Anda di halaman 1dari 15

JPE-Volume 2, Nomor 1, 2009

Pengembangan Model Pembelajaran Terpusat Pada Mahasiswa (Student Centered) Dan


Besifat Contextual Teaching And Learning (CTL)

Oleh:
Hadi Sumarsono*

Abstract
Globalization era, free trade, and region autonomy have pushed education
especially higher education to start continuously make change for increasing
quality with use classroom research and learning, so that graduated college
student is capable to face competition. Based on this situation, learning process
in class has interested researcher and educationist to increase higher quality.
Today, student interest for learn mathematics subject is still low. Based on fact,
is needed classroom research in mathematic learning process with use student
centered and get character Contextual Teaching and Learning (CTL).

Keywords: Learning model of Student Centered, Contextual Teaching and Learning


(CTL).

Latar Belakang nyata apa, mengapa, dan bagaimana


Era globalisasi, perdagangan bebas, upaya-upaya yang seharusnya dilakukan
dan otonomi daerah telah mendesak dunia dalam meningkatkan mutu pendidikan
pendidikan terutama pendidikan tinggi tinggi yang diharapkan.
untuk mulai secara sungguh-sungguh dan Umumnya dalam proses
berkelanjutan mengadakan perubahan demi pembelajaran mahasiswa sementara ini
perbaikan mutu melalui penelitian tindakan masih bersikap pasif dalam mengikuti
kelas dan pengajaran, sehingga lulusan kuliah, mereka baru aktif jika diberikan
yang dihasilkan unggul dalam menghadapi tugas atau disuruh oleh dosen. Metode
persaingan yang makin ketat dan meningkat. pembelajaran yang digunakan umumnya
Hasil-hasil penelitian demikian sangat ceramah dan diskusi serta pemberian tugas.
perlu karena berguna dalam memberikan Oleh sebab itu, untuk menciptakan proses
informasi kepada para pembuat pembelajaran yang partisipatif aktif
kebijaksanaan di bidang pendidikan dan diperlukan adanya pendekatan dan metode
penelitian, serta memberi akselerasi pembelajaran yang sesuai.
perubahan yang lebih bersifat makro pada Jika tidak dilakukan perubahan
dunia khususnya pendidikan tinggi.. dalam proses pembelajaran, maka sikap
Sehubungan dengan hal itu, maka mahasiswa tetap pasif, level berpikirnyapun
proses belajar mengajar di ruang kelas telah hanya pada tahap remembering, hafalan
pula banyak menarik perhatian para peneliti dan jika diberi soal berpikir dan konseptual
dan praktisi pendidikan dalam rangka mereka tidak mampu menyelesaikannya.
meningkatkan mutu pendidikan tinggi. Akibatnya nilai yang dicapai rendah. Itulah
Oleh karena itu, penelitian strategis tentang konsekuensi yang harus ditanggung jika
pengajaran dan pembelajaran perlu tidak dilakukan upaya perubahan dan
digalakkan, sehingga dapat diketahui secara perbaikan, peningkatan kualitas

Alamat korespondensi: 23
Hadi Sumarsono. Jurusan Ekonomi Pembangunan,
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang
E-mail: hadi_sumarsono@yahoo.com
JPE-Volume 2, Nomor 1, 2009

pembelajaran dan prestasi mahasiswa tidak luar kelas, sehingga proses pembelajaran
akan terwujud. lebih bersifat konstruktivistik .
Pada saat ini antusias mahasiswa
untuk belajar mata kuliah Matematika Perumusan Masalah
dirasakan masih rendah. Selain karena Berdasarkan pada latar belakang
karakteristik materi yang kaku (rigid) diatas, penulis merumuskan masalah,
karena sangat bersifat kuantitatif (numeric), antara lain:
hal tersebut di atas juga dikarenakan 1. Apakah dengan mengimplementasikan
kurangnya keterampilan dosen dalam Model Pembelajaran Matematika
mengembangkan pendekatan dan metode Contextual Teaching and Learning
atau model pembelajaran, sehingga fokus (CTL) dengan pendekatan berbasis
pembelajaran hanya terpusat pada dosen modul dapat meningkatkan nilai hasil
(teacher centered), dan kurang ada belajar Matematika?
partisipasi mahasiswa yang berarti. 2. Apakah model pembelajaran
Faktor-faktor tersebut di atas merupakan Matematika berbasis modul tersebut
penyebab rendahnya kualitas pembelajaran dapat meningkatkan partisipasi dan
Matematika keaktifan mahasiswa melalui peer
Berdasarkan berbagai kenyataan teaching?
tersebut dipandang perlu dilakukan 3. Apakah model pembelajaran
penelitian tindakan kelas dalam proses Matematika berbasis Modul tersebut
pembelajaran Matematika, yaitu dapat meningkatkan kwalitas
pengembangan model pembelajaran pembelajaran mahasiswa?
terpusat pada mahasiswa (student centered)
dan besifat Contextual Teaching and Tujuan Kegiatan
Learning (CTL). Berdasarkan karakteristik Tujuan kegiatan ini adalah untuk
matematika ekonomi, Pembelajaran meningkatkan:
dengan pendekatan terpusat pada a. Kemampuan mahasiswa bertanya,
mahasiswa (student centered) dan besifat menjawab, dan mengerti
Contextual Teaching and Learning (CTL) persoalan-persoalan empirik, serta daya
yang cukup relevan adalah model analisis Matematika ekonomi.
pembelajaran berbasis modul. b. Antusias mahasiswa belajar
Model Pembelajaran berbasis Matematika Ekonomi
modul merupakan suatu bentuk dari praktik c. Keterampilan dosen dalam
matematika, yaitu suatu inovasi mengembangkan model dan media
pembelajaran yang dirancang untuk pembelajaran
membantu dosen/pengajar mengaktifkan d. Kualitas pembelajaran Matematika
mahasiswa agar lebih berpartisispasi dalam Ekonomi
pembelajaran dan untuk mengaktifkan
intensitas belajarnya, serta untuk lebih Landasan teori
memahami teori secara mendalam melalui Upaya peningkatan mutu pendidikan
pengalaman belajar praktik-empirik. tinggi melalui penelitian dan pengajaran
Praktik belajar ini mendorong kompetensi, Terdapat dua jenis penelitian yang
tanggung jawab, dan partisipasi peserta perlu dipertimbangkan, yakni penelitian
didik, belajar mengetahui, serta berperan strategik dan penelitian terapan. Penelitian
besar dalam meningkatkan daya analisis strategik adalah penelitian untuk aplikasi
mahasiswa baik di dalam kelas maupun di jangka panjang, sedangkan penelitian

Alamat korespondensi:
24 Hadi Sumarsono. Jurusan Ekonomi Pembangunan,
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang
E-mail: hadisumarsono@yahoo.com
JPE-Volume 2, Nomor 1, 2009

terapan untuk aplikasi jangka pendek. agar kelas lebih hidup dan lebih bermakna
Dalam hubungan ini, hasil penelitian dapat karena mahasiswa mengalami sendiri apa
menjadi bagian penting dari upaya yang dipelajarinya. Pendekatan kontekstual
penyiapan pengajaran dan peningkatan merupakan pendekatan yang
mutu pendidikan tinggi. memungkinkan mahasiswa untuk
Hal itu penting karena untuk menguatkan, memperluas dan menerapkan
mengetahui apakah pengajaran atau pengetahuan dan keterampilan akademik
pembelajaran yang dilakukan itu efektif mereka dalam berbagai macam tatanan
atau tidak, dapat diketahui melalui evaluasi kehidupan baik di kampus maupun di luar
dan penelitian pengajaran. Melalui evaluasi kampus.
pengajaran dapat diketahui tercapai Pendekatan kontekstual merupakan
tidaknya tujuan yang ditetapkan dan suatu konsep belajar dimana dosen
hambatan yang ditemui, sedangkan melalui menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam
penelitian pengajaran dapat digali secara kelas dan mendorong mahasiswa membuat
cermat aspek-aspek keunggulan apa yang hubungan antara pengetahuan yang
dapat menunjang keefektifan pengajaran dimilikinya dengan penerapannya dalam
dan memberdayakan potensi yang dimiliki kehidupan mereka sebagai anggota
dalam meningkatkan mutu pengajaran dan keluarga dan masyarakat. Dengan konsep
pembelajaran yang baik. itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih
Cara yang paling produktif dalam menggali bermakna bagi mahasiswa. Proses
pengajaran yang efektif adalah mendorong pembelajaran berlangsung alamiah dalam
para dosen agar menjadi peneliti-peneliti bentuk kegiatan mahasiswa bekerja dan
aktif dan unggul, dan untuk itu perlu mengalami, bukan transfer pengetahuan
dibantu agar dosen dapat meningkatkan dari Dosen ke mahasiswa. Strategi
mutu penelitiannya sehingga berharga dan pembelajaran lebih dipentingkan daripada
memiliki nilai tambah dan jual yang tinggi. hasil belajar. Hasil pembelajaran
diharapkan lebih bermakna bagi anak untuk
Pendekatan kontekstual memecahkan persoalan, berpikir kritis, dan
Pendekatan kontekstual merupakan melaksanakan observasi serta menarik
suatu konsep belajar dimana dosen kesimpulan dalam kehidupan jangka
menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam panjangnya. Dalam konteks itu, mahasiswa
kelas dan mendorong mahasiswa membuat perlu mengerti apa makna belajar, apa
hubungan antara pengetahuan yang manfaatnya, dalam status apa mereka, dan
dimilikinya dengan penerapannya dalam bagaimana mencapainya. Mereka sadar
kehidupan mereka sebagai anggota bahwa yang mereka pelajari berguna bagi
keluarga dan masyarakat. Hasil hidupnya nanti. Dengan begitu mereka
pembelajaran diharapkan lebih bermakna memposisikan sebagai diri sendiri yang
bagi pebelajar untuk memecahkan memerlukan suatu bekal untuk hidupnya
persoalan, berpikir kritis, dan nanti. Mereka mempelajari apa yang
melaksanakan observasi serta menarik bermanfaat bagi dirinya dan berupaya
kesimpulan dalam kehidupan jangka menggapainya. Dalam upaya itu, mereka
panjangnya (Nurhadi, 2004). memerlukan dosen/Dosen sebagai
Pendekatan kontekstual adalah pengarah dan pembimbing.
salah satu pendekatan pembelajaran yang
menekankan pentingnya lingkungan
alamiah itu diciptakan dalam proses belajar

Alamat korespondensi: 25
Hadi Sumarsono. Jurusan Ekonomi Pembangunan,
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang
E-mail: hadi_sumarsono@yahoo.com
JPE-Volume 2, Nomor 1, 2009

Matematika Berbasis Modul Sistem moduler yang dibuat oleh


Dengan digulirkannya program dosen, memberi kesempatan untuk
kurikulum berbasis kompetensi (KBK) menyajikan materi berdasarkan
yang sekarang sedang diujicobakan karakteristik peserta didiknya. Tentu saja
memberikan harapan baru. Dengan KBK tetap memperhatikan kompetensi dasar
diharapkan kurikulum disusun sedemikian minimal yang telah ditetapkan pemerintah
rupa, sehingga peserta didik mempunyai agar mutu pendidikan tetap terjamin
kompetensi yang sesuai dengan kondisi Dengan modul, baik dosen, peserta
yang dituntut. Di samping itu, dosen harus didik maupun orang tua mahasiswa dapat
berusaha agar mahasiswa sungguh-sungguh mengerti tujuan pembelajaran yang dicapai,
menguasai kompetensi, tidak hanya perubahan perilaku yang diukur, materi
mengacu pada alokasi waktu yang yang disajikan, alokasi waktu dan kegiatan
ditentukan. Artinya mahasiswa harus yang dilakukan, lengkap dengan alat
menguasai materi walau terpaksa evaluasi beserta sistem penilaiannya. Hal
memerlukan waktu belajar yang lebih lama. ini dapat menghindari sikap Dosen yang
Atau memberi kesempatan bagi mahasiswa mengajar tanpa perencanaan.
untuk menyelesaikan studinya lebih cepat Jadi, modul merupakan gambaran
dari waktu yang ditetapkan. konkrit tentang kompetensi yang akan
Penguasaan kompetensi harus dicapai dalam suatu sistem pembelajaran.
terukur dan menjadi prasyarat untuk Sementara itu Tjipto dan Ruijter
menempuh kompetensi berikutnya. Ini (1994:84-86) menyatakan bahwa model
yang disebut dengan sistem pembelajaran pembelajaran Problem Based Learning
yang berkelanjutan. Untuk (PBL) berbasis modul merupakan
mengimplementasikan sistem pembelajaran penyelesaian soal secara sistematis.
berkelanjutan penerapan modul merupakan Menurut pengamatan, ada 4 hal yang
pilihan yang tepat. merupakan kendala bagi mahasiswa dalam
menyelesaikan soal yaitu:
Sistem Moduler 1. Mahasiswa kurang memahami soal yang
Mengapa harus sistem moduler? dihadapinya
Selama ini pendidikan di perkuliahan 2. Mahasiswa kurang merencanakan dan
kampus didesain sebagai pembelajaran menganalisis prosedur penyelesaian
yang bersifat klasikal, menganggap 3. Mahasiswa tidak menyelesaikan soal
kemampuan setiap peserta didik sama. secara terperinci
Dengan sistem moduler pendekatan 4. Mahasiswa tidak menilai lagi kebenaran
terhadap mahasiswa lebih bersifat perhitungan/jawaban
individual. Sehingga bagi mahasiswa Menurut Soekamto dan
dengan kemampuan daya serap yang tinggi Winataputra (1996:35), agar belajar dapat
dapat menyelesaikan setiap kompetensi bermakna secara signifikan diperlukan
yang telah ditetapkan, dalam waktu lebih adanya inisiatif yang datang dari pihak
cepat. Sedangkan bagi mahasiswa mahasiswa itu sendiri, dan ia harus
berkemampuan kurang, diberikan sepenuhnya terlibat. Hal ini akan dapat
kesempatan untuk mengikuti remidiasi terjadi dengan apa yang disebut belajar
modul, dengan bantuan dosen, orang tua berbasis modul ini. Untuk mengatasi
atau teman sebaya yang memiliki hambatan atau kendala dalam pembelajaran
kemampuan lebih tinggi. tersebut diusulkan proses penyelesaian soal
secara sistematis melalui sistem modul,

Alamat korespondensi:
26 Hadi Sumarsono. Jurusan Ekonomi Pembangunan,
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang
E-mail: hadisumarsono@yahoo.com
JPE-Volume 2, Nomor 1, 2009

yang terdiri atas tiga tahap: analisis, Berdasarkan latar belakang


penyelesaian dan penilaian. Setiap tahap penelitian di atas maka dengan metode
ada tujuan dan langkahnya yang dapat problem based learning berbasis modul ini
disusun sendiri (Miles dan Picot,1980). dapat diharapkan bahwa mahasiswa akan
aktif berpartisipasi. Jadi jelasnya penerapan
Kerangaka Analisis Rancangan model pembelajaran praktik belajar
Penelitian matematika model PBL berbasis modul
Jenis penelitian terapan yang adalah memberikan bekal pengalaman
digunakan adalah penelitian pengembangan langsung kepada mahasiswa tentang
atau penelitian tindakan (action research). berbagai permasalahan yang ada dan
Penelitian action research ini merupakan muncul. Setelah itu mahasiswa juga
proses pembelajaran dan pemberdayaan, berupaya mencarikan solusi terbaik melalui
maka action research ini bersifat skema proses penyelesaian yang sistematis
partisipatif (participatory action research). untuk memecahkan permasalahan tersebut
Peran tim peneliti terutama sebagai melalui tindakan yang cukup teruji.
pendamping dan fasilitator.

Bagan 1.1 : Rekayasa Pembelajaran Dosen dan tindak Belajar Mahasiswa


Rekayasa pembelajaran

1
Dosen

5
Mahasiswa mampu menyelesaikan
Kurikulum yang 4 modul dan dapat menganalisis
3 Model Pembelajaran Berbasis Modu contoh permasalahan serta
berlaku Rencana Mengidentifikasi, memilih masalah, mengkonstruksi kembali dalam
pembalajaran mengumpulkan informasi, konsep teori
mengembangkan, menyajikan modul

2
Mahasiswa

Perkembangan mahasiswa sesuai asas emansipasi


Menuju keutuhan dan kemandirian

Analisis Data Kuantitatif kompetensi-kompetensi yang diperoleh


Hasil Penelitian dan Analisis dari stakeholder. Tidak mudah menyusun
modul, selain membutuhkan kreatifitas,
A. Materi Pembelajaran dan sikap inovatif dari dosen, juga diperlukan
Implementasi Matematika Berbasis perencanaan yang matang, mulai dari
Modul mencermati karakteristik mahasiswa
Dalam menyusun modul, idealnya hingga penyusunan alat evaluasi. Selain
seorang dosen mendesain analisa sebagai koridor bagi dosen, modul dalam
instruksional berdasarkan proses pembelajaran juga merupakan

Alamat korespondensi: 27
Hadi Sumarsono. Jurusan Ekonomi Pembangunan,
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang
E-mail: hadi_sumarsono@yahoo.com
JPE-Volume 2, Nomor 1, 2009

panduan untuk mencapai kompetensi yang Beberapa manfaat dalam penerapan


ditetapkan. Artinya dalam proses sistem moduler yaitu, dapat membuat
pembelajaran materi yang disampaikan mahasiswa belajar mandiri, secara
tidak boleh ke luar dari koridor tersebut. individual maupun kelompok. Juga dapat
Analisa instruksional memuat memberdayakan dosen untuk lebih
perilaku umum (kompetensi standar) yang memahami kondisi mahasiswa, dan
dijabarkan menjadi perilaku khusus. Setiap lingkungan, sebagai langkah awal dalam
perilaku khusus harus mendukung proses pembelajaran. Dalam penerapan
tercapainya perilaku umum. Analisa modul dosen tidak dapat
instruksional mempunyai peranan penting menggeneralisasikan kemampuan
dalam pembuatan modul. mahasiswa, sehingga setiap mahasiswa
Setiap perilaku khusus dijabarkan mendapatkan perhatian yang berbeda
menjadi beberapa tujuan pembelajaran sesuai dengan kemampuannya.
khusus (TPK). Penyusunan TPK
disesuaikan dengan entering behavior Implementasi Model Pembelajaran
mahasiswa, kondisi sekolah dan Dalam mengimplementasikan
masyarakat sekitar. Jadi modul yang dibuat pembelajaran matematika yang
oleh seorang Dosen di suatu institusi menggunakan pendekatan berbasis modul,
pendidikan belum tentu sesuai jika hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
diterapkan oleh Dosen tersebut di institusi sebagai berikut:
pendidikan yang berbeda. 1. Membagi 2 kelas offering atas
Dosen diharapkan memiliki sense kelompok kelas eksperimen;
of environment. TPK dan analisa kelompok yang melakukan
instruksional harus dicantumkan dalam implementasi model pembelajaran
modul, supaya mahasiswa dan orang tua berbasis modul, dan kelas kontrol;
dapat mengerti tujuan pembelajaran dan kelompok dengan sistem
kompetensi yang diperoleh mahasiswa pembelajaran konvensional (relatif
setelah mempelajari modul tersebut. tutorial).
Evaluasi pencapaian kompetensi berupa tes 2. Memberi Problem. Pada awal tahap
formatif harus mengacu pada TPK. Satu pendekatan ini, bagi kelompok kelas
TPK diimplementasikan dalam satu soal, eksperimen karena mereka mungkin
namun bentuk soalnya dapat bervariasi. belum terbiasa merespon problem
Penyusunan evaluasi harus menjadi satu berbasis modul semacam ini, setiap
kesatuan dari pembuatan modul. Ketentuan modul harus secara spesifik merujuk
ini bertujuan untuk menghindari kebiasaan pada suatu tema masalah/teori
membuat evaluasi tanpa konsep. Setiap matematika tertentu serta memberi
modul diawali dengan pengantar dan sedikit gambaran urutan proses
rasional. pengerjaan atau sistematikanya.
Pengantar menginformasikan cara Modul juga diharapkan mampu
mempelajari modul, alokasi waktu dan memberi pola kerangka berpikir
strategi pembelajaran yang digunakan. matematis terhadap model dari suatu
Rasional memaparkan pengalaman hidup teori ekonomi sehingga pemahaman
sebagai pengkait antara alam pikir mahasiswa terhadap korelasi antara
mahasiswa dan materi dalam modul, model matematis dan konsep teori
sehingga dapat membangkitkan minat ekonomi tersebut terbentuk dengan
mahasiswa mempelajari modul. jelas. Mahasiswa pada awalnya

Alamat korespondensi:
28 Hadi Sumarsono. Jurusan Ekonomi Pembangunan,
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang
E-mail: hadisumarsono@yahoo.com
JPE-Volume 2, Nomor 1, 2009

mungkin tidak dapat memahami apa menyelesaikannya secara terstruktur,


yang diharapkan dikerjakannya, tetapi mendiskusikan pendekatan dan solusi,
beberapa hal dapat diinformasikan dan meringkas apa yang telah mereka
untuk membantu mahasiswa pelajari. Dosen perlu memberi waktu
memahami problem tersebut antara cukup untuk mengeksplorasi problem.
lain sebagai berikut: perjelas masalah, Waktu cukup seharusnya juga
tambahkan informasi jika perlu, beri dialokasikan untuk diskusi;
contoh bahwa penalaran mahasiswa 5. Penilaian dan Rekaman Respon
tentang problem tersebut dan Mahasiswa. Dosen perlu mencatat
hubungannya dengan teori-teori respon mahasiswa, pendekatan
ekonomi yang ada; ketrlibatan langsung baik secara
3. Mengorganisasikan Pengajaran. individu atau dalam kelompok sangat
Kelas eksperimen yang terbagi dalam membantu mendapatkan informasi
beberpa kelompok, dimana 1 respon dari mahasiswa tersebut.
kelompok terdiri dari 3 anggota Karena aktivitas mahasiswa pada
mahasiswa, diharapkan efektifitas tahap ini penting untuk perkembangan
proses belajar mengajar terbentuk perkuliahan lebih lanjut, dosen
melalui keterlibatan dosen secara seharusnya mencoba mengidentifikasi
langsung per kelompok dan mahasiswa yang belum memahami
terlaksananya peer discussion antar problem dan memberi contoh lebih
anggota kelompok. Sehingga transfer atau saran yang diperlukan bagi
pengetahuan dan kemampuan lebih mahasiswa tersebut.
intens baik antar dosen dengan Hal ini dapat terjadi sewaktu dosen
mahasiswa maupun antar mahasiswa berkeliling dengan maksud mencatat
dalam kelompok. Karena pendekatan kerja mahasiswa. Hasil catatan ini
tersebut memberi perhatian khusus dapat digunakan dosen untuk
pada penalaran matematis mahasiswa mengevaluasi mahasiswa secara
secara individu, dosen harus hati-hati individu atau kelompok, serta sebagai
untuk tidak memaksakan orientasi salah satu nput penilaian akhir
tertentu pada semua mahasiswa mahasiswa;
dengan mengambil pendapat
mahasiswa tertentu. Gaya pengajaran B. Hasil Pembelajaran mahasiswa
terdiri dari 2 hal: kerja individu dan (Analisis Kuantitatif)
diskusi kelas dalam kelompok. Ini B.1. Kondisi awal kemampuan kelas
penting dalam pendekatan tersebut Eksperimen dan kelas Kontrol
untuk meneruskan hasil belajar Kondisi kemampuan awal sebelum
individu ke belajar kelompokDiskusi pelaksanaan model pembelajaran dari
yang aktif antara mahasiswa dalam bidang matematika pada
mahasiswa-mahasiswa dan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat
mahasiswa-dosen merupakan salah diketahui berdasarkan data deskriptif dari
satu aspek penting penggunaan kelompok data masing-masing kelas
pendekatan ini; sebagai berikut:
4. Memberi Waktu Cukup untuk
Mengeksplorasi Problem dan

Alamat korespondensi: 29
Hadi Sumarsono. Jurusan Ekonomi Pembangunan,
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang
E-mail: hadi_sumarsono@yahoo.com
JPE-Volume 2, Nomor 1, 2009

Tabel. Hasil pengukuran deskriptif data nilai Pretest kemampuan matematika antara kelas kontrol dan
kelas eksperimen.
Descriptives SKOR PRETEST

N Mean Std. Std. 95% Confidence Min Max


Deviation Error Interval for Mean
Lower Upper
Bound Bound
KELAS 48 56.4063 16.39689 2.36669 51.6451 61.1674 15.00 85.00
KONTROL
KELAS 49 56.8878 16.25425 2.32204 52.2190 61.5565 20.00 85.00
EKSPERIMEN
Total 97 56.6495 16.24153 1.64908 53.3761 59.9229 15.00 85.00
6. Nilai mean pretest dari kelas
Berdasarkan tabel di atas dapat eksperimen untuk kemampuan
diketahui bahwa; matematika sebesar 56.8878
1. Nilai pretest terendah dari kelas kontrol 7. Distribusi 95% data nilai pretest dari
untuk kemampuan matematika sebesar kelas kontrol terletak pada interval
15.00 51.6451 -61.1674
2. Nilai pretest terendah dari kelas 8. Distribusi 95% data nilai pretest dari
eksperimen untuk kemampuan kelas eksperiment terletak pada interval
matematika sebesar 20.00 52.2190-61.5565
3. Nilai pretest tertinggi dari kelas kontrol Berdasarkan nilai ukuran deskriptif
untuk kemampuan matematika sebesar yang muncul, antara kelas kontrol dan kelas
85.00 eksperimen seolah-olah berbeda, tetapi jika
4. Nilai pretest tertinggi dari kelas dilihat berdasarkan metode uji beda
eksperimen untuk kemampuan (ANOVA) antara 2 kelompok smple
matematika sebesar 85.00 tersebut dapat diketahui sebagai berikut:
5. Nilai mean pretest dari kelas kontrol
untuk kemampuan matematika sebesar
56.4063
Tabel. Hasil analisis Analisis varians data nilai Pretest kemampuan matematika antara kelas kontrol dan
kelas eksperimen.
ANOVA SKORPRETEST
Sum of df Mean F Sig.
Squares Square
Between 5.622 1 5.622 .021 .885
Groups
Within 25317.961 95 266.505
Groups
Total 25323.582 96
ditolak, sehingga tidak ada perbedaan nyata
Hasil uji beda (ANOVA) tersebut antara nilai gain mahasiswa. reguler dan
menunjukkan bahwa antara mahasiswa mahasiswa non-reguler untuk taraf
kelas kontrol dan kelas eksperimen signifikansi. 0.05.
mempunyai kemampuan sepadan dalam Jadi betrdasarkan hal tersebut,
bidang mata kuliah matematiaka. Hal ini kondisi antara kelas kontrol dan kelas
ditunjukkan dengan besaran sig. = .885 eksperimen dalam kemampuan bidang
(>.05 batasan nilai signifikansi matematika tidak berbeda secara signifikan
pengukuran). Berdasarkan nilai tersebut Ho. (relatif sama).
Alamat korespondensi:
30 Hadi Sumarsono. Jurusan Ekonomi Pembangunan,
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang
E-mail: hadisumarsono@yahoo.com
JPE-Volume 2, Nomor 1, 2009

dilakukan dengan melihat Kondisi


Efektifitas Model Pembelajaran kemampuan matematika dari mahasiswa
Matematika Berbasis Modul pada kelas Eksperimen dan kelas Kontrol
Analisis Uji Beda (Anova) antara Kelas berdasakan metode Anova dan data
Kontrol dan Kelas Eksperimen deskriptif nilai Post test berikut:
Untuk melihat efektifitas
pelaksanaan model pembelajaran ini dapat
Tabel. Hasil pengukuran deskriptif data nilai Posttest kemampuan matematika antara kelas kontrol dan
kelas eksperimen.
Descriptives NILAI POST TEST

N Mean Std. Std. 95% Min Max


Deviation Error Confidence
Interval for
Mean
Lower Upper
Bound Bound
Kelas Kontrol 48 61.4063 16.60641 2.39693 56.5843 66.2282 20.00 90.00
Kelas 49 68.3673 14.08263 2.01180 64.3223 72.4124 35.00 95.00
Eksperimen
Total 97 64.9227 15.69755 1.59385 61.7589 68.0864 20.00 95.00
5. Nilai mean postest dari kelas kontrol
Berdasarkan deskripsi data dan untuk kemampuan matematika sebesar
hasil analisis uji beda ({Anova) ini, dapat 61.4063
diketahui bahwa: 6. Nilai mean postest dari kelas
1. Nilai postest terendah dari kelas kontrol eksperimen untuk kemampuan
untuk kemampuan matematika sebesar matematika sebesar 68.3673
20.00 7. Distribusi 95% data nilai pretest dari
2. Nilai postest terendah dari kelas kelas kontrol terletak pada interval
eksperimen untuk kemampuan 56.5843-66.2282
matematika sebesar 35.00 8. Distribusi 95% data nilai pretest dari
3. Nilai postest tertinggi dari kelas kontrol kelas eksperiment terletak pada interval
untuk kemampuan matematika sebesar 64.3223-72.4124
90.00 Sedangkan berdasarkan uji beda
4. Nilai postest tertinggi dari kelas antara kemampuan mahasiswa sebelum dan
eksperimen untuk kemampuan sesudah mengikuti pembelajaran berbasis
matematika sebesar 90.00 modul ini, dapat dilihat hasilnya sebagai
berikut;
Tabel. Hasil Analisis Varians data nilai Posttest kemampuan matematika antara kelas kontrol dan kelas
eksperimen.
ANOVA NILAI POST TEST
Sum of Squares df Mean F Sig.
Square
Between 1174.954 1 1174.954 4.965 .028
Groups
Within 22480.716 95 236.639
Groups
Total 23655.670 96

Alamat korespondensi: 31
Hadi Sumarsono. Jurusan Ekonomi Pembangunan,
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang
E-mail: hadi_sumarsono@yahoo.com
JPE-Volume 2, Nomor 1, 2009

Hasil uji beda (ANOVA) tersebut d. Nilai minimum gain skor


menunjukkan bahwa antara mahasiswa mahasiswa kelas kontrol = -5.
kelasa kontrol dan kelas eksperimen e. Nilai maksimum gain skor
mempunyai kemampuan berbeda. secara mahasiswa kelas eksperimen =
signifikan karena nilai uji Sig. = 0.028 22,5.
(<0.05, nilai tingkat signifikansi f. Nilai minimum gain skor
pengukuran). Berdasarkan nilai tersebut Ho. mahasiswa kelas eksperimen = 5.
diterima, sehingga ada perbedaan nyata Berdasarkan nilai skor gain di atas,
antara nilai gain mahasiswa kelas kontrol baik rata-rata gain skor kelas antara kelas
dan mahasiswa kelas eksperimen untuk kontrol dan kelas eksperimen, maupun gain
taraf signifikansi. 0.05. skor antara individu responden dari dua
kelas terebut dapat ditarik kesimpulan
Analisis Gain Nilai Antara Kelas bahwa kondisi hasil nilai kelas eksperimen
Kontrol dan Kelas Eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Dengan
Hal ini sebagai bukti keefektifan kata lain manfaat dari penggunaan metode
program implementasi model pembelajaran pembelajaran berbasis modul pada mata
matematika berbasis modul tersebut. Secara kuliah matematika secara efektif terlihat
detail perbedaan antara kelas kontrol dan nyata dalam meningkatkan nilai dan
kelas eksperimen dapat dilihat berdasarkan prestasi belajar mahasiswa.
nilai ukuran deskriptif berikut:
a. Rata-rata gain skor (selisih nilai
postes-pretest) mahasiswa kelas Analisis Kualitatif
kontrol = 61,4063 –56,4063 = 5,00 Mengenai respon atau tanggapan
b. Rata-rata gain skor (selisih nilai mahasiswa terhadap kegiatan program
postes-pretest) mahasiswa kelas pembelajaran Matematika berbasis Modul
eksperimen = 68,3673 –56,8878 = secara umum dapat diketahui melalui sajian
11,4795 data pada tabel berikut:
c. Nilai maksimum gain skor
mahasiswa kelas kontrol = 15
(lampiran ….)

Alamat korespondensi:
32 Hadi Sumarsono. Jurusan Ekonomi Pembangunan,
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang
E-mail: hadisumarsono@yahoo.com
JPE-Volume 2, Nomor 1, 2009

Tabel. Hasil pengukuran deskriptif persepsi mahasiswa terhadap metode Pembelajaran Matematika
Berbasis Modul pada kelas eksperimen.

No Uraian Nilai rata Keteranga


n
Model Pembelajaran 3.113475 Baik
1 Metode berbasis modul dalam kuliah 3.106383 Baik
matematika lebih mengaktifkan partisipasi
mahasiswa
2 Dengan sistem modul, kemandirian belajar 3.234043 Baik
mahasiswa lebih besar
3 Metode Tutorial lebih simple dan menyenagkan 3.000000 Baik
dari pada metode berbasis modul
Substansi Materi 3.205674 Baik
4 Dengan sistem modul, masalah matematika 2.93617 Cukup
lebih jelas dan tergambar hubungannya dengan Baik
teori ekonomi
5 Metode tutorial akan lebih memberi penjelasan 3.404255 Baik
terhadap materi
6 Dengan sistem modul, penyajian materi lebih 3.276596 Baik
terstruktur/sistematis
Pengelolaan Kelas 3.049645 Baik
7 Pembagian kelompok atas 3 anggota cukup 3.255319 Baik
efektif
8 Dalam proses belajar sudah terjadi peer 2.914894 Cukup
discussion antar anggota Baik
9 Penjelasan materi dari dosen cukup memadai 2.978723 Cukup
Baik
Rata-rata nilai 3.122931 Baik
menyenangkan dari pada metode berbasis
Berdasarkan tabel di atas, terlihat modul, perhitungan nilai pembobotan
bahwa secara umum skor penilaian dibalik dengan sangat baik nilai 1 sampai
mahasiswa terhadap setiap komponen dengan tidak baik nilai 4.
cenderung kearah sisi baik hingga cukup Pada Komponen kedua Substansi
baik. Penilaian baik terutama terhadap Materi, terlihat bahwa dari ketiga
komponen model pembelajaran, dari ketiga pendukung komponen, yaitu; 1).Dengan
komponen pendukunya; 1).Metode sistem modul, masalah matematika lebih
berbasis modul dalam kuliah matematika jelas dan tergambar hubungannya dengan
lebih mengaktifkan partisipasi mahasiswa, teori ekonomi, 2).Metode tutorial akan
2).Dengan sistem modul, kemandirian lebih memberi penjelasan terhadap materi,
belajar mahasiswa lebih besar, 3).Metode 3).Dengan sistem modul, penyajian materi
Tutorial lebih simple dan menyenangkan lebih terstruktur/sistematis, untuk
dari pada metode berbasis modul, komponen pendukung 2 dan 3 bernilai baik,
semuanya bernilai baik menurut persepsi sedangkan komponen pendukung 1 bernilai
mahasiswa. hal ini menunjukkan bahwa cukup baik. Hal ini menunjukkan bahwa
model pembelajaran matematika berbasis persepsi mahasiswa dalam hal substansi
modul dapat diterima dengan baik dan materi dapat terjelaskan dengan baik
dipandang bermanfaat bagi mereka melalui metode dan sistem penyajian.
(mahasiswa). Catatan; khusus komponen Sedangkan hubungannya dengan teori
3).Metode Tutorial lebih simple dan ekonomi mendapat nilai persepsi yang lebih

Alamat korespondensi: 33
Hadi Sumarsono. Jurusan Ekonomi Pembangunan,
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang
E-mail: hadi_sumarsono@yahoo.com
JPE-Volume 2, Nomor 1, 2009

rendah, hal ini mernunjukkan bahwa perlu


ditambah penjelasan (deskripsi) atau Refleksi Terhadap Hasil Pembelajaran
contoh-contoh kasus yang lebih relevan a. Kaitan metode pembelajaran
antara teori matematika dengan materi kontekstual dengan bahan ajar berbasis
Teori Ekonomi. Catatan; khusus komponen, modul mata kuliah matematika.
2).Metode tutorial akan lebih memberi Dengan digulirkannya
penjelasan terhadap materi, perhitungan program kurikulum berbasis
nilai pembobotan dibalik dengan sangat kompetensi ( KBK ) yang sekarang
baik nilai 1 sampai dengan tidak baik nilai sedang diujicobakan memberikan
4. harapan baru. Dengan KBK
Sedangkan untuk komponen diharapkan kurikulum disusun
Pengelolaan Kelas, dari ketiga komponen sedemikian rupa, sehingga peserta
pendukung; 1). Pembagian kelompok atas 3 didik mempunyai kompetensi yang
anggota cukup efektif, 2). Dalam proses sesuai dengan kondisi yang dituntut.
belajar sudah terjadi peer discussion antar Oleh karena itu konsekuensi
anggota, 3). Penjelasan materi dari dosen dari penerapan KBK adalah tidak ada
cukup memadai, hanya poin 1 yangberniali lagi batasan nilai yang hanya
baik menurut mahasiswa, sedangkan poin mendasarkan satu format ujian semata.
komponen pendukung 2 dan 3 berniklai Yang penting lulus, meskipun nilai
cukup baik. Hal ini menunjukkan bahwa yang diperoleh tidak memuaskan dan
pengelolaan kelas melalui pembagian kurang komprehensif, para lulusan
kelompok sudah seperti yang diharapkan, dengan nilai pas-pasan tanpa memiliki
sedangkan proses peer discussion dalam keterampilan. Hal ini terjadi karena
kelompok dan penjelasan materi dari dosen materi pembelajaran yang diberikan
masih perlu ditingkatkan menjadi berniali berdasarkan kurikulum bersistem
baik. Hal ini dapat dimengerti dimana sentralisasi, hanya dihabiskan begitu
selama ini terjadi akumulasi kebiasaan dan saja tanpa peduli sampai seberapa
persepsi yang perlu dirubah bahwa para banyak materi tersebut dapat diserap
mahasiswa perlu lebih dibiasakan sharing peserta didik.
knowledge intern kelompok, serta sedikit Seharusnya penguasaan
dirubah persepsi bahwa belajar tidak harus kompetensi harus terukur dan menjadi
didominasi dengan penjelasan dari dosen, prasyarat untuk menempuh kompetensi
bisa melalui sisitem modul yang lebih berikutnya. Ini yang disebut dengan
mandiri dan partisipatorik bagi mahasiswa. sistem pembelajaran yang
Penilaian terhadap komponen ini sinkron berkelanjutan. Setiap materi
dengan hasil analisis jawaban pernyataan perkuliahan sebisa mungkin
terbuka di akhir kuisener, dimana berkesinambungan secara tematik dan
kebanyakan saran yang muncul adalah mengakar terhadap persoalan teori
perlunya lebih banyak penjelasan dari ekonomi yang ada. Dengan metode
dosen. pembelajaran berbasis modul hal
Secara keseluruhan persepsi tersebut dapat diupayakan dan
terhadap ketiga komponen model diformat sedemikian rupa dalam
pembelajaran matematika berbasis modul bentuk tujuan pembelajaran khusus
bernilai baik. Hal ini ditunjukkan dengan (TPK).
nilai rata-rata keseluruhan komponen Setiap tujuan pembelajaran
pendukung yaitu 3.122931 (baik). khusus (TPK) menjabarkan prosedur

Alamat korespondensi:
34 Hadi Sumarsono. Jurusan Ekonomi Pembangunan,
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang
E-mail: hadisumarsono@yahoo.com
JPE-Volume 2, Nomor 1, 2009

ataupun perilaku khusus. Penyusunan hingga penyusunan alat evaluasi.


TPK disesuaikan dengan entering Analisa instruksional memuat perilaku
behavior mahasiswa, dan kondisi umum ( kompetensi standar ) yang
sekitar. Jadi modul yang dibuat oleh dijabarkan menjadi perilaku khusus.
seorang Dosen di suatu institusi Setiap perilaku khusus harus
pendidikan belum tentu sesuai jika mendukung tercapainya perilaku
diterapkan oleh Dosen tersebut di umum. Analisa instruksional
institusi pendidikan yang berbeda, mempunyai peranan penting dalam
bersifat kontekstual terhadap kondisi pembuatan modul.
yang unik dari mahasiswa tersebut. Sistem moduler yang dibuat
Dosen diharapkan memiliki oleh Dosen, memberi kesempatan
sense of environment. TPK dan analisa kepada Dosen tersebut untuk
instruksional harus dicantumkan dalam menyajikan materi berdasarkan
modul, supaya setiap mahasiswa dapat karakteristik peserta didiknya. Tentu
mengerti tujuan pembelajaran dan saja tetap memperhatikan kompetensi
kompetensi yang diperolehnya setelah dasar minimal yang telah ditetapkan
mempelajari modul tersebut. Evaluasi pemerintah agar mutu pendidikan tetap
pencapaian kompetensi berupa tes terjamin.
formatif harus mengacu pada TPK.
Satu TPK diimplementasikan b. Terhadap program diseminasi model
dalam satu soal, namun bentuk soalnya pembelajaran.
dapat bervariasi. Penyusunan evaluasi Di sini diperlukan adanya
harus menjadi satu kesatuan dari perubahan pola pikir dan pola tindak
pembuatan modul. Ketentuan ini pada setiap Dosen, khususnya
bertujuan untuk menghindari pengampu mata kuliah Matematika.
kebiasaan membuat evaluasi tanpa Kalau selama ini Dosen sebagai
konsepPengantar menginformasikan konsumen buku, dalam hal ini, Dosen
cara mempelajari modul, alokasi waktu dituntut menjadi produsen modul
dan strategi pembelajaran yang untuk disajikan kepada peserta didik.
digunakan. . Setiap modul diawali Dengan modul, baik Dosen,
dengan pengantar dan rasional. maupun mahasiswa dapat mengerti
Rasional memaparkan pengalaman tujuan pembelajaran yang dicapai,
hidup sebagai pengkait antara alam perubahan perilaku yang diukur, materi
pikir mahasiswa dan materi dalam yang disajikan, alokasi waktu dan
modul, sehingga dapat membangkitkan kegiatan yang dilakukan, lengkap
minat mahasiswa mempelajari modul. dengan alat evaluasi beserta sistem
Dalam menyusun modul, penilaiannya. Hal ini dapat
idealnya seorang Dosen mendesain menghindari sikap Dosen yang
analisa instruksional berdasarkan mengajar tanpa perencanaan.
kompetensi-kompetensi yang Perubahan perilaku dan capaian
diperoleh dari stakeholder. Tidak nilai yang dituju dari model
mudah menyusun modul, selain pembelajaran berbasis modul ini
membutuhkan kreatifitas, sikap mengharuskan para dosen untuk
inovatif dari Dosen, juga diperlukan melakukan kolaborasi antar dosen
perencanaan yang matang, mulai dari intern penanggung jawab mata kuliah
mencermati karakteristik mahasiswa (PJMK). Melalui diseminasi intern

Alamat korespondensi: 35
Hadi Sumarsono. Jurusan Ekonomi Pembangunan,
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang
E-mail: hadi_sumarsono@yahoo.com
JPE-Volume 2, Nomor 1, 2009

PJMK, terhadap hasil model kemampuan ekonomi secara


pembelajaran ini akan dimungkinkan keseluruhan lebih terjaga dan terbina.
adanya sosialisasi metode Jadi, modul merupakan
pembelajaran sekaligus juga koreksi gambaran konkrit tentang kompetensi
dan pengembangannya. yang akan dicapai dalam suatu sistem
Jika kondisi diseminasi dan pembelajaran. Selain sebagai koridor
kerjasama intern PJMK sudah bisa bagi Dosen dalam proses pembelajaran
berjalan dengan lancar, kontrol proses juga merupakan panduan untuk
belajar mengajar, serta kualitas output mencapai kompetensi yang ditetapkan.
melalui penilaian akhir akan lebih bisa Artinya dalam proses pembelajaran
distandartkan. Dengan demikian materi yang disampaikan tidak boleh
kompetensi mahasiswa dalam ke luar dari koridor tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
De Porter, Bobby, Reardon Mark, dan
Azhar, Arsyad. Media Singer-Nourie Sarah.
Pembelajaran .Jakarta: Raja Grafindo, QuantumTeaching: Terjemahan
2003. Nilandary Ary. Bandung: Mizan Midia
Utama,2000.
Abror, Abd Rachman, Psikologi
Pendidikan. Yogyakarta: Tiara Gulo.W. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Wacana Yogya, 1993. Gramedia Widiasarana Indonesia,
2002.
Budimansyah, Dasim. Model
Pembelajaran Berbasis Portofolio, Gitosudarmo, Indriyo dan I Nyoman Sudita.
Bandung: Genesindo, 2002. Perilaku Organisasi. Yogyakarta:
BPFE, 1997.
Bateman, Thomas S. and Carl P. Zeithaml,
Management Funtion and Strategy: Good, Thomas L. dan Jere E. Brophy.
Boston: Homewood, 1990. Educational Psychology. London:
Longman Group Ltd,1990.
Dimyati. Belajar Dan Pembelajaran.
Jakarta: Rineka Cipta,2002. Keith, Davis dan John W Neiostroom.
------------------------. Kami Human Behavior at Work:
Bangsa……Indonesia, Praktek Belajar Organizational Behavior: Singapura:
Matematika. Buku Mc. Graw Hill, 1985.
Lie, Anita. Cooperative Learning:
- -------------- Pendekatan Contextual Mempraktikkan Cooperative Learning
Teaching and Learning Pertama, di Ruang-ruang Kelas. Jakarta:
2002.Proyect Citizen, ./CTL, Grasindo Gramedia, 2002.
Jakarta : Mulyana, E. Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Bandung: Remaja
Djahiri, Kosasih. Model Pembelajaran Rosdakarya, 2003.
Terpadu dan Utuh Petri, Herbert L. Motivation Theory and
Menyeluruh.Bandung: Lab PMPKN Research. California: Wadsworth
IKIP Bandung. Publishing Co, 1986.

Alamat korespondensi:
36 Hadi Sumarsono. Jurusan Ekonomi Pembangunan,
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang
E-mail: hadisumarsono@yahoo.com
JPE-Volume 2, Nomor 1, 2009

Rosyada, Dede. Paradigma Pendidikan


Demokratis. Jakarta: Prenada Media,
2004.

Rokhman, Nur,dkk. Materi Terintegrasi


Mata Kuliah Pengetahuan sosial.
Jakarta: Depdiknas Dirjen Pendasmen
Direktorat PLP, 2004.

Sudrajat, Hari. Pendidikan Berbasis Luas


(BBE) Yang Berorientasi Pada
Kecakapan Hidup (Life Skill). Bandung:
Cipta Cekas Grafika,2002.

Sardiman, S. Arief. Media Pendidikan.


Jakarta: Bumi Aksara,1994.

Soemanto, Wasty. Psikologi Pendidikan.


Jakarta; PT Rineka Cipta, 1998.

Tim pelatih PGSM. Penelitian Tindakan


Kelas. Proyek PGSM Depdikbud
Jakarta,1999.

Tan Oon Seng, Richard D. Parsons,


Stephanie Lewis Hinson, Deborah
Sardo-Brown. Educational Psychology
A Practitioner Researcher: An Asian
Adition Singapore, 2001.
Unzer Usman, Moh. Menjadi Dosen
Profesional. Bandung: Remaja
Rosdakarya,2002.

Wibawa, Basuki. Penelitian Tindakan


Kelas. Jakarta: Depdiknas Dirjen
Pendasmen Direktorat Tenaga
Kependidikan, 2003.

Winardi. J, Motivasi, Pemotivasian dan


Manajemen. Jakarta: Raja
Grafindo,2001.

Alamat korespondensi: 37
Hadi Sumarsono. Jurusan Ekonomi Pembangunan,
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang
E-mail: hadi_sumarsono@yahoo.com

Anda mungkin juga menyukai