Anda di halaman 1dari 6

RISMAYANTI SYAMSUL

PO.713203181038
D.III/TK.II
MIKOLOGI PRAKTEK
26 JUNI 2020

IDENTIFIKASI JAMUR ASPERGILLUS SP SECARA KULTUR PADA


SAMPEL DAHAK
Mikosis sistemik atau mikosis dalam merupakan penyakit yang terutama disebabkan oleh
jamur seringkali parah atau mematikan, organisme penyebabnya menyerang jaringan di bawah
kulit atau paru-paru, dari situ lalu dapat menyebar ke organ-organ lain dalam tubuh, kemudian
menetap dan menimbulkan penyakit (Pelczar dan Chan, 2009 : 674).
Penyebab mikosis dalam ialah jamur patogen atau jamur saprofit yang menjadi patogen
karena adanya faktor predisposisi atau terdapat gangguan sistem imun (pasien dalam keadaan
immunocompromissed) (Sjarifuddin dan Susilo dalam Gandahusada, Ilahude, dan Pribadi, 1998 :
296).
Menurut Pelczar dan Chan (2009:674), faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang
menjadi lebih rentan terhadap infeksi jamur sistemik ialah :
1. Adanya penyakit kronis yang melemahkan seperti kanker, diabetes, leukemia, dan TBC.
2. Penggunaan obat-obatan baru seperti antibiotik dan hormon, yang menyebabkan
perubahan metabolisme tubuh atau mengganggu hubungan normal di antara organisme
pada atau dalam tubuh.
3. Luka setempat yang disebabkan oleh kekurangan vitamin, iradiasi, atau faktor lain yang
memungkinkan masuknya jamur ke jaringan sebelah dalam.
Jamur Penyebab Mikosis Paru
1. Jamur patogen sistemik Jamur ini dapat menginvasi dan berkembang pada jaringan host
normal tanpa adanya predisposisi. Prevalensi infeksi jamur patogen sistemik ini lebih
rendah dibandingkan infeksi jamur oportunistik. Menurut Sukamto (2004 : 2), beberapa
jamur patogen yang dapat menginfeksi paru adalah Histoplasmosis, Koksidioidomikosis,
Parakoksidioidomikosis, Blastomikosis, dan Kriptokokosis.
2. Jamur oportunistik Organisme oportunistik artinya dalam keadaan normal sifatnya non
pathogen tetapi dapat berubah menjadi patogen bila keadaan tubuh melemah, dimana
mekanisme pertahanan tubuh terganggu. Menurut Sukamto (2004:2), infeksi jamur paru
yang disebabkan jamur oportunistik adalah kandidiasis dan aspergilosis. Edward Ringel
(2012 : 314) juga menyebutkan bahwa mukormikosis juga termasuk infeksi jamur yang
disebabkan jamur oportunistik.

 Alat-alat :
a. Cawan petri
b. Kaca objek
c. Kaca penutup
d. Ose jarum
e. Batang pengaduk
f. Pipet tetes
g. Api Bunsen
h. Korek api
i. Kompor listrik
j. Labu Erlenmeyer
k. Kapas
l. Mikroskop
m. Autoclave
n. Inkubator

 Bahan :
a. Alkohol 70%
b. KOH 10%
c. Akuades steril
d. Putih telur ayam
e. NaCl 0,9%
f. Lactophenol cotton blue (LPCB)
g. Medium Sabouraud Dextrose Agar (SDA (+))
h. Sputum BTA +/positif

 Persiapan alat dan bahan


a) Pembuatan media Sabouraud Dextrose Agar (SDA (+))
Menurut Mulyati dalam Buku Penuntun Praktikum Mikologi, media yang digunakan
untuk mengisolasi jamur pada sputum adalah medium Sabouraud Dextrose Agar (SDA) dengan
antibiotik kloramfenikol (SDA (+)) dengan komposisi sebagai berikut :
1) Desktrosa atau glukosa: 40 gram
2) Pepton : 10 gram
3) Agar : 12 gram
4) Akuades : 1000 ml
5) Kloramfenikol : 500 mg
Bubuk SDA ditimbang sebanyak 62 gram, dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 1 liter dan
dilarutkan dengan 1 liter aquadest. Larutan kemudian didihkan, setelah itu ke dalam labu
ditambahkan 500 mg antibiotik kloramfenikol dan diaduk hingga merata. Kemudian media yang
sudah jadi ditutup dengan kapas dan disterilkan dalam autoclave selama 15 menit pada suhu
121oC dengan tekanan 1 atmosfer (atm). Medium SDA (+) yang sudah disterilkan dimasukkan
ke dalam cawan petri bersih dan steril sebanyak 15 ml lalu ditutup dan dibiarkan sampai
membeku sehingga terbentuk media agar plate.
b) Pembuatan KOH 10%
1) Kristal Kalium Hidroksida : 10 gram
2) Akuades : 100 ml
Ditimbang 10 gram kristal kalium hidroksida dan dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 500 ml,
kemudian ditambahkan 100 ml aquadest, dicampur hingga merata.
c) Pembuatan Lactophenol cotton blue (LPCB)
Menurut Mulyati (2010 : 45) dalam buku Penuntun Praktikum Mikologi, pembuatan
Lactophenol cotton blue (LPCB) adalah sebagai berikut : Kristal fenol : 20 gram, dilarutkan
dalam penangas Asam laktat : 20 ml Gliserol : 40 ml Akuades : 20 ml Bubuk cotton blue : 0,05
gram Semua bahan dicampurkan di atas uap air panas dengan hati-hati, kemudian ditambahkan
0,05 gram bubuk cotton blue, dicampur hingga merata.
 Cara mengisolasi jamur dari sampel sputum penderita TB paru
a. Pemeriksaan langsung
1) Diambil spesimen sputum secukupnya dengan ose yang telah dipanaskan dan
diletakkan di atas kaca objek.
2) Ditambahkan 1 tetes KOH 10% dan ditutup dengan kaca penutup.
3) Diperiksa sediaan di bawah mikroskop dengan pembesaran 10x40 untuk melihat
adanya elemen jamur.

b. Biakan/kultur
1) Dimasukkan 2 ml sputum ke dalam tabung dan ditambahkan 4 ml NaCl 0,9%,
dihomogenkan.
2) Dipipet 0,1 ml bahan pemeriksaan yang sudah diencerkan tadi ke dalam media SDA (+),
diratakan pada permukaan media.
3) Diinkubasi pada suhu kamar selama 2-7 hari.
4) Diamati pertumbuhan jamur setiap hari dan dihitung koloni jamur yang tumbuh disetiap
cawan petri.
5) Diperiksa koloni jamur yang tumbuh secara makroskopis dan mikroskopis.

c. Identifikasi koloni jamur khamir


Koloni khamir yang tumbuh pada media SDA (+) kemudian diperiksa dengan
cara langsung menggunakan larutan LPCB untuk memberikan warna dan dilakukan
identifikasi Candida sp dengan teknik tes Germ tube.

A. Pemeriksaan langsung
1. Disiapkan kaca objek yang bersih kemudian diberi 1 tetes larutan Lactophenol cotton
blue (LPCB).
2. Kemudian diambil sedikit koloni jamur dengan ose dan diletakkan pada kaca objek
yang telah berisi LPCB.
3. Dibuat suspensi jamur sampai koloni hancur kemudian ditutup dengan kaca penutup.
4. Diperiksa sediaan di bawah mikroskop dengan pembesaran 10x10 untuk mencari
lokasi jamur dan dengan pembesaran 10x40 untuk mengidentifikasi sporulasi yang
terbentuk.

B. Tes Germ tube


1. Diisi tabung dengan putih telur sebanyak 1-2 ml, dimasukkan ke dalam inkubator
pada suhu 37oC selama 15-30 menit.
2. Dikeluarkan media dari inkubator dan siap digunakan.
3. Diambil sedikit koloni Candida dengan ose jarum yang sudah dipanaskan di api
bunsen kemudian dimasukkan ke dalam media cair dan diinkubasi pada suhu 37oC
selama 2-3 jam.
4. Dikeluarkan media tersebut dari inkubator.
5. Diambil larutan media dengan pipet atau ose dan diletakkan di atas kaca objek
kemudian ditutup dengan kaca penutup.
6. Diperiksa sediaan di bawah mikroskop dengan pembesaran 10x10 dan 10x40.

C. Identifikasi koloni jamur kapang


1. Koloni kapang yang tumbuh pada media SDA (+) kemudian diperiksa dengan cara
langsung menggunakan larutan LPCB untuk memberikan warna dan dengan
penambahan alkohol 70% untuk menghilangkan gelembung udara. Pemeriksaan
langsung
2. Diambil koloni jamur kapang dengan ose jarum yang telah dipanaskan kemudian
diletakkan di atas kaca objek.
3. Ditambahkan 1 tetes alkohol 70% kemudian koloni diuraikan menggunakan ose
jarum sampai penghancuran setipis mungkin. Kemudian ditambahkan 1 tetes larutan
LPCB dan ditutup dengan kaca penutup.
4. Diperiksa sediaan di bawah mikroskop dengan pembesaran 10x10 dan 10x40.

D. Pemeriksaan dengan Slide Culture


Pemeriksaan dibuat apabila morfologi pada biakan Sabouraud Dextrose Agar (SDA) kurang
jelas atau meragukan sehingga sulit dalam menentukan jamurnya. Biakan ini dapat dipakai untuk
membuat sporulasi yang baik sehingga jelas morfologinya.
Cara membuat Slide Culture yaitu :
1) Disiapkan ruang biakan steril : diisi cawan petri dengan 2 buah kaca objek dan kaca
objek yang teratas diletakkan menyilang.
2) Di atas kaca objek tersebut diletakkan Sabouraud Dexstrose Agar (SDA) berukuran 5 x 3
x 2 mm.
3) Diambil koloni dengan jarum inokulasi (jarum telah dibakar dan didinginkan) lalu
ditanam di keempat sisi potongan kecil Sabouraud Dexstrose Agar (SDA) tadi.
4) Ditutup biakan tersebut dengan kaca penutup steril dan bagian dasar dituangi akuades
steril.
5) Didiamkan pada suhu kamar, setelah biakan berumur 7-14 hari dibuat sediaan langsung
dengan lactophenol cotton blue.
6) Diambil miselium yang menempel pada kaca penutup menggunakan pinset, kemudian
diletakkan di atas kaca objek yang telah ditetesi alkohol 70% dan larutan lactophenol
cotton blue. Sediaan siap untuk diperiksa di bawah mikroskop.
7) Untuk kaca objek yang mengandung lempeng agar diangkat dari cawan petri steril dan
dibuang lempeng agarnya. Kaca objek yang telah mengandung miselium kemudian diberi
1 tetes alkohol 70% untuk menghilangkan gelembung udara, sebelum alkohol menguap
tambahkan 1-2 tetes larutan lactophenol cotton blue, kemudian ditutup dengan kaca
penutup dengan hati-hati.
8) Diperiksa sediaan di bawah mikroskop dengan pembesaran 10x10 dan dengan
pembesaran 10x40 untuk melihat susunan morfologinya.
INTERPRETASI HASIL
Aspergillus sp
Koloni Aspergillus sp berwarna hitam atau kehijauan dengan permukaan koloni velvety
sampai powdery. Jamur ini mempunyai konidiofor (hifa khusus pembentuk spora) yang
diujungnya membesar (vesikel), dan di atasnya terdapat sterigma berbentuk fialid tersusun
seperti kepala penari Bali atau kipas. Pada ujungnya sterigma ditemukan 1-2 lapis konidia serta
terdapat sel kaki. Sedangkan sporulasi dari masing-masing spesies sebagai berikut :
a) Aspergillus fumigatus memiliki sporulasi konidia atas berbentuk kolumnar (memanjang),
berwarna hijau sampai hijau kotor. Vesikel berbentuk kepala, konidiofor berdinding halus dan
umumnya berwarna hijau. Konidia bulat hingga semi bulat, berwarna hijau dan berdinding kasar
hingga berduri.
b) Aspergillus niger memiliki sporulasi konidia atas berwarna hitam kecoklatan, konidiofor
halus, tidak berwarna atau agak berwarna cokelat kekuningan. Konidia kasar menunjukkan
lembaran atau pita berwarna hitam kecokelatan.

c) Aspergillus flavus memiliki sporulasi kepala konidia khas berbentuk bulat dan berwarna hijau
kekuningan hingga hijau tua kekuningan. Konidia bulat hingga semi bulat berwarna hijau pucat
dan berduri.

Anda mungkin juga menyukai