambil beberapa kesimpulan mengenai memori,
yaitu:
1. Memori tergantung pada persepsi atau pengalaman,
2. Pengalaman meninggalkan jejak di dalam otak kita,

9
3. Terdapat perbedaan memory pada individu yang satu dengan individu yang lain
(Individual differences),
4. Disamping ingat lupa juga akan muncul,
5. Beberapa pengalaman yang tidak meninggalkan impresi tertentu umumnya tidak
disimpan sehingga muncul kelupaan,
Dengan demikian, kita dapat memahami bahwa ingatan tidak hanya kemampuan untuk
menyimpan apa yang telah pernah dialaminya saja, tetapi juga termasuk kemampuan untuk
menerima, menyimpan, dan menimbulkan kembali apa yang dialaminya (Walgito, 1994).
Jika suatu informasi yang masuk ke otak melalui pancaindra maka informasi tersebut dengan
segera akan diamplikasikan di daerah Kortek Serebri. Selanjutnya informasi akan
dikomunikasikan ke daerak subkortex dimana terdapat sejumlah pusat fungsionil untuk
membantu merekam apa saja yang pernah dikerjakannya. Rekaman tersebut juga akan dikirim
kembali ke kortex serebri untuk dianalisa dan kemudian direspon dalam bentuk perilku dan
tingkah laku tertentu yang mungkin dapat disertai oleh bentuk dan warna emosi serta afektifnya.
Proses pengulangan informasi yang sama akan membangun alur memori sebagai upaya
konsolidasi rekaman, khususnya di daerah pusat memorinya yaitu daerah Hippokampal, karena
hippokampal cenderung mengeluarkan cetusan impuls memori yang berulang-ulang terjadi
dengan sendirinya.
Manusia selalu membangun “Conscious memory” selama yang bersangkutan memahami apa
yang sedang dikerjakannya, tetapi jika saat itu dia mengalmi kebingunan dalam periode yang
singkat saja maka yang bersangkutan maka akan kehilangan memori dari apa yang telah dan
sedang dikerjakannya, sehingga harus berlatih lagi dari semula. Mengapa demikian? Karena
yang bersangkutan tidak mampu membangun memori jangka panjang sehingga pada saat
kebingungan maka harus dipelajarinya kembali dari awal.
Mengingat bentuk dan mekanisme komunikasi antar saraf, maka fenomena memori itu
sendiri dapat terjadi sebagai akibat dari beberapa proses yang terdapat di:
1. Badan sel dan ujung saraf sinaptik, yaitu:
a. Kecepatan proses transalasi neurotransmitter (proses protein sintesis);
b. Kemampuan daya angkut neurotransmitter di sepanjang axonal saraf;
c. Kecepatan proses pelepasan neurotransmitter pada ujung saraf axonal.
2. Kepekaan reseptor sarafnya terhadap neurotransmitternya.

10
3. Mekanisme penghancuran neurotranmitter di dalam celah sinaf.
4. Keadaan sinaf.
5. Jalur lintasan memori
6. Keadaan pusat aktivitas memorinya (hippokampal).
Setiap informasi yang diterima akan membuat alur sirkuit memori diantara kortex, subkortex,
sistem limbik dan pusat memorinya (formasi hippokampal dan parahippokampus). Demikian
juga informasi yang berbeda juga akan membentuk reaksi memori yang lain pada alur sirkuit
memorinya. Fenomena ini akan berjalan secara kontinyu dan sewaktu-waktu dapat dibangkitkan
kembali melalui jalurnya sendiri-sendiri. Ada yang menduga bahwa kortex otak depan
mempunyai peranan yang lebih besar dalam proses memperbesar memori dan
pengembangannya. Hal ini disebabkan karena fungisinya yang selalu mengorganisasikan semua
informasi yang masuk ke dalam otak dan letaknya yang dekat dengan kortex limbik dan
berhubungan dengan thalamus. Mengapa demikian? Karena jika seseorang diberikan tugas untuk
mengingat sesuatu maka pada hasil pemeriksaannya dengan alat yang dikenal dengan Possitron
Emissiontomography maka di daerah tersebut menunjukan aktivitas metabolisme yang
meningkat sedangkan daerah lainnya tidak demikian. Keadaan itu ditandai dengan adanya
peningkatan jumlah aliran darah yang menuju ke daerah tersebut yang dapat diartikan sebagai
tanda bahwa di daerah itu terjadi kenaikan aktivitas metabolisme. Dan jika daerah tersebut
direkam dengan alat elekroencephalograpy maka terlihat aktivitas potensial listrik daerah
tersebut meningkat.
Dengan mamperhatikan uraian di atas maka memori dapat berlangsung melalui tahapan
berikut ini yaitu:
1. Tahap Pertama: Tahap menerima informasi. Hampir semua informasi yang masuk ke otak
akan diolah dan diorganisasikan di krotex otak depan (pusat peningkatan pola pikir rasional)
dan kemudian hasilnya akan diinformasikan ke kortex motoris untuk mewujudkan apa yang
menjadi tujuan informasi.
2. Tahap Kedua : Tahap memformulasikan, menggandakan dan menyimpan informasi. Hampir
semua informasi yang sudah masuk ke dalam otak akan membangun alur sirkuit memori
untuk diformulasikan dan dikondisikannya agar kelak mudah untuk mengingat kembali. Pada
tahap ini maka terbentuklah suatu alur sirkuit informasi yang berlangsung berulang-ulang
dan kontinyu dalam menyampaikan informasi bolak-balik diantara pusat-pusat fungsionilnya.

11
3. Tahap Tiga : Tahap mengingat kembali informasi yang telah diformulasikan dan
dikonsolidasikannya. Jika ada suatu rangsangan untuk mengingat kembali maka memori
yang dimaksud akan dapat dimunculkan kembali.
Berkaitan dengan memori maka belajar adalah suatu aktivitas yang nyata untuk menciptakan
alur sirkuit memori diantara Kortex:
 Serebri (Kortex otak depan, Kotex Pancaindra, Kortex limbik dan Kortex Wernick’s),
 Subkortex (thalamus, substantia nigra, basal ganglia).
 Formasi hippokampal.
 Parahippokampal.
Sebagai contoh adalah jika seseorang mendapat serangan stroke pada otak sebelah kiri dan
merusak fungsi Kortex Wernick’s maka orang yang bersangkutan tidak mungkin dapat
mengungkapkan memorinya dalam hal memilih dan menginterpretasikan kata dan kalimat
dengan benar.
 Jika yang tidak berfungsi kortex otak depan maka yang bersangkutan tidak dapat
memformulasikan dan mengkonsolidasikan memorinya dan terjadilah fenomena
anterograde amnesia.
 Jika daerah formasi hippokampal dan Parahippokampal yang tidak berfungsi maka yang
bersangkutan kehilangan kemampuan untuk menyimpan dan membangkitkan kembali
memorinya dan fenomena ini dikenal sebagai amnesia.
 Pada gegar otak dan electroshock therapy, maka seseorang akan kehilangan memori atas
kejadian yang mendahuluinya. Fenomena ini dikenal sebagai Retrograde amnesia.
Dementia Senilis adalah suatu bentuk penyakit degenerasi neuronal di otak manusia pada
masa lanjut usia (lansia) dan biasanya terjadi pada usia 65 tahun ke atas tetapi dapat juga terjadi
pada usia yang lebih dini.
Proses degenerasi sel saraf otak pada dementia senilis terjadi pada lapisan ketiga Kortex
serebri bagian luar dan gejalanya adalah ditandai oleh adanya proliferasi sel astrocytes,
meningkatnya proses gliosis dan menyusutnya sejumlah dendrite sel sarafnya. Di sisi yang lain
dijumpai perubahan-perubahan fisiologis yang berupa gagalnya fungsi-fungsi sinaptik dan
perubahan-perubahan biokimianya yaitu berkurangnya kholinasetil Transferase (CAT) pada
ujung-ujung saraf axonalnya dan berkurangnya aktivitas biosontesa neurotransmitternya. Dengan

12
kata lain bahwa di dalam otak terjadi kegagalan fungsional jalur kolinergik, khususnya pada jalur
yang memelihara fungsi memori.
Gejala utamanya adalah hilangnya kemampuan mengingat (memori) dan dengan disertai
gejala lainnya seperti gangguan perilaku dan tingkah laku, emosi dan afeknya seperti misalnya:
 Timbul kegelisahan rasa hati (rasa cemas),
 Gangguan mood (gampang tersinggung),
 Terjadi Depresi,
 Halusinasi,
 Delusi,
 Insight menurun dan kadang-kadang dijumpai berperilaku anti sosial dan jika terdapat
gangguan proses berfikir yang menyebabkan yang bersangkutan sukar belajar dan
menjadi pelupa atas hal-hal yang dipelajarinya.

13
BAB III
PENUTUPAN
3.1. KESIMPULAN
Seperti yang kita ketahui dalam kehidupan sehari-hari kita tidak pernah lepas dari
yang namanya komunikasi, belajar dan memori. Baik secara langsung maupun tidak
langsung. Komunikasi secara langsung salah satunya adalah dengan cara bertemu dan
bertatap muka secara langsung sedangkan komunikasi secara tidak langsung bisa melalui
perantara orang ketiga yang menyampaikan pesan nantinya. Hal ini pasti selalu ada di
dalam kehidupan bermasyarakat. Apalagi sifat manusia itu sendiri adalah makhluk social
yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri melainkan perlunya interaksi dengan
manusia lainnya. Salah satu bentuk konkret dari interaksi ini adalah komunikasi tersebut.
Belajar itu adalah bersifat kompleks, karena merupakan suatau proses yang
dipengaruhi dan dikatakan oleh banyak faktor dan meliputi berbagai aspek, baik yang
bersumber dari dalam diri maupun yang bersumber dari luar dari manusia. Karena
sifatnya yang kompleks itu maka para ahli menginterprestasikanya dalam berbagai segi
dengan metodenya sendiri itu dengan demikian, setiap orang diperkenankan memiliki
atau memilih teori belajar, tafsiran belajar dan cara-cara belajar sendiri-sendiri.
Memori sebenarnya menjadi satu kesatuan aktivitas di dalam otak manusia.
Karena reaksi kesadaran yang timbul tidak terlepas dari memori apa saja yang telah
dimilikinya dan fenomenanya dikenal sebagai “Conscious Memory” atau sadar memori.

3.2. SARAN
Di harapkan Makalah  ini bermanfaat dan dapat di jadikan penambah wawasan dalam
mengetahui bagaimana proses komunikasi, belajar dan memori. Dan bagi mahasiswa/I
juga dapat di jadikan sebagai bahan pembelajaran.

14
DAFTAR PUSTAKA

http://www.kajianteori.com/2013/03/pengertian-komunikasi.html

http://warnet178meulaboh.blogspot.co.id/2013/09/makalah-proses-belajar.html

http://id.scribd.com/doc/211426656/Makalah-proses-komunikasi#scribd

http://psikologibrebesjateng.blogspot.co.id/2012/01/makalah-memahami-memori-manusia.html

15

Anda mungkin juga menyukai