OPT
LAPORAN PRAKTIKUM OPT SERANGAN HAMA
OLEH :
SAMY ADJI
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT
2020
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Hama akan melancarkan serangannya saat pagi dan sore menjelang malam.maka dari itu
untuk meningkatkan hasil produksi pertanian diperlukan strategi pengendalian hama. Hama
yang sering muncul pada tanaman produksi seperti padi yaitu tikus dan burung pipit. Oleh
karena itu diperlukan cara pengendalian efektif untuk mengatasi serangan hama bertulang
elakang.
TUJUAN
Mahasiswa dapat menjelaskan dalam mengenali jenis dan gejala serangan hama vertebrata
yang paling banyak menimbulkan kerugian dalam budidaya di bidang pertanian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
CARA KERJA
1) Mencari hama tanaman (hama vertebrata) seperti hama pada tanaman padi
(tikus,burung pipit)
2) Mengidentifikasi (duga) hama /organisme pengganggu tanaman tersebut.
3) Mengamati dan mengambil hama tersebut.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL PENGAMATAN
KOMODITA
OPT DAN GEJALA
NO S KETERANGAN
NAMA SERANGAN
(INANG)
- Batang
bawah,tengah, - Diambil di
Tikus Sawah
sampai ke lahan pertanian
1. (Rattus Padi
bulir-bulir Sicincin Kamis
Argentiventer)
padi dimakan 25 Juni 2020
tikus
- Menyerang
Burung Pipit/ bulir padi. -Diambil di lahan
Bondol Jawa Bulir padi pertanian
2. Padi
(lonchura hilang dan Sicincin Kamis
punctulata) ada yang 25 Juni 2020
kosong.
PEMBAHASAN
Praktikum kali ii yaitu mengamati hama vertebrata dan gejala serangan pada tanaman,
kita mengambil 2 hama vertebrata untuk dianalisis yaitu yang pertama tikus sawah (Rattus
Argentiventer) dan yang kedua Burung Pipit/ Bondol Jawa (lonchura punctulata. Komoditas
utama/inang yang diserang adalah tanaman padi.
Tikus sawah (Rattus Argentiventer), tikus tergolong dalam jenis hama vertebrata yang
menyerang tanaman padisebagai komoditas utama. Tubuh bagian dorsal/ punggung berwarna
coklat kekuningan dengan bercak-bercak hitam di rambut-rambutnya, sehingga secara
keseluruhan tampak berwarna abu-abu. Bagian ventral/perut berwarna putih keperakan atau
putih keabu-abuan. Permukaan atas kaki seperti warna badan, sedangkan permukaan bawah
dan ekornya berwarna coklat tua. Tikus betina memiliki 12 puting susu (6 pasang), dengan
susunan 1 pasang pada pektoral, 2 pasang pada postaxial, 1 pasang pada abdomen, dan 2
pasang pada inguinal. Pada tikus muda/predewasa terdapat rumbai rambut berwarna jingga di
bagian depan telinga. Ekor tikus sawah biasanya lebih pendek daripada panjang kepala-badan
dan moncongnya berbentuk tumpul.
Klasifikasi tikus sawah menurut ( murakami,1992)
Kerajaan : Animalia
Sub filum : Vertebrata
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Superfamilia : Muroidea
Familia : Muridae
Genus : Rattus
Spessies : Rattus argentiventer
Tikus sawah mempunyai kemampuan reproduksi yang tinggi. Periode perkembang-
biakan hanya terjadi pada saat tanaman padi periode generatif. Dalam satu musim tanam
padi, tikus sawah mampu beranak hingga 3 kali dengan rata-rata 10 ekor anak per kelahiran.
Tikus betina relatif cepat matang seksual (±1 bulan) dan lebih cepat daripada jantannya (±2-3
bulan). Cepat/lambatnya kematangan seksual tersebut tergantung dari ketersediaan pakan di
lapangan. Masa kebuntingan tikus betina sekitar 21 hari dan mampu kawin kembali 24-48
jam setelah melahirkan (post partum oestrus). Terdapatnya padi yang belum dipanen (selisih
hingga 2 minggu atau lebih). Tikus dapat berkembang biak apabila makanannya banyak
mengandung zat tepung. Populasi tikus sawah sangat ditentukan oleh ketersediaan makanan
dan tempat persembunyian yang memadai. Tempat persembunyian tikus antara lain tanaman,
semak belukar, rumpun bambu, pematang sawah yang ditumbuhi gulma, dan kebun yang
kotor (Sudarmaji, 2005).
a. Pada tanaman muda, bagian tengah petakan tampak gundul karena batang-batang padi
dipotong dan dimakan tikus.
b. Pada fase bunting, malai muda di bagian tengah petakan dimakan melalui kelopak daun
dan saat bulir padi mendekati masak, tikus akan memotong dan meleng-kungkan tanaman,
kemudian memakan bulirnya.
Pengendalian hama tikus dapat dilakukan dengan cara pengendalian fisik,kimia, dan biologi.
Pengendalian fisik, dilakukan dengan menggunakan sinar lampu untuk menangkap tikus pada
malam hari, tikus sendiri tidak akan keluar jika terkena cahaya maka dari itu cahaya perlu
dipasang di pematang sawah untuk menghindari serangan tikus, memompa air atau lumpur
kedalam sarang tikus,mengusir tikus dengan suara ultrasonik, dan gropoyan masal atau
membongkar sarang tiku, teknik pemerangkapan juga bisa dilakukan. Pengendalian kimia
dapat dilakukan dengan menggunakan rodentisisda atau umpan racun, bahan fumigasi,, bahan
kimia rapellent dan bahan kimia anti fertilitas. Pengandalian fisiologis dapat dilakukan
dengan cara pemanfaatan musuh alami tius. Musuh alami pemangsa tikus biasanya berasal
dari kelompo burung, mamalia, dan reptilia.(sudarmaji dan herawati,2001)
Hama ke-dua yaitu Burung pipit (lonchura punctulata). Burung pipit adalah jenis
hama dari kelas unggas (aves) pemakan biji bijian yang menyerang malai pada tanaman padi
untuk memakan biji atau bulir padi. Burung yang mempunyai nama ilmiah Lonchura
striata ini menyerang tanaman padi pada saat tanaman padi berumur 70-80 hari atau pada
saat tanaman padi mulai dalam proses mengisi bulir padi. Burung pipit menyerang dan
memakan bulir padi muda atau “gumecrot” orang sunda menyebutnya. Burung pipit atau
“manuk piit” menyerang tanaman padi dengan cara bergerombol, waktu serangan hama
burung pipit bisa dari pagi sampai sore hari, namun serangan kawanan burung pipit paling
banyak pada waktu pagi sekitar jam 6 sampai jam 9 pagi dan di sore hari dari sekitar jam 2
sampai jam 4.
Burung pipit mempunyai bentuk tubuh yang kecil dengan ukuran sekitar 8-12 cm dan
mempunyai berat 8-14 g, kepala burung pipit jantan lebih besar disbanding dengan kepala
betina. warna burung pipit bermacam macam yang sering ditemui di sawah adalah jenis
burung bondol peking (Lonchura punctulata).
Klasifikasi burung pipit (Lonchura punctulata)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : aves
Ordo : passeriformes
Famili : estildidae
Genus : lonchura
Species : Lonchura punctulata
Gejala serangan yang ditimbulkan dari serangan burung pipit yaitu bulir padi yang
baru masak telah hilang atau kosong karena taelah termakan oleh burung pipit dan biasanya
burung pipit ini mrnyerang bulir padi yang baru masak sampai memasuki masa panen dari
padi tersebut.
Menurut (Modjo.A.S,2012) Pengendalian burung pipit dapat dilakukan dengan cara
mekanis, biologis, dan kimia. Pengendalian mekanis dapat dilakukan dengan pita kaset,
cd/dvd bekas, atau cara paling sering digunakan yaitu dengan menggunakan orang orangan
sawah “Bebegig” atau dengan kaleng bekas yang di hubungkan dengan seutas tali
mengelilingi petak pesawahan yang di gerakan dari saung sehingga menimbulkan bunyi
bunyian untuk mengusir hama burung pipit. Pengendalian secara biologis, dilakukan dengan
menggunakan rendaman buah jengkol dan buah serut. Pengandalian secara kimiawi dapat
dengan menggunakan fungisida tiflo 80wp untuk pengendalian burung.
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1) Hama tikus sawah dan burung pipit, keduanya sama-sama menyerang tanaman padi sebagai
komoditas utama. Bedanya tikus sawah menyerang seluruh bagian tanaman,sedangkan
burung pipit hanya menyerang bagian malai/bulir padi.
2) Kedua hama ini akan muncul pada saat musi tanam padi dan panen padi dan beroperasi
untuk menyerang pada pagi dan sore menjelang malam.
DAFTAR PUSTAKA
- Buffalo, N.P.1986. Animal and Plant Diversity. Prentice-Hall Eglewoo.
New Jersy.
- Effendi,Baehaqi S.2009. Strategi Pengendalian Terpadu Tanaman Padi Dalam
Prespektif Praktek Pertanian(Good Agriculture Practice). Pengembangan inovasi pertanian
2(1) : 65-78
- Harianto, 2009. Pengenalan dan Pengendalian Hama-Penyakit Tanaman Kakao.
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao.Jember.
- Modjo. S.A .2012. Pengendlian Hama Bulir Pemakan Padi Sawah. Laporan
Peneliatian Hasil Pertanian. Universitas Gorontalo.
- Murakami, O. 1992. “ Tikus Sawah” Laporan Akhir Kerjasama Indonesia-Jepang
Bidang Perlindungan Tanaman Pangan (ATA-162) Jakarta : Direktorat Bina Perlindungan
Tanaman.
- Pracaya. 1995. Hama dan penyakit tanaman. Panebar Swadaya. Jakarta. 417.
- Priyambodo. S. 1995. Penegndalian Hama Tikus Terpadu. Penebar swadaya. Jakarta
- Sudarmaji dan N.A Herawati. 2001. Metode Sederhana Pendugaan Populasi Tikus
Sebagai Dasr Pengendalian Diri Di Ekosistem Sawah Irigasi. Penelitian Pertanian 20(2) : 27-
31
- Sudarmaji . 2006. Penegndalia Hama Tikus Terpadu Di Ekosistem Sawah Irigasi.
Juranl Penelitian Tanaman Pangan. 24(5) : 119-125