Kelas : M
Nim : 1218411704
Wabah corona virus yang mematikan atau sering disebut dengan pandemi covid-
19 berawal dari China, Wuhan pada akhir tahun 2019 menyebar ke penjuru dunia
tak terkecuali di Indonesia dan hingga saat ini membunuh lebih dari 207.000
orang di dunia. Hal ini menjadi ancaman serius bagi perekonomian global yang
dapat berujung pada jatuhnya pasar uang dunia sebagai sinyal akan ketakutan
krisis ekonomi (inflasi).
Sentimen lain yang membuat pasar keuangan Asia terpukul adalah kecemasan
terhadap virus Corona.
Untuk memutus rantai penyebaran covid-19 para pemerintah di dunia menerapkan
sistem kebijakan "Great Lockdown" seperti menutup perbatasan, menutup tempat
sekolah, tempat kerja, rumah ibadah, membatasi pertemuan atau kegiatan apapun,
serta memaksa kegiatan ekonomi global terhenti mengakibatkan kerugian bisnis
dalam skala besar.
Hal tersebut mempercepat orang-
orang kehilangan pekerjaan secara
global dan meningkatkan angka
pengangguran. Misalnya di AS
merupakan pusat ekonomi terbesar di
dunia menghasilkan lebih dari
26.000.000 pekerjaan hilang selama
beberapa Minggu terakhir berdasarkan
data dari Biro Statistik Tenaga Kerja.
Tak hanya itu aktivitas perusahaan manufaktur terpuruk karena adanya penurunan
permintaan barang dan beberapa terpaksa tutup sementara.
Januari lalu, dimana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020
baru saja dilaksanakan sejumlah indikator APBN sudah menjadi perdebatan.
Nilai tukar rupiah menguat tajam hingga ke level Rp 13.500 per dolar AS,
cukup jauh dari asumsi makro APBN di level Rp 14.400 per dolar AS. Namun,
tak lama berselang. Pertengahan Maret, pemerintah resmi mengeluarkan
imbauan bekerja dari rumah dan social distancing untuk menekan penyebaran
Covid-19. Rupiah berbalik arah melemah tajam hingga menembus batas
psikologis Rp 16.000 per dolar AS pada akhir Maret.
Di tengah kekhawatiran penurunan volume perdagangan internasional akibat
pandemi Covid-19, putra mahkota Arab Saudi Pangeran Muhammad bin
Salman (MBS) memulai perang harga dengan Rusia yang menyebabkan minyak
dunia terjun bebas dari level 60 dolar AS per barel ke level di bawah 30 dolar AS
per barel. APBN 2020 kembali mendapat tekanan hebat karena pada asumsi
makronya, Indonesian Crude Price (ICP)
yang sangat terpengaruh harga minyak dunia terlanjur dipatok di angka 63 dolar
AS per barel. Artinya, terjadi deviasi asumsi harga minyak mentah lebih dari
50%.
https://www.cnbcindonesia.com/news/20200425223807-4-154461/covid-19-bikin-
ekonomi-dunia-babak-belur-ini-7-buktinya
https://www.cnbcindonesia.com/news/20200425183739-4-154449/ini-7-bukti-covid-
19
-telah-bikin-ekonomi-dunia-hancur-lebur
https://www.cnbcindonesia.com/market/20200127115657-17-132975/virus-corona-
menghajar-pasar-asia-ini-buktinya
https://www.cnbcindonesia.com/20200331104259-14-148681/covid-19-gejolak-
ekonomi-global-dan-fleksibilitas-apbn
https://www.google.com/amp/s/economy.okezone.com/amp/2020/03/28/20/219052
0/komentar-sri-mulyani-soal-dampak-covid-19-ke-ekonomi-ri?espv=1