Anda di halaman 1dari 24

BAB IV

PENGUJIAN PEMADATAN TANAH


4.1. Dasar Teori
Pemadatan tanah berfungsi untuk meningkatkan kekuatan tanah, sehingga
dengan demikian meningkatkan daya dukung pondasi di atasnya. Pemadatan juga
dapat mengurangi besarnya penurunan tanah yang tidak diinginkan dan
meningkatkan kemantapan lereng timbunan. Penggilas besi berpermukaan halus
(smooth-wheel rollers), dan penggilas getar (vibratory rollers) adalah alat-alat yang
umum digunakan di lapangan untuk pemadatan tanah (Das,1995). Metode pengujian
pemadatan dapat dilakukan baik di lapangan maupun di laboratorium. Cara
pengujian pemadatan di laboratorium yang di kenalkan proctor adalah
 Standart proctor test
 Modified proctor test
Pada pengujian kali ini kita menggunakan pengujian pemadatan di laboratorium
dengan metode standart proctor test dan akan di lanjutkan dengan CBR (California
Bearing Ratio).
4.1.1Standart Proctor Test
Standart proctor test bertujuan untuk mencari kekuatan maksimal dari tanah
dengan mencari data kadar air optimum dan berat volume kering maksimum dimana
data tersebut akan di fungsikan untuk mengklarifikasikan jenis tanah yang di uji.
Tanah dipadatkan dalam sebuah cetakan silinder bcrvolume 1/30 ft3 (943,3 cm3).
Diameter cetakan tersebut adalah 4 inc (101,6 mm). Selama percobaan di
laboratorium, cetakan itu dikelem pada sebuah pelat dasar dan di atasnya diberi
perpanjangan (juga berbentuk silinder) seperti terlihat pada Gambar 8.2a. Tanah
dicampur air dengan kadar yang berbeda-beda dan kemudian dipadatkan dengan
menggunakan penumbuk khusus. Pemadatan tanah tersebut dilakukan dalam 3 (tiga)
lapisan (dengan tebal tiap lapisan kira-kira 1,0 in) dan jumlah tumbukan adalah 25 X
setiap lapisan. Berat penumbuk adalah 5,5 lb (massa = 2.5 kg) dan tinggi jatuh
sebesar 12 in (304,8 mm) seperti terlihat pada Gambar 8.2b (Das,1995).

45
Gambar 4.1. Alat uji proctor standart : (a) cetakan, (b) penumbuk.
Sumber : Braja M. Das, Mekanika Tanah 1 (1995)
Kepadatan tanah biasanya diukur dengan menentukan berat inti keringnya,
bukan dengan angka porinya. Lebih tinggi berat kering berarti lebih kecil angka
porinya dan lebih tinggi derajat kepadatannya. Jadi untuk menentukan kadar
optimum biasanya dibuat grafik isi kering terhadap air dan dilakukan dilaboratorium,
disini juga menentukan berat volume kering maksimum dan kadar air optimum
proctor. Perhitungan dari hasil percobaan ini menggunakan persamaan :
Berat tanah kering, W4 = W3 – W1........................................................................(4.1)
Berat tanah basah, W7 = W5 – W6.........................................................................(4.2)
1
Volume mold, V = π D 2 x T.................................................................................
4
(4.3)
Berat volume tanah basah adalah penghitungan seberapa banyak ruang yang bisa
ditempati tanah dalam keadaan basah
W7
t = .......................................................................................................................
V
(4.4)
Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan
berdasarkan berat basah atau berdasarkan berat kering,

46
W 2−W 3
Wc = x 100% ...............................................................................................
W 3−W 1
(4.5)

Berat volume kering adalah penghitungan seberapa banyak ruang yang bisa
ditempati tanah dalam keadaan kering
γt
d = Wc ( % ) .............................................................................................
1+
100
...............(4.6)
Keterangan :
W1 = Berat cawan.
W2 = Berat cawan + berat tanah basah.
W3 = Berat cawan + berat tanah kering
W5 = Berat mold + berat tanah basah
W6 = Berat mold
D = Diameter
T = Tinggi
Untuk suatu kadar air tertentu, berat volume kering maksimum secara teoritis di
dapat pada pori-pori sudah tidak ada udaranya lagi,yaitu pada saat dimana derajat
kejenuhan tanah = 100%. Jadi berat volume kering maksimum (teoritis) pada suatu
kadar air tertentu dengan kondisi “zero air voids” yaitu kondisi dimana pori-pori
tanah tidak mengandung udara sama sekali dapat di hitung dengan persamaan 4.3.
(Das,1995)
Berat volume kering (ZAV) adalah penghitungan seberapa banyak ruang yang bisa
ditempati tanah dalam keadaan kering dimana pori-pori tanah tidak mengandung
udara sama sekali
γt
dZAV = w(% ) 1 ........................................................................................................
+
100 Gs
(4.7)
Keterangan :
t = Berat volume tanah basah

47
W = Kadar Air
Gs = Specific gravity dari butir – butir air

Lee & Sued Kamp (1972) telah mempelajari kurva pemadatan dari 35 jenis
tanah. Mereka menyimpulkan bahwa kurva pemadatan tanah tersebut dibedakan
hanya menjadi empat (4) tipe umum yang digambarkan pada gambar 4.2.

Gambar 4.2. Bentuk umum kurva pemadatan untuk empat jenis tanah (ASTM D-698)
Sumber : Braja M Das (1995)

48
4.1.2CBR (California Bearing Ratio)
CBR (California Bearing Ratio) merupakan parameter kekuatan relatif yang
paling sering digunakan dalam desain perkerasan. CBR bertujuan untuk mengetahui
kualitas tanah yang di uji apabila nilai CBR kurang dari 6% maka tanah tersebut
lunak dan jika lebih dari 6% maka tanah tersebut padat. Pengujian ini dimaksudkan
untuk menentukan CBR (California Bearing Ratio) tanah dan campuran tanah
agregat yang dipadatkan di laboratorium pada kadar air tertentu. CBR laboratorium
ialah perbandingan antara beban penetrasi suatu bahan terhadap bahan standar
dengan kedalaman dan kecepatan penetrasi yang sama.
Metode pengujian CBR dikembangkan pada tahun 1930 oleh California division
of highways dan kemudian diikuti dan disesuaikan oleh berbagai institusi dan Negara
di dunia. Pengujian CBR pada dasarnya dilakukan dengan mengukur beban yang
diperlukan oleh batang penekan. Dengan demikian, CBR adalah perbandingan antara
beban yang diperlukan untuk mendorong batang masuk kedalam tanah dengan beban
yang diperlukan sampai kedalaman tertentu.

49
Gambar 4.3 Alat CBR
Sumber : Laboratorium Mekanika Tanah – WordPress.com
CBR dikembangkan sebagai cara menilai kekuatan tanah dasar jalan. Dengan ini
kita dapat mengetahui bahan yang hendak dipakai untuk pembuatan perkerasan.
Harga CBR dihitung pada harga penetrasi 0,1 dan 0,2 dengan membagi bahan
penetrasi masing-masing sebesar 3000 dan 4500 pound beban standart yang
diperoleh dari percobaan terhadap macam batu pecah yang dianggap mempunyai
CBR 100%. Percobaan CBR dapat dilakukan pada contoh tanah asli atau tanah yang
dipadatkan atau dilakukan dilapangan langsung pada tanah yang akan dicoba dengan
menggunakan rumus (Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga,
2006). Secara matematis, nilai CBR dinyatakan sebagai:
CBR0.1” = Beban Pada Penetrasi 0.1} over {3000} ×100 ¿
.................................................... ......(4.8)
CBR0.2” = Beban Pada Penetrasi 0.2} over {4500} ×100 ¿
........................................... ...............(4.9)
Untuk perhitungan beban mengggunakan persamaan :
Y = (0,72× X) – 8,5...............................................................................................(4.10)
Keterangan :
Y = Beban standart( lb )
X = Pembacaan Arloji( Atas/ Bawah )
Untuk perhitungan berat isi tanah dan kadar air menggunakan persamaan :
Berat Air, W4 = W2-W3.......................................................................................(4.11)
Berat tanah kering, W5 = W3-W1........................................................................(4.12)
W7
Berat isi tanah, t = ...........................................................................................
V
(4.13)
w4
Kadar Air, , Wc = x 100%.............................................................................
w5
(4.14)
Keterangan :
W1 = Berat cawan.
W2 = Berat cawan + berat tanah basah.

50
W3 = Berat cawan + berat tanah kering

Sistem Klasifikasi
Nilai CBR Peringkat
UNIFIED AASHTO
Umum
0–3 Sangat Jelek OH, CH, MH, OL A5, A6, A7
3–7 Jelek OH, CH, MH, OL A4, A5, A6, A7
7 – 20 Biasa OL, CL, ML, SC, SM, SP A2, A4, A6, A7
20 – 50 Bagus GM, GC, SW, SM, SP, GI A1b, A2-5, A3, A2-6
> 50 Sangat Bagus GW, GM A1a, A2-4, A3

W7 = Berat tanah basah


Nilai CBR biasanya perbandinganbeban pada penterasi 2,54mm (0,10in).
Apabila perbandingan beban pada penetrasi 5,08mm (0,20in) ternyata lebih besar
daripada perbandingan penetrasi pada2,54mm (0,10in), maka pengujian perlu
diulang.
Apabila hasil pengulangan tersebut adalah sama, maka CBR merupakan
perbandingam pada 5,08mm (0,20in). (Departemen Pekerjaan Umum Direktorat
Jenderal Bina Marga, 2006). Adapun klarifikasi tanah berdasarkan nilai CBR design
dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Klasifikasi Tanah Berdasarkan Harga CBR

Sumber : Herman Dermawan (2002)


4.2. Prosedur Praktikum

51
4.2.1 Prosedur Praktikum Standart Proctor Test
1. Tanah sebanyak 5 kg = 5000 gr diambil dengan gumpalan besar dipecahkan
hingga dalam bentuk kecil-kecil.
2. Hasil tumbukan diayak dengan ayakan No. 4 dan diaduk dengan air 100 ml.
3. Plat dan cetakan ditimbang.
4. Tanah lembab dimasukkan kedalam cetakan silinder. Setiap 1/3 bagian
ditumbuk 25 kali dengan mold. Tanah yang lembab diharapkan bagian atasnya
harus diatas sambungan.
5. Silinder perpanjangan dilepas perlahan apabila proses pemadatan selesai.
6. Ambil silinder yang dasar beserta tanah di dalamnya
7. Permukaan tanah lembab pada silinder diratakan.
8. Tanah dan cetakan ditimbang.
9. Ambil contoh tanah lembab diambil dan diletakkan di cawan lalu ditimbang.
10. Pecahkan gumpalan tanah yang baru saja dikeluarkan dari cetakan. Tambahkan
air dan campur hingga merata. Ulangi pengujian ini hingga berat volume tanah
turun.
11. Contoh tanah lembab yang diletakkan di cawan di oven hinggan 8 jam lalu
ditimbang.

4.2.2 Prosedur Prakikum California Bearing Ratio (CBR)


1. Tanah bekas uji Proctor dimasukkan kedalam mold.
2. Mold yang berisi tanah ditimbang kemudian mengambil sampel tanah untuk dicari
nilai kadar airnya.
3. Benda uji diletakkan pada mesin CBR.
4. Pada permukaan benda diatur penetrasi sehingga arloji beban menunjukkan beban
permukaan.
5. Kecepatan pemutaran pada alat CBR diberikan secara teratur.
6. Mencatat pembacaan arloji pada angka-angka penurunan yang telah ditentukan
sampai jarum penurunan berputar berlawanan.
Catatan pembacaan pada penetrasi :
0,312 mm (0,0125”)

52
0,620 mm (0,0250”)
1,250 mm (0,0500”)
2,500 mm (0,1000”)
3,750 mm (0,1500”)
5,000 mm (0,2000”)
7,500 mm (0,3000”)
10,00 mm (0,4000”)
12,50 mm (0,5000”)
7. Catat beban maksimum dan beban penetrasi bila pembebanan maksimum terjadi
sebelum penetrasi 12,50 mm (0,5000”)
8. Setelah jarum telah berputar berlawanan, maka mold dibalik untuk diuji yang sisi
bawah, langkahnya sama dengan pembacaan atas.
9. Mengeluarkan mold dari mesin CBR, kemudian tanah yang diuji dikeluarkan dari
mold tersebut.
10. Merapikan kembali alat-alat yang telah digunakan.

4.3 Dokumentasi Praktikum


4.3.1 Dokumen Praktikum Standart Proctor Test
Tabel 4.2. Dokumentasi Praktikum Standart Proctor Test
Gambar Keterangan
Tanah kering diberi air sebesar
100ml setiap melakuan percobaan
(berkesinambungan).

Gambar 4.4.

Tanah diratakan setelah diberi air

53
Gambar Keterangan
sampai benar-benar rata.

Gambar 4.5.

Tanah dimasukan kedalam mold


dan

Gambar 4.6.

Tanah yang di masukkan kedalam


mold ditumbuk menggunakan
penumbuk sebanyak 25 kali.

Gambar 4.7

Silinder perpanjangan dilepas


perlahan apabila proses pemadatan
selesai.
Gambar 4.8.

Ambil silinder yang dasar beserta


tanah di dalamnya

Gambar 4.9.
Permukaan tanah lembab pada
silinder diratakan.

Gambar 4.10.

Tanah dan cetakan ditimbang.

Gambar 4.11.

Ambil contoh tanah lembab

54
Gambar Keterangan
diambil dan diletakkan di cawan
lalu ditimbang. Setelah ditimbang

Gambar 4.12. masukkan oven selama 8 jam

Sumber : Data Olahan Pribadi (2019)

4.3.2 Dokumentasi Praktikum California Bearing Ratio (CBR)


Tabel 4.3. Dokumentasi Praktikum California Bearing Ratio (CBR)
Gambar Keterangan

Tanah dimasukan kedalam mold


1/3 bagian dan ditumbuk sebanyak
25 kali.

Gambar 4.13.

Mold ditimbang bersama tanah


yang sudah berisi tanah.

Gambar 4.14.

Alat penetrasi (loading machine)


diratakan dengan menggunakan
penggaris waterpass.

Gambar 4.15.

Pengujian benda uji

Gambar 4.16.

55
Gambar Keterangan

Ambil sampel tanah ditimbang dan


kemudian dioven selanjutnya
ditimbang lagi setelah keluar dari
oven.

Gambar 4.17.
Sumber : Data Olahan Pribadi (2019)
4.4. Data dan Analisa Praktikum
4.4.1 Standart Proctor Test
A. Data Praktikum
Data hasil pengamatan didapatkan dari pengamatan pada saat praktikum
berjalan. Data yang didapatkan adalah sebagai berikut :
Percobaan 1
Data pertama yang akan dicari adalah berat tanah kering (W4), adapun data yang
sudah ketahui dari hasil pengamatan, dapat dilihat pada tabel 4.4
Tabel 4.4 Hasil Pengamatan
Pengujian Nomor 1
Berat Cawan, W1 41,2
Berat Cawan + Tanah Kering, W3 88,4
Sumber: Data Olahan Pribadi (2019)
Untuk menghitung berat tanah kering (W4) dapat menggunakan persamaan 4.1.
W4 = W3 – W1
= 88,4 – 41,2
= 47,2 gr
Setelah menghitung berat tanah kering (W4), langkah selanjutnya adalah
menghitung berat tanah basah (W7) tanah basah yang maksud bukan tanah basah
yang ada di cawan melainkan tanah basah yang ada di dalam mold, adapun yang
sudah diketahui dari hasil pengamatan, dapat dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5.Hasil Pengamatan

Pengujian Nomor 1
Berat Mold + Tanah Basah, W5 4490
Berat Mold, W6 3165

56
Sumber : Data Olahan Pribadi (2019)
Data berat mold adalah data ketetapan pada saat praktikum dilaksanakan,
untuk menghitung berat tanah basah (W7) menggunakan persamaan 4.2.
W7 = W5 – W6
= 4490 – 3165
= 1325 gr
Setelah menghitung berat tanah basah (W7), langkah selanjutnya adalah mencari
volume mold (V). Adapun data ketetapan yang sudah diketahui saat praktikum
yaitu dimensi mold dengan spesifikasi :
 Diameter (D) = 10 cm
 Tinggi (H) = 11,5 cm
Untuk mencari volume mold (V) dapat menggunakan persamaan 4.3.
1
V = π D2 x T
4
1
= . 3,14 , 102 x 11,5
4
= 902,75 cm3
Setelah mencari volume mold (V), selanjutnya adalah berat volume tanah basah
( γ ¿¿ t) ¿. Untuk menghitung γ t data yang harus diketahui adalah berat tanah
basah (W7) dan volume mold (V), sebelumnya kita sudah menghitung W7 dan
V dengan hasil sebagai berikut :
 W7 = 1325 gr
 V = 902,75 cm3
Untuk menghitung berat volume tanah basah ( γ ¿¿ t) ¿ dapat menggunakan
persamaan 4.4.
W7
t =
V
1325
=
902,75
= 1,46773 gr/ cm3

57
Langkah selanjutnya setelah menghitung berat volume tanah basah ( γ ¿¿ t) ¿
adalah menghitung kadar air (Wc), adapun data yang sudah diketahui dari hasil
pengamatan praktikum, dapat dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6.Hasil Pengamatan
Pengujian Nomor 1
Berat Cawan, W1 41,2
Berat Cawan + Tanah Basah, W2 93
Berat Cawan + Tanah Kering, W3 88,4
Sumber : Data Olahan Pribadi (2019)
Untuk menghitung kadar air (Wc) dapat menggunakan persamaan 4.5.
W 2−W 3
Wc = x 100%
W 3−W 1
93−88,4
= x 100%
88,4−41,2
= 9,74576 %
Setelah menghitung kadar air (Wc) langkah selanjutnya adalah menghitung berat
volume kering (d). Untuk menghitung berat volume kering (d) data yang harus
di ketahui adalah berat volume tanah basah ( γ ¿¿ t) ¿ dan kadar air (Wc),
sebelumnya kita sudah menghitung ( γ ¿¿ t) ¿ dan (Wc) dengan hasil sebagai
berikut :
 γ t = 1,46773 gr/ cm3
 Wc = 9,74576 %
Untuk menghitung berat volume kering (d) dapat menggunakan persamaan 4.6.
γt
d = Wc (% )
1+
100
1,46773 gr /cm 3
= 9,74576 %
1+
100
= 1,33739 gr/ cm3

Langkah selanjutnya setelah menghitung berat volume kering (d) adalah


menghitung berat volume kering ZAV (dzav). Untuk menghitung berat volume
kering ZAV data yang harus diketahui adalah berat volume tanah basah ( γ ¿¿ t) ¿,
kadar air (Wc), dan Gs (Specific gravity), sebelumnya kita sudah menghitung

58
berat volume tanah basah ( γ ¿¿ t) ¿ dan kadar air (Wc) untuk Gs datanya sudah di
tetapkan saat praktikum dengan hasil sebagai berikut :

 γ t = 1,46773 gr/ cm3


 Wc = 9,74576 %
 Gs = 2,64
Untuk menghitung berat volume kering ZAV (dzav) dapat menggunakan
persamaan 4.7.
γt
dZAV = w(% ) 1
+
100 Gs
1,46773
= 9,74576 1
+
100 2,64
= 3,08189 gr/ cm3
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan nilai dZAV sebesar 3,08189 gr/ cm3.

59
Dengan berat awal tanah 5 kg, Selanjutnya perhitungan mengikuti langkah yang sama. Hasil keseluruhan ditunjukkan pada tabel 4.7.
Tabel 4.7.Data Uji Pemadatan Tanah.

Pengujian Nomor 1 2 3 4 5 6 7 8
Berat Cawan, W1 41,2 45,9 47,3 44,7 45,6 45,2 54 38,3
Berat Cawan + Tanah Basah, W2 93 100,6 104,5 81 79,3 117,4 144 151,4
Berat Cawan + Tanah Kering, W3 88,4 93,9 96,4 75 73,3 102,7 124,9 125,4
Berat Tanah Kering, W4 47,2 48 49,1 30,3 27,7 57,5 70,9 87,1
                 
Berat Mold + Tanah Basah, W5 4490 4550 4600 4650 4690 4750 4730 4725
Berat Mold, W6 3165 3165 3165 3165 3165 3165 3165 3165
Berat Tanah Basah, W7 1325 1385 1435 1485 1525 1585 1565 1560
Volume Mold 902,75 902,75 902,75 902,75 902,75 902,75 902,75 902,75
1,46773 1,53420 1,58958 1,68928 1,75574 1,73359
Berat Volume Tanah Basah, (ϒt) 7 1 7 1,644974 3 6 2 1,728053
9,74576 13,9583 16,4969 21,6606 25,5652 26,9393
Kadar air, (Wc) 3 3 5 19,80198 5 2 5 29,85075
1,33739 1,34628 1,36448 1,39827 1,36568
Berat Volume Tanah Kering, (ϒd) 8 2 8 1,373077 1,38852 4 5 1,3308
3,08189 2,95965 2,76739 2,67454
berat volume tanah ZAV 3 7 2,92334 2,851858 2,83725 5 7 2,551403

Sumber : Data Olahan Pribadi (2019)

60
Untuk mendapatkan nilai kadar air (Wc) optimum dan berat kering (d)
maksimum maka dibuat grafik hubungan kadar air dan berat volume kering.

dzav
2,767395gr/cm3

d maksimum
1,39827 gr/m3

W optimum
25,565 %

Gambar 4.18.Grafik Hubungan Berat Volume dan Kadar Air


Sumber : Hasil Percobaan Praktikum 2019
Pada Gambar 4.18 dari percobaan ke-1 sampai percobaan ke-6 mengalami
kenaikan, hal itu disebabkan karena penambahan debit air dalam tanah yang di
uji dan dari percobaan ke-6 sampai percobaan ke-8 mengalami penurunan
dikarenakan Wc Optimum dan Yd Maksimum terletak pada percobaan ke-6.
B. Analisa Praktikum
Dari Gambar 4.12 dapat dilihat bahwa, jika energi pemadatan bertambah,
maka harga berat volume kering tanah juga bertambah. Namun setelah mencapai
kadar air tertentu, penambahan kadar air justru cenderung menurunkan nilai
berat volume kering dari tanah. Hal ini dikarenakan, air tersebut justru
menempati pori-pori dalam tanah yang sebetulnya dapat ditempati oleh partikel-
partikel padat tanah.
Dari Gambar 4.12, maka didapat hasil sebagai berikut :
 Kadar air optimum (WcOpt) = 25,565 %
 Berat volume kering maksimum (d Max) = 1,39827 gr/cm3
 berat volume kering ZAV (dzav) = 2,767395 gr/cm3

61
Untuk menentukan jenis tanah dapat kita lihat pada gambar 4.2. Data yang
harus diketahui adalah Kadar air optimum (Wc Opt) dan Berat volume kering
maksimum (d Max), dari perhitungan sebelumnya kita sudah mengetahui hasil
perhitungan dari WcOpt dan d Max yaitu 25,565 % dan 1,39827 gr/cm3, dalam
grafik yang dihasilkan pada gambar 4.2, dapat dilihat tidak ada satupun nilai
data yang memenuhi dalam grafik tersebut . Maka dapat disimpulkan bahwa
tanah yang di uji untuk Standart Proctor Test tidak dapat diklarifikasi.
4.4.2 Hasil dan Analisa Praktikum (CBR)
A. Hasil Praktikum
Perhitungan pertama adalah perhitungan berat volume tanah (γt). Adapun
data pengamatan yang sudah diketahui saat praktikum, dapat dilihat pada tabel
4.8.
Tabel 4.8 Hasil Pengamatan

Berat tanah + silinder,W2 (gr) 12927


Berat silinder, W1 (gr) 7060
Berat tanah basah, W7 (gr) 5867
Volume kering rencana, V(cm3) 3394,73

Sumber : Data Olahan Pribadi (2019)


Untuk menghitung berat volume tanah basah (γt). Dapat menggunakan persamaan
4.4.
W7
t =
V
5867
=
3394,73
= 1,72826 gr/cm3
Setelah menghitung volume tanah basah (γt). Langkah selanjutnya mencari
beban atas dan beban bawah, data yang harus diketahui adalah data penurunan
dan data dari pembacaan arloji. Data perununan merupakan data ketetapan saat
praktikum dan data pembacaan arloji merupakan data pengamatan , dapat dilihat
pada tabel 4.9

62
Tabel 4.9 Data Praktikum
PEMBACAAN ARLOJI
PENURUNAN (mm)
BAWAH ATAS
0,0125 55 122
0,025 68 165
0,05 79 232
0,075 95 253
0,1 100 261
0,15 218 275
0,2 230 290
0,3 248 310

Sumber : Data Olahan Pribadi (2019)


Untuk mencari beban atas dan beban bawah dapat menggunakan persamaan 4.6.
Percobaan 1
 Beban Atas
Y = (0,72× X) – 8,5
= (0,72× 122) – 8,5
= 86,99
Keterangan :
X= Pembacaan Arloji Atas
 Beban Bawah
Y = (0,72× X) – 8,5
= (0,72× 55) – 8,5
= 38,7
Selanjutnya perhitungan mengikuti langkah yang sama. Hasil keseluruhan
diberikan pada tabel 4.10

63
Tabel 4.10 Hasil Perhitungan
PEMBACAAN ARLOJI BEBAN BEBAN
PENURUNAN (mm)
BAWAH ATAS BAWAH ATAS
0,0125 55 122 38,75 86,99
0,025 68 165 48,11 117,95
0,05 79 232 56,03 166,19
0,075 95 253 67,55 181,31
0,1 100 261 71,15 187,07
0,15 218 275 156,11 197,15
0,2 230 290 164,75 207,95
0,3 248 310 177,71 222,35
Sumber : Data Olahan Pribadi (2019)
Setelah menghitung beban atas dan bawah maka langkah selanjutnya adalah
menghitung berat air dan berat tanah kering, adapun data pengamatan yang sudah
diketahui saat praktikum berlangsung, dapat dlihat pada tabel 4.11.
Tabel 4.11 Hasil Pengamatan
SEBELUM SESUDAH
DI OVEN DI OVEN
TANAH BASAH + CAWAN, W2 115,9 76,4
TANAH KERING + CAWAN,W3 102,3 71,4
BERAT CAWAN,W1 50,1 50,1

Sumber : Data Olahan Pribadi (2019)


Untuk menghitung berat air dan berat tanah kering dapat menggunakan persamaan
4.11 dan 4.12.
 Berat air sebelum
W4 = W2-W3
= 115,9-102,3
= 13,6
 Berat air sesudah
W4 = W2-W3
= 76,4 – 71,4
=5
 Berat tanah kering sebelum

64
W5 = W3-W1
= 102,3 – 50,1
= 57,8
W5 = W3-W1
= 66,4 – 50,1
= 26,9
Setelah mengetahui nilai berat air dan tanah kering maka data tersebut akan
kita gunakan untuk langkah selanjutnya yaitu menghitung kadar air. Untuk
menghitung kadar air (Wc) dapat menggunakan persamaan 4.14.
 Kadar air sebelum
w4
Wc = x 100%
w5
13,6
= x 100%
57,8
= 26,053 %
 Kadar air sesudah
w4
Wc = x 100%
w5
5
= x 100%
26,9
= 23,474 %
Setelah menghitung Kadar air sebelum dan sesudah maka langkah
selanjutnya adalah mencari nilai CBR. Untuk mencari nilai CBR data yang harus
diketahui adalah nilai dari beban atas dan beban bawah dari penurunan 0,1 dan
0,2. Nilai tersebut diberikan pada tabel 4.12.
Tabel 4.12 Hasil Pengamatan

BEBAN BEBAN
PENURUNAN (mm)
ATAS BAWAH
0,1 71,15 187,07
0,2 164,75 207,95

Sumber : Data Olahan Pribadi (2019)

65
Untuk mencari nilai CBR dapat menggunakan persamaan 4.8 Dan 4.9
 Penurunan 0,1”
Atas =Beban Atas Pada Penetrasi 0.1 } over {3000} ×100 ¿
71,15
= ×100 %
3000
= 2,37 %
Bawah =Beban Bawah Pada Penetrasi 0.1 } over {3000} ×100 ¿
187,07
= ×100 %
3000
= 6,23 %
 Penurunan 0,2”
Atas =Beban Atas Pada Penetrasi 0.1} over {3000} ×100 ¿
164,75
= ×100 %
3000
= 3,66 %
Bawah =Beban Bawah Pada Penetrasi 0.2 } over {3000} ×100 ¿
207,95
= ×100 %
3000
= 4,62 %
Dari data pada tabel 4.10. maka dapat dibuat grafik hubungan antara penurunan
dan beban seperti yang ditunjukkan Gambar 4.11. sebagai berikut :

250

200
Penurunan (mm)

150

100

50

0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35
beban atas beban bawah

Gambar 4.19. Grafik Hubungan Penurunan dan Beban


Sumber : Hasil Praktikum (2019)

66
B. AnalisaPraktikum
Karena nilai CBR ada 2 yaitu pada penurunan 0,1” dan 0,2”, maka yang
diambil adalah penurunan 0,1” yaitu nilai atas dan bawah. Dengan begitu nilai
CBR design adalah (2,37 +6,23)/2 = 4,3 %, karena nilai CBR design kurang dari
6% maka tersebut termasuk tanah lunak.
Untuk menentukan jenis tanah maka berdasarkan tabel 4.1 nilai CBR design
berada pada peringkat umum 3-7 yaitu tanah jelek, untuk sistem klasifikasi
menurut AASHTO tanah termasuk golongan A4,A5, A6, A7 dan menurut
UNIFIED tanah termasuk golongan OH, CH, MH, OL.

67
4.5. Kesimpulan
4.5.1Standart Proctor Test
Dari percobaan Proctor, data pengujia maksimum yang telah didapatkan yaitu
kadar air optimum dengan nilai 25,565 % dan berat volume kering maksimum
dengan nilai 1,39827 gr/cm3, karena data kadar air dan berat volume kering tidak ada
dalam grafik yang dihasilkan pada gambar 4.2, maka dapat disimpulkan bahwa tanah
yang di uji tidak bisa diklarifikasi.
4.5.2California Bearing Ratio
 Dari percobaan CBR diperoleh nilai CBR design 4,3 %, karena nilainya kurang
dari 6% maka tersebut termasuk tanah lunak
 Berdasarkan Tabel 4.1 Klasifikasi Tanah Berdasarkan CBR, nilai CBR design
berada diantara 3 – 7, maka nilai CBR termasuk tanah yang jelek , untuk
klasifikasi menurut AASHTO tanah termasuk golongan A4,A5, A6, A7 dan
klasifikasi menurut UNIFIED tanah termasuk golongan OH, CH, MH, OL.
Maka dapat disimpulkan tanah tidak layak untuk digunakan.

68

Anda mungkin juga menyukai