Anda di halaman 1dari 44

ANALISIS KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN PADA

TIPOLOGI KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNG MERAPI


DI KECAMATAN KEMALANG KABUPATEN KLATEN

SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar Sarjana Geografi

Oleh
Muh Chamim
3211414044

JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh dosen pembimbing untuk diajukan ke sidang
panitia ujian skripsi Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang pada :

Hari : Jumat
Jumat
Tanggal : 23 Agustus 2019
23 Agustus 2019

Pembimbing

Wahyu Setyaningsih, ST. MT


NIP.197912222006042001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Geografi

Dr. Tjaturahono Budi Sanjoto, M.Si.


NIP.196210191988031002

ii
PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas
Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang pada :

Hari : Kamis

Tanggal Muh: Chamim


10 Oktober 2019

Dr.Juhadi, M.Si.
NIP.195801031986011002

Penguji II Penguji III

Drs.Heri Tjahjono, M.Si. Wahyu Setyaningsih.ST, MT.


NIP. 196802021999032001 NIP. 197912222006042001

Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Sosial

Dr. Moh. Solehatul Mustofa, M.A.


NIP. 196308021988031001

iii
PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil
karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain baik sebagian
maupun secara leseluruhan. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam
skripsi ini di kutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 5 September 2019

Muh Chamim
3211414044

iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

 Setiap masa yang kamu lalui adalah keharusan. Seperti hidup yang
bagaikan sebuah buku, untuk mencapai ending, kamu harus melewati
halaman-halaman sebelumnya, nikmati saja setiap prosesnya.
 Mengubah masa lalu adalah hal yang mustahil. Kamu hanya perlu belajar
dari sana untuk jadikan hidupmu ke depan lebih berharga .

Persembahan

Dengan penuh keikhlasan dan rasa syukur lepada Allah SWT kupersembahkan
skripsi ini untuk :

1. Bapak Suhardi dan Ibu Aslamiyatun yang telah memberikan kasih sayang,
selalu mendukung dan mendoakan dalam setiap perjalanan perkuliahan
dengan sepenuh hati.
2. Bapak/Ibu Dosen Jurusan Geografi atas segala ilmu dan pembelajaran
yang telah diberikan dalam perkuliahan.
3. Teman-teman Geografi 2014 yang telah memberikan dukungan dan
bantuan selama kuliah di Geografi.

v
PRAKATA

Assalamualaikum wr.wb

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat
kebesaranNya, sehingga penulisan skripsi dengan judul “Analisis Kesesuaian
Penggunaan Lahan Pada Tipologi Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi
Di Kecamatan Kemalang Kabupaten Klaten” dapat terselesaikan dengan baik.
Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan tidak lepas dari dukungan
keluarga, dosen pembimbing, serta teman-teman. Dengan rendah hati penulis
sampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Dr. Moh. Solehatul Mustofa, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan izin penelitian.
2. Dr. Tjaturahono Budi Sanjoto, M.Si., selaku Ketua Jurusan Geografi
Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan pengarahan pada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Dr. Eva Banowati, M.Si., selaku Ketua Prodi Studi Geografi Universitas
Negeri Semarang yang telah memberikan pengarahan pada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
4. Wahyu Setyaningsih ST. MT., selaku Pembimbing yang telah memberikan
pengarahan, bimbingan, motivasi dan semangat dalam menyelesaikan
skripsi ini.
5. Dr. Juhadi, M.Si., dan Drs. Heri Tjahjono, M.Si. selaku dosen penguji yang
telah memberikan koreksi dan pengarahan dalam penyempurnaan skripsi
ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Geografi yang telah memberikan bekal ilmu
pengetahuan kepada penulis.
7. Kepala desa dan Staf kelurahan Di Kecamatan Kemalang, Kabupaten
Klaten yang telah memberikan izin untuk melakukan observasi serta
membantu, mengarahkan dan memberikan informasi selama proses
penelitian.

vi
8. Badan Perencanaan Penelitian Daerah Kabupaten Klaten, dan Dinas
Penataan Ruang Kabupaten Klaten yang telah memberikan data
pendukung dalam skripsi.
9. Keluarga tercinta Bapak Suhardi, Ibu Aslamiyatun, Kakakku Siti Laelatul
Fuziah, Adikku Laela Selviana yang memberikan kasih sayang tanpa
batas.
10. Sahabat, dan teman-teman yang memberikan semagat, motifasi, serta
bantuan yang sangat berarti selama proses pengerjaan skripsi ini.
11. Teman-teman Geografi angkatan 2014 yang memberikan dorongan
maupun dukungan serta bantuan.
12. Teman-teman Kost, KKN dan teman lainnya yang selalu menemani dan
memberi banyak pelajaran hidup selama masa kuliah.
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah
membantu dan mendukung dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Semoga semua bimbingan, dorongan, motivasi, semangat, dukungan, dan


bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapat imbalan yang berlipat
ganda dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih ada


kekurangannya, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT, tetapi usaha
maksimal telah penulis lakukan dalam penulisan skripsi ini. Penulis berharap
skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Semarang, September 2019

Penulis

vii
SARI

Chamim, Muh. 2019. Analisis Kesesuaian Penggunaan Lahan pada Tipologi


Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi Di Kecamatan Kemalang Kabupaten
Klaten. Skripsi. Jurusan Geografi. Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Semarang. Dosen Pembimbing Wahyu Setyaningsih ST. MT.

Kata Kunci : Kesesuaian penggunaan lahan, tipologi kawasan rawan


bencana, tanggapan masyarakat.

Kecamatan Kemalang Kabupaten Klaten merupakan daerah yang terletak di


lereng Gunung Merapi dan merupakan salah satu daerah yang terkena langsung
dampak dari erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010. Sehingga Kecamatan
Kemalang ini termasuk ke dalam daerah kawasan rawan bencana letusan Gunung
Merapi. Pertumbuhan penduduk yang tiap tahun meningkat mengakibatkan
kebutuhan penggunaan lahan pada daerah tersebut juga ikut meningkat. Dengan
kondisi seperti itu, pengendalian pemanfaatan ruang menjadi sangat penting
dilakukan oleh pemerintah khususnya pemerintah daerah dalam upaya
mengoptimalkan fungsi lahan sesuai dengan ketentuannya agar bisa meminimalis
kerugian dari dampak jika terjadi letusan Gunung Merapi baik itu kerugian
material atau immaterial. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
kesesuaian penggunaan lahan dan tanggapan masyarakat terhadap arahan
penggunaan lahan pada tipologi kawasan rawan bencana gunungapi Kecamatan
Kemalang.
Teknik pegambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel arela
dan sampel acak. Teknik pengumpulan data menggunakan dokumentasi,
wawancara dan observasi lapangan. Teknik pengolahan data menggunakan teknik
skoring sesuai dengan parameter yang ditentukan. Teknik analisis data pada
penelitian ini menggunakan teknik analisis deskiptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan lahan pada daerah tipologi
kawasan rawan bencana gunung api di Kecamatan Kemalang yang sesuai dengan
peraturan penggunaan lahan seluas 50,02 km2 atau 84,85% dari luas seluruh
wilayah Kecamatan Kemalang. Sedangkan daerah yang tidak sesuai dengan
aturan penggunaan lahannya mempunyai luas 8,93 km2 atau 15,15%. Ketidak
sesuaian penggunaan lahan ini disebabkan karena sebagian besar masyarakat
belum mengetahui tentang adanya peraturan arahan penggunaan lahan tersebut.
Saran dari hasil penelitian ini adalah perlu adanya sosialisasi yang merata
kepada masyarakat tentang pentingnya peraturan penggunaan lahan tersebut. Dan
masyarakat di Kecamatan Kemalang juga seharusnya tanggap terhadap peraturan
yang ada di daerah mereka mengingat daerah yang mereka tinggali merupakan
daerah dengan tingkat resiko tinggi terhadap bencana lentusan Gunung Merapi.

viii
DAFTAR PUSTAKA

HALAMAN JUDUL ................................................Error! Bookmark not defined.


PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................................................ ii
PENGESAHAN KELULUSAN .......................................................................... iii
PERNYATAAN.................................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN........................................................................ v
PRAKATA ............................................................................................................ vi
SARI .................................................................................................................... viii
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... ix
DAFTAR TABEL................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5
C. Tujuan penelitian.......................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 5
1. Manfaat Teoritis ....................................................................................... 5
2. Manfaat Praktis......................................................................................... 6
E. Batasan Istilah .............................................................................................. 6
1. Kesesuaian penggunaan lahan.................................................................. 6
2. Arahan pengguanaan lahan....................................................................... 7
3. Tipologi kawasan rawan bencana............................................................. 7
4. Tanggapan Masyarakat............................................................................. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 8
A. Deskripsi Teoritis ......................................................................................... 8
1. Gunung Merapi......................................................................................... 8
2. Tipologi Kawasan Rawan Bencana........................................................ 11

ix
3. Kesesuaian Penggunaan Lahan .............................................................. 15
4. Satuan Medan ......................................................................................... 18
5. Tanggapan masyarakat ........................................................................... 19
B. Penelitan yang relevan ............................................................................... 21
C. Kerangka Berpikir...................................................................................... 23
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 24
A. Populasi Penelitian..................................................................................... 24
B. Sampel Penelitian....................................................................................... 24
C. Variabel Penelitian ..................................................................................... 26
D. Alat dan Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 27
1. Alat ......................................................................................................... 27
2. Teknik pengumpulan data ...................................................................... 28
E. Teknik pengolahan data ............................................................................. 29
F. Teknik Analisis Data.................................................................................. 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................... 34
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................................... 34
1. Kondisi fisiografis lokasi penelitian....................................................... 34
2. Kondisi demografis lokasi penelitian ..................................................... 39
B. Hasil Penelitian .......................................................................................... 41
1. Kesesuaian penggunaan lahan ............................................................... 41
2. Tanggapan Masyarakat........................................................................... 72
C. Pembahasan................................................................................................ 76
1. Kesesuaian penggunaan lahan................................................................ 76
2. Tanggapan masyarakat ........................................................................... 78
BAB V PENUTUP............................................................................................... 80
A. Simpulan .................................................................................................... 80
B. Saran........................................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 82

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Daftar Penelitian Relevan .......................................................................21


Tabel 3.1 Jumlah Responden Dalam Penelitian.....................................................25
Tabel 3.2 Matrikas Pembobotan Penentuan Tipologi KRB Gunung Api ...............29
Tabel 3.3 Kelas dan Kriteria Tipologi Kawasan Rawan Bencana Gunung Api .....31
Tabel 3.4 Ketentuan Penggunaan Lahan Dalam Tipologi Kawasan Rawan
Bencana Gunung Api ..............................................................................32
Tabel 4.1 Luas Wilayah Kecamatan Kemalang Berdasarkan Desa .......................35
Tabel 4.2 Luas Topografi Kecamatan Kemalang ...................................................36
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Kecamatan Kemalang Tahun 2018 Berdasarkan
Jenis Kelamin ..........................................................................................38
Tabel 4.5 Data Kemiringan Lereng Di Kecamatan Kemalang ...............................39
Tabel 4.6 Data Geologi Kecamatan Kemalang.......................................................41
Tabel 4.7 Data Curah Hujan Tahunan Kecamatan Kemalang ...............................44
Tabel 4.8 Luas Wilayah Berdasarkan Jarak Dari Sungai........................................46
Tabel 4.9 Data Luas Wilayah Dari Puncak Gunung Merapi ..................................48
Tabel 4.10 Data Unit Medan Di Kecamatan Kemalang ...........................................54
Tabel 4.11 Daerah Tipologi Kawasan Rawan Bencana Gunung Api I Kecamatan
Kemalang ................................................................................................57
Tabel 4.12 Daerah Kawasan Rawan Bencana Gunung Api II Kecamatan
Kemalang ................................................................................................58
Tabel 4.13 Daerah Kawasan Rawan Bencana III Gunung Api Kecamata
Kemalang ................................................................................................59
Tabel 4.14 Penggunaan Lahan Kecamatan Kemalang..............................................61
Tabel 4.15 Kesesuaian Penggunaan Lahan di Tipologi Kawasan Rawan Bencana
I Kecamatan Kemalang ...........................................................................63
Tabel 4.16 Kesesuaian Penggunaan Lahan di Tipologi Kawasan Rawan Bencana
II Kecamatan Kemalang..........................................................................64
Tabel 4.17 Kesesuaian Penggunaan Lahan di Tipologi Kawasan Rawan Bencana
III Kecamatan Kemalang ........................................................................65

xi
Tabel 4.18 Pengetahuan Masyarakat Tentang Peraturan Penggunaan Lahan Pada
Tipologi Kawasan Rawan Bencana Gunung Api...................................68
Tabel 4.19 Tabulasi Hasil Penelian Tanggapan Masyarakat ...................................69
Tabel 4.20 Pendapat Masyarakat Yang Setuju .........................................................70
Tabel 4.21 Pendapat Masyarakat Yang Tidak Setuju ...............................................70

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta letusan G. Merapi tahun 1911-2006 ............................................10


Gambar 2.2 Kerangka berpikir................................................................................22
Gambar 4.1 Peta Administrasi Kecamtan Kemalang..............................................34
Gambar 4.2 Peta Topografi Kecamatan Kemalang.................................................37
Gambar 4.3 Peta Kemiringan Lereng Kecamatan Kemalang .................................43
Gambar 4.4 Peta Geologi Kecamatan Kemalang....................................................45
Gambar 4.5 Peta Curah Hujan Kecamatan Kemalang ............................................47
Gambar 4.6 Peta Jarak Wilayah Dari Sungai Di Kecamatan Kemalang ................49
Gambar 4.7 Peta Wilayah Jangkauan Awan Panas Kecamatan Kemalang ............52
Gambar 4.8 Peta Unit Medan Kecamatan Kemalang .............................................56
Gambar 4.9 Peta Kelas Tipologi Kawasan Rawan Bencana Kecamatan
Kemalang............................................................................................60
Gambar 4.10 Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Kemalang ..................................62

Gambar 4.11 Peta Penggunaan Kesesuaian Penggunaan Lahan Kecamatan


Kemalang............................................................................................66

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta Geologi lembar lembar surakarta (1408-2) ...........................87

Lampiran 2. Peta geologi lembar geologi lembar Yogyakarta (1408-3) ............86

Lampiran 3. Citra satelit kecamatan kemalang...................................................87

Lampiran 4. Surat izin observasi dari BAPPEDA Kab. Klaten .........................88

Lampiran 5. Lembar pengesahan skripsi dari Dinas PUPR Kab. Klaten ...........89

Lampiran 6. Instrumen sosial penelitian.............................................................92

Lampiran 7. Instrumen fisik penelitian...............................................................95

Lampiran 8. Hasil wawancara ............................................................................96

Lampiran 9. Dokumentasi penelitian..................................................................98

xiv
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gunung Merapi dengan ketinggian 2980 meter di atas permukaan laut,

merupakan salah satu gunungapi teraktif di Indonesia, bahkan di dunia

(Ma’arif dan Hizbaron, 2014). Secara geografis, Gunung Merapi terletak pada

posisi 7˚ 32,5’ Lintang Selatan dan 110˚ 26,5’ Bujur Timur, dan secara

administratif terletak pada 4 wilayah kabupaten, yaitu Kabupaten Sleman di

D.I.Yogyakarta dan Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, Kabupaten

Klaten di Provinsi Jawa Tengah (Sutikno, dkk. 2007)

Menurut Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan

Geologi (BPPTKG). Gunung Merapi rata – rata meletus dalam siklus pendek

yang terjadi setiap 2 - 5 tahun, sedangkan siklus menengah setiap 5 - 7 tahun.

Aktivitas letusan Gunung Merapi yang terjadi pada akhir tahun 2010 tergolong

erupsi yang besar dibandingkan erupsi dalam beberapa dekade terakhir. Karena

secara umum total volume erupsi Merapi berkisar antara 100 sampai 150 km 3,

dengan tingkat efusi berkisar 105 m3 per bulan dalam seratus tahun

(Berthommier, 1990), sedangkan volume material piroklastik hasil erupsi bulan

September tahun 2010 ditaksir mencapai lebih dari 140 juta m3 (Tim Badan

Litbang Pertanian dalam Ilham 2010). Letusan Gunung Merapi terkini terjadi

pada tanggal 1 Juni 2018 pukul 21:00 WIB dengan tinggi kolom abu teramati ±

1.000 m di atas puncak atau ± 3.968 m di atas permukaan laut. (BPPTKG,

2018)

1
2

Letusan yang terjadi pada tahun 2010 menimbulkan bencana yang

menyebabkan jumlah korban sebanyak 341 orang meninggal dunia, 368 orang

mengalami luka – luka dan 61.154 orang mengungsi ke tempat yang lebih

aman. Di Kabupaten Klaten sendiri jumlah korban meninggal ada sebanyak 36

orang, 30 orang mengalami luka – luka dan 4.321 orang mengungsi ke tempat

pengungsian. (BNPB, 2010)

Selain menimbulkan korban dan luka – luka, erupsi Gunung Merapi juga

berdampak pada sektor permukiman, infrastruktur, sosial, ekonomi, dan lintas

sektor yang mengakibatkan terganggunya aktivitas dan pelayanan umum di

daerah sekitar Gunung Merapi. Salah satu daerah yang terkena langsung

dampak dari erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010 adalah Kecamatan

Kemalang Kabupaten Klaten. Kecamatan Kemalang ini merupakan daerah

yang terletak dilereng Gunung Merapi, terletak pada posisi 110.27.48 BT,

7.35.21 LS, dengan ketinggian kurang lebih 1.050 meter diatas permukaan

laut. Di Desa Balerante, Kecamatan Kemalang terdapat permukiman yang

hanya berjarak sekitar empat kilometer dari puncak Gunung Merapi, sehingga

Kecamatan Kemalang ini masuk ke dalam Kawasan Strategis Nasional dan

Kawasan Rawan Bencana.

Berdasarkan data BPPTKG Letusan tahun 2010 membuat sebagian

puncak Gunung Merapi menghilang serta membentuk kawah besar seukuran

423 x 374 meter dengan kedalaman 140 meter yang robek di sisi tenggara

dengan lebar robekan 303 meter. Secara administrasi daerah tenggara ini

merupakan wilayah Kecamatan Kemalang Kabupaten Klaten, sehingga


3

mengakibatkan Kecamatan Kemalang ini beresiko tinggi terkena dampak dari

letusan Gunung Merapi.

Akibat tingginya potensi terkena dampak bencana letusan tersebut aturan

Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana (Satlak PB) Klaten atau Badan

Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah menggelar acara

Rencana Aksi Relokasi dan Pembangunan Hunian Tetap (Huntap) Korban

Erupsi dan Lahar Dingin Gunung Merapi di Hunian Sementara (Huntara) yang

terletak di Bumi Perkemahan Desa Kepurun, Kecamatan Manisrenggo, tetapi

masyarakat di daerah Kecamatan Kemalang tidak bersedia untuk direlokasi

dikarenakan masyarakat yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai

petani, hanya mempunyai lahan didaerah Kecamatan Kemalang tersebut.

Sehingga masyarakat takut tidak dapat memenuhi kebutuhannya di derah

hunian baru. Pelaksana Harian BPBD Jateng, Sarwa Pramana menilai

penolakan warga karena mereka belum memahami niat Pemprov melakukan

relokasi. (Tribunejateng.com, Senin, 2 Mei 2011 08:02)

Jumlah penduduk Kecamatan Kemalang mengalami pertumbuhan setiap

tahunnya, pada tahun 2010 jumlah penduduk adalah 34.006 jiwa dan jumlah

penduduk pada tahun 2016 adalah 36.086 jiwa (BPS Kabupaten Klaten, 2018).

Pertumbuhan penduduk itu mengakibatkan meningkatnya kebutuhan lahan,

sehingga masyarakat menggunakan kawasan lindung untuk memenuhi

kebutuhan tersebut. Karena Kecamatan Kemalang merupakan daerah yang

terletak di lereng Gunung Merapi penduduk terpaksa menempati lokasi yang


4

rawan terkena dapak dari letusan Gunung Merapi seperti di daerah bantaran

sungai dan daerah yang berpotensi terlanda awan panas.

Tindakan masyarakat tersebut menyebabkan tingkat kerawanan bencana

menjadi semakin meningkat, manakala lahan yang seharusnya digunakan

sebagai kawasan lindung, digunakan masyarakat sebagai tempat hunian atau

lahan pertanian. Dengan kondisi seperti itu, pengendalian pemanfaatan ruang

menjadi sangat penting dilakukan oleh pemerintah khususnya pemerintah

daerah dalam upaya mengoptimalkan fungsi lahan sesuai dengan ketentuannya

agar tingkat resiko dampak bencana letusan gunung merapi menurun.

Berdasarkan latar belakang tersebut mendorong penulis untuk

mengadakan penelitian yang berjxsweujhyudul “Analisis Kesesuaian

Penggunaan Lahan Pada Tipologi Kawasan Rawan Bencana Merapi Di

Kecamatan Kemalang Kabupaten Klaten” mengingat pentignya kesesuaian

lahan terhadap peruntukannya. Daerah tersebut termasuk dalam wilayah

Kawasan Strategis Nasional sehingga penataan ruangnya harus sangat sesuai

agar stabilitas daerah tersebut terjaga.


5

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kesesuaian penggunaan lahan di Kecamatan Kemalang terhadap

arahan penggunaan lahan dalam Perda no 11 tahun 2011?

C. Tujuan penelitian

1. Mengetahui kesesuaian penggunaan lahan di Kecamatan Kemalang terhadap

arahan penggunaan lahan dalam Perda no 11 tahun 2011.

2. Mengetahui tanggapan masyarakat yang tinggal di daerah Kawasan Rawan

Bencana terhadap penerapan aturan pembatasan penggunaan lahan dalam

Perda no 11 tahun 2011.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat

bermanfaat :

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan

dan sebagai bahan kajian ilmiah khususnya dalam bidang ilmu Geografi

terkait tentang penggunaan lahan dan kesesuaian lahan

b. Dijadikan bahan referensi atau penelitian agar terdapat wacana yang

diharapkan berubah menjadi suatu tindakan nyata dalam ilmu maupun

pelestarian alam yang tentunya dimulai dari dunia pendidikan demi

kelangsungan kehidupan dimasa depan.


6

2. Manfaat Praktis

a. Dapat menjadi pertimbangan masyarakat Kecamatan Kemalang dalam

mengelola lahan sehingga masyarakat mengetahui pentingnya keseuaian

lahan di daerah tipologi kawasan rawan bencana gunungapi.

b. Memberi masukan kepada pemerintah untuk dapat mengeluarkan

peraturan atau kebijakan yang dapat menyelesaikan berbagai permasalah

tentang kesesuaian penggunaan lahan di daerah tipologi kawasan rawan

bencana gunung api .

c. Memberikan informasi kepada dinas atau instansi yang terkait untuk

dapat memperbaiki memberikan kebijakan yang tepat.

E. Batasan Istilah

Pengertian dalam penelitian ini perlu adanya penegasan istilah agar

diperoleh pengertian yang sama dan pembaca tidak mengalami perbedaan

presepsi yang berkaitan dengan judul penelitian ini. Penegasan istilah juga

dimaksudkan untuk membatasi ruang lingkup penelitian. Adapun istilah-istilah

yang perlu diberi batasan sebagai berikut :

1. Kesesuaian penggunaan lahan

Penggunaan lahan adalah modifikasi yang dilakukan oleh manusia terhadap

lingkungan hidup menjadi lingkungan terbangun seperti lapangan, pertanian

dan permukiman (FAO/UNNEP, 1999). Kesesuian penggunaan lahan dalam

penelitian ini adalah perbandingan penggunaan lahan aktual tahun 2019 di

Kecamatan Kemalang dengan acuan penggunaan lahan dalam Peraturan


7

Daerah Kabupaten Klaten no 11 tahun 2011 tentang Rencana tata ruang

wilayah Kabupaten Klaten tahun 2011-2031.

2. Arahan pengguanaan lahan

Arahan pengguanaan lahan adalah acuan masyarakat dalam menggunakan

lahan yang dimaksud dalam peneliatian ini yaitu arahan penggunaan lahan

sesuai dalam Peraturan Daerah no 11 tahun 2011 tentang rencana tata ruang

wilayah Kabupaten Klaten yang diturunkan dari peraturan mentri pekerjaan

umum nomor 21/PRT/M/2007 tentang pedoman penataan ruang kawasan

rawan letusan gunung berapi .

3. Tipologi kawasan rawan bencana

Tipologi kawasan rawan bencana gunung api adalah penggolongan kawasan

sesuai dengan karakter dalam pedoman penataan ruang kawasan rawan

bencana gunung api yaitu meliputi kondisi formasi geologi, kemiringan

lereng, curah hujan, jarak dari sungai dan jangkauan awan panas.

4. Tanggapan Masyarakat

Tanggapan atau persepsi adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap

orang dalam memahami informasi dengan lingkungannya, baik melalui

penglihatan, penghayatan, perasaan maupun penciuman. yang di maksud

tanggapan masyarakat dalam penelitian ini adalah persepsi masyarakat

tentang adanya peraturan penggunaan lahan di daerah kawasan rawan

bencana lerusan gunung berapi. (Thoha, 2001 dalam Purwanto, 2018)


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritis

1. Gunung Merapi

Gunung Merapi mempunyai ketinggian 2986 meter diatas permukaan

laut. Terletak di perbatasan empat kabupaten yaitu Kabupaten Sleman,

Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten. Posisi

geografinya terletak pada 7°32’30” LS dan 110°26’30” BT. Menurut data

dari BPPTKG Gunung Merapi muncul di bagian selatan dari kelurusan dari

jajaran gunungapi di Jawa Tengah mulai dari utara ke selatan yaitu

Ungaran-Telomoyo-Merbabu-Merapi dengan arah N165°E. Kelurusan ini

merupakan sebuah patahan yang berhubungan dengan retakan akibat

aktivitas tektonik yang mendahului vulkanisme di Jawa Tengah. Aktivitas

vulkanisme ini bergeser dari arah utara ke selatan, dimana Gunung Merapi

muncul paling muda.

Sejarah letusan Gunung Merapi mulai tercatat sejak awal masa

kolonial Belanda sekitar abad ke-17. Letusan sebelumnya tidak tercatat

secara jelas. Sedangkan letusan-letusan besar yang terjadi pada mas sebelum

periode Merapi baru, hanya didasarkan pada penentuan waktu relatif. Secara

umum, letusan Gunung Merapi dapat dirangkum sbb :

8
9

a. Periode 3000 – 250 tahun yang lalu

Tercatat lebih kurang 33 kali letusan, dimana 7 diantaranya merupakan

letusan besar. Dari data tersebut menunjukkan bahwa letusan besar

terjadi sekali dalam 150-500 tahun (Andreastuti dkk, 2000).

b. Pada adad ke - 19

Pada periode ke- 19 atau periode Merapi baru telah terjadi beberapa kali

letusan besar yaitu abad ke-19 (tahun 1768, 1822, 1849, 1872) dan abad

ke-20 yaitu 1930-1931. Erupsi abad ke-19 jauh lebih besar dari letusan

abad ke-20, dimana awan panas mencapai 20 km dari puncak.

Kemungkinan letusan besar terjadi sekali dalam 100 tahun (Newhall,

2000).

c. Pada abad ke-20

Aktivitas Merapi pada abad ke-20 terjadi minimal 28 kali letusan, dimana

letusan terbesar terjadi pada tahun 1931. Sudah ¾ abad tidak terjadi

letusan besar.

Gunung Merapi meletus lebih dari 80 kali atau rata-rata sekali meletus

dalam 4 tahun. Masa istirahat berkisar antara 1-18 tahun, artinya masa

istirahat terpanjang yang pernah tercatat andalah 18 tahun. Secara umum,

letusan Merapi pada abad ke-18 dan abab ke-19 masa istirahatnya relatif

lebih panjang, sedangkan indeks letusannya lebih besar. Akan tetapi tidak

bisa disimpulkan bahwa masa istirahat yang panjang, menentukan letusan

yang akan datang relatif besar. Karena berdasarkan fakta, bahwa beberapa

letusan besar, masa istirahatnya pendek. Atau sebaliknya pada saat


10

mengalami istirahat panjang, letusan berikutnya ternyata kecil. Ada

kemungkinan juga bahwa periode panjang letusan pada abad ke-18 dan abad

ke-19 disebabkan banyak letusan kecil yang tidak tercatat dengan baik,

karena kondisi saat itu. Jadi besar kecilnya letusan lebih tergantung pada

sifat kimia magma dan sifat fisika magma. (PVMBG, 2014)

Menurut data kegunung apian PVMBG erupsi Gunung Merapi tahun

2010, merupakan erupsi besar pertama setelah 80 tahun sejak erupsi besar

tahun 1930 atau tahun 1931. Secara kronologis, erupsi diawali oleh letusan

vulkanian dan menghasil semburan awan panas pada 26 Oktober 2010,

pukul 17.02 WIB yang mengarah ke sektor selatan antara Kali Kuning dan

Kali Gendol sejauh 8 km. Awan panas pertama ini menyapu Dusun

Kinahrejo dan sekitarnya yang menyebabkan korban tewas sebanyak 26

jiwa, termasuk Juru Kunci Merapi, Mbah Marijan. Setelah itu aktivitas

erupsi sedikit mereda, tetapi suara gemuruh masih terus berlangsung.

Aktivitas erupsi meningkat kembali pada tanggal 29 Oktober 2010.

Erupsi tersebut menghasilkan awan panas yang makin membesar hingga

mencapai puncaknya pada 5 November 2010. Erupsi Merapi 2010 bersifat

eksplosif membentuk kolom letusan setinggi 10 km dari puncak serta awan

panas (aliran piroklastik) yang mengarah ke Kali Gendol (tenggara) sejauh

15 km dari puncak. Letusan ini juga membentuk kawah dengan diameter

480-600 m.

Hingga lestusan terakhir terjadi pada tanggal 1 Juni 2018 pukul 21:00

WIB dengan tinggi kolom abu teramati ± 1.000 m di atas puncak atau ±
11

3.968 m di atas permukaan laut. Letusan tersebut termasuk ke dalam jenis

letusan freatik. Letusan G. Merapi dicirikan oleh keluarnya magma ke

permukaan membentuk kubah lava di tengah kawah aktif di sekitar puncak.

Munculnya lava baru biasanya disertai dengan pengrusakan lava lama yang

menutup aliran sehingga terjadi guguran lava.

Lava baru yang mencapai permukaan membetuk kubah yang bisa

tumbuh membesar. Pertumbuhan kubah lava sebanding dengan laju aliran

magma yang bervariasi hingga mencapai ratusan ribu meter kubik per hari.

Kubah lava yang tumbuh di kawah dan membesar menyebabkan

ketidakstabilan. Kubah lava yang tidak stabil posisinya dan didorong oleh

tekanan gas dari dalam menyebabkan sebagian longsor sehingga terjadi

awan panas. Awan panas akan mengalir secara gravitasional menyusuri

lembah sungai dengan kecepatan 60-100 km/jam dan akan berhenti ketika

energi geraknya habis. Inilah awan panas yang disebut Tipe Merapi yang

menjadi ancaman bahaya yang utama. (PVMBG, 2014)

2. Tipologi Kawasan Rawan Bencana

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam

dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,

baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia

sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan

lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. (Undang-Undang

Nomor 24 Tahun 2007)


12

Menurut Paripurno (2008) dalam Wahyu (2010), bencana merupakan

fenomena yang terjadi karena komponen-komponen pemicu, ancaman, dan

kerentanan bekerja bersama secara sistematis, sehingga menyebabkan

terjadinya risiko pada komunitas. Bencana terjadi apabila komunitas

mempunyai tingkat kemampuan yang lebih rendah dibanding dengan

tingkat ancaman yang mungkin terjadi. Bencana terjadi apabila masyarakat

dan sistem sosial yang lebih tinggi yang bekerja padanya tidak mempunyai

kapasitas untuk mengelola ancaman yang terjadi padanya. Ancaman,

pemicu dan kerentanan, masing-masing tidak hanya bersifat tunggal, tetapi

dapat hadir secara jamak sehingga disebut bencana kompleks. Bencana

tidak dapat ditentukan secara pasti waktu terjadinya dan skala kerusakannya

sehingga perlu upaya untuk melakukan suatu kegiatan yang mampu

meminimalkan ataupun meniadakan kerugian jika terjadi bencana.

Kawasan rawan bencana adalah daerah yang memiliki risiko tinggi

terhadap ancaman terjadinya bencana baik akibat kondisi geografis,

geologis dan demografis maupun karena ulah manusia. Kawasan rawan

bencana termasuk dalam kawasan lindung. Sesuai dengan definisinya adalah

wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian

lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumberdaya

buatan. Sehingga pada kawasan rawan bencana dilakukan pembatasan

kegiatan atau tidak boleh dilakukan kegiatan budidaya. (Undang - Undang

no 24 tahun 2007)
13

Kawasan rawan bencana gunung berapi adalah kawasan yang sering

atau berpotensi tinggi mengalami bencana akibat letusan gunung berapi

(Muta’ali, 2013). Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi disusun

berdasarkan geomorfologi, geologi, sejarah kegiatan, distribusi produk

erupsi terdahulu, penelitian dan studi lapangan.

Berdasarkan Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Letusan

Gunung Berapi dan Kawasan Rawan Gempa Bumi (Perturan Menteri

Pekerjaan Umum No. 21/PRT/M/2007). Jenis potensi bahaya Merapi yang

dapat mengancam manusia dan harta benda terdiri atas awan panas, hujan

abu lebat dan lontaran batu (pijar) dan lahar, sedangkan lava jarang

mencapai lereng bawah yang berpenduduk, jadi tidak membahayakan.

Berdasarkan potensi bahaya yang mungkin terjadi pada masa mendatang,

sejarah kegiatan, distribusi sebaran produk letusan dan posisi kubah serta

tingkat kegiatan saat ini dan mengacu pada Standar Nasional lndonesia (SNI

13-4689-1998).

Tipologi kawasan adalah penggolongan kawasan sesuai dengan

karakter dan kualitas kawasan, lingkungan, pemanfaatan ruang, penyediaan

prasarana dan sarana lingkungan, yang terdiri dari kawasan mantap,

dinamis, dan peralihan. (Peraturan Mentri PU No 21 Tahun 2007).


14

Tipologi Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Merapi dibagi dalam

tiga kelas yaitu Tipologi Kawasan Rawan Bencana I, II dan III.

a. Tipologi Kawasan Rawan Bencana I

Kawasan Rawan Bencana I terdiri atas dua bagian yaitu kawasan yang

berpotensi terlanda:

1) Kawasan rawan bencana terhadap lahar/banjir. Kawasan ini terletak di

sepanjang sungai di dekat lembah sungai atau di bagian hilir sungai

yang berhulu di daerah sekitar puncak.

2) Kawasan rawan terhadap hujan abu tanpa memperhatikan arah tiupan

angin dan kemungkinan terkena lontaran batu (pijar).

b. Tipologi Kawasan Rawan Bencana II

Kawasan Rawan Bencana II terdiri atas dua bagian yaitu kawasan yang

berpotensi terlanda:

1) Aliran massa berupa: awan panas, aliran lava, dan lahar.

2) Lontaran berupa: jatuhan piroklastik lebat dan lontaran batu (pijar).

c. Tipologi Kawasan Rawan Bencana III

Kawasan Rawan Bencana III adalah kawasan yang letaknya dekat

dengan sumber bahaya yang sering terlanda awan panas, aliran lava,

guguran batu dan lontaran batu (pijar). Kawasan Rawan Bencana III

hanya di apilikasikan bagi gunung berapi yang sangat giat dan sering

meletus. Oleh karena tingkat kerawanan yang tinggi, kawasan ini tidak

diperkenankan untuk daerah permukiman.


15

3. Kesesuaian Penggunaan Lahan

Penggunaan lahana (land use) adalah setiap bentuk intervensi (campur

tangan) manusia terhada plahan dalam rangka memenuhi kebutuhan

hidupnya baik materil maupun spiritual. Penggunaan lahan dapat

dikelompokkan dalam dua golongan besar yaitu penggunaan lahan pertanian

dan bukan pertanian. (Arsyad, 1989)

Pemanfaatan lahan atau tata guna lahan (land use) adalah pengaturan

tentang penggunaan lahan. Tata guna lahan terdiri dari 2 (dua) unsur, yaitu:

tata guna yang berarti penataan atau pengaturan penggunaan, hal ini

merupakan sumber daya manusia dan tanah yang berarti ruang, hal ini

merupakan sumber daya alam serta memerlukan dukungan berbagai unsur

lain seperti air, iklim, tubuh tanah, hewan, vegetasi, mineral, dan

sebagainya. Jadi secara prinsip dalam tata guna lahan diperhitungkan faktor

geografi budaya atau faktor geografi sosial dan faktor geografi alam serta

relasi antara manusia dengan alam (Jayadinata, 1999).

Pemanfaatan ruang merupakan bagian dari perencanaan penataan

ruang, yang diatur berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Dalam peraturan tersebut

dinyatakan bahwa tata ruang adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan

ruang, baik yang direncanakan maupun yang tidak. Berdasarkan pengertian

tersebut, penataan ruang pada hakekatnya adalah proses perencanaan ruang,

pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.


16

Selain itu, penataan ruang dapat diartikan sebagai upaya mewujudkan

tata ruang yang terencana, dengan memperhatikan keadaan lingkungan

alam, lingkungan buatan, lingkungan sosial, interaksi antar lingkungan,

tahapan pengelolaan dan pembangunan serta pembinaan kemampuan

kelembagaan dan sumber daya manusia yang ada berdasarkan kesatuan

wilayah nasional dan ditujukan bagi sebesar-besarnya untuk kemakmuran

rakyat. Berdasarkan undang- undang di atas, produk penataan ruang

dibedakan menjadi penataan raung wilayah Nasional,wilayah Provinsi,dan

wilayah Kabupaten/Kota. (Suranto, 2008)

Oleh karena itu penggunaan lahan didalam kawasan rawan bencana

juga perlu diatur dalam peraturan daerah agar kestabilan wilayah tersebut

terjaga dan juga bertujuan untuk meminimalisir dampak dari bencana yang

akan datang. Adapun ketentuan penggunaan lahan dikawasan rawan

bencana menurut peraturan daerah nomor 11 tahun 2011 yaitu:

a. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan rawan bencana Gunung

Merapi pada Kawasan Rawan Bencana III disusun dengan ketentuan:

1) Wilayah yang terkena dampak langsung tidak diperbolehkan untuk

permukiman.

2) Wilayah tidak terdampak langsung diarahkan untuk tidak

dikembangkan untuk permukiman.

3) Prasarana dan sarana sangat terbatas hanya untuk memfasilitasi

permukiman yang masih ada.

4) Tidak diperbolehkan kegiatan penambangan pasir.


17

5) Permukiman yang sudah ada diizinkan dan tidak boleh dikembangkan

lebih lanjut.

6) Diperbolehkan konservasi dan gardu pengawasan merapi.

7) Kawasan yang ada dipersiapkan untuk peka terhadap adanya bencana,

baik ketersediaan infrastruktur maupun perilaku masyarakat serta

kelembagaan yang ada.

b. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan rawan bencana Gunung

Merapi pada Kawasan Rawan Bencana II disusun dengan ketentuan:

1) Diarahkan untuk pembatasan kegiatan budidaya terbangun.

2) Peningkatan kapasitas dalam mitigasi bencana dan apabila kondisi

merapi sudah waspada harus siap-siap untuk mengungsi atau

meninggalkan tempat.

3) Pembatasan pembangunan prasarana dan sarana yang bersifat

strategis.

4) Permukiman eksisting dibatasi pengembangannya.

5) Diperbolehkan budidaya pertanian tanaman keras dan semusim,

pariwisata alam, pendidikan dan penelitian, pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi, dan ekowisata yang tidak mengganggu

fungsi lindung.

c. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan rawan bencana Gunung

Merapi pada Kawasan Rawan Bencana I disusun dengan ketentuan.

1) Masih diperbolehkan penambangan pasir, apabila bencana lahar telah

berlalu.
18

2) Pembatasan kegiatan budidaya.

3) Cara penyelamatan diri dengan menjauhi daerah aliran sungai.

4. Satuan Medan

Analisis dan klasifikasi medan adalah analisis, klasifikasi serta

pemetaan medan yang didasarkan pada relief, proses yang terjadi dimasa

lampau dan sekarang, jenis batuan dan strukturnya, tanah, hidrologi,

vegetasi dan penggunaan lahan ( Van Zuidam dkk, 1979)

Bentanglahan adalah suatu bagian ruangan di permukaan bumi yang

terdiri atas suatu sistem yang kompleks yang terbentuk oleh pengaruh

timbal balik antara batuan, tumbuhan, binatang dan manusia serta dari

bentuk fisiogniminya membentuk suatu kesatuan yang mudah di bedakan

(Van Zuidam, 1979). Bentuk lahan adalah suatu kenampakan medan

terbentuk oleh proses – proses alami yang mempunyai komposisi dan julat

karakteristik fisikal dan visual tertentu dimanapun bentuklahan itu dijumpai.

Evaluasi medan adalah proses pelaksanaan penilaian medan untuk

keperluan tertentu meliputi interpretasi hasil seurvei dan studi mengenai

relief, tanah, batuan, proses geomorfologi, hidrologi, vegetasi dan

penggunaan lahan dalam rangka mengidentifikasi dan membandingkan

macam – macam kemungkinan penggunaan lahan yang sesuai dengan

tujuan evaluasi.

Medan adalah suatu bidang lahan yang berhubungan dengan sifat –

sifat fisik permukaan dan dekat permukaan yang kompleks dan penting bagi

manusia (Van Zuldam, 1979).


19

Satuan medan adalah medan yang merupakan bagian dari bentuk

lahan atau bentuk lahan yang kompleks yang mempunyai hubungan dengan

karakteristik medan atau pola-pola dari komponen medan yang utama.

Satuan medan merupakan gambaran dari karakteristik eksternal dan internal

suatu bentuk lahan (Van Zuidam, 1979 dalam Tjahjono, 2003).

5. Tanggapan masyarakat

Tanggapan merupakan sebagai suatu pengalaman tentang objek

peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan menggunakan informasi

dan menafsirkan pesan. Dengan kata lain tanggapan atau persepsi adalah

proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak

manusia. Tanggapan merupakan pemaknaan hasil penglihatan termasuk

tanggapan tentang lingkungan yang menyeluruh dimana individu berada dan

dibesarkan, dan kondisi merupakan stimulus dan persepsi. (Surahkkamat,

1980).

Adapun jenis atau macam-macam tanggapan dilihat dari fungsinya

ada dua yaitu tanggapan fungsi primer dan tanggapan fungsi sekunder.

Tanggapan fungsi primer adalah tanggapan-tanggapan yang berpengaruh

pada kehidupan kejiwaan (berpikir, perasaan dan pengenalan). Sedangkan

apabila tanggapan-tanggapan yang sudah disadari dan masih terus

berpengaruh terhadap kehidupan kejiwaan kita, fungsi tanggapan ini disebut

dengan fungsi sekunder (Kartono, 1996).


20

Menurut Agus Sujanto (1993) tanggapan diklasifiksikan ke dalam

tiga bagian :

a. Menurut indera yang mengamati tersebut

1) Tanggapan auditif adalah jenis tanggapan suara yang memakai indera

pendengar.

2) Tanggapan visual adalah jenis tanggapan yang memakai indera

pelihat.

3) Tanggapan perasa yaitu jenis tanggapan yang memakai indera perasa.

b. Menurut terjadinya

1) Tanggapan ingatan, artinya orang orang itu mempunyai tanggapan

yang baik sekali mengenai kejadian yang telah berlalu.

2) Tanggapan fantasi, artinya orang yang mempunyai tanggapan yang

baik sekali bagi apa yang telah diangan-angankan/dibayangkan.

3) Tanggapan fikir, artinya orang yang mempunyai tanggapan yang baik

sekali bagi apa yang telah dipikirkannya.

c. Menurut Lingkungannya

1) Tanggapan benda (kebendaan) artinya orang itu mempunyai

tanggapan yang baik sekali tentang benda-benda yang ada di

lingkungannya.

2) Tanggapan perkataan, artinya orang itu mempunyai tanggapan yang

baik sekali mengenai apa-apa yang telah dikatakan individu di

sekelilingnya.
21

B. Penelitan yang relevan

Tabel 2.1. Daftar Penelitian Relevan


No Nama Judul Tujuan Metode Hasil
Cindi P Kesesuaian 1. Mengetahui bagaimana 1. Metode 1. Kawasan permukiman yang berada pada kawasan
Welang, Lahan kesesuaian lahan permukiman deskriptif yang tidak layak bangun berada pada wilayah
dkk Permukiman pada kawasan yang masuk dalam dengan teknik yang berlokasi di Kecamatan Tomohon Timur
(2016) overlay dengan luas wilayah 6 Hektar dengan prosentase
Pada Kawasan kawasan rawan bencana gunung
0,6% dari luas persebaran kawasan permukiman
Rawan Bencana berapi di Kota Tomohon. di Kota Tomohon. Begitu juga dengan kawasan
Gunung Berapi peruntukan permukiman dalam Rencana Pola
Di Kota Ruang RTRW Kota Tomohon kawasan
Tomohon peruntukkan permukiman yang berada pada
kawasan yang tidak layak bangun hanya berada
pada wilayah yang berlokasi di Kecamatan
Tomohon Timur dengan luas wilayah 6 Hektar
dengan prosentase 0,4% dari luas kawasan
peruntukkan permukiman dalam Rencana Pola
Ruang RTRW Kota Tomohon.

2. Andika Analisis Risiko 1. Mengetahui tingkat risiko 1. Metode survey 1. Tingkat risiko bencana erupsi Gunung Merapi di
Surya Bencana Erupsi bencana erupsi Gunung Merapi di 2. Metode Kecamatan Dukun memiliki beberapa tingkatan
Ardi Gunung Merapi Kecamatan Dukun. deskriptif risiko. Tingkat risiko dibagi menjadi tiga tingkat
(2017) Di Kecamatan 2. Mengetahui sebaran risiko yaitu sedang, rendah, dan sangat rendah.
Dukun bencana erupsi Gunung Merapi di 2. Sebaran risiko bencana akibat erupsi Gunungapi
Kabupaten Kecamatan Dukun. di Kecamatan Dukun tersebar diseluruh wilayah.
Magelang Sebaran risiko dengan tingkat risiko sedang
mendominasi sebagian wilayah Desa Sengi dan
Desa Kalibening.
22

No Nama Judul Tujuan Metode Hasil


3. Joko Kajian 1. Mengidentifikasi karakteristik fisik 1. Teknik analisis 1. Daerah penelitian mempunyai tingkat potensi
Purwoko Pemanfaatan alam yang ada di Gununglurah; kualitatif dan terhadap gerakan tanah yang bervariasi.
Suranto Lahan 2. Menganalisis kapasitas dan analisis 2. Kejadian bencana tanah longsor di daerah
(2008) Pada Daerah kerentanan masyarakat di kuantitatif penelitian sangat dipengaruhi oleh tingkat potensi
Rawan Bencana Gununglurah; 2. Metode survei bencana gerakan tanah dan aktivitas masyarakat
Tanah Longsor 3. Menganalisis dasar penyebab yang tidak memperhatikan keseimbangan
Di Gununglurah, pemanfaatan lahan di Gununglurah; lingkungan;
Cilongok, 4. Menganalisis kebijakan pemerintah 3. Pemanfaatan lahan oleh masyarakat di daerah
Banyumas tentang penataan ruang; penelitian sebagian terjadi penyimpangan
5. Menganalisis pemanfaatan lahan terhadap peraturan pemerintah tentang penataan
pada daerah rawan bencana alam ruang yang telah ditetapkan sebagai kawasan
tanah longsor di Gununglurah. fungsi lindung dan kawasan penyangga.
4. Fauzi Analisis 1. Mengetahui penggunaan dan 1. Metode 1. Penggunaan lahan di Kecamatan Kutoarjo Lahan
Iskandar, Kesesuaian pemanfaatan bidang tanah di deskriptif dengan luas total 3920,73 hektar didominasi oleh
dkk Penggunaan Kecamatan Kutoarjo dan dengan teknik sawah sebesar 46,167% atau seluas 1810,10
(2016) Lahan Terhadap bagaimana kaitan dengan rencana overlay hektar, dan kampung jarang kampung jarang
Rencana Tata pola ruangnya. sebesar 28,289% atau seluas 1109,14 hektar.
Ruang/Wilayah 2. Hasil dari kesesuaian lahan didapatkan luasan
Di Kecamatan sebesar 3.620,782 hektar (92,35%) sesuai dengan
Kutoarjo apa yang direncanakan, sementara seluas 299,995
Menggunakan hektar atau 7,65% dari luasan kecamatan
Sistem Informasi penggunaan lahannya tidak sesuai.
Geografis
23

C. Kerangka Berpikir

Kecamatan Kemalang terletak Pertumbuhan penduduk dan kebutuhan Kondisi fisik Kecamatan Kemalang
di lereng Gunung Merapi penggunaan lahan meningkat setiap tahunnya

Kemiringan Geologi Aliran lahar Jangkauan awan panas Curah hujan


lereng

Tipologi kawasan rawan bencana


gunung api Kecamatan Kemalang

Perda Klaten no 11 tahun 2011 Citra Satelit


tentang penataan ruang Resolusi Tinggi (CSRT)

Pengetahuan masyarakat daerah tipologi


Arahan penggunaan lahan di kawasan Penggunaan lahan daerah
kawasan rawan bencana tentang arahan rawan bencana gunung api KRB gunung api
penggunaan lahan

Evaluasi kesesuaian lahan di daerah


rawan bencana gunung api
Tanggapan Masyarakat tentang aturan
pengguanaan lahan pada daerah tipologi
KRB Gunung Merapi Kecamatan Kemalang Peta Kesesuaian Pengguaaan Lahan
Tipologi KRB Gunung Merapi

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir


BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai ketentuan penggunaan lahan di

tipologi kawasan rawan bencana Gunung Merapi di Kecamatan Kemalang,

maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Secara umum kesesuaian pengguanaan lahan di Kecamatan Kemalang pada

tipologi kawasan rawan bencana Gunung Merapi masih di bilang cukup

rendah mengingat luas daerah tidak sesuai dengan ketentuan penggunaan

lahannya seluas 8,93 km2 atau 15,15% dari luas seluruh wilayah Kecamatan

Kemalang. Daerah dengan tingkat ketidak sesuaian tertinggi terdapat pada

daerah tipologi kawasan rawan bencana III dikarenakan pada kawasan ini

tidak diperbolehkan untuk daerah budidaya dan daerah pada tipologi

kawasan rawan bencana III ini beresiko tinggi terkena dampak dari letusan

gunung berapi.

2. Banyak masyarakat yang mengaku belum mengetahui adanya peraturan

penggunaan lahan pada tipologi kawasan rawan bencana Gunung Merapi

dan banyak juga masyarakat yang tidak setuju dengan adanya peraturan

tersebut. Karena sebagian besar masayarakat masih tinggal dan mengelola

lahan pada daerah tipologi kawasan rawan bencana tersebut.

80
81

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan beberapa saran yang bisa

diajukan adalah sebagai berikut

1. Tingginya angka daerah yang tidak sesuaian dengan peraturan penggunaan

lahan diakibatkan kerena tingkat pengetahuan manyarakat yang rendah

terhadap peraturan penggunaan lahan di daerah kawasan rawan benacana

sehingga perlu adanya sosialisasi yang merata kepada masyarakat tentang

pentingnya peraturan penggunaan lahan tersebut.

2. Masyarakat seharusnya tanggap terhadap peraturan yang ada di daerah

mereka mengingat daerah yang mereka tinggali merupakan daerah dengan

tingkat resiko tinggi terhadap bencana lentusan Gunung Merapi.


82

DAFTAR PUSTAKA

Andreastuti, S.D., Alloway, B.V., and Smith, I.E.M., 2000. A detailed


tephrostratigraphic framework at Merapi Volcano, Central Java,
Indonesia: implications for eruption prediction and hazard assessment.
Journal Volcanology Geothermal Resources, 100, h. 51-68.

Ardi, A. S., & Sumunar, D. R. S. (2017). Analisis Risiko Bencana Erupsi Gunung
Merapi Di Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang. Geomedia: Majalah
Ilmiah dan Informasi Kegeografian, 15(1).

Arsyad, S. 1989. Pengawetan tanah dan air. Bogor. Departemen Ilmu tanah IPB.

Berthommier, P. 1990. Etude volcanologique du Merapi (Centre-Java).


Téphrostratigraphie et Chronologie. Mécanismes éruptifs. Thèse Doct.III
ème cycle. Univ. Blaise Pascal: Clermont–Ferrand, 115 pp.

Badan Nasional Penanggunlangan Bencana (BNPB). 2010. Ketangguhan Bangsa


dalam mengahdapi bencana.Jakarta :Gema BNPB. ISBN 2088- 6527

BPPTKG. 2018. Siaran Pers 6 Juni 2018 Pukul 09.00 Wib. Yogyakarta.
BPPTKG

Badan Pusat Statistik (BPS). 2006. Kecamatan Kemalang Dalam Angka 2006.
Klaten. BPS Kabupaten Klaten

Badan Pusat Statistik (BPS). 2010. Kecamatan Kemalang Dalam Angka 2010.
Klaten. BPS Kabupaten Klaten

Badan Pusat Statistik (BPS). 2018. Kecamatan Kemalang Dalam Angka 2018.
Klaten. BPS Kabupaten Klaten

Badan Litbang Pertanian. 2006. Laporan Merapi Tim PSEKP, Bogor


83

FAO, U. 1999. Terminology for Integrated Resources Planning and


Management. Food and Agriculture Organization/United Nations
Environmental Programme. Rome, Italy/Nairobi, Kenia.

Fierstein, J. Nathensan,M. 1992. Another look at the calculation off fallout tephra
volume, Bull. Vulcanol.54, 156 – 167

Ilham, N. 2010. 1.8. Dampak Erupsi Gunung Merapi Terhadap Kondisi Sosial
Ekonomi Petani.

Iskandar, F., Awaluddin, M., & Yuwono, B. D. 2016. Analisis Kesesuaian


Penggunaan Lahan Terhadap Rencana Tata Ruang/wilayah Di
Kecamatan Kutoarjo Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Jurnal
Geodesi Undip, 5(1), 1-7.

Jayadinata, J.T. 1999. Tata Guna Tanah dalam Perencanaan Pedesaan Perkotaan
dan Wilayah. Bandung : Penerbit ITB.

Kartono, K. 1996. Psikologi Umum. Mandar Maju.

Liesnoor. Dewi. 2009. Erosi dan Mitigasi Bencana. Jurusan Geografi, Semarang:
UNNES.

Ma’arif, Syamsul dan Dyah Rahmawati Hizbaron. 2013. Strategi Menuju


Masyarakat Tangguh Bencana Dalam Perspektif Sosial. Yogyakarta: Ugm
Press.

Melati, F. F., Hendrawan, D., & Sitawati, A. 2002. Land Use And Water Quality
Relationships In The Ciliwung River Basin, Indonesia. Jakarta (ID):
Trisakti University.

Muta’ali Lutfi. 2013. Penataan Ruang Wilayah dan Kota. Yogyakarta: Badan
Penerbit Geografi Universitas Gajah Mada
84

Newhall. 2000. 10,000 years of explosive eruptions of Merapi volcano,


CentralJava: Archaeological and modern implications. Journal
Volcanology and Geothermal Research, 100, h. 9-50.

Nomor, U. U. R. I. (24). 2007. Penanggulangan Bencana.

Peraturan Daerah Kabupaten Klaten Nomor 11 Tahun 2011. Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Klaten Tahun 2011-2031

Permen, P. U. No 21 tahun 2007. Pedoman Penataan Ruang Kawasan Letusan


Gunung Api dan Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi.

Peraturan Daerah Kabupaten Klaten. No 11 tahun 2011. Peraturan Tata Ruang


Kabupaten Klaten.

Peraturan Mentri Pekerjaan Umum. No 21 tahun 2007. Pedoman Penataan Ruang


Daerah Kawasan Rawan Bencana Gunung Api.

Purwanto, Nova. 2018. Perilaku Sadar Lingkungan Pemukim Bantaran Sungai


Jelai, Kabupaten Sukamara. Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota. Vol
14 no 1 (41-50) ISSN: 1858-3903.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). (2008). Pengenalan


Gunungapi. Bandung: PVMBG.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). 2014. Data Dasar
Gunungapi: Gunung Merapi, Jawa Tengah. Badan Geologi.

Saputra, A. dan Wiratnawati, R. 2006. Analisis Tingkat Kerawanan Bencana


Alam Geologi Berbasis Teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG) di
Daerah Gunung Halu, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jabar.
Publikasi Ilmiah Pendidikan dan Pelatihan Geologi. , II, (1), 23-30.

Sevilla, Consuelo G. et. Al. 2007. Research Methods. Rex Printing Company.
Quezon City.
85

Setyaningsih, Wahyu dan Moh Sholeh. 2010. Pemetaan daerah rawan bencana
gerakan tanah di wilayah Grabag Kabupaten Magelang Propinsi Jawa
Tengah. Sainteknol: Jurnal Sains dan Teknologi

Sparks, R.S.J, dkk. 1992. Sedimentation of tephra fall deposit. Bulletin of


Vulcanology 54: 685-695

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:


Alfabeta.

Suhendar, Rudy, dan Rajiyowiryono, Hardoyo. Pertimbangan Kondisi Geologi


Lingkungan Jakarta Utara Untuk Rencana Reklamasi. 2003. Buletin
Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology), Vol. 13
No. I: 52-59.

Sujanto, A. 1993. Psikologi Umum Cetakan Kesepuluh. Jakarta: Bumi.

Surahkkamat, W. 1980. Psikologi Pemula. Jenmart. Bandung.

Suranto, J. P. 2008. Kajian Pemanfaatan Lahan Pada Daerah Rawan Bencana


Tanah Longsor di Gununglurah, Cilongok, Banyumas, 1–165.

Sutikno, dkk. 2007. Kerajaan merapi Sumber Daya Alam & Daya
Dukungnya. Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Geografi (BPFG)
Universitas Gadjah Mada

Standarisasi Nasional Indonesia. 1998. 13-468-1998 Penyusunan Peta Kawasan


Rawan Bencana Gunung Api. Jakarta : BSN

Tjahjono, Heri 2003. Kerentanan Medan terhadap Longsoran dan Gerakan


Tanah (Suatu aplikasi pendekatan survey medan), Tesis, Fakultas Geografi
UGM, Yogyakarta.

Tribunjateng.com. 2 Mei 2011 08:02. Warga Balerante Tetap Tolak Relokasi.


KLATEN http://jateng.tribunnews.com/2011/05/02/warga-balerante-tetap-
tolak-relokasi.
86

Van R.A Zuidam, 1979. Terain Analysis and Clasification Using Aerial
Photograph, A Gomorphological Approach. Enscede. ITC.

Walker, GPL. 1973. Exposife Volcanic Eruption, A New Classification Scheme.


geologisch rundsch 62:431-446

Welang, C. P., Mononimbar, W., & Poli, H. 2016. Kesesuaian Lahan


Permukiman Pada Kawasan Rawan Bencana Gunung Berapi Di Kota
Tomohon. Spasial, 3(3), 136-145.

Anda mungkin juga menyukai