Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
SEMESTER V (LIMA)
OLEH :
DOSEN PENGAMPU
SUTINI, M.Si
FAKULTAS TARBIYAH
A. Transformasi
Definisi :
Suatu trnsformasi bidang adalah fungsi satu-satu dari bidang onto bidang.
Contoh :
Pilihlah pada bidang euclides V suatu sistem Ortogonal. T adalah
padanan yang mengaitkan setiap titikP dengan P' yang letaknya satu
satuan dari P dengan arah sumbu X yang positif. Selidiki apakah T
suatu transformasi !!
Jawab : Y
P P'
0 X
2
x' = x - 1
Atau
y' = y
jelas T (x-1, y) = ((x-1) + 1, y) = (x,y)
oleh karena x', y' selalu ada, untuk segala nilai x, y maka B selalu
ada sehingga
T(B) = A
Karena A sembarang, maka setiap titik di V memiiki prapeta yang berarti
bahwa T surjektif.
2). Andaikan P (x1, y1) dan Q (x2, y2)
dengan P ≠ Q Apakah T (P) ≠ T (Q)?
Di sini T (P) = (x 1 + 1, y1) dan T (Q) = (x 2 + 1, y2)
Kalau T (P) = T (Q), maka (x 1 + 1, y1) = (x2 + 1,
y2 )
Jadi x1 + 1 = x2 + 1 dan y1 = y2 , ini berarti x1 = x2 dan y1 = y2. Jadi P = Q.
Ini berlawanan dengan yang diketahui bahwa P ≠ Q. Jadi haruslah T (P)
≠ T (Q).
Dengan demikian, ternyata bahwa T injektif dan T adalah padanan yang
bijektif. Jai T suatu transformasi dari V ke V.
Hasil kali transformasi (Komposisi
Transformasi) Definisi :
Definisi
Suatu transformasi T adalah isometri jika dan hanya jika untuk setiap
pasangan titik-titik P dan Q,
P' Q' = PQ
Dengan P' = T (P) dan Q' = T (Q)
Perlu diperhatikan bahwa definisi ini tidak memerlukan PP' = QQ'.
Dengan kata lain, dalam isometri tidak memerlukan sifat
mempertahankan
jarak antara suatu titik dengan bayangannya (petanya).
Contoh :
Asumsi bahwa sebuah sistem koordinat membangun sebuah budang
(datar). Daqn pemetaan T didefinisikan untuk suatu titik P (x,y) oleh
:
T (P) = P'
= (x,-y)
Dengan bekal pengetahuan terdahulu, dapat dibuktikan bahwa T suatu
transformasi menunjukkan T suatu isometri, ambil sepasang titik A' (a 1,-
a2) dan B' (b1,-b2), kemudian buktikan bahwa A' B' = AB.
Y A (a1,a2)
B (b1,b2)
x
B' (b1,-b2)
A' (a1,-a2)
diperoleh
( a :−
A' bB'1)+
1
= ( − a1 − (−2 b 2))
2
= ( a1 − 1b 2)+ ( b2 − a2 )2
= ( a1 − b1 )2+ ( a2 − b2 )2
= ( a1 − b1 )2+ ( a2 − b2 )2
= AB
Karena itu, T adalah isometri.
Teorema 1 :
B B'
A A'
g h
Ambil A ∈ g dan B ∈ g. Maka A' = T (A) ∈ h, B' = T (B) ∈ h ; melalui
A' dan B' ada satu garis, misalnya h'.
Akan kita buktikan h' = h.
Untuk ini akan dibuktikan h' ⊂ h dan h⊂h'
(i) Bukti h' ⊂ h
Ambil X' ∈ h'. Oleh karena bidang kita adalah bidang
euclides,kita andaikan (A', X', B'), artinya A' X' + X' B' = A' B'.
Oleh karena T suatu isometri. Jadi sutu transformasi maka ada X
sehingga T (X) = X' dan oleh karena T suatu isometri maka AX = A'
X' ; begitu pula XB = X' B'. Jadi
pula AX + XB = AB.
Ini berarti bahwa A, X, B segaris pada
g. Ini berarti lagi bahwa X' = T (X) ∈
h.
Sehingga h' ⊂ h sebab buti serupa berlaku untuk posisi X' dengan (X',
A', B') atau (A', B', X').
(ii)Bukti h ⊂ h'
Ada lagi Y' ∈
h
Maka ada Y ∈ g sehingga T (Y) = Y' dengan Y misalnya (A Y B),
artinya Y V g dan AY + YB = AB. Oleh karena T suatu isometri
maka A' Y' = AY, Y' B' = YB, dan A' B' = AB.
Sehingga A' Y' + B' Y' = A' B'. Ini berarti bahwa A', Y', B' segaris,
yaitu garis yang melewati A' dan B'.
Oleh karena h' satu-satunya garis yang melalui A' dan B' maka Y' ∈
h'. Jadi haruslah h ⊂h'.
Bukti serupa berlaku pada keadaan (Y A B) atau (A B Y). Sehingga h =
h'. Jadi kalau g sebuah garis maka h = T (g) adalah sebuah garis.
b). Ambil sebuah < ABC
A A'
B C B' C'
Andaikan A' = T (A), B' = T (B), C' = T (C)
Menurut (a), maka A' B' dan B' C' adalah garis
lurus.
Oleh karena < ABC = BA ∪ BC maka < A'
B' C' = B' A' ∪ B' C'
sedangkan A' B' = AB,
B' C' = BC, C' A' = CA.
Sehingga ABC ≅ A' B' C'. Jadi < A' B' C' = < ABC.
Sehingga suatu isometri dapat mengawetkan besarnya suatu
sudut.
c).
a b a' b'
0 RQ X
P
Garis h' akan melalui titik potong pada h dan g misalnya R, sebab Mg (R)
= R.
Jelas bahwa R = (1, -1) : h akan pula melalui Q' = Mg (Q).
Oleh karena Q = (3/2, 0) maka Q' = (0, -3/2).
Dengan demikian persamaan h' adalah :
h' = { (x, y) │x – 2y – 3 = 0 }
Isometri Langsung dan Isometri
Lawan Definisi :
Misalkan (P,Q,R) adalah ganda tiga titik yang tidak kolinier (tak
segaris). Apabila urutan perputaran P,Q,R sesuai dengan perputaran jarum
jam, maka P,Q,R disebut memiliki orientasi negatif. Sedangkan apabila
urutan perputaran P,Q,R berlawanan dengan perputaran jarum jam
maka, P,Q,R disebut memiliki orientasi positif.
Definisi :
Isometri lawan
Q R'
D PQR berlawanan dengan jarum jam (+) sedangkan D P'Q'R' searah
dengan jarum jam (-).
Isometri langsung
Q R P' Q'
D PQR berlawanan dengan jarum jam (+) sedangkan D P'Q'R' tetap
berlawanan dengan jarum jam (+).
Sifat yang penting dalam geometri transformasi ialah :
• Setiap refleksi (pencerminan) pada garis adalah suatu isometri lawan.
• Akan tetapi tidak setiap isometri adalah isometri lawan, ini
dapat di lihat pada gambar di atas yaitu rotasi (perputaran)
adalah sebuah isometri langsung.
• Setiap isometri adalah sebuah isometri langsung atau sebuah
isometri lawan.
C. Involusi
Teorema :
Invers dari setiap refleksi garis adalah refleksi garis itu sendiri.
Suatu transformasi yang inversnya adalah transformasi itu sendiri
dinamakan involusi. Berdasarkan penjelasan di atas, jelas bahwa
refleksi garis adalah suatu involusi.
Bukti :
Terdapat dua transformasi T dan I serta komposisi TL. Berdasarkan
pengetahuan yag lalu maka dapat dinyatakan
(TL)-1 = L-1 T-1
Maka (TL) = (L-1 T-1) = [(TL)L-1] T-1
= [T(LI-1)] T-1
= [TI] T-1
= TT-1
=I
Dengan cara yang sama
diperoleh (L-1T-1) (TL) = I
D. Kolineasi
Definisi : Sebuah transformasi T yang bersifat bahwa sebuah garis petanya
juga garis dinamakan kolineasi.
Oleh karena suatu refleksi adalah suatu kolineasi maka setengah putaran
juga suatu kolineasi. Ini tidak mengherankan sebab setiap isometri
adalah suatu kolineasi.
Suatu transformasi disebut kolineasi jika hasil transformasi sebuah garis
(lurus) akan berupa garis lagi.
Jadi, jika g adalah garis maka T adalah kolineasi jika T( g) berupa
garis, yaitu himpunan titik P ’ = T( P ) dengan P terletak pada g .
Contoh :
1. f( x) = xdengan x > 0
2
Rumus transformasinya :
y = x2
= x
x'
2
y'
x
Rumus transformasinya
x' x
= .
y' x + 1
x' x
z = x + 2 y y' = y
Y x + 2 y
z '
O Gambar di samping
X
memperlihatkan bahwa hasil
transformasi bidang XOY
juga
berupa bidang datar ( z = x
+ 2 y).
Bisa dikatakan, setiap garis pada bidang XOY ditransformasikan menjadi
garis yang menyusun bidang z = x + 2 y. Maka, f ( x ,y) = x + 2 y
merupakan transformasi kolineasi.
1. Setengah Putaran
Sifat
Definisi :
Sebuah setengah putaran pada suatu titik A adalah suatu padanan S A
yang didefinisikan untuk setiap titik pada bidang sebagai berikut :
PP' 2) SA (A) = A
Teorema 7.1 : Andaikan A sebuah titik dan g dan h dua garis tegak lurus yang
berpotongan di A. Maka SA = MgMh.
Bukti :
Oleh karena g ┴ h , maka kita dapat membuat sebuah sistem sumbu
orthogonal dengan g sebagai sumbu X dan h sebagai sumbu Y.
g
P" (-x,-y) h
Jika P = A maka
Sedangkan SA (A) = A . Jadi MgMh (A) = SA (A) sehingga untuk setiap P pada
bidang berlaku
Teorema 7.2 : Jika g dan h dua garis yang tegak lurus maka M gMh = MhMg.
MgMh = SA
Bukti :
Andaikan g dan h dua garis yang tegak lurus maka M gMh = SA
dengan A titik potong antara g dan h .
2. Geseran (Translasi)
Teorema 10.1 :
Andaikan g dan h dua garis yang sejajar. Apabila ada dua titik
A dan B maka AA" = BB" dengan A" = MhMg (A) dan B" = MhMg
(B) .
Bukti : Kita pilih sebuah sistem koordinat dengan misalnya g sebagai sumbu y
dan sebuah garis tegak lurus pada g , sebagai sumbu x
y
A A"
N
B B"
apabila P = (x,y) dan P' = Mh (P) maka PP' memotong h disebuah titik Q (k,y)
dengan Q sebagai titik tengah PP' , jadi P' = Mh (P) = (2k – x, y) sedangkan
Mg (P) = (-x,y).
Jadi MhMg (P) = MhMg (P) = Mh [(-x,y)] = (2k +
N = (2k + a1) + b1 a2 + b2
2 2
Jadi setiap ruas garis berarah, dengan pangkal sebuah titik dan berakhir di titik
petanya oleh MhMg adalah ekivalen dengan setiap ruas garis berarah
seperti di atas. Jadi hasil transformasi Mhmg adalah seakan – akan kita
menggeser setiap titik sejauh jarak yang sama dan searah. Transformasi
demikian dinamakan translasi (geseran).
Definisi : Suatu padanan G dinamakan suatu geseran apabila ada ruas garis
berarah AB sehingga setiap titik P pada bidang menjadi P' dengan G(P) = P'
dan PP' = AB .
Bukti :
Andaikan P sebuah titik sebarang. Jika P' = G AB (P) dan P" =
MhMg (P), maka harus dibuktikan bahwa P' = P"
C"
D B P"
A
P g
Menurut ketentuan geseran, PP' = AB. Oleh karena AB = 2 CD, maka PP' = 2 CD.
Berhubung C" = M hMg (C) , C є g , maka C" = M h (C) .
Jadi D adalah titik tengah CC" sehingga CC" = 2 CD . Oleh karena CC" = PP"
(teorema 10.1), maka PP" = 2 CD = PP' .
Ini berarti bahwa P' = P" jadi GAB (P) =
MhMg.
Catatan :
2 ) Jika AB sebuah garis dan M titik tengah AB sedangkan g , h dan n tiga garis
masing – masing tegak lurus di A , di M dan di B pada AB maka G AB = MhMg
= MnMh.
g h n
A
M B
3 ) Oleh karena setiap geseran dapat ditulis sebagai hasil kali dua reflexi
sedangkan suatu reflexi adalah suatu transformasi maka suatu geseran adalah
suatu transformasi yang merupakan isometri pula karena suatu reflexi adalah
suatu isometri. Lagi pula suatu isometri langsung sebab setiap reflexi adalah
suatu isometri lawan.
Teorema 10.4 : Jika GAB sebuah geseran maka (GAB)-1 = GBA
Bukti : Oleh karena himpunan isometri – isometri merupakan grup bagian
dari grup transformasi – transformasi, maka setiap geseran memiliki balikan
(GAB)-1
Sedangkan
GAB = MhMn =
MgMh Sehingga
Jadi
(GAB)-1 = GAB
Teorema 10.5 : Jika GAB sebuah geseran sedangkan C dan D adalah dua titik
sehingga AB = 2 CD
D
C
A m
K
Jadi :
Atau
SDSC = Mm I Mk = MmMk
GAB = SDSC
Contoh : Jika A = (3,-1) , B = (1,7) dan C = (4,2) adalah titik – titik yang
diketahui, tentukan sebuah titik D sehingga G AB = SDSC
CE = 2 CD
Jadi AB = 2 CD
Menurut teorema 10.5 diperoleh GAB = SDSC maka titik D yang dicari adalah (3,6)
A B
D C
Gambar 10.6
AX Jadi SC SB SA = SD sehingga BC = AD
Perhatikan dua geseran GAB dan GBC , maka GBC (A) = B, dan GBC
(B) = C, sehingga dapat kita tulis bahwa G BC GAB (A) = C
(gambar 10.7).
Apabila E titik sebarang, maka GAB (E) = E ' dengan EE ' = AB sedangkan (E
") = E "
A P R C E E"
GAB = GAC
Hal ini dapat juga dilihat sebagai berikut dengan menggunakan teorema 10.6 :
Sehingga
Jadi
GBC GAB = GAC
Teorema 10.7
Hasil kali dua translasi adalah sebuah translasi.
B E’
A gb.1 C E gb.2 E”
GAB (A) = B
= C EE’ = AB
EE” = BC
digeser GAB (E) = E’
Catatan :
Apabila
Teorema 10.8
Jika sebuah translasi yang ditentukan oleh titik-titik dan A(a,b) dan T
transformasi yang didefinisikan untuk semua titik P (x,y) sebagai
Bukti:
Jadi .
Ini berarti
Ini berarti bahwa adalah translasi yang membawa titik 0(0,0) ke titik
(a+c,b+d)
A. REFLEKSI
Pencerminan terhadap garis g disimpulkan M(g), garis g disebut sumbu
pencerminan. Jika titik A di luar garis g maka A' dapat diperoleh
dengan menarik garis tegak lurus g sedemikian hingga jarak A ke sumbu
pencerminan sama dengan jarak peta ke sumbu pencerminan.
P
AP = A'P .
A'
I. Sifat-sifat Refleksi
Definisi :
• Andaikan x' ∉ s
Dari sifat geometri ada x ∈ V sehingga S menjadi sumbu
ruas xx' ini berarti bahwa Ms (x) = x'. Artinya, setiap x'
memiliki prapeta. Jadi M adalah subjektif.
P' B
P Q
g
P" B'
A'
AP' = A'P"
BP' = B'P"
Karena A dan B sebarang R 2 dan berlaku AB = A' B' maka refleksi
merupakan isometric.
MhMg Bukti :
y
p (x,
y)
gh
''
x
p" (-x,
-y) p' (x,
-y)
= SA
Andaikan g dan h dua garis yang sejajar. Apabila dua titik A dan B
maka AA" = BB" dengan A" = MhMg(A) dan B" = MnMg (B).
Bukti :
y
A A"
N
B
B"
x
0
g h
+ b1 a 2 + b
Sedangkan SN(A) = 2 2k + a1 − a1 ,2 − a 2
2
2
2 2
Jika s dan t dua garis yang tidak tegak lurus dan yang berpotongan di A
dan jika sudut antara garis s ke garis t adalah 1/2 φ , maka R Aφ =
MtMs
k'
t
A k s
Andaikan sebuah titik P ≠ A dan titik K ≠ A pada s. Andaikan k' =
MtMs (K) maka m ( KAK') = 2 x ½ φ = φ
PAP') = φ
B. ROTASI
Suatu rotasi dengan pusat P dan sudut rotasi α, adalah sebuah transformasi
titik pada R 2 ditransformasikan ke titik A1 dan ∠ A1PA = α
A1
α
P A
Dengan demikian untuk dapat melakukan putaran harus ada atau ditentukan
dulu sebuah titik sebagai pusat putaran dan sebuah sudut sebagai sudut
putaran. Jika arah putar A ke A' berlawanan dengan putaran jarum jam, α
diberi tanda positif dan sebaliknya negatif.
I. Sifat-sifat Rotasi
1. Teorema 4.1
Suatu rotasi merupakan isometri
A'
B' B
α α
P A
s) Akibatnya AB = A1B1
Misal diketahui R 1(P, α1) dan R 2(P, α2) sedang R 1(A) = A1 dan
R 2(A') = A", Rotasi R 1 diteruskan R 2 dari titik A ditulis :
R 2(R1 (A)) = A" atau (R 2, R1 ) (A) =
A"
A"
A'
α2
α1
A
P
2. Teorema 4.2
Jika R 1 dan R 2 suatu rotasi dengan pusat sama maka untuk setiap titik
A ∈ R 2 berlaku (R 2, R1 ) (A) = (R1 , R2 ) (A)
Bukti : A'
A"
A' A"'
α α1
1
α α
1 1
P A P A
def R 2
T(X) y
L
g
Gambar 5.1.
T(X)
L
g >
T[Mh(X)]
>
Mh(X)
Mh [T(X)]
Gambar 5.2