Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tidur adalah keadaan dimana terjadi perubahan kesadaran atau
ketidak sadaran parsial dimana seorang individu dapat dibangunkan. Tidur
juga dapat diartikan sebagai periode istirahat untuk tubuh dan pikiran, yang
selama masa ini kemauan dan kesadaran ditangguhkan sebagian atau
seluruhnya dan fungsi-fungsi tubuh sebagian dihentikan. Selain itu, tidur
juga telah dideskripsikan sebagai status tingkah laku yang di tandai dengan
posisi tak bergerak yang khas dan sensitivitas reversibel yang menurun, tapi
siaga terhadap rangsangan dari luar.
Ganguan tidur merupakan salah satu keluhan yang paling
seringditemukanpadapenderita yang berkunjung kepraktek. Gangguan tidur
dapat dialami oleh semua lapisan masyarakat baik kaya, miskin,
berpendidikan tinggi dan rendah maupun orang muda, serta yang paling
sering ditemukan pada usia lanjut.
Pada orang normal, gangguan tidur yang berkepanjangan akan
mengakibatkan perubahan-perubahan pada siklus tidur biologiknya,
menurun daya tahan tubuh serta menurunkan prestasi kerja, mudah
tersinggung, depresi, kurang konsentrasi, kelelahan, yang pada akhirnya
dapat mempengaruhi keselamatan diri sendiri atau orang lain.
Menurut beberapa peneliti gangguan tidur yang berkepanjangan
didapatkan 2,5 kali lebih sering mengalami kecelakaan mobil dibandingkan
pada orang yang tidurnya cukup Diperkirakan jumlah penderita akibat
gangguan tidur setiap tahun semakin lama semakin meningkat sehingga
menimbulkan masalah kesehatan. Di dalam praktek sehari-hari,
kecendrungan untuk mempergunakan obat hipnotik, tanpa menentukan lebih
dahulu penyebab yang mendasari penyakitnya, sehingga sering
menimbulkan masalah yang baru akibat penggunaan obat yang tidak

1
adekuat. Melihat hal diatas, jelas bahwa gangguan tidur merupakan masalah
kesehatan yang akan dihadapkan pada tahun-tahun yang akan datang.

1.2. Tujuan
1. Agar mahasiswa mengetahui faktor yang mempengaruhi kualitas dan
kuantitas tidur seseorang
2. Agar mahasiswa memahami Interpretasi hasil pemeriksaan
3. Agar mahasiswa mengetahui siklus tidur normal
4. Agar mahasiswa mengetahui Klasifikasi Gangguan tidur
5. Agar mahasiswa mengetahui diagnosis banding pada scenario
6. Agar mahasiswa memahami penatalaksanaan dan terapi yang diberikan
pada skenario

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Data Tutorial


a. Hari/Tanggal Sesi 1 : Senin, 16 Oktober 2018
b. Hari/Tanggal Sesi 2 : Rabu, Oktober 2018
c. Tutor : dr. Cheryl Nini
d. Moderator : Lalu Muhammad Arief As’ad
e. Sekretaris : Lilis Fasliah

2.2. Skenario
LBM 3
“SULITNYA”

Ligina, 27 tahun di antar ke UGD RS Swasta di Kota Mataram oleh


temannya karena tidak bisa tidur. Keluhan ini muncul sejak 3 bulan yang lalu
sejak dinda dipecat dari kerjaannya. Ligina sangat tidak menerima hal ini,
karena ia sebagai tulang punggung keluarga yang harus membantu biaya 3
orang adiknya yang masih bersekolah, sedangkan orang tua Ligina sudah
sakit-sakitan. Dalam 3 bulan ini Ligina biasanya tidur selama 1 jam setiap
harinya. Selain tidak bisa tidur, dia juga lemas tidak bertenaga. Dari hasil
pemeriksaan fisik di dapatkan TD 110/80 mmHg, N : 60x/menit, RR :
12x/menit, T: 36 C. Dokter UGD kemudian member beberapa obat yang
dapat membantu Dinda untuk tidur, dan menyarankan agar konsultasi ke
Psikiater.

2.3. Pembahasan
I. Klarifikasi Istilah
-

3
II. Identifikasi Masalah
1. Bagaimana fisiologi dan mekanisme tidur normal ?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas tidur
seseorang ?
3. Interpretasi hasil pemeriksaan fisik ?
4. Klasifikasi gangguan tidur ?

III. Brain Storming


1. Bagaimana Fisiologi dan Mekanisme Tidur Normal ?
Semua makhluk hidup mempunyai irama kehidupan yang sesuai
dengan beredarnya waktu dalam siklus 24 jam. Irama yang seiring
dengan rotasi bola dunia disebut sebagai irama sirkadian.
Tidur tidak dapat diartikan sebagai menifestasi proses
deaktivasi Sistem Saraf Pusat. Saat tidur, susunan saraf pusat masih
bekerja dimana neuron-neuron di substansia retikularis ventral batang
otak melakukan sinkronisasi.

Bagian susunan saraf pusat yang mengadakan kegiatan


sinkronisasi terletak pada substansia ventrikulo retikularis batang otak
yang disebut sebagai pusat tidur (sleep center). Bagian susunan saraf

4
pusat yang menghilangkan sinkronisasi/desinkronisasi terdapat pada
bagian rostral batang otak disebut sebagai pusat penggugah (arousal
center).
Tidur dibagi menjadi 2 tipe yaitu:
1. Tipe Rapid Eye Movement (REM)
2. Tipe Non Rapid Eye Movement (NREM)

Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4
stadium, lalu diikuti oleh fase REM. Keadaan tidur normal antara fase
NREM dan REM terjadi secara bergantian antara 4-6 kali siklus
semalam.
Tidur NREM yang meliputi 75% dari keseluruhan waktu tidur,
dibagi dalam empat stadium, antara lain:
Stadium 1 : Berlangsung selama 5% dari keseluruhan waktu
tidur. Stadium ini dianggap stadium tidur paling ringan. EEG
menggambarkan gambaran kumparan tidur yang khas, bervoltase
rendah, dengan frekuensi 3 sampai 7 siklus perdetik, yang disebut
gelombang teta.
Stadium 2 : Berlangsung paling lama, yaitu 45% dari
keseluruhan waktu tidur. EEG menggambarkan gelombang yang
berbentuk pilin (spindle shaped) yang sering dengan frekuensi 12
sampai 14 siklus perdetik, lambat, dan trifasik yang dikenal sebagai
kompleks K. Pada stadium ini, orang dapat dibangunkan dengan
mudah.
Stadium 3 : Berlangsung 12% dari keseluruhan waktu tidur.
EEG menggambarkan gelombang bervoltase tinggi dengan frekuensi
0,5 hingga 2,5 siklus perdetik, yaitu gelombang delta. Orang tidur
dengan sangat nyenyak, sehingga sukar dibangunkan.
Stadium 4 : Berlangsung 13% dari keseluruhan waktu tidur.
Gambaran EEG hampir sama dengan stadium 3 dengan perbedaan
kuantitatif pada jumlah gelombang delta. Stadium 3 dan 4 juga

5
dikenal dengan nama tidur dalam, atau delta sleep, atau Slow Wave
Sleep (SWS).
Sedangkan tidur REM meliputi 25% dari keseluruhan waktu
tidur. Tidak dibagi-bagi dalam stadium seperti dalm tidur NREM.

2. Apa Saja Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Dan


Kuantitas Tidur Seseorang ?
a. Stress
Kecemasan tentang masalah pribadi atau situasi dapat
mengganggu tidur. Stress emosional menyebabkan seseorang
menjadi tegang dan sering kali mengarah frustasi apabila
tidur. Stress merusak keseimbangan alamiah dalam diri
manusia. Mengalami keadaan tidak normal secara terus-
menerus akan merusak kesehatan tubuh dan berdampak pada
beragam gangguan fungsi tubuh. Salah satu dampaknya adalah
kesulitan tidur (mimpi buruk). Stress juga menyebabkan
seseorang mencoba terlalu keras untuk tidur, sering terbangun
selama siklus tidur, atau terlalu banyak tidur. Stress yang
berlanjut dapat menyebabkan kebiasaan tidur buruk.
b. Lingkungan
Lingkungan fisik tempat seseorang tidur berpengaruh
penting pada kemampuan untuk tidur dan tetap tertidur.
Ventilasi yang baik adalah esensial untuk tidur yang tenang.
Ukuran, kekerasan, posisi tempat tidur mempengaruhi kualitas
tidur dan suara juga mempengaruhi tidur. Suara yang rendah
lebih sering membangunkan seseorang dari tidur tahap 1,
sementara suara yang keras membangunkan orang pada tahap
tidur 3 atau 4.
Kebisingan merupakan suara atau bunyi yang
mengganggu tidur. Bising dapat menyebabkan berbagai
gangguan seperti gangguan fiologis dan gangguan psikologis.

6
Pada umumnya bising bernada tinggi sangat mengganggu,
apalagi bila terputus-putus atau datangnya tiba-tiba. Bising
dengan intensitas yang tinggi dapat menyebabkan pusing/sakit
kepala. Hal ini disebabkan bising dapat merangsang situasi
reseptor vestibular dalam telinga yang akan menimbulkan efek
pusing/vertigo, perasaan mual, susah tidur, dan sesak nafas.
Hal ini karena adanya rangsangan bising terhadap sistem
saraf, keseimbangan organ, kelenjar endokrin, tekanan darah,
sistem pencernaan dan keseimbangan elektrolit.
c. Diet
Orang tidur lebih baik ketika sehat sehingga mengikuti
kebiasaan makan yang baik adalah penting untuk kesehatan
yang tepat dan tidur (Hairi dan Linde, 1990). Makan besar,
berat dan/atau berbumbu pada makan malam dapat
menyebabkan tidak dapat dicerna dan mengganggu tidur.
Kafein dan alkohol yang dikonsumsi pada malam hari
mempunyai efek produksi insomnia sehingga mengurangi atau
menghindari zat tersebut secara drastik adalah strategi penting
yang digunakan untuk meningkatkan tidur. Alergi makanan
menyebabkan insomnia. Selain susu, makanan lain yang
sering menyebabkan alergi penghasil insomnia di antara anak-
anak dan orang dewasa meliputi jagung, gandum, kacang-
kacangan, coklat, telur, ikan laut, pewarna makanan warna
merah dan kuning, dan ragi.
Perbaikan tidur yang normal memerlukan waktu sampai
2 minggu jika makanan tertentu yang menyebabkan masalah
telah dihilang dari diet. Kehilangan atau peningkatan berat
badan mempengaruhi pola tidur. Ketika seseorang bertambah
berat badanya, maka periode tidur akan menjadi lebih panjang
dengan lebih sedikit interupsi. Kehilangan berat badan
menyebabkan tidur pendek dan terputus-putus. Gangguan

7
tidur tertentu dapat dihasilkan dari diet semi puasa
(semistarvation) yang popular di dalam kelompok masyarakat
yang sadar berat badan.
d. Obat-obatan dan Substansi Lain
Dari daftar obat resep atau obat bebas menuliskan
mengantuk sebagai satu efek samping, 486 menulis insomnia,
dan 281 menyebabkan kelelahan. Mengantuk dan defrivasi
tidur adalah efek samping mediksi yang umum (Potter &
Perry, 2005). Berikut daftar obat-obatan yang dapat
mengganggu tidur, yaitu : Hipnotik; mengganggu dengan
mencapai tahap tidur yang lebih dalam, hanya memberikan
peningkatan kualitas sementara, seringkali menyebabkan “rasa
mengembang” sepanjang siang hari perasaan mengantuk yang
berlebihan, bingung, penurunan energi, memperburuk apnea
tidur pada lanjut usia. Diurerik; menyebabkan nokturia
(terbangun dari tidur pada malam hari untuk buang air kecil.
Anti depresan dan stimulant; menekan tidur Rapid Eye
Movement (REM), menurunkan total waktu tidur. Alkohol
mempercepat mulanya tidur, mengganggu tidur Rapid Eye
Movement (REM), membangunkan seseorang pada malam
hari dan menyebabkan kesulitan untuk kembali tidur. Kafein;
mencegah seseorang tertidur, dapat menyebabkan seseorang
terbangun di malam hari. Penyekat-beta; menyebabkan mimpi
buruk, insomnia, dan terbangun dari tidur. Benzodiazepine;
meningkatkan waktu tidur, meningkatkan kantuk di siang hari.
Narkotika; menekan tidur Rapid Eye Movement (REM)
menyebabkan peningkatan perasaan kantuk pada siang hari.
e. Latihan Fisik
Seseorang yang kelelahan menengah (moderate)
biasanya memperoleh tidur yang mengistirahatka, khususnya
kelelahan adalah hasil dari kerja atau latihan yang

8
menyenangkan. Latihan 2 jam atau lebih sebelum waktu tidur
membuat tubuh mendingin dan mempertahankan suatu
kelelahan yang meningkatkan relaksasi. Akan tetapi, kelelahan
yang berlebihan yang dihasilkan dari kerja yang meletihkan
atau penuh stress membuat sulit tidur.
f. Penyakit
Setiap penyakit yang menyebabkan nyeri, ketidak
nyamanan fisik (misal: kesulitan bernafas), atau suasana hati
(seperti: kecemasan atau depresi) dapat menyebabkan masalah
tidur. Penyakit pernafasan seperti emfisema, asma, bronchitis,
rhinitis alergi mengubah irama pernafasan dan mengganggu
tidur. Penyakit jantung koroner sering dikarakteristikkan
dengan episode nyeri dada yang tiba-tiba dan denyut jantung
yang tidak teratur dapat mengalami frekuensi terbangun yang
sering dan perubahan tahapan selama tidur.
g. Gaya Hidup
Rutinitas harian seseorang mempengaruhi pola tidur.
Individu yang bekerja bergantian dan berputar (misal: 2
minggu siang diikuti oleh 1 minggu malam) sering
mempunyai kesulitan menyesuaikan perubahan jadwal tidur.
Jam internal tubuh di atur pukul 22, tetapi sebaliknya jadwal
kerja memaksa untuk tidur pada pukul 9 pagi. Individu
mampu untuk tidur 3 sampai 4 jam karena jam tubuh
mempersepsikan bahwa ini adalah waktu terbangun dan aktif.
Kesulitan mempertahankan kesadaran selama waktu kerja
menyebabkan penurunan dan bahkan penampilan yang
berbahaya. Setelah beberapa minggu bekerja pada malam hari,
jam biologis seseorang biasanya dapat disesuaikan. Perubahan
lain dalam rutinitas yang menggangu pola tidur meliputi: kerja
berat yang tidak biasanya, terlibat dalam aktifitas social pada
larut malam, dan perubahan waktu makan malam.

9
3. Interpretasi Hasil Pemeriksaan Fisik ?
Penyebab pasien diskenario lemas dan tidak bertenaga ?
Tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi dan
reaksi individu terhadap lingkungan menurun, dan dapat dibangunkan
kembali dengan indera atau rangsangan yang cukup. Tidur adalah cara
alamiah manusia untuk mengistirahat kan tubuh, memperbarui sel-sel
yang rusak dan memulihkan energi. Ketika seseorang tidak tidur,
maka seseoarang itu otomatis akan kehilangan energy dan
merasalemas karena tubuh yang seharusnya diistirahatkan untuk
memperbarui sel-sel yang rusak dan memulihkan energy itu tidak
dilakukan Interpretasi.

Penjelasan tanda vital di skenario ?


Tekanan darah berdasarkan Joint National Committee VII
adalah Sisitol <120 dandiastol <80 maka pasien diskenario dengan
tekanan darah 110/80 normal.
Denyut nadi normal adalah 60-100x/menit pada dewasa, maka
pasien diskenario dengan denyt nadi 64x/m termasuk normal.
Respiration rate normal adalah 14-20x/menit pada dewasa, maka
pasien diskenario dengan Respiration rate 12x/menit menurun.
Suhu tubuh normal adalah 36,5°C – 37,5°C, maka pasien
diskenario dengan suhu tubuh 36oC adalah menurun.

4. Klasifikasi Gangguan Tidur ?


a. Insomnia

10
Insomnia adalah kesulitan memulai atau mempertahankan
tidur. Gangguan ini merupakan keluhan tidur yang paling lazim
ditemui dan dapat bersifat sementara atau menetap.
Insomnia sementara pada jenis ini dapat disebabkan
berkabung, kehilangan, atau nyaris semua perubahan kehidupan
maupun stress. Sedangkan insomnia menetap adalah kelompok
keadaan yang cukup lazim ditemukan dengan masalah yang
paling sering adalah kesulitan untuk jatuh tertidur bukannya untuk
tetap mempertahankan tidur.
b. Hipersomnia
Hypersomnia tampak sebagai tidur yang berlebihan, rasa
mengantuk (somnolen) di siang hari yang berlebihan, atau
kadang-kadang keduanya. Istilah somnolen harus diberikan
kepada pasien yang mengeluhkan keadaan mengantuk dan
memiliki kecendrungan yang tampak jelas untuk jatuh tertidur
tiba-tiba pada keadaan terjaga, yang mengalami serangan tidur,
dan yang tidak dapat tetap terjaga, istilah ini sebaiknya digunakan
untuk orang yang secara fisik lelah atau letih.
c. Parasomnia
Parasomnia merupakan fenomena yang tidak diinginkan
atau yang tidak biasa yang terjadi tiba-tiba saat tidur atau terjadi
pada tahap 3 dan 4 sehingga dikaitkan dengan ingatan buruk
mengenai gangguan ini.
d. Gangguan jadwal tidur-bangun
Gangguan jadwal tidur-bangun melibatan pergeseran tidur
dari periode sirkadian yang diinginkan. Pasien lazimnya tidak
dapat tidur ketika mereka ingin tidur, meskipun mereka bias tidur
pada waktu lain. Demikian juga, mereka tidak dapat benar-benar
bangun ketika mereka ingin benar-benar bangunm tetapi mereka
dapat bangun di waktu lain. Gangguan ini tidak persis
menimbulkan insomnia atu somnolen, meskipun keluhan awalnya

11
sering insomnia atau somnolen, ketidakmampuan tidur dan
bangun dapat dicetuskan hanya jika kita menanyakan dengan
teliti. Gangguan jadwal tidur-bangun dapat dianggap sebagai
ketidaksejajaran antara perilaku tidur dan bangun. Kuisioner soal
riwayat tidur membantu dalam mendiagnosis gangguan tidur
pasien.
IV. Rangkuman Masalah

Insomnia

Depresi Cemas

V. Learning Issue
1. Diagnosis Banding
2. Diagnosis Utama
3. Penatalaksanaan

VI. Refrensi
Maslim Rusdi. 2013. Buku Saku Diagnosis Jiwa Rujukan
Ringkasan dari PPDGJ III. Jakarta : PT Nuh Jaya
Puri, Basant K, Paul J. Laking, dan Ian H. Treasaden. 2011. Buku Ajar
Psikiatri Edisi 2. Jakarta : EGC.
Sadock, Benjamin james dan Sadock, Virginia Alcott. 2010. Kaplan &
Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis. Ed Ke- 2. Jakarta : EGC

VII. Pembahasan Learning Issue


1. Diagnosis Banding
a. DEPRESI

12
Definisi
Depresi merupakan terjadinya kesedihan dan kehilangan
yang sifatnya universal dalam jangka waktu panjang (stres
berkelanjutan).
Selain itu, depresi merupakan gangguan mental umum yang
menyajikan dengan mood depresi, kehilangan minat atau
kesenangan, perasaan bersalah atau rendah diri, tidur terganggu
atau nafsu makan, energi rendah, dan hilang konsentrasi.Masalah
ini dapat menjadi kronis atau berulang dan menyebabkan
gangguan besar dalam kemampuan individu untuk mengurus
tanggung jawab sehari-harinya. Episode depresi biasanya
berlangsung selama 6 hingga 9 bulan, tetapi pada 15-20%
penderita bisa berlangsung selama 2 tahun atau lebih.

Etiologi
Depresi terjadi karena beberapa faktor, antara lain faktor
fisik dan masalah fungsi kesehatan, status ekonomi, dan status
perkawinan. Selain itu, faktor lain yang berpengaruh berupa
tingkat pendidikan, status pekerjaan, faktor sosiodemografik,
rendahnya dukungan sosial dan fungsi kognitif, penyakit kronik,
riwayat resiko mencederai diri, riwayat keluarga dengan masalah
psikiatrik dan riwayat penggunaan obat-obat terlarang, serta
pengalaman kriminal dan kekerasan
Di samping itu, menurut Sadock& Sadock (2010) dasar
penyebab depresi yang pasti tidak diketahui, banyak usaha untuk
mengetahui penyebab dari gangguan ini. Menurut Kaplan, faktor-
faktor yang dihubungkan dengan penyebab depresi dapat dibagi
atas: faktor biologi, faktor genetik dan faktor psikososial. Dimana
ketiga faktor tersebut juga dapat saling mempengaruhi satu
dengan yang lainnya. Faktor biologi mencakup eurotransmiter.
Dari biogenik amin, norepinefrin dan serotonin merupakan dua

13
neurotransmiter yang paling berperan dalam patofisiologi
gangguan mood.Norepinefrin hubungan yang dinyatakan oleh
penelitian ilmiah dasar antara turunnya regulasi reseptor B-
adrenergik dan respon antidepresan secara klinis memungkinkan
indikasi peran sistem noradrenergik dalam depresi.
Bukti-bukti lainnya yang juga melibatkan presinaptik
reseptor adrenergik dalam depresi, sejak reseptor reseptor tersebut
diaktifkan mengakibatkan penurunan jumlah norepinefrin yang
dilepaskan.Presipnatik reseptor adrenergik juga berlokasi di
neuron serotonergik dan mengatur jumlah serotonin yang
dilepaskan.Dopamin juga sering berhubungan dengan
patofisiologi depresi.Faktor neurokimia lainnya seperti
gamma.Selanjutnya, faktor genetik menyatakan bahwa data
genetik signifikan dalam perkembangan gangguan mood.Pada
penelitian anak kembar terhadap gangguan depresi berat pada
anak, pada anak kembar monozigot adalah 50%, sedangkan
dizigot 10-25% (Sadock & Sadock, 2010).
Kemudian, faktor psikososial mencakup peristiwa
kehidupan dan stres lingkungan dimana suatu pengamatan klinik
menyatakan bahwa peristiwa atau kejadian dalam kehidupan yang
penuh ketegangan sering mendahului episode gangguan
mood.Tambahan pula, faktor kepribadian yang khusus sebagai
salah satu predisposisi terhadap depresi daintaranya tipe
kepribadian seperti dependen, obsesi kompulsif, histironik
mempunyai risiko yang besar mengalami depresi dibandingkan
dengan lainnya.
Di samping itu, etiologi gangguan depresi sangat komplek
dan melibatkan banyak faktor, seperti faktor sosial,
perkembangan jiwa dan bilogis, sehigga untuk menjalaskannya
tidak dapat dijelaskan dari satu macam faktor. Faktor-faktor yang
terlibat bias muncul secara bersama-sama tetapi juga bias sendiri-

14
sendiri. Dilaporkan, pasien dengan gangguan mood mengalami
kelainan di metabolit amin biogenik, seperti asam 5-
hydroxyindoleacetic (5-HIAA), asam homovanilic (HVA), dan 3-
methoxy-4hydroxyphenil-glycol (MHPG) di dalam darah, urin
dan cairan serebrospinal.
Klasifikasi
Menurut Stuart (2013), depresi merupakan terjadinya
kesedihan dan kehilangan yang sifatnya universal dalam jangka
waktu panjang (stres berkelanjutan).
Selain itu, depresi merupakan gangguan mental umum yang
menyajikan dengan mood depresi, kehilangan minat atau
kesenangan, perasaan bersalah atau rendah diri, tidur terganggu
atau nafsu makan, energi rendah, dan hilang konsentrasi.Masalah
ini dapat menjadi kronis atau berulang dan menyebabkan
gangguan besar dalam kemampuan individu untuk mengurus
tanggung jawab sehari-harinya (WHO, 2011). Episode depresi
biasanya berlangsung selama 6 hingga 9 bulan, tetapi pada 15-
20% penderita bisa berlangsung selama 2 tahun atau lebih.
Depresi merupakan bentuk gangguan jiwa pada alam
perasaan (afektif, mood) yang biasa ditandai dengan kemurungan,
kesedihan, kelesua, kehilangan gairah hidup, tidak ada semangat,
merasa tidak berdaya, perasaan bersalah, tidak berguna, dan putus
asa.
Sedangkan menurut Margolin (2010), depresi yaitu
gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan yang
mewarnai seluruh proses mental (berpikir, berperasaan dan
berperilaku) seseorang. Tampilan mood yang dominan muncul
adalah perasaan putus asa, tidak berdaya, dan kehilangan harapan.
Selain itu, timbulnya kehilangan minat dan kegembiraan,
berkurangnya energi dan mudah lelah saat beraktivitas.

15
Berdasarkan beberapa definisi tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa depresi adalah kesedihan atau stres
berkelanjutan dan menyebabkan terganggunya peran dan
tanggung pada individu yang mengalaminya.

Klasifikasi
Menurut Frisch & Frisch (2006) depresi dikategorikan
menjadi tiga yaitu:
1) Major depressive disorder (gangguan depresi berat)
Karakteristik yang ditunjukkan berupa gejala yang
mengganggu seseorang untuk bekerja, tidur, belajar, makan,
menikmati kegiatan yang seharusnya menyenangkan, sedih, dan
mati rasa.Depresi berat merupakan ketikdakmampuan seseorang
untuk berfungsi secara normal.Gangguan depresi mayor terjadi
tanpaada riwayat episode manik atau hipomanik alami.Di
samping itu, gejala klinis yang terlihat dapat dikelompokkan
berdasarkan gejala emosional, gejala kognitif, gejala perilaku, dan
gejala sosial.
2) Minor depressive disorder (gangguan depresi ringan)
Pada gangguan depresi ringan, gejala yang ditampilkan
sangat sedikit.Ganggun ini sangat erat berhubungan dengan
ketergantungan alkohol dan gangguan kecemasan. Hal yang
berkaitan dengan terjadinya depresi ringan diantaranya timbulnya
kesedihan dan merasa lemah. Selain itu, mengalami susah tidur,
kurang bergairah atau bersemangat, namun belum mengganggu
terhadap aktivitas maupun peran yang biasanya dilakukan.
3) Dysthymic disorder (dysthymia)
Ditandai dengan waktu yang lama (dua tahun atau lebih)
tidak terdapat gejala-gejala yang dapat mengganggu kemampuan
seseorang tetapi dapat mengganggu fungsinya secara normal

16
seperti perasaan yang nyaman. Orang dengan dysthymia akan
disertai dengan gejala gangguan nafsu makan, gangguan tidur,
harga diri rendah, kelelahan, konsentrasi rendah, kesulitan
pengambilan keputusan, dan memiliki perasaan putus asa.
Di samping itu terdapat klasifikasi depresi yang berbeda,
beberapa gangguan depresi menunjukkan sedikit perbedaan
karakteristik dari yang digambarkan di atas, karena berkembang
dalam keadaan yang unik.Tidak semua ilmuwan setuju dalam hal
menggolongkan dan mendefinisikan bentuk-bentuk dari depresi
ini.Beberapa jenis depresi yang lain meliputi:
1) Psychotic depression, terjadi ketika gangguan depresi
dibarengi dengan gangguan psikosis, seperti memungkiri
kenyataan, halusinasi dan delusi.
2) Postpartum depression (depresi postpartum), yang terjadi
pada seorang ibu yang baru melahirkan.
3) Seasonal affective disorder/SAD, ditandai dengan
gangguan depresi selama musim dingin, dimana pada
musim tersebut tidak ada cahaya matahari. Depresi ini
secara umum akan menghilang selama musim gugur dan
musim semi. SAD biasanya diberi perlakuan berupa terapi
cahaya.

Tanda dan gejala


Pada penderita depresi dapat ditemukan berapa tanda dan
gejala umum menurut Diagnostic Manual Statistic IV (DSM-IV):
(American Psychiatric Association, 2000) meliputi:
1) Perubahan fisik: penurunan nafsu makan, gangguan tidur,
kelelahan atau kurang energy, agitasi, nyeri, sakit kepala, otot
kram dan nyeri tanpa penyebab fisik.

17
2) Perubahan pikiran: merasa bingung, lambat berpikir, sulit
membuat keputusan, kurang percaya diri, merasa bersalah
dan tidak mau dikritik, adanya pikiran untuk membunuh diri.
3) Perubahan Perasaan: penurunan ketertarikan dengan lawan
jenis dan melakukan hubungan suami istri, merasa sedih,
sering menangis tanpa alasan yang jelas, irritabilitas, mudah
marah, dan terkadang agresif.
4) Perubahan pada kebiasaan sehari-hari: menjauhkan diri dari
lingkungan sosial, penurunan aktivitas fisik dan latihan, serta
menunda pekerjaan rumah.

b. Gangguan Cemas
Definisi
Gangguan kecemasan merupakan suatu gangguan yang
memiliki ciri kecemasan atau ketakutan yang tidak realistik, juga
irrasional, dan tidak dapat secara intensif ditampilkan dalam cara-
cara yang jelas.

Etiologi
Kecemasan sering kali berkembang selama jangka waktu
dan sebagian besar tergantung pada seluruh pengalaman hidup
seseorang. Peristiwa – peristiwa atau situasi khusus dapat
mempercepat munculnya serangan kecemasan. Ada beberapa
faktor yang menunujukkan reaksi kecemasan, diantaranya yaitu :
a. Lingkungan
Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi
cara berfikir individu tentang diri sendiri maupun orang lain.
Hal ini disebabkan karena adanya pengalaman yang tidak
menyenangkan pada individu dengan keluarga, sahabat,
ataupun dengan rekan kerja. Sehingga individu tersebut merasa
tidak aman terhadap lingkungannya.

18
b. Emosi yang ditekan
Kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu
menemukan jalan keluar untuk perasaannya sendiri dalam
hubungan personal ini, terutama jika dirinya menekan rasa
marah atau frustasi dalam jangka waktu yang sangat lama.
c. Sebab-sebab fisik
Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan. Hal ini terlihat dalam
kondisi seperti misalnya kehamilan, semasa remaja dan
sewaktu pulih dari suatu penyakit. Selama ditimpa kondisi-
kondisi ini, perubahan-perubahan perasaan lazim muncul, dan
ini dapat menyebabkan timbulnya kecemasan.
d. Trauma atau konflik
Munculnya gejala kecemasan sangat bergantung pada
kondisi individu, dalam arti bahwa pengalaman-pengalaman
emosional atau konflik mental yang terjadi pada individu akan
memudahkan timbulnya gejala-gejala kecemasan.

Jenis-jenis gangguan cemas


a. Fobia Spesifik
Yaitu suatu ketakutan yang tidak diinginkan karena
kehadiran atau antisipasi terhadap obyek atau situasi yang
spesifik.
b. Fobia Sosial
Merupakan suatu ketakutan yang tidak rasional dan
menetap, biasanya berhubungan dengan kehadiran orang lain.
Individu menghindari situasi dimana dirinya dievaluasi atau
dikritik, yang membuatnya merasa terhinaatau dipermalukan,
dan menunjukkan tanda-tanda kecemasan atau menampilkan
perilaku lain yang memalukan.
c. Gangguan Panik

19
Gangguan panik memiliki karakteristik terjadinya
serangan panik yang spontan dan tidak terduga. Beberapa
simtom yang dapat muncul pada gangguan panik antara lain ;
sulit bernafas, jantung berdetak kencang, mual, rasa sakit
didada, berkeringat dingin, dan gemetar. Hal lain yang penting
dalam diagnosa gangguan panik adalah bahwa individu merasa
setiap serangan panik merupakan pertanda datangnya kematian
atau kecacatan.
d. Gangguan Cemas Menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder)
Generalized Anxiety Disorder (GAD) adalah kekhawatiran
yang berlebihan dan bersifat pervasif, disertai dengan berbagai
simtom somatik, yang menyebabkan gangguan signifikan
dalam kehidupan sosial atau pekerjaan pada penderita, atau
menimbulkan stres yang nyata.

Tanda dan gejala


Kecemasan adalah suatu keadaan yang menggoncangkan
karena adanya ancaman terhadap kesehatan. Individu-individu
yang tergolong normal kadang kala mengalami kecemasan yang
menampak, sehingga dapat disaksikan pada penampilan yang
berupa gejala-gejala fisik maupun mental. Gejala tersebut lebih
jelas pada individu yang mengalami gangguan mental. Lebih jelas
lagi bagi individu yang mengidap penyakit mental yang parah.
Gejala-gejala yang bersifat fisik diantaranya adalah : jari tangan
dingin, detak jantung makin cepat, berkeringat dingin, kepala
pusing, nafsu makan berkurang, tidur tidak nyenyak, dada
sesak.Gejala yang bersifat mental adalah : ketakutan merasa akan
ditimpa bahaya, tidak dapat memusatkan perhatian, tidak
tenteram, ingin lari dari kenyataan.
Kecemasan juga memiliki karakteristik berupa munculnya
perasaan takut dan kehati-hatian atau kewaspadaan yang tidak

20
jelas dantidak menyenangkan. Gejala-gejala kecemasan yang
muncul dapat berbeda pada masing-masing orang. Ttakut dan
cemas merupakan dua emosi yang berfungsi sebagai tanda akan
adanya suatu bahaya. Rasa takut muncul jika terdapat ancaman
yang jelas atau nyata, berasal dari lingkungan, dan tidak
menimbulkan konflik bagi individu. Sedangkan kecemasan
muncul jika bahaya berasal dari dalam diri, tidak jelas, atau
menyebabkan konflik bagi individu.

2. Diagnosis Utama
INSOMNIA

Definisi

Menurut DSM-IV, Insomnia didefinisikan sebagai keluhan


dalam hal kesulitan untuk memulai atau mempertahankan tidur atau
tidur non-restoratif yang berlangsung setidaknya satu bulan dan
menyebabkan gangguan signifikan atau gangguan dalam fungsi
individu. The International Classification of Diseases mendefinisikan
Insomnia sebagai kesulitan memulai atau mempertahankan tidur yang
terjadi minimal 3 malam/minggu selama minimal satu bulan. Menurut
The International Classification of Sleep Disorders, insomnia adalah
kesulitan tidur yang terjadi hampir setiap malam, disertai rasa tidak
nyaman setelah episode tidur tersebut. Jadi, Insomnia adalah gejala
kelainan dalam tidur berupa kesulitan berulang untuk tidur atau
mempertahankan tidur walaupun ada kesempatan untuk
melakukannya. Insomnia bukan suatu penyakit, tetapi merupakan
suatu gejala yang memiliki berbagai penyebab, seperti kelainan
emosional, kelainan fisik dan pemakaian obat-obatan. Insomnia dapat
mempengaruhi tidak hanya tingkat energi dan suasana hati tetapi juga
kesehatan, kinerja dan kualitas hidup.

21
Epidemiologi
Sebanyak 95% orang Amerika telah melaporkan sebuah episode
dari insomnia pada beberapa waktu selama hidup mereka. Jajak
Pendapat Tidur di Amerika yang dilakukan oleh National Sleep
Foundation’s pada tahun 2002, menunjukkan 58% dari orang dewasa
di AS mengalami gejala insomnia pada beberapa malam dalam
seminggu atau lebih. Sekitar sepertiga orang dewasa mengalami
kesulitan memulai tidur dan/atau mempertahankan tidur dalam
setahun, dengan 17% di antaranya mengakibatkan gangguan kualitas
hidup. Di Indonesia, pada tahun 2010 terdapat 11,7% penduduk
mengalami insomnia.
Antara wanita dan pria ternyata insomnia banyak terjadi pada
wanita daripada pria. Satu alasan yang mempengaruhi hal ini adalah
adanya perubahan hormone pada siklus haid yang mempengaruhi
siklus tidur. Selama perimenopause seorang wanita dapat mengalami
gangguan dalam tidur dan kesulitan dalam tidur. Seorang wanita
tersebut dapat mengalami rasa panas pada wajah dan dapat mengalami
keringat malam yang dapat mengganggu tidur seorang wanita. Selama
kehamilan seorang wanita dapat mengalami perubahan hormone, fisik
dan emosional yang dapat mengganggu tidur seorang wanita. Wanita
hamil terutama pada trimester ketiga dapat menyebabkan rasa tidak
enak, keram pada kaki dan sering pergi ke kamar mandi yang
semuanya itu dapat menyebabkan gangguan tidur.

Etiologi
a. Stres
Kekhawatiran tentang pekerjaan, kesehatan sekolah, atau keluarga
dapat membuat pikiran menjadi aktif di malam hari, sehingga
sulit untuk tidur. Peristiwa kehidupan yang penuh stres, seperti

22
kematian atau penyakit dari orang yang dicintai, perceraian atau
kehilangan pekerjaan, dapat menyebabkan insomnia.
b. Kecemasan dan depresi
Hal ini mungkin disebabkan ketidakseimbangan kimia dalam otak
atau karena kekhawatiran yang menyertai depresi.

c. Obat-obatan
Beberapa resep obat dapat mempengaruhi proses tidur, termasuk
beberapa antidepresan, obat jantung dan tekanan darah, obat
alergi, stimulan (seperti Ritalin) dan kortikosteroid.
d. Kafein, nikotin dan alkohol. Kopi, teh, cola dan minuman yang
mengandung kafein adalah stimulan yang terkenal. Nikotin
merupakan stimulan yang dapat menyebabkan insomnia. Alkohol
adalah obat penenang yang dapat membantu seseorang jatuh
tertidur, tetapi mencegah tahap lebih dalam tidur dan sering
menyebabkan terbangun di tengah malam.
e. Kondisi Medis
Jika seseorang memiliki gejala nyeri kronis, kesulitan bernapas
dan sering buang air kecil, kemungkinan mereka untuk
mengalami insomnia lebih besar dibandingkan mereka yang tanpa
gejala tersebut. Kondisi ini dikaitkan dengan insomnia akibat
artritis, kanker, gagal jantung, penyakit paru-paru,
gastroesophageal reflux disease (GERD), stroke, penyakit
Parkinson dan penyakit Alzheimer.
f. Perubahan lingkungan atau jadwal kerja
Kelelahan akibat perjalanan jauh atau pergeseran waktu kerja
dapat menyebabkan terganggunya irama sirkadian tubuh,
sehingga sulit untuk tidur. Ritme sirkadian bertindak sebagai jam
internal, mengatur siklus tidur-bangun, metabolisme, dan suhu
tubuh.

23
g. 'Belajar' insomnia
Hal ini dapat terjadi ketika Anda khawatir berlebihan tentang
tidak bisa tidur dengan baik dan berusaha terlalu keras untuk jatuh
tertidur. Kebanyakan orang dengan kondisi ini tidur lebih baik
ketika mereka berada jauh dari lingkungan tidur yang biasa atau
ketika mereka tidak mencoba untuk tidur, seperti ketika mereka
menonton TV atau membaca.
Faktor Resiko
Hampir setiap orang memiliki kesulitan untuk tidur pada malam
hari tetapi resiko insomnia meningkat jika terjadi pada :
1. Wanita
Perempuan lebih mungkin mengalami insomnia. Perubahan
hormon selama siklus menstruasi dan menopause mungkin
memainkan peran. Selama menopause, sering berkeringat pada
malam hari dan hot flashes sering mengganggu tidur.
2. Usia lebih dari 60 tahun
Karena terjadi perubahan dalam pola tidur, insomnia meningkat
sejalan dengan usia.
3. Memiliki gangguan kesehatan mental
Banyak gangguan, termasuk depresi, kecemasan, gangguan
bipolar dan post-traumatic stress disorder, mengganggu tidur.
4. Stres
Stres dapat menyebabkan insomnia sementara, stress jangka
panjang seperti kematian orang yang dikasihi atau perceraian,
dapat menyebabkan insomnia kronis. Menjadi miskin atau
pengangguran juga meningkatkan risiko terjadinya insomnia.
5. Perjalanan jauh (Jet lag) dan Perubahan jadwal kerja
Bekerja di malam hari sering meningkatkan resiko insomnia.

Klasifikasi
Klasifikasi insomnia berdasarkan penyebabnya:

24
a. Insomnia Primer
Insomnia primer ini mempunyai faktor penyebab yang jelas.
Insomnia atau susah tidur ini dapat mempengaruhi sekitar 3 dari 10
orang yang menderita insomnia. Pola tidur, kebiasaan sebelum
tidur dan lingkungan tempat tidur seringkali menjadi penyebab dari
jenis insomnia primer ini.

b. Insomnia Sekunder
Insomnia sekunder biasanya terjadi akibat efek dari hal lain,
misalnya kondisi medis. Masalah psikologi seperti perasaan
bersedih, depresi dan dementia dapat menyebabkan terjadinya
insomnia sekunder ini pada 5 dari 10 orang. Selain itu masalah fisik
seperti penyakit arthritis, diabetes dan rasa nyeri juga dapat
menyebabkan terjadinya insomnia sekunder ini dan biasanya
mempengaruhi 1 dari 10 orang yang menderita insomnia atau susah
tidur. Insomnia sekunder juga dapat disebabkan oleh efek samping
dari obat-obatan yang diminum untuk suatu penyakit tertentu,
penggunaan obat-obatan yang terlarang ataupun penyalahgunaan
alkohol. Faktor ini dapat mempengaruhi 1-2 dari 10 orang yang
menderita insomnia.
Secara internasional insomnia masuk dalam 3 sistem
diagnostik yaitu International code of diagnosis (ICD) 10,
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) IV
dan International Classification of Sleep Disorders (ISD).

Klasifikasi insomnia berdasarkan lama terjadinya dibagi menjadi


3 yaitu :
a. Transient insomnia :< 1 minggu
b. Insomnia kronik :> 1 bulan
c. Insomnia akut : berlangsung diantaranya

25
Dalam ICD 10, insomnia dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Organik
b. Non organik
- Dyssomnias (gangguan pada lama, kualitas dan waktu tidur)
- Parasomnias (ada episode abnormal yang muncul selama tidur
seperti mimpu buruk, berjalan sambil tidur, dll)

Dalam ICD 10 tidak dibedakan antara insomnia primer atau sekunder.


Insomnia disini adalah insomnia kronik yang sudah diderita paling
sedikit 1 bulan dan sudah menyebabkan gangguan fungsi dan
sosial.
Dalam DSM IV, gangguan tidur (insomnia) dibagi menjadi 4 tipe
yaitu:
1. Gangguan tidur yang berkorelasi dengan gangguan mental lain
2. Gangguan tidur yang disebabkan oleh kondisi medis umum
3. Gangguan tidur yang diinduksi oleh bahan-bahan atau keadaan
tertentu
4. Gangguan tidur primer (gangguan tidur tidak berhubungan sama
sekali dengan kondisi mental, penyakit, ataupun obat-obatan.)
Gangguan ini menetap dan diderita minimal 1 bulan.
5. Menetap dan diderita minimal 1 bulan.

Tanda dan Gejala


- Kesulitan untuk memulai tidur pada malam hari
- Sering terbangun pada malam hari
- Bangun tidur terlalu awal
- Kelelahan atau mengantuk pada siang hari
- Iritabilitas, depresi atau kecemasan
- Konsentrasi dan perhatian berkurang
- Peningkatan kesalahan dan kecelakaan
- Ketegangan dan sakit kepala

26
- Gejala gastrointestinal

Diagnosis
Untuk mendiagnosis insomnia, dilakukan penilaian terhadap:
- Pola tidur penderita.
- Pemakaian obat-obatan, alkohol, atau obat terlarang.
- Tingkatan stres psikis.
- Riwayat medis.
- Aktivitas fisik
- Diagnosis berdasarkan kebutuhan tidur secara individual.

Sebagai tambahannya, dokter akan melengkapi kuisioner untuk


menentukan pola tidur dan tingkat kebutuhan tidur selama 1 hari. Jika
tidak dilakukan pengisian kuisioner, untuk mencapai tujuan yang
sama Anda bisa mencatat waktu tidur Anda selama 2 minggu.
Pemeriksaan fisik akan dilakukan untuk menemukan adanya
suatu permasalahan yang bisa menyebabkan insomnia. Ada kalanya
pemeriksaan darah juga dilakukan untuk menemukan masalah pada
tyroid atau pada hal lain yang bisa menyebabkan insomnia.
Jika penyebab dari insomnia tidak ditemukan, akan dilakukan
pemantauan dan pencatatan selama tidur yang mencangkup
gelombang otak, pernapasan, nadi, gerakan mata, dan gerakan tubuh.
Kriteria Diagnostik Insomnia Non-Organik berdasarkan PPDGJ :
Hal tersebut di bawah ini diperlukan untuk membuat diagnosis
pasti:
a. Keluhan adanya kesulitan masuk tidur atau mempertahankan tidur,
atau kualitas tidur yang buruk.
b. Gangguan minimal terjadi 3 kali dalam seminggu selama minimal
1 bulan.

27
c. Adanya preokupasi dengan tidak bisa tidur dan peduli yang
berlebihan terhadap akibatnya pada malam hari dan sepanjang
siang hari.
d. Ketidakpuasan terhadap kuantitas dan atau kualitas tidur
menyebabkan penderitaan yang cukup berat dan mempengaruhi
fungsi dalam sosial dan pekerjaan.
e. Adanya gangguan jiwa lain seperti depresi dan anxietas tidak
menyebabkan diagnosis insomnia diabaikan.
f. Kriteria “lama tidur” (kuantitas) tidak diguankan untuk
menentukan adanya gangguan, oleh karena luasnya variasi
individual. Lama gangguan yang tidak memenuhi kriteria di atas
(seperti pada “transient insomnia”) tidak didiagnosis di sini, dapat
dimasukkan dalam reaksi stres akut (F43.0) atau gangguan
penyesuaian (F43.2)

3. Penatalaksanaan
Non Farmakoterapi
a. Terapi Tingkah Laku
Terapi tingkah laku bertujuan untuk mengatur pola tidur yang baru
dan mengajarkan cara untuk menyamankan suasana tidur. Terapi
tingkah laku ini umumnya direkomendasikan sebagai terapi tahap
pertama untuk penderita insomnia.
Terapi tingkah laku meliputi :
- Edukasi tentang kebiasaan tidur yang baik.
- Teknik Relaksasi.
Meliputi merelaksasikan otot secara progresif, membuat
biofeedback, dan latihan pernapasan. Cara ini dapat
membantu mengurangi kecemasan saat tidur. Strategi ini
dapat membantu Anda mengontrol pernapasan, nadi, tonus
otot, dan mood.
- Terapi kognitif.

28
Meliputi merubah pola pikir dari kekhawatiran tidak tidur
dengan pemikiran yang positif. Terapi kognitif dapat
dilakukan pada konseling tatap muka atau dalam grup.
- Restriksi Tidur.
Terapi ini dimaksudkan untuk mengurangi waktu yang
dihabiskan di tempat tidur yang dapat membuat lelah pada
malam berikutnya.
- Kontrol stimulus
Terapi ini dimaksudkan untuk membatasi waktu yang
dihabiskan untuk beraktivitas.
Instruksi dalam terapi stimulus-kontrol:
1. Gunakan tempat tidur hanya untuk tidur, tidak untuk
membaca, menonton televisi, makan atau bekerja.
2. Pergi ke tempat tidur hanya bila sudah mengantuk. Bila
dalam waktu 20 menit di tempat tidur seseorang tidak juga
bisa tidur, tinggalkan tempat tidur dan pergi ke ruangan lain
dan melakukan hal-hal yang membuat santai. Hindari
menonton televisi. Bila sudah merasa mengantuk kembali ke
tempat tidur, namun bila alam 20 menit di tempat tidur tidak
juga dapat tidur, kembali lakukan hal yang membuat santai,
dapat berulang dilakukan sampat seseorang dapat tidur.
3. Bangun di pagi hari pada jam yang sama tanpa
mengindahkan berapa lama tidur pada malam sebelumnya.
Hal ini dapat memperbaiki jadwal tidur-bangun (kontrol
waktu).
4. Tidur siang harus dihindari.

b. Gaya hidup dan pengobatan di rumah


Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi insomnia :
 Mengatur jadwal tidur yang konsisten termasuk pada hari libur
 Tidak berada di tempat tidur ketika tidak tidur.

29
 Tidak memaksakan diri untuk tidur jika tidak bisa.
 Hanya menggunakan tempat tidur hanya untuk tidur.
 Relaksasi sebelum tidur, seperti mandi air hangat, membaca,
latihan pernapasan atau beribadah
 Menghindari atau membatasi tidur siang karena akan
menyulitkan tidur pada malam hari.
 Menyiapkan suasana nyaman pada kamar untuk tidur, seperti
menghindari kebisingan
 Olahraga dan tetap aktif, seperti olahraga selama 20 hingga 30
menit setiap hari sekitar lima hingga enam jam sebelum tidur.
 Menghindari kafein, alkohol, dan nikotin
 Menghindari makan besar sebelum tidur
 Cek kesehatan secara rutin
 Jika terdapat nyeri dapat digunakan analgesik

Farmakologi
Pengobatan insomnia secara farmakologi dibagi menjadi dua
golongan yaitu benzodiazepine dan non-benzodiazepine.
a. Benzodiazepine (Nitrazepam,Trizolam, dan Estazolam)
b. Non benzodiazepine (Chloral-hydrate, Phenobarbital)

30
31
BAB III
PENUTUP

1.1. Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan bahwa pasien pada skenario mengalami
suatu gangguan tidur yang disebut Insomnia. Dimana insomnia terdiri dari
Insomnia Primer dan Skunder. Tetapi yang lebih mengarah pada kasus di
skenario adalah insomnia primer, karena faktor penyebabnya yaitu
dipecatnya pasien dari pekerjaannya.

32
DAFTAR PUSTAKA

American Academy of Sleep Medicine. 2005. ICSD2 - International


Classification of Sleep Disorders. American Academy of Sleep Medicine
Diagnostic and Coding Manual . Diagnostik dan Coding Manual. 2nd.
Westchester: American Academy of Sleep Medicine

Erfandi, (2008). Konsep dasar istirahat dan tidur. EGC; Jakarta.

Kaplan, H.I, Sadock BJ. 2010. Kaplan dan Sadock Sinopsis Psikiatri. Ed:
Wiguna, I Made. Tangerang: Bina Rupa Aksara Publisher

Maslim, Rusdi. 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas
dari PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika
Atmajaya

33
Sadock, Benjamin james dan Sadock, Virginia Alcott. 2010. Kaplan & Sadock
Buku Ajar Psikiatri Klinis. Ed Ke- 2. Jakarta : EGC

34

Anda mungkin juga menyukai