Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang


Diabetes Mellitus adalah penyakit metabolisme yang merupakan suatu kumpulan gejala
yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar glukosa darah di atas nilai
normal. Penyakit ini disebabkan gangguan metabolisme glukosa akibat kekurangan insulin
baik secara absolut maupun relatif. (Kemenkes, 2013).
Data World Health Organization (WHO) telah mencatat Indonesia dengan populasi 230
juta jiwa, menduduki kedudukan keempat di dunia dalam hal jumlah penderita diabetes
terbesar setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Bahkan Kementerian Kesehatan menyebut
prevalensi diabetes mencapai 14,7 persen di perkotaan dan 7,2 persen di pedesaan. Dengan
asumsi penduduk berumur di atas 20 tahun pada 2010 mencapai 148 juta jiwa, diperkirakan
ada 21,8 juta warga kota dan 10,7 juta warga desa menderita diabetes 
(http://health.liputan6.com. Diakses 25 April 2015).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, prevalensi diabetes
dan hipertiroid di Indonesia berdasarkan wawancara yang terdiagnosis dokter sebesar 1,5
persen dan 0,4 persen. DM terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 2,1 persen. Prevalensi
diabetes yang terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di DI Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta
(2,5%), Sulawesi Utara (2,4%) dan Kalimantan Timur (2,3%). Prevalensi diabetes yang
terdiagnosis dokter atau gejala, tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi Utara
(3,6%), dan Nusa Tenggara Timur 3,3 persen. Prevalensi Diabetes Mellitus berdasarkan
diagnosis dokter dan gejala meningkat sesuai dengan   bertambahnya  umur,   namun   mulai 
umur  ≥  65  tahun  cenderung menurun. (Kemenkes, 2013).
Menurut data yang diperoleh dari Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun
2012, prevalensi penyakit tidak menular berbasis Rumah Sakit khususnya Diabetes Mellitus
menempati urutan kedua setelah penyakit kardiovaskuler (43,62%) yang mana penyakit DM
sebanyak 27,64%.  (Dinkes Sulsel, 2012).
Melihat latar belakang diatas, maka penulis tertarik menyusun sebuah makalah yang berjudul
Diabetes Mellitus.

1
B.       Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
1. Apa definisi dan penyebab dari diabetes melitus?
2. Bagaimana patofisiologi diabetes melitus?
3. Bagaimana tanda dan gejala diabetes melitus?
4. Bagaimana penatalaksanaan diabetes melitus?
5. Bagaimanakah Asuhan keperawatan Diabetes Mellitus?

C.      Tujuan Penulisan


Adapun tujuannya yaitu :
1. Mengetahui definisi dan penyebab dari diabetes melitus.
2. Mengetahui patofisiologi diabetes melitus.
3. Mengetahui tanda dan gejala diabetes melitus.
4. Mengetahui penatalaksanaan diabetes melitus.
5. Mengetahui Asuhan keperawatan Diabetes Mellitus

2
BAB II
PEMBAHASAN

A.      KONSEP DASAR MEDIK


1.         Definisi
Diabetes militus atau kencing manis merupakan suatu penyakit yang di sebebkan oleh
adanya gangguan menahun terutama pada metabolisme lemak,karbohidrat dan protein dalam
tubuh.(endang lanywaty 2001)

Diabetes merupakan suatu penyakit menahun yang di tandai dengan kadar glukosa darah
melebihi nilai normal yaitu kadar guladarah sewaktu sama atau lebih dari
200mg/dl(misnadiarly 2006)

2.         Tipe-tipe Dm
Padapembahasan ini,yang akan diuraikan adalah kencing manis tipe 1 dan tipe 2,karna
kedua jenis ini sudah di kenal secara umum dengan jumlah penderita lebih banyak di
bandingkan kencing manis tipe lain dan tipe kehamilan.kencing manis yang sudah di kenal
secar umum selama ini ada 2 tipe yaitu:

1. Tipe 1 (TID)
Terjadi karna tubuh tidak bisa lagi memproduksi insulin,
2. Tipe 2 (T2D)
Tubuh masih bisa memproduksi insulin,tetapi produksi insulinnya sudah terganggu
sehingga tdk mampu mencukupi kebutuhan insulin tubuh

3.         Insiden
Pada tahun 2007 dan 2013 badan penelitian dan pengembangan kesehatan kementrian
kesehatan RI melakukan penelitian dasar yang di lakukanlansung kes seluruh masyarakat
indonesia yang di sebut sebagai riset kesehatan dasar nasional.berdasarkan hasil riskesdas
2007 dan 2013 kasus kencing manis yang di derita oleh penduduk indonesia dengan usia di
atas 15 tahun.yang tertinggi terjadi di sulawesi tengah yang meningkat dari 1,7% menjadi
3,8%,provinsi sulawesi utara meningkat dari 1,7% menjadi 3,7 % dan sulawesi selatan dari
0,8% menjadi3,4%namun peningkatan yag peling besar terjadi di provinsi sulawesi selatan
yaitu sebesar 2,6%.yang cukup menarik ke 3 provinsi yang memegang predikat tertinggi
kasus kencing manis,semua terjadi di kepulauan sulawesi.

4.         Patofisiologi
Pengolahan bahan makanan di mulai dari mulut kemudian kelambung dan selanjutnya di
usus.didalamsaluran pencernaan makanan yang terdiri atas karbohidrat di pecah menjadi
glukosa,protein menjadi asam amino dan lemak menjadi asam lemak. Ke 3 zat makan itu di
edarkan ke seluruh tubuh untuk di pergunakan oleh organ di dalam tubuh sebagai bahan
bakar supaya berpunsi sebagai bahan bakar zat makanan itu harus di olah, di mana glukosa di
bakar melalui proses kimia yang menghasilkan energi yang di sebut metabolisme.dalam

3
proses metabolisme insulin memegang peranan penting yaitu memasukkan glukosa ke dalam
sel yang di gunakan sebagai bahan bakar.insulin adalah suatu zat atau hormon yang di
hasilkan dari sel beta di pangkreas,bila insulin tidak ada makan glukosa tidak dapat masuk ke
sel dengan akibat glukosa tetap berada di pembuluh darah yang artinya kadar glukosa dalam
darah meningkat

5. Manifestasi Klinis
A.Gejala akut

Gejala akut diabetes dari satu penderita kependerita lainnya tidak lah selalu sama .Gejala
yang di sebutkan di bawah ini adalah gejala yang umumnya timbul dengan tidak mengurangi
kemunkinan adanya variasi gejla lain bahkanada diabetes yang tidak menunjukkan gejala
apapin sampai saat tertentu.

1.Pada permulaan gejala yang di tunjukkan meliputi 3 serba banyak yaitu

a) Banyak makan(polifagia)
b) Banyak minum(polidifsia)
c) Banyak kencing(poliuria)

2.Bila keadaan tersebut tidak cepat di obati lama kelamaan mulai timbul gejala yang di
sebabkan oleh kurannya insulin dan bukan 3p lagi, melainkan hanya 2p saja(polidifsia dan
poliuria) dan beberapakeluhan lain : nafsu makan mulai berkurang bahkan kadang kandang di
susul dengan mual jika kadar glukosa darah melebihi 500 mg/dl,gejalanya :

a) Banyak minum
b) Banyak kencing
c) Berat badan turun dengan cepat
d) Mudah lelah
e) Bila tidak lekas di obati akan timbul rasa mual bahkan penderita akan jatuh,tidak
sadarkan diri yang di sebut koma diabetic

B.gejala kronik

Kadang diabetes tdk menunjukkan gejala akut tapi penderita tersebut menunjukan gejala
sesudah beberapa bulan atau tahun mengidap penyakit dm gejala ini di sebut gejala
kronik.yang paling sering membawa diabetes pertama kali yaitu:

a) Kesemutan
b) Kulit terasa panas atau tertusuk jarum
c) Terasa tebal di kulit sehingga ketika berjalan seperti di atas bantal atau kasur
d) Kram
e) Lelah
f) Mudah mengantuk
g) Mata kabur
h) Gatal di sekitar kemaluan terutama wanita
i) Gigi mudah goyah dan lepas

4
j) Kemampuan seksual menurun bahkan inpoten
k) Para ibu hamilsering mengalami keguguran atau berat banyi lahir lebih 4 kg

6. Penatalaksanaan
Pemeriksaan ini bertujuan untuk memastikan seseorang menderita Dm atau belum.ada
beberapa pemeriksaan leb yang dilakukan hal terpenting adalah pemeriksaan gulah darah
puasa atau pemeriksaan gula darah sewaktu,pemeriksaan tes toleransi glukosa oral,dan
glykohemoglobin bilaperlu dilakukan pemeriksaan insulin anti body untuk penilaian tercapai
atau tidaknnya hasil pengobatan pasien terapi,perlu dilakukan pemeriksaan glukosa darah
puasa dan 2 jam setelah makan secara berkala.

a) Pemeriksaan tes toleransi glukosa (TTGO)


b) Pemeriksaan glykohemoglobin(A1c)
c) Pemeriksaan insulin
d) Pemeriksaan benda keton

5
B.   KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1.         Pengkajian
Menurut Doenges, (2000) pengkajian keperawatan pada Diabetes Mellitus dapat diuraikan
sebagai berikut :
1)        Aktivitas/Istrahat
a)        Gejala: lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot menurun, gangguan
tidur/istrahat.
b)        Tanda: takikardia dan takipnea pada keadaan istrahat atau dengan aktivitas,
letargi/disorientasi, koma dan penurunan kekuatan otot.
2)        Sirkulasi
a)        Gejala: Adanya riwayat hipertensi, IMA dan kesemutan pada extremitas,  Ulkus pada
kaki dengan penyembuhan yang lama.
b)        Tanda:  Takikardia,  perubahan  tekanan  darah  postural, hipertensi,
nadi menurun, disritmia, krekels, GJK, kulit panas, kering, dan kemerahan,  bola mata
cekung.
3)        Integritas Ego
a) Gejala: Stress, tergantung pada orang lain,
b) Tanda: Ansietas, peka rangsang.
4)        Eliminasi
a)        Gejala: Perubahan pola berkemih (polyuria), Rasa nyeri atau terbakar, kesulitan
berkemih (infeksi), ISK, nyeri tekan abdomen, diare
b)        Tanda: Urine encer, pucat, kuning, polyuria (dapat berubah menjadi oliguria/anuria jika
terjadi hipovolemia berat), urine berkabut, bau busuk (infeksi), abdomen keras, adanya asites,
bising usus lemah dan menurun, hiperaktif (diare).
5)        Makanan dan Cairan
a)        Gejala: Hilang nafsu makan, mual/muntah , penurunan berat badan, sering kehausan.
b)       Tanda: Kulit kering, turgor jelek, distensi abdomen, muntah, napas berbau aseton.
6)        Neurosensori
a)        Gejala: Pusing, sakit kepala, kesemutan, kelemahan pada otot, gangguan penglihatan.
b)        Tanda: Disorientasi; mengantuk, letargi, stupor/koma (tahap lanjut). Gangguan memori.
7)        Nyeri dan Kenyamanan
a)        Gejala: Nyeri abdomen
b)        Tanda: Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati.

6
8)        Pernapasan
a)        Gejala: Merasa kekurangan oksigen.
b)        Tanda: Lapar udara/ sesak.
9)        Keamanan
a)        Gejala: Ulkus kulit, kulit kering dan gatal.
b)        Tanda: Demam, diaforesis, kulit rusak, lesi/ulserasi, menurunnya kekuatan umum,
rentang gerak.
10)    Seksualitas
a)        Gejala: Rabas vagina (cenderung infeksi), masalah impoten pada pria, kesulitan orgasme
pada wanita.
2.         Diagnosa Keperawatan
Menurut Doenges (2000), diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada Diabetes
Mellitus meliputi :
a.         Kekurangan volume cairan  berhubungan dengan diuresis osmotik, kehilangan gastrik
yang  berlebihan (muntah, diare)
b.        Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak cukupan insulin
c.         Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi
leukosit, perubahan pada sirkulasi.
d.        Risiko tinggi terhadap perubahan sensori perseptual berhubungan dengan perubahan
kimia endogen: ketidak seimbangan glukosa/insulin atau elektrolit.
3.         Intervensi Keperawatan
a.         Kekurangan volume cairan  berhubungan dengan diuresis osmotik, kehilangan gastrik
yang  berlebihan (muntah, diare).
Hasil yang diharapkan: Mendemonstrasikan hidrasi adekuat.
Kriteria evaluasi klien akan:
Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan:
1)        Tanda-tanda vital stabil.
2)        Nadi perifer dapat diraba.
3)        Turgor kulit baik.
4)        Pengisian kapiler baik.
5)        Haluaran urine normal secara individu
6)        Kadar elektrolit dalam batas normal.

7
Tabel 2.1 Intervensi untuk Diagnosa Keperawatan Pertama
Intervensi Rasional
Mandiri:
1)      Dapatkan riwayat pasien/orang 1) membantu dalam memperbaiki ke-
terdekat sehubungan  lamanya/ kurangan volume total. Tanda dan
intensitas seperti muntah, penge- gejala mungkin sudah lama ada pada
luaran urine yang sangat berlebi-han. beberapa waktu sebelumnya ( bebe-
rapa jam sampai beberapa hari ) adanya
proses infeksi meng-akibatkan demam
dan keadaan Hipermetabolik yang
meningkat-kan kehilangan air tidak
kasat mata.
2)      Pantau tanda-tanda vital, catat 2)  Hipovolemia dapat dimanivestasi-
adanya  TD Artostatik kan oleh hipotensi dan Takikardia.
Perkiraan berat ringannya Hipo-
volemia dapat dibuat ketika tekan-an
darah sistolik pasien turun lebih dari 10
mm Hg dari posisi ber-baring ke posisi
duduk atau ber-diri. Catatan :
Neuropati jantung dapat memutuskan
refleks-refleks yang secara normal
meningkatkan denyut jantung.
3) Paru-paru mengeluarkan asam kar-
bonat melalui pernapasan yang
3)      Pola nafas seperti adanya per- menghasilkan kompensasi alkalo-sis
napasan Kusmaul atau napas yang respiratoris terhadap keadaan
berbau keton. ketoasidosis. Pernapasan yang berbau
aseton berhubungan peme-cahan asam
aseto-asetat dan harus berkurang bila
ketosis harus terkoreksi.
4)   Koreksi hiperglikemia dan asidosis
akan menyebabkan pola dan frek-uensi
pernapasan mendekati normal. Tetapi
4)      Frekwensi dan kualitas perna- peningkatan kerja pernapasan;
pasan, penggunaan otot bantu napas pernapasan dangkal, pernapasan cepat;
dan adanya periode apnea dan dan munculnya sianosis mungkin
munculnya sianosis. merupakan indikasi dari kelelahan
pernapasan atau mungkin pasien itu
kehi-langan kemampuannya untuk
melakukan kompensasi pada asidosis.
5)  Meskipun demam, menggigil dan
diaforesis merupakan hal umum terjadi
pada proses infeksi, demam dengan
kulit yang keme-rahan, kering mungkin
sebagai cerminan dari dehidrasi.

8
Intervensi Rasional
5)      Suhu, warna kulit atau kelem-
babannya. 6) Merupakan indikator dari tingkat
dehidrasi atau volume sirkulasi yang
adekuat.
7) Memberikan perkiraan kebutuhan
akan cairan pengganti, fungsi ginjal
dan keefektifan dari terapi yang
6)      Kaji nadi perifer, pengisian diberikan.
kapiler, turgor kulit dan membran 8) Memberikan hasil pengkajian yang
mukosa. terbaik dari status cairan yang sedang
7)      Pantau masukan dan pengeluaran, berlangsung dan selanjut-nya dalam
catat berat jenis urine. memberikan cairan pengganti.
9) Mempertahankan hidrasi/volume
sirkulasi.
8)        Ukur berat badan setiap hari.

10) Menghindari pemanasan yang ber-


9)      Pertahankan untuk memberikan lebihan terhadap pasien lebih lanjut
cairan paling sedikit 2500 ml/hari akan dapat menimbulkan kehilangan
dalam batas yang dapat ditoleran-si cairan.
jantung jika pemasukan cairan melalui 11) Perubahan mental dapat berhubu-
oral sudah dapat diberikan. ngan dengan glukosa yang tinggi atau
10)  Tingkatkan lingkungan yang rendah  (Hiperglikemia atau
dapat menimbulkan rasa nyaman. hipoglikemia) elektrolit yang abnormal,
Selimuti pasien dengan selimut tipis. asidosis, penurunan perfusi serebral
11)   Kaji adanya perubahan mental/  dan berkembang-nya hipoksia.
sensori. Penyebab yang tidak tertangani,
gangguan kesadaran dapat menjadi
predisposisi (pencetus) aspirasi pada
pasien.
12) Kekurangan cairan dan elektrolit
mengubah motilitas lambung, yang
sering kali akan menimbul-kan muntah
dan secara potensial akan menimbulkan
kekurangan cairan atau eletrolit.
13) Pemberian cairan untuk perbaikan
12)  Catat hal-hal yang dilaporkan yang cepat mugkin sangat ber-potensi
seperti mual, nyeri abdomen, muntah menimbulkan kelebihan beban cairan
dan distensi lambung. dan GJK.

13)  Observasi adanya perasaan


kelelahan yang meningkat, edema,
peningkatan berat badan, nadi tidak
teratur, dan adanya distensi pada
vaskuler.

9
b.        Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan   ketidak cukupan
insulin
Hasil yang diharapkan: Jumlah kalori/Nutrisi normal
Tabel 2.2 Intervensi untuk Diagnosa Keperawatan Kedua
Intervensi Rasional
Mandiri:
1) Timbang berat badan setiap hari se- 1) Mengkaji pemasukan makanan yang
suai indikasi. adekuat (termasuk absorbsi dan
utilisasinya).
2) Tentukan program diet dan pola ma- 2) Mengidentifikasi kekurangan dan
kan pasien dan bandingkan dengan penyimpangan dari kebutuhan ter-
makanan yang dapat dihabiskan oleh apeutik.
pasien.
3) Auskultasi bising usus, catat adanya 3) Hiperglikemia dan gangguan kese-
nyeri abdomen/perut kembung, mual, imbangan  cairan dan elektrolit  dapat
muntahan makanan yang tidak dicerna menurunkan motilitas/fungsi lambung
dan pertahankan keadaan puasa sesuai (distensi atau ileus paralitik) yang akan
dengan indikasi. mempengaruhi pilihan intervensi.
4) Berikan makanan cair yang meng- 4)  Pemberian makanan melalui oral le-
andung zat makanan (Nutrien) dan bih baik jika pasien sadar dan fungsi
eletrolit dan segera jika pasien sudah gastrointestinal baik.
dapat mentoleransinya melalui pem-
berian cairan lewat oral. Selanjutnya
terus upayakan pemberian makanan
yang lebih padat sesuai dengan yang
dapat ditoleransinya.
5) Identifikasi makanan yang disukai
/dikehendaki termasuk kebutuhan sesuai 5)  Jika makanan yang disukai pasien
dengan etnik. dapat dimasukkan dalam perencanaan
makan, kerja sama ini dapat diupayakan
6) Libatkan keluarga pasien pada setelah pulang.
perencanaan makanan sesuai indi-kasi. 6) Meningkatkan rasa keterlibatanya;
memberikan informasi pada keluarga
7) Observasi tanda-tanda hipoglikemia . untuk memahami kebutuhan nutrisi
seperti perubahan tingkat kesadaran, pasien. 
kulit lembab (dingin), denyut nadi cepat, 7)  Karena metabolisme karbohidrat mu-
lapar, peka rangsang, cemas, sakit lai terjadi (gula darah akan berkurang,
kepala, pusing, dan sempoyo-ngan. dan sementara tetap diberikan insulin
maka hipoglikemia dapat terjadi). Jika
pasien dalam keadaan koma,
hipoglikemia mungkin terjadi tanpa
memperlihatkan perubahan tingkat
kesadaran. Ini secara potensial dapat
mengancam kehidupan yang harus dikaji
dan ditangani secara cepat melalui
tindakan yang direncanakan.

10
c.         Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi
leukosit, perubahan pada sirkulasi.
Hasil yang diharapkan: Resiko infeksi berkurang.
Kriteria evaluasi klien akan:
1) Mendemonstrasikan perubahan gaya hidup untuk mencegah terjadinya infeksi.
Tabel 2.3 Intervensi untuk Diagnosa Keperawtan Ketiga
Intervensi Rasional
Mandiri:
1) Observasi tanda-tanda infeksi dan 1)      Pasien mungkin masuk dengan
peradangan seperti demam, kemerahan, infeksi yang biasanya telah men-
adanya fus pada luka, sputum purulen, cetuskan keadaan ketoasidosis atau
urine warna keruh, atau berkabut. dapat mengalami infeksi noso-komial.
2) Tingkatkan upaya pencegahan 2)      Mencegah timbulnya infeksi.
dengan melakukan cuci tangan yang
baik pada semua orang yang
berhubungan dengan pasien termasuk
pasiennya sendiri.
3) Pertahankan teknik aseptik pada pro- 3)      Kadar glukosa yang tinggi dalam
sedur invasif (seperti pemasangan infus, darah akan menjadi media terbaik untuk
pemasangan kateter dan sebagainya), pertumbuhan kuman.
pemberian perawatan, dan
pemeliharaan.

4) Lakukan perawatan perineal dengan 4)      Mengurangi resiko terjadinya


baik. Ajarkan pasien wanita untuk infeksi saluran kemih. Pasien koma
membersihkan daerah perinealnya dari mungkin memiliki resiko yang khusus
depan ke belakang setelah eliminasi. jika terjadi retensi urine pada saat awal
dirawat. Catatan: pasien DM wanita
lansia merupakan kelompok utama yang
paling be-resiko terjadi infeksi saluran
kemih.
5) Berikan perawatan kulit dengan 5)      Sirkulasi perifer yang terganggu
teratur dan sungguh-sungguh, masase bisa menempatkan pasien pada
daerah tulang yang tertekan, jaga kulit peningkatan resiko terjadinya ke-
tetap kering dan tetap kencang. rusakan pada kulit/iritasi kulit dan
infeksi.
6) Auskultasi bunyi napas.
6)      Ronchi mengidentifikasikan adanya
akumulasi sekret yang mungkin
berhubungan dengan pneumonia/
bronchitis. Edema paru (bunyi kre-kels)
mungkin sebagai akibat dari pemberian
cairan yang terlalu cepat/berlebihan atau
7) Posisikan pasien pada posisi semi- GJK.
fowler. 7)      Memberikan kemudahan bagi paru
untuk mengembang; menurunkan resiko
8) Lakukan perubahan posisi dan an- terjadinya aspirasi.

11
Intervensi Rasional
jurkan pasien untuk batuk efektif /napas 8)      Membantu dalam memventilasi-kan
dalam jika pasien sadar dan kooperatif. semua daerah paru dan me-mobilisasi
Lakukan penghisapan lendir pada jalan sekret. Mencegah agar sekret tidak statis
napas dengan menggunakan tehnik steril sehingga terjadi peningkatan resiko
sesuai ke-perluannya. infeksi.
9) Berikan tissu dan tempat sputum
pada tempat yang mudah dijangkau
untuk penampungan sputum atau sekret 9)      Mengurangi penyebab infeksi
yang lainnya.
10)  Bantu pasien untuk melakukan
higi-ene oral.
11) Anjurkan untuk makan dan minum 10)   Menurunkan resiko terjadinya pe-
yang adekuat. (kira-kira 3000 ml/hari nyakit mulut dan gusi.
jika tidak ada kontraindikasi). 11)  Menurunkan kemungkinan terjadi-
nya infeksi. Meningkatkan aliran urine
untuk mencegah urine yang statis dan
membantu dalam mem-pertahankan
pH/keasaman urine, yang menurunkan
pertumbu-han bakteri dan pengeluaran
organisme dari sistem organ tersebut.

d.        Risiko tinggi terhadp perubahan sensori-persepsi berhubungan dengan pe-rubahan kimia
endogen, ketidak seimbangan glukosa/ insulin dan elektrolit.
Hasil yang diharapkan: Mempertahankan tingkat mental biasanya.
Tabel 2.4 Intervensi untuk Diagnosa Keperawatan Keempat
Intervensi Rasional
1)  Pantau tanda-tanda vital dan status  1) Sebagai dasar untuk membandingkan
mental. temuan abnormal seperti suhu yang
meningkat dapat mempengaruhi fungsi
mental.
2) Panggil pasien dengan nama, 2) Menurunkan kebingungan dan mem-
orientasikan kembali sesuai dengan bantu untuk mempertahankan kontak
kebutuhannya, misalnya terhadap dengan realitas.
tempat, orang dan waktu. Berikan
penjelasan yang singkat dengan bicara
perlahan dan jelas.
3) Jadwalkan intervensi keperawatan 3) Meningkatkan tidur, menurunkan rasa
agar tidak mengganggu waktu istrahat letih, dan dapat memperbaiki daya pikir.
pasien. 4) Membantu memelihara pasien tetap
4) Pelihara aktivitas rutin pasie berhubungan dengan realitas dan
sekonsisten mungkin, dorong untuk mempertahankan orientasi pada ling-
melakukan kegiatan sehari-hari sesuai kungannya.
kemampuangnya. 5) Pasien mengalami disorientasi me-
5)   Lindungi pasien dari cedera  ketika rupakan awal kemungkinan timbul-nya
tingkat kesadaran pasien terganggu. cedera. Terutama malam hari dan perlu
Berikan bantalan lunak pada pagar pencegahan sesuai indikasi. Munculnya

12
Intervensi Rasional
tempat tidur dan berikan jalan napas kejang perlu diantisipasi untuk
buatan yang lunak jika pasien mencegah trauma fisik, aspirasi dan
kemungkinan kejang. sebagainya.

6)  Evaluasi lapang pandang pengli- 6) Edema/lepasnya retina, hemoragis,


hatan sesuai dengan indikasi. katarak, atau paralisis otot ekstra-okuler
sementara mengganggu pe-nglihatan
yang memerlukan terapi korektif atau
perawatan penyo-kong.
7)   Neuropati perifer dapat mengakibat-
7) Selidiki adanya keluhan parestesia, kan rasa tidak nyaman yang berat,
nyeri, atau kehilangan sensori pada paha kehilangan sensasi sentuhan/distor-si
atau kaki. Lihat adanya ulkus, daerah yang mempunyai resiko tinggi terhadap
kemerahan, tempat-tampat tertekan. kerusakan kulit dan gang-guan
Kehilangan denyut nadi perifer. keseimbangan.
8) Berikan tempat tidur yang lembut. 8) Meningkatkan rasa nyaman dan
Pelihara kehangatan kaki/tangan, menurunkan kemungkinan kerusa-kan
hindari terpajan terhadap air panas atau kulit karena panas. Catatan: munculnya
dingin atau penggunaan dingin yang tiba-tiba pada tangan atau
bantalan/pemanas. kaki dapat men-cerminkan adanya
hipoglikemia , yang perlu melakukan
pe-meriksaan terhadap kadar gula darah.
9) Meningkatkan keamanan pasien
terutama ketika rasa ketidakse-imbangan
9) Bantu pasien dalam ambulasi atau dipengaruhi.
perubahan posisi.

13
BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Dari makalah yang saya buat, dapat ditarik kesimpulan bahwa penyakit  Diabetes Militus
(DM) ini sangat berbahaya dan menakutkan. Banyak sekali faktor yang menyebabkan
seseorang menderita penyakit Diabetes Militus. Seperti contohnya, Obesitas(berat badan
berlebih),faktor genetis, pola hidup yang tidak sehat (jarang berolah raga), kurang tidur, dan
masih banyak yang lainnya.

B.       Saran
Adapun saran bagi pembaca dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1.         Selalu berhati-hatilah dalam menjaga pola  hidup. Sering berolah raga dan istirahat yang
cukup.
2.         Jaga pola makan anda. Jangan terlalu sering mengkonsumsi makanan atau minuman
yang terlalu manis. Karena itu dapat menyebabkan kadar gula melonjak tinggi.

14
DAFTAR PUSTAKA
Delimartha Setiawan & Adrian Felix, 2012. Makanan Dan Herbaluntukpenderita Diabetes
Militus. Jakarta : Penebar Swadaya

Doenges, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Dr.Lanywaty Endang, 2001. Diabetes Militus Penyakit Kencing Manis. Yogjakarta :


Kanisius.

Marewa Waris Lukman, 2011. Kencing Manis (Diabetes Mellitus) Di Sulawesi Selatan.
Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Misna Dyarli, 2006. Gangren,Ulcer,Infeksi Mengenal Gejala Menanggulangi Dan


Mencegah Komplikasi. Jakarta : Pustaka Populer Obor.

Tjokroprawiro Askandar, 2011. Hidup Sehat Bersama Diabetes. Jakarta : Granmedia


Pustaka Utama

15

Anda mungkin juga menyukai