Anda di halaman 1dari 45

GEOMETRI TRANSFORMASI

SEMESTER V (LIMA)

OLEH :
DOSEN PENGAMPU
SUTINI, M.Si

FAKULTAS TARBIYAH

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA


PEMBAHASAN

A. Transformasi

Definisi :

Suatu trnsformasi bidang adalah fungsi satu-satu dari bidang onto bidang.
Contoh :
Pilihlah pada bidang euclides V suatu sistem Ortogonal. T adalah
padanan yang mengaitkan setiap titikP dengan P' yang letaknya satu
satuan dari P dengan arah sumbu X yang positif. Selidiki apakah T
suatu transformasi !!
Jawab : Y

P P'

0 X

Kalau P = (x,y) maka T (P) = P' dan P' = (x


= 1,y) Jelas aerah asal T adalah seluruh
bidang V.
Kita harus menyelidiki lagi dua hal, yaitu :
1). Apakah T surjektif ?
2). Apakah T injektif ?
Jika A (x,y), pertanyaannya yang harus dijawab ialah apakah A memiliki
 prepeta oleh T ?
Andaikan B = (x', y')
1). Kalau B ini prapeta titik A (x,y) maka haruslah berlaku T
(B) = (x' + 1, y')
Jadi x' + 1 = x, y' = y

2
x' = x - 1
Atau
y' = y
 jelas T (x-1, y) = ((x-1) + 1, y) = (x,y)
oleh karena x', y' selalu ada, untuk segala nilai x, y maka B selalu
ada sehingga
T(B) = A
Karena A sembarang, maka setiap titik di V memiiki prapeta yang berarti
 bahwa T surjektif.
2). Andaikan P (x1, y1) dan Q (x2, y2)
dengan P ≠ Q Apakah T (P) ≠ T (Q)?
Di sini T (P) = (x 1 + 1, y1) dan T (Q) = (x 2 + 1, y2)
Kalau T (P) = T (Q), maka (x 1 + 1, y1) = (x2 + 1,
y2 )
Jadi x1 + 1 = x2 + 1 dan y1 = y2 , ini berarti x1 = x2 dan y1 = y2. Jadi P = Q.
Ini berlawanan dengan yang diketahui bahwa P ≠ Q. Jadi haruslah T (P)
≠ T (Q).
Dengan demikian, ternyata bahwa T injektif dan T adalah padanan yang
 bijektif. Jai T suatu transformasi dari V ke V.
Hasil kali transformasi (Komposisi

Transformasi) Definisi :

Misalkan ada dua transformasi T 1dan T 2 maka komposisi dari T 1 dan


T 2 merupakan suatu transformasi, ditulis dengan notasi T1 o T 2
ditetapkan sebagai :
(T 1 o T 2 ) (R) = T 1 [T 2 (R)], " RÎn .
Untuk membuktikan transformasi ini yang harus ditunjukkan adalah :
1. T 1 o T 2 fungsi dari n ke n
Karena T 2 suatu transformasi maka T 2 merupakan fungsi dari n ke n ,
sehingga prapeta dari T 1 o T 2 = prapeta dari T 2.
Ambil x În sebarang, karena T 2 transformasi berarti ada y În sehingga
T 2 (x)= y dan T 1 juga merupakan transformasi berarti ada z În
sehingga T 1 (y) = z.\ z =T 1 (y), y =T 2 (x)
z =T 1 [T 2 (x)]=(T 1 o T 2 )(x)
Jadi " xÎn nilai dari (T 1 o T 2 )(x) adalah z În . Akibatnya transformasi
ini dikatakan sebagai fungsi dari n ke n
2. T 1 o T 2 fungsi bijektif :
a) T 1 o T 2 fungsi kepada
ambil z În karena T 1 transformasi maka T 1 fungsi kepada,
akibatnya ada y În sehingga T 1 (y)= z dan karena T 2 juga
transformasi maka T 2 juga fungsi kepada, akibatnya y În
sehingga T 2 (x)= y . Jadi, untuk z În sebarang ada x În sehingga
z= T 1 (y)= T 1 [T 2 (x)] =(T 1 o T 2 )(x). \" În mempunyai prapeta oleh T
1 o T 2 akibatnya T 1 o T 2 suatu fungsi kepada.
 b) T 1 o T 2 fungsi satu – satu
ambil x,y În sehingga (T 1 o T 2 )(x)=(T 1 o T 2 )(y) maka
T 1 [T 2 (x)]=T 1 [T 2 (y)] dari hubungan ini didapat T 2 (x)=T 2 (y)® x =
y. karena T1 o T 2 fungsi satu – satu dan kepada
Maka T 1 o T 2 suatu fungsi bijektif.
Kesimpulan : dari uraian di atas maka T 1o T 2 suatu transformasi.
B. Isometri

Definisi

Suatu transformasi T adalah isometri jika dan hanya jika untuk setiap
 pasangan titik-titik P dan Q,
P' Q' = PQ
Dengan P' = T (P) dan Q' = T (Q)
Perlu diperhatikan bahwa definisi ini tidak memerlukan PP' = QQ'.
Dengan kata lain, dalam isometri tidak memerlukan sifat
mempertahankan
 jarak antara suatu titik dengan bayangannya (petanya).
Contoh :
Asumsi bahwa sebuah sistem koordinat membangun sebuah budang
(datar). Daqn pemetaan T didefinisikan untuk suatu titik P (x,y) oleh
:
T (P) = P'
= (x,-y)
Dengan bekal pengetahuan terdahulu, dapat dibuktikan bahwa T suatu
transformasi menunjukkan T suatu isometri, ambil sepasang titik A' (a 1,-
a2) dan B' (b1,-b2), kemudian buktikan bahwa A' B' = AB.

Y A (a1,a2)

B (b1,b2)

x
B' (b1,-b2)

A' (a1,-a2)

Dengan rumus jarak,

diperoleh
( a :−
A' bB'1)+
1
= ( − a1 − (−2 b 2))
2
= ( a1 − 1b 2)+ ( b2 − a2 )2

= ( a1 − b1 )2+ ( a2 − b2 )2

= ( a1 − b1 )2+ ( a2 − b2 )2

= AB
Karena itu, T adalah isometri.
Teorema 1 :

Setiap Refeksi garis adalah suatu


isometri. Bukti :
Pembuktiannya menggunakan koordinat geometri. Kita ingat bahwa
suatu sistem koordinat dapat dibentuk dengan menggunakan sepasang
garis tegak lurus dalam suatu satuan panjang, serta menetapkan sumbu
x dan y
 positifnya, kita bebas memilih sumbu mana yang akan dijadikan sumbu
refleksi. Dalam hal ini, dipilih sumbu x sebagai garis s – nya,
sedangkan sumbu y menjadi garis yang tegak lurus s.
Teorema 2 :

Sebuah isometri bersifat :


1. Memetakan garis menjadi garis.
2. Mengawetkan besarnya sudut antara dua garis.
3. Mengawatkan kesejajaran dua garis.
Bukti :
a). Andaiakan g sebuah garis dan T suatu isometri.
Kia akan membuktikan bahwa T (g) = h adalah suatu garis juga.

B B'
A A'
g h
Ambil A ∈ g dan B ∈ g. Maka A' = T (A) ∈ h, B' = T (B) ∈ h ; melalui
A' dan B' ada satu garis, misalnya h'.
Akan kita buktikan h' = h.
Untuk ini akan dibuktikan h' ⊂ h dan h⊂h'
(i) Bukti h' ⊂ h
Ambil X' ∈ h'. Oleh karena bidang kita adalah bidang
euclides,kita andaikan (A', X', B'), artinya A' X' + X' B' = A' B'.
Oleh karena T suatu isometri. Jadi sutu transformasi maka ada X
sehingga T (X) = X' dan oleh karena T suatu isometri maka AX = A'
X' ; begitu pula XB = X' B'. Jadi
 pula AX + XB = AB.
Ini berarti bahwa A, X, B segaris pada
g. Ini berarti lagi bahwa X' = T (X) ∈
h.
Sehingga h' ⊂ h sebab buti serupa berlaku untuk posisi X' dengan (X',
A', B') atau (A', B', X').
(ii)Bukti h ⊂ h'
Ada lagi Y' ∈
h
Maka ada Y ∈ g sehingga T (Y) = Y' dengan Y misalnya (A Y B),
artinya Y V g dan AY + YB = AB. Oleh karena T suatu isometri
maka A' Y' = AY, Y' B' = YB, dan A' B' = AB.
Sehingga A' Y' + B' Y' = A' B'. Ini berarti bahwa A', Y', B' segaris,
yaitu garis yang melewati A' dan B'.
Oleh karena h' satu-satunya garis yang melalui A' dan B' maka Y' ∈
h'. Jadi haruslah h ⊂h'.
Bukti serupa berlaku pada keadaan (Y A B) atau (A B Y). Sehingga h =
h'. Jadi kalau g sebuah garis maka h = T (g) adalah sebuah garis.
 b). Ambil sebuah < ABC
A A'
B C B' C'
Andaikan A' = T (A), B' = T (B), C' = T (C)
Menurut (a), maka A' B' dan B' C' adalah garis
lurus.
Oleh karena < ABC = BA ∪ BC maka < A'
B' C' = B' A' ∪ B' C'
sedangkan A' B' = AB,
B' C' = BC, C' A' = CA.
Sehingga ABC ≅ A' B' C'. Jadi < A' B' C' = < ABC.
Sehingga suatu isometri dapat mengawetkan besarnya suatu
sudut.
c).

a b a' b'

Kita harus memperlihatkan a' // b'.


Andaikan a' memotong b' di sebuah titik P'. Jadi P' ∈ a' dan P ∈ b.
Oleh karena T sebuah transformasi maka ada P sehingga T (P) = P'
dengan P ∈ a dan P ∈ b.
Ini bearti bahwa a memotong b di P ; jadi bertentangan dengan yang
diketahui bahwa a // b.
Maka pengandaian bahwa a'memotong b'
salah. Jadi haruslah a' // b'.
Akibat : salah satu akibat dari sifat (b) teorema 1.3 ialah bahwa apabila a ⊥
 b maka T(a) ⊥ T (b) dengan T sebuah isometri.
Contoh : Diketahui garis g ≡ { (x.y)│y = - x }dan h ≡ { (x,y)│y = 2x – 3 }.
Apabila Mg adalah releksi pada garis g, tentukanlah persamaan garis h'
= Mg (h).
Jawab :
Oleh karena g sebuah refleksi pada g jadi suatu isometri, maka menurut
teorema 4.1, h' adalah sebuah garis.
Y

0 RQ X
P

Garis h' akan melalui titik potong pada h dan g misalnya R, sebab Mg (R)
= R.
Jelas bahwa R = (1, -1) : h akan pula melalui Q' = Mg (Q).
Oleh karena Q = (3/2, 0) maka Q' = (0, -3/2).
Dengan demikian persamaan h' adalah :
h' = { (x, y) │x – 2y – 3 = 0 }
Isometri Langsung dan Isometri

Lawan Definisi :

Misalkan (P,Q,R) adalah ganda tiga titik yang tidak kolinier (tak
segaris). Apabila urutan perputaran P,Q,R sesuai dengan perputaran jarum
 jam, maka P,Q,R disebut memiliki orientasi negatif. Sedangkan apabila
urutan perputaran P,Q,R berlawanan dengan perputaran jarum jam
maka, P,Q,R disebut memiliki orientasi positif.
Definisi :

Suatu transformasi T disebut langsung jika dan hanya jika transformasi


itu mempertahankan orientasi.sedangkan transformasi T disebut
transformasi lawan jika dan hanya jika transformasi itu mengubah
orientasi.
Definisi :

Misalkan T suatu transformasi.T disebut mempertahankan orientasi


apabila untuk setiap ganda tiga titik P,Q,R yang tidak kolinear
(tak segaris) orientasinya sama dengan orientasi dari
petanya.sedangkan lainnya disebut mengubah orientasi.

Isometri lawan

misalnya sebuah refleksi (pencerminan)


P R P' Q'

Q R'
D PQR berlawanan dengan jarum jam (+) sedangkan D P'Q'R' searah
dengan jarum jam (-).

Isometri langsung

misalnya suatu rotasi (perputaran)


P R'

Q R P' Q'
D PQR berlawanan dengan jarum jam (+) sedangkan D P'Q'R' tetap
 berlawanan dengan jarum jam (+).
Sifat yang penting dalam geometri transformasi ialah :
• Setiap refleksi (pencerminan) pada garis adalah suatu isometri lawan.
• Akan tetapi tidak setiap isometri adalah isometri lawan, ini
dapat di lihat pada gambar di atas yaitu rotasi (perputaran)
adalah sebuah isometri langsung.
• Setiap isometri adalah sebuah isometri langsung atau sebuah
isometri lawan.

C. Involusi

Teorema :

Invers dari setiap refleksi garis adalah refleksi garis itu sendiri.
Suatu transformasi yang inversnya adalah transformasi itu sendiri
dinamakan involusi. Berdasarkan penjelasan di atas, jelas bahwa
refleksi garis adalah suatu involusi.
Bukti :
Terdapat dua transformasi T dan I serta komposisi TL. Berdasarkan
 pengetahuan yag lalu maka dapat dinyatakan
(TL)-1 = L-1 T-1
Maka (TL) = (L-1 T-1) = [(TL)L-1] T-1
= [T(LI-1)] T-1
= [TI] T-1
= TT-1
=I
Dengan cara yang sama
diperoleh (L-1T-1) (TL) = I

D. Kolineasi
Definisi : Sebuah transformasi T yang bersifat bahwa sebuah garis petanya
 juga garis dinamakan kolineasi.
Oleh karena suatu refleksi adalah suatu kolineasi maka setengah putaran
 juga suatu kolineasi. Ini tidak mengherankan sebab setiap isometri
adalah suatu kolineasi.
Suatu transformasi disebut kolineasi jika hasil transformasi sebuah garis
(lurus) akan berupa garis lagi.
Jadi, jika  g  adalah garis maka T adalah kolineasi jika T( g)  berupa
garis, yaitu himpunan titik P  ’ = T( P  ) dengan P  terletak pada g  .
Contoh :
1. f( x) = xdengan x > 0
2

Fungsi di atas dapat dipandang sebagai transformasi dengan


domain sumbu  X  positif yang berupa garis lurus, dan hasil
transformasinya berupa kurva y = x2.

 f  ( x) bisa dituliskan sebagai


transformasi
T  : ( x,0)→( x  ,x )
2

Rumus transformasinya :
 y = x2

 =   x 
  x'  
 2 
  y'  
  x  

O  X  Gambar di samping memperlihatkan


 bahwa hasil transformasi garis
lurus (sumbu X   positif) adalah
kurva  y = x2 yang tidak berupa garis
lurus.

Maka dapat disimpulkan bahwa T  ( x,0)=( x  ,x2) bukan kolineasi. Atau


fungsi f  ( x) = x2 bukan transformasi kolineasi.
2. f( x) = x +
1 Fungsi itu dapat dinyatakan

sebagai transformasi T  :
 y = x + 1 ( x,0)
1 →( x  ,x + 1), yaitu
mentransformasikan garis lurus
-1O  X 
(sumbu X  ) menjadi garis y = x +
1.

Rumus transformasinya

  x'     x  
 =   .
  y'    x + 1 

Gambar di samping memperlihatkan bahwa hasil transformasi garis


lurus (sumbu  X  ) juga berupa garis lurus ( y =  x + 1). Maka
fungsi  f  ( x) =  x + 1 merupakan transformasi kolineasi.

3. f( x  ,y) = x + 2 y


Bisa dianggap sebagai transformasi T  : ( x, y,0) → ( x, y,  x + 2 y), yaitu
yang mentransformasikan bidang XOY  menjadi bidang z  = x + 2 y.
 Z 
Rumus transformasinya

  x'     x  
   
 z = x + 2 y   y'  =   y
 
Y       x + 2 y  
 z '  

O Gambar di samping
 X 
memperlihatkan bahwa hasil
transformasi bidang  XOY 
juga
 berupa bidang datar ( z  =  x
+ 2 y).
Bisa dikatakan, setiap garis pada bidang XOY ditransformasikan menjadi
garis yang menyusun bidang  z  =  x + 2 y. Maka,  f  ( x  ,y) =  x + 2 y
merupakan transformasi kolineasi.

Diantara kolineasi-kolineasi ini ada yang disebut dilatasi.


Definisi : suatu kolineasi dinamakan suatu dilatasi apabila untuk
setiap garis g berlaku sifat (g) // g. Salah satu contoh adalah setengah
putaran.
PEMBAHASAN

1. Setengah Putaran

1.1 Ketentuan dan

Sifat

Definisi :
Sebuah setengah putaran pada suatu titik A adalah suatu padanan S A
yang didefinisikan untuk setiap titik pada bidang sebagai berikut :

1) Apabila P ≠ A maka S A (P) = P' , sehingga A titik tengah ruas garis

PP' 2) SA (A) = A
Teorema 7.1 : Andaikan A sebuah titik dan g dan h dua garis tegak lurus yang
 berpotongan di A. Maka SA = MgMh.

Bukti :
Oleh karena g  ┴ h , maka kita dapat membuat sebuah sistem sumbu
orthogonal dengan g sebagai sumbu X dan h sebagai sumbu Y.

A dipakai sebagai titik asal. Y

P' (-x ,y) P (x,y )

g
P" (-x,-y) h

Harus dibuktikan bahwa untuk setiap P berlaku S A (P) = MgMh


(P) Andaikan P (x,y) ≠ A dan andaikan pula bahwa S A (P) = P "
(x1,y1).
y1 + y

Oleh karena A titik tengah PP" maka (0,0) = x1 + x


2 2
Sehingga x1 + x = 0 dan y1 + y = 0 atau x1 = -x

dan y1 = -y Jadi SA (P) = P (-x,-y).

Perhatikan sekarang komposisi pencerminan

(MgMh) (P) = Mg [Mh (P) ] = Mg [(-x,y) ] = (-

x,-y) Jadi kalau P ≠ A maka

SA (P) = MgMh (P)

Jika P = A maka

(MgMh) (P) = Sg (A) = A

Sedangkan SA (A) = A . Jadi MgMh (A) = SA (A) sehingga untuk setiap P pada
 bidang berlaku

MgMh (A) = SA (P)

Ini berarti : MgMh = SA

Teorema 7.2 : Jika g dan h dua garis yang tegak lurus maka M gMh = MhMg.

Bukti : Kalau P = A maka


MgMh (A) = Mg (A) =

A Juga MhMg (A) = Mh (A)

= A Sehingga MgMh (A) =

MhMg (A) Untuk P ≠ A maka

MgMh = SA

Selanjutnya MhMg (P) = Mh ( (x,-y) ) = (-x,-y) =

SA (P) Jadi MhMg = SA

Sehingga diperoleh MgMh = MhMg

Teorema 7.3 : Jika SA setengah putaran, maka


A S -1 = SA

Bukti :
Andaikan g dan h dua garis yang tegak lurus maka M gMh = SA
dengan A titik potong antara g dan h .

Jadi (MgMh)-1 = Mh-1 MgA-1 = S -1

Oleh karena Mh -1 = h dan M -1 = maka M = -1


. Menurut teorema 7.2
M M g g
M h g
S A
MhMg = MgMh oleh karena g  ┴ h .

Jadi A-1 = M =S.


S M g h A

teorema 7.4:  jika A = (a,b) dan P(x,y) maka

2. Geseran (Translasi)

2.1 Ketentuan dan Sifat – sifat

Teorema 10.1 :
Andaikan g dan h dua garis yang sejajar. Apabila ada dua titik
A dan B maka AA" = BB" dengan A" = MhMg (A) dan B" = MhMg
(B) .

Bukti : Kita pilih sebuah sistem koordinat dengan misalnya g sebagai sumbu y
dan sebuah garis tegak lurus pada g , sebagai sumbu x
y

A A"
 N

B B"

Andaikan A = (a 1 , a2 ) dan B = (b 1 , b2 ) . Kalau N tengah-tengah ruas garis A"B


maka harus dibuktikan S N (A) = B" . Andaikan persamaan h adalah x = k (k ≠ 0),

apabila P = (x,y) dan P' = Mh (P) maka PP' memotong h disebuah titik Q (k,y)
dengan Q sebagai titik tengah PP' , jadi P' = Mh (P) = (2k – x, y) sedangkan
Mg (P) = (-x,y).
Jadi MhMg (P) = MhMg (P) = Mh [(-x,y)] = (2k +

x,y) Jadi pula A" = MhMg (A) = (2x + a1 , a2 )

B" = MhMg (B) = (2x + b1 , b2

) Oleh karena N titik tengah A"B, maka

 N = (2k + a1) + b1 a2 + b2
2 2

Sedangkan SN (A) = 2 (2k + a1 + a2 a2 + b2


-a1 , 2 -a2
2 2
Atau SN (A) = (2k + b1 , b2 ) =

B" Dengan demikian maka AA" = BB"

Jadi setiap ruas garis berarah, dengan pangkal sebuah titik dan berakhir di titik
 petanya oleh MhMg adalah ekivalen dengan setiap ruas garis berarah
seperti di atas. Jadi hasil transformasi Mhmg adalah seakan – akan kita
menggeser setiap titik sejauh jarak yang sama dan searah. Transformasi
demikian dinamakan translasi (geseran).

Definisi : Suatu padanan G dinamakan suatu geseran apabila ada ruas garis
 berarah AB sehingga setiap titik P pada bidang menjadi P' dengan G(P) = P'
dan PP' = AB .

Setiap ruas garis berarah menentukan sebuah translasi. Kalau AB


suatu garis berarah maka dengan lambing G AB kita maksud sebuah geseran
yang sesuai dengan AB ; nanti akan dibuktikan bahwa suatu geseran
adalah suatu transformasi. Sebelumnya akan dibuktikan teorema berikut :

Teorema 10.2 : Apabila AB = CD maka GAB = GCD


Bukti : Jika X sebarang, maka harus dibuktikan G AB (X) = GCD

(X) Andaikan GAB (X) = X1 dan GCD (X) = X2

Jadi XX1 = AB dan XX2 = CD

Karena AB = CD maka XX 1 = XX2 ini berarti bahwa X1 = X2 sehingga GAB = GCD


Teorema 10.3 :Andaikan g dan h dua garis yang sejajar dan CD sebuah garis
 berarah tegak lurus pada g dan C є g dan D є h .

Apabila AB = 2 CD maka G AB = MhMg .

Bukti :
Andaikan P sebuah titik sebarang. Jika P' = G AB (P) dan P" =
MhMg (P), maka harus dibuktikan bahwa P' = P"

C"

D B P"

A
P g
Menurut ketentuan geseran, PP' = AB. Oleh karena AB = 2 CD, maka PP' = 2 CD.
Berhubung C" = M hMg (C) , C є g , maka C" = M h (C) .

Jadi D adalah titik tengah CC" sehingga CC" = 2 CD . Oleh karena CC" = PP"
(teorema 10.1), maka PP" = 2 CD = PP' .
Ini berarti bahwa P' = P" jadi GAB (P) =

MhMg (P) Karena P sebarang, maka GAB =

MhMg.

Catatan :

1 ) Dari teorema di atas dapat kita simpulkan bahwa setiap geseran G AB


dapat sebagai hasil kali dua reflexi pada dua garis yang tegak lurus
pada AB dan
 berjarak 1/2 AB.

2 ) Jika AB sebuah garis dan M titik tengah AB sedangkan g , h dan n tiga garis
masing – masing tegak lurus di A , di M dan di B pada AB maka G AB = MhMg
= MnMh.

g h n

A
M B

3 ) Oleh karena setiap geseran dapat ditulis sebagai hasil kali dua reflexi
sedangkan suatu reflexi adalah suatu transformasi maka suatu geseran adalah
suatu transformasi yang merupakan isometri pula karena suatu reflexi adalah
suatu isometri. Lagi pula suatu isometri langsung sebab setiap reflexi adalah
suatu isometri lawan.
Teorema 10.4 : Jika GAB sebuah geseran maka (GAB)-1 = GBA
Bukti : Oleh karena himpunan isometri – isometri merupakan grup bagian
dari grup transformasi – transformasi, maka setiap geseran memiliki balikan
(GAB)-1

GAB = MhMg = MnMh.

Sedangkan

GAB = MhMn =

MgMh Sehingga

(GAB)-1 = (MnMh)-1 Mh-1 Mn-1 = MhMn = G BA

Jadi

(GAB)-1 = GAB

2.2 Komposisi Translasi

Teorema 10.5 : Jika GAB sebuah geseran sedangkan C dan D adalah dua titik

sehingga AB = 2 CD

maka GAB = SDSC

Bukti : Andaikan g = CD , k  ┴  g di C , m  ┴ g di G .

D
C
A m

Maka CD ruas garis berarah dari k ke m . Oleh karena AB = 2 CD maka G AB


= MmMk sedangkan S D = MmMg dan SC = MgMk .

Jadi :

SDSC = (MmMg) (MgMk) = Mm (MgMg) Mk

Atau

SDSC = Mm I Mk = MmMk

Dengan demikian maka

GAB = SDSC

Contoh : Jika A = (3,-1) , B = (1,7) dan C = (4,2) adalah titik – titik yang
diketahui, tentukan sebuah titik D sehingga G AB = SDSC

Jawaban : Andaikan E sebuah titik sehingga CE = AB maka

E = (4 + [1 -3] , 2 + [7-(-1)] ) atau E = (2,10)

Apabila D titik tengah CE maka D = (3,6) , sehingga

CE = 2 CD

Jadi AB = 2 CD

Menurut teorema 10.5 diperoleh GAB = SDSC maka titik D yang dicari adalah (3,6)

Teorema 10.6 : Komposit


suatu geseran dan suatu setengah putaran adalah
suatu setengah putaran.
Bukti : Andaikan GAB suatu geseran dan C sebuah titik sebarang.

Andaikan E titik (yang tunggal) sehingga CE = AB. Andaikan D titik tengah


CE maka

CE = 2 CD ; menurut teorema 10.5


GAB = SDSC

Jadi GABSC = (SDSC)SC = SD(SCSC) = SD I = SD maka GABSC = SD

Akibat : Andaikan SA , SB dan SC masing-masing setengah putaran, maka S C SB


SA
=

SD dengan D sebuah titik sehingga AD = BC

Bukti : Kita peroleh berturut-turut : SC SB = G ZBC , jadi SC SCSA

A B

D C

Gambar 10.6

Andaikan G ZBCSA = SX maka 2 BC = 2 AX atau BC =

AX Jadi SC SB SA = SD sehingga BC = AD

Perhatikan dua geseran GAB dan GBC , maka GBC (A) = B, dan GBC
(B) = C, sehingga dapat kita tulis bahwa G BC GAB (A) = C
(gambar 10.7).
Apabila E titik sebarang, maka GAB (E) = E ' dengan EE ' = AB sedangkan (E
") = E "

sehingga E ' E " = BC E'

A P R C E E"

Maka GBC GAB (E) = E " dengan EE " = AC

sehingga GEE ' (E) = E " = GAC (E). jadi GBC

GAB = GAC

Hal ini dapat juga dilihat sebagai berikut dengan menggunakan teorema 10.6 :

Andaikan P, Q dua titik sehingga 2 PQ = AB dan titik R sehngga 2 QR = BC


maka

GAB = SQSP dan GBC = S2SQ Q

Sehingga

GBC GAB = (SRS  Q) (SQSP) = SR SQ

Oleh karena 2 PR = AC maka S R  SP = GAC

Jadi
GBC GAB = GAC

Dengan demikian terbukti teorema berikut :

Teorema 10.7
Hasil kali dua translasi adalah sebuah translasi.

B E’

A gb.1 C E gb.2 E”

GAB (A) = B

GBC(B) = C maka GBCGAB(A)

= C EE’ = AB

EE” = BC

Kemudian ambil sebarang titik E yang

digeser GAB (E) = E’

GBC(E’) = E” maka GBCGAB(E) = E”

Sehingga GEE’(E) = E” jadi GBCGAB(A) = AC

Catatan :

Apabila

Disini adalah transformasi identitas. Jadi kalau maka kalau


dianggap sebagai translasi, teorema di atas tetap
berlaku.

Teorema 10.8

Jika sebuah translasi yang ditentukan oleh titik-titik dan  A(a,b) dan T 
transformasi yang didefinisikan untuk semua titik  P  (x,y) sebagai
Bukti:

Untuk . Andaikan maka


sehingga

Jadi .

Ini berarti

Untuk membuktikan dengan koordinat-koordinat (teorema 10.7) perhatikan dua


translasi .

Andaikan A=(a,b) dan B=(c,d) dua titik sehingga maka


apabila  P(  x,y) titik sebarang, diperoleh dan
maka

Ini berarti bahwa adalah translasi yang membawa titik 0(0,0) ke titik
(a+c,b+d)

A. REFLEKSI
Pencerminan terhadap garis g disimpulkan M(g), garis g disebut sumbu
 pencerminan. Jika titik A di luar garis g maka A' dapat diperoleh
dengan menarik garis tegak lurus g sedemikian hingga jarak A ke sumbu
pencerminan sama dengan jarak peta ke sumbu pencerminan.

P
AP = A'P .

A'
I. Sifat-sifat Refleksi
Definisi :

Suatu pencerminan (refleksi) pada sebuah garis S adalah suatu fungsi M


yang didefinisikan untuk setiap titik pada bidang V sebagai berikut :

1. Jika P ∈ S maka Ms(P) = P


2. Jika P ∉ S maka Ms(P) = P' sehingga garis S adalah sumbu
PP' menjadi tegak lurus
1. Pencerminan merupakan transformasi
a. Dari definisi di atas jelas bahwa daerah asal M adalah seluruh
 bidang V.
b. Ms adalah padanan yang surjektif sebab ambil x' ∈

V. Jika x' ∈ S maka x = x' sebab Ms (x) = x = x'

• Andaikan x' ∉ s
Dari sifat geometri ada x ∈ V sehingga S menjadi sumbu
ruas xx' ini berarti bahwa Ms (x) = x'. Artinya, setiap x'
memiliki prapeta. Jadi M adalah subjektif.

• Andai A = B dengan A ∈ S dan B


∈S Maka A' = Ms(A) = A dan B' =
Ms(B) = B

Jadi A' ≠ B'

Misal A ∈ S maka A' = Ms(A), karena B ∉ S, B' = Ms dengan


B’ ∈ S. Disini pula A' ≠ B' atau Ms(A) ≠ Ms(B) terbukti M
adalah injektif.
Jadi, M adalah sebuah transformasi.

2. Pencerminan merupakan isometric


Bukti : ambil sebarang titik A dan B pada R x

Misal A' dan B' masing-masing merupakan peta A dan B oleh


refleksi F(g).

P' B

P Q
g

P" B'

A'

Buat BP' // PQ P' // PQ


dan P"

Maka BP' = PQ , B'P" = PQ dan AP' =

A'P" Lihat ∆ AP'B dan A'B'P"

AP' = A'P"

BP' = B'P"

∠ AP'B = ∠ A' P" B'

∆ AP'B ≅ ∆ A' B' P" (s sd s)


Akibatnya AB = A' B'

Karena A dan B sebarang R 2 dan berlaku AB = A' B' maka refleksi
merupakan isometric.

II. Sifat-sifat Komposisi Refleksi


1. Hasil kali transformasi yang terdiri atas dua refleksi adalah
suatu setengah putaran dengan pusat titik potong sumbu-sumbu
refleksi apabila sumbu-sumbu ini tegak lurus.
Teorema 7.2

Jika g dan h dua garis yang tegak lurus maka MgMh =

MhMg Bukti :
y

p (x,
y)
gh
''
x

p" (-x,
-y) p' (x,
-y)

Kalau P = A, maka MgMh (A) = Mg(A)

= A Juga Mh Mg (A) = Mh (A) = A

Sehingga MgMh (A) = MhMg

(A) Untuk P ≠ A, maka MgMh

= SA

Selanjutnya MhMg (P) = Mh (x, -y) = (-x, -y) = SA (P)


Jadi MhMg = SA

Sehingga diperoleh MgMh = MhMg

2. Apabila sumbu-sumbu refleksi itu sejajar maka hasil kali


dua refleksi menghasilkan suatu gesekan (translasi)
Teorema 10.1

Andaikan g dan h dua garis yang sejajar. Apabila dua titik A dan B
maka AA" = BB" dengan A" = MhMg(A) dan B" = MnMg (B).

Bukti :

Misal, g sebagai sumbu y dan sebuah garis tegak lurus pada g,


sebagai sumbu x.

y
A A"

N
B
B"
x
0

g h

Andaikan A = (a 1, a2) dan B = (b 1, b2). Kalau N tengah-tengah ruas


garis A"B maka harus dibuktikan S N(A) = B". Andaikan persamaan h
adalah x = k (k ≠ 0), apabila P = (x, y) dan P' = Mh(P) maka PP'
memotong h di sebuah titik Q(k, y) dengan Q sebagai titik PP' ,
tengah
 jadi P' = Mh (P) = (2k-x, y) sedangkan Mg(P) = (-x, y)

Jadi MhMg(P) = MhMg(P) = Mh [(-x,y)] = (2kx, y)

Jadi pula A" = MhMg(A) = (2x + a 1, a2)

B" = MhMg(B) = (2x + b 1, b2)

Oleh karena N titik tengah A"B , maka

 ( 2k + a 1 +  b1  a +  b2


 N = )
 2
,
 2  2

+  b1   a 2 +  b
Sedangkan SN(A) = 2 2k  + a1 − a1 ,2 − a 2
2 
2

 2   2 

atau S N(A) = (2k + b1, b2) = B"

Dengan demikian maka AA" BB"


=

3. Hasil kali dua refleksi yang sumbu-sumbunya tidak tegak lurus


dan tidak pula sejajar menghasilkan suatu putaran (rotasi) dengan
titik
 potong kedua garis itu sebagai pusat.
Teorema 11.2

Jika s dan t dua garis yang tidak tegak lurus dan yang berpotongan di A
dan jika sudut antara garis s ke garis t adalah 1/2 φ , maka R Aφ =
MtMs
k'
t

A k s
Andaikan sebuah titik P ≠ A dan titik K  ≠ A pada s. Andaikan k' =
MtMs (K) maka m ( KAK') = 2 x ½ φ = φ

Jika P' = MtMs(P) maka menurut teorema 11.1 m (

PAP') = m ( KAK'), sehingga m (

PAP') = φ

Berhubung A' = MtMs(A) = A dan berhubung MtMs sebuah isometri


maka P'A' = PA atau PA = P'A'. Menurut ketentuan maka M tMs = R Aφ .

B. ROTASI

Suatu rotasi dengan pusat P dan sudut rotasi α, adalah sebuah transformasi
titik pada R 2 ditransformasikan ke titik A1 dan ∠ A1PA = α

A1

α
P A

Dengan demikian untuk dapat melakukan putaran harus ada atau ditentukan
dulu sebuah titik sebagai pusat putaran dan sebuah sudut sebagai sudut
 putaran. Jika arah putar A ke A' berlawanan dengan putaran jarum jam, α
diberi tanda positif dan sebaliknya negatif.

Dari pengertian rotasi di atas jelaslah

bahwa : J (P, A) = J (P, A')

Rotasi pusat P dan sudut α ditulis R (P, α)

I. Sifat-sifat Rotasi
1. Teorema 4.1
Suatu rotasi merupakan isometri

Bukti : Ambil sebarang titik A dan B di R 2

Misal oleh rotasi R(P,α) ; R(A) = A1 dan R(B) =

B2 J (P,A) = J (P, A 1 dan J) P, B) = J (P, B 1)

Lihat ∆PAB dan ∆PA1B1

PA = PA1 dan PB = PB1

∠ APA1 = ∠ BPB1 = α ∠ B1PA1 = α - ∠ A1PB ∠ BPA = α - ∠ A1PB

Jadi ∠ B1PA1 = ∠ BPA

A'

B' B

α α
P A

Jadi ∆PAB = ∆PAB1 (s, sd,

s) Akibatnya AB = A1B1

Hal ini berlaku untuk setiap titik A ≠ B di

R 2 Jadi rotasi adalah sebuah isometri

Misal diketahui R 1(P, α1) dan R 2(P, α2) sedang R 1(A) = A1 dan
R 2(A') = A", Rotasi R 1 diteruskan R 2 dari titik A ditulis :
R 2(R1 (A)) = A" atau (R 2, R1 ) (A) =
A"

Transformasi R 2, juga merupakan rotasi dengan pusat P dan sudut


R1 
 putar α1 + α2

A"

A'
α2
α1
A
P

2. Teorema 4.2
Jika R 1 dan R 2 suatu rotasi dengan pusat sama maka untuk setiap titik
A ∈ R 2 berlaku (R 2, R1 ) (A) = (R1 , R2 ) (A)

Bukti : A'
A"
A' A"'

α α1
1
α α
1 1
P A P A

J (P, A) = J (P, AI), def R 1

J (P, AI) = J (P, AII) , def

R 2 J (P, A) = J (P, A III),

def R 2

J (P, AIII) = J (P, AIV), def R 1

Jadi J (P, A) = J (P, AIV)................1)

J (P, A) = J (P, A IV) ................... 2)

Dari 1) dan 2) didapat J (P, A) = J (P, A II) = J (P, AIV)

Jadi, (R 2, R1 ) (A) = (R 1, R 2) (A)


Misal rotasi R 1(P, α) dan R 2(P1, α) dan (R 2, R 1) (A) = A
untuk setiap A ∈ R2 , maka R 2 disebut invers R 2 dan juga R 1

invers R 2 Dengan demikian1 R 2 dan R  -1 2dan R 1 = R -1

A. SIFAT-SIFAT KOMPOSISI REFLEKSI


Definisi : Andaikan F dan G dua transformasi,
dengan F : V V
G : V V
Maka produk atau komposisi dari F dan G yang ditulis sebagai G o F
didefinisikan sebagai
( G o F ) ( P  ) = G [F ( P  )],  P  Є V.

Teorema 5.1 : Jika F : V  V dan G : V  V masing –


masing suatu transformasi, maka hasil kali H = G o F : V 
V adalah juga suatu transformasi.
Bukti :
Untuk ini harus dibuktikan dua hal yaitu : 1) H surjektif, 2) H injektif.
1) Oleh karena F suatu transformasi maka daerah nilai F adalah seluruh bidang
V, dan daerah asal G juga seluruh V sebab G transformasi juga.
Ambil y Є V ; apakah ada x sehingga H(x) = y ?
Karena G transformasi maka untuk setiap y Є V ada z Є V sehingga y
= G(z). Karena F suatu transformasi maka pada z ini ada x Є V
sehingga z = F(x). Maka y = G {F (x)} atau y = ( G o F ) (x). Jadi y =
H(x).
2) Untuk membuktikan bahwa H injektif, harus kita perlihatkan bahwa kalau
P  ≠ Q maka H( P  ) ≠ H(Q ).
Andaikan H( P  ) = H(Q ), maka G [F ( P  )] = G [F(Q )]
Oleh karena G injektif maka F( P  ) = F(Q ), karena F injektif maka
pula  P  = Q. Ini bertentangan dengan pengandaian bahwa  P  ≠ Q.
Jadi permisalan bahwa H( P  ) = H(Q ) tidak benar.
Sehingga haruslah H( P  ) ≠ H(Q ).
Catatan : Dengan jalan yang serupa dapat pula dibuktikan bahwa hasil kali F
o G juga suatu transformasi.
Contoh : Andaikan g sebuah garis dan T sebuah transformasi
T : V  V yang didefinisikan sebagai berikut : Jika X Є g maka
T(X) =
X.
Jika X g maka T(X) adalah titik tengah ruas garis dari X ke g ( gambar
5.1.) yang tegak lurus.
h
X

T(X)  y

L
g

Gambar 5.1.

Jelas T suatu transformasi ( buktikan ). Apakah T suatu isometri? Ambil


kemudian transformasi kedua, misalnya sebagai berikut :
Ambil sebuah garis h  g  dan Mh adalah refleksi pada garis h. Jadi hasil kali
Mh
[T (X)] = Y adalah suatu transformasi pula sehingga Y = ( M h o
T ) (X). Apakah hasil kali ini suatu isometri? Selidiki !
Pada contoh di atas kebetulan M h o T = T o Mh . Untuk membuktikan
ini ambillah pada gambar 5.1. , garis  g  sebagai sumbu X suatu sistem h
dan g  kita ambil sebagai titik asal.

Andaikan X = ( x, y ) maka T(x) = ( x, y ) dan Mh [T (x)] = ( -x, y ).


Selanjutnya perhatikan ( T o M h ) (X) = T [Mh (X)]

Kalau X = ( x, y ) maka Mh(x) = ( -x, y ) dan T [Mh (X)] = ( -x, y


). Oleh karena Mh [T (X)] = T [Mh (X)] maka ( Mh o T ) (X) = ( T
o M h ) (X) Yang berlaku untuk semua X Є V . Jadi M h o T = T o
M h.
Akan tetapi sifat komutatif tersebut tidak selalu berlaku.
Untuk memperlihatkan ini, ambil lagi garis g  dan garis h yang tidak tegak lurus
 pada g  . Lihat gambar 5.2.
X
h

T(X)

L
g >
T[Mh(X)]
>
Mh(X)
Mh [T(X)]
Gambar 5.2

Tampak bahwa Mh [T (X)] ≠ T [Mh (X)]. Jadi Mh o T ≠ T o Mh.


Dari contoh di atas dapat dikatakan bahwa apabila S dan T transformasi
maka S o T ≠ T o S.
Buktikan bahwa memang M h [T (X)] ≠ T [Mh (X)] pada gambar 5.2.
Hasil kali transformasi yang telah dibahas di atas tidak hanya terbatas pada dua
transformasi. Kita dapat menyusun terlebih dahulu hasil kali T 2 o T 1 kemudian
dikalikan dengan T 3. Untuk hasil kali transformasi ini kita tulis sebagai T 3 (T2
T1).

Jadi andaikan  P’  = T1 ( P  ), P’  = T2 ( P’  ). P’’’  = T3


( P’  ) Maka :
[T3 ( T2 T1 )] ( P  ) = T3 [T2 T1( P  )]
= T3 [T2 (T1( P’  )]
= T3 [T2 ( P’  )]
= T3 ( P’  )
= P’’’ 
Kita juga dapat mengalikan sebagai berikut :

Anda mungkin juga menyukai