Anda di halaman 1dari 4

PIMPINAN PUSAT

KESATUAN MAHASISWA HINDU DHARMA INDONESIA


Sekretariat : Jl. Kakatua Blok AA No. 14 Perumahan Cipinang Indah II,
Kelurahan Pondok Bambu, Duren Sawit Jakarta Timur 13120
021 – 86600779 / 085664846308 | www.kmhdi.org | presidium@kmhdi.org

Nomor : 399/A/KMHDI/V/2020
Lampiran : 1 (Satu) rangkap Kajian
Perihal : Pengantar Kajian Hari Pendidikan

Kepada Yth;
Ketua Pimpinan Daerah dan Pimpinan Cabang KMHDI se Indonesia
Di _
Tempat

OM Swastyastu,
OM Ano Badrah Kratavo Yantu Visvatah
Teriring salam dan doa, semoga senantiasa mendapatkan Waranugraha-Nya dalam
menjalankan tugas dan tanggungjawab sehari-hari.
Sehubungan dengan Hari Pendidikan Nasional yang di peringati setiap tanggal 2 Mei, berikut
kami lampirkan kajian Pimpinan Pusat KMHDI mengenai Hari Pendidikan Nasional untuk digunakan
sebagai bahan bacaan di masing-masing Pimpinan Daerah dan Pimpinan Cabang KMHDI se-
Indonesia.
Demikian kami sampaikan, semoga setiap langkah kecil yang dilakukan dapat berguna. Hyang
Widhi Merestui Karma Yoga Ini.
OM Shanti, Shanti, Shanti OM

Jakarta, 2 Mei 2020

PIMPINAN PUSAT
KESATUAN MAHASISWA HINDU DHARMA INDONESIA
KETUA PRESIDIUM, SEKRETARIS JENDERAL,

I KADEK ANDRE NUABA, S.Kom, M.Sos I MADE SUDANA YASA, S.E


NA. 167111008 NA. 717114001
PIMPINAN PUSAT
KESATUAN MAHASISWA HINDU DHARMA INDONESIA
Sekretariat : Jl. Kakatua Blok AA No. 14 Perumahan Cipinang Indah II,
Kelurahan Pondok Bambu, Duren Sawit Jakarta Timur 13120
021 – 86600779 / 085664846308 | www.kmhdi.org | presidium@kmhdi.org

“MERDEKA BELAJAR” DITENGAH GEMURUH PANDEMI COVID-19

Merdeka belajar menjadi sebuah gebrakan baru pemerintah melalui kebijakan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan di bawah komando Nadiem Makarim. Dengan konsep belajar ini,
pemerintah mengharapkan hasil lebih dari pendidikan di Indonesia, untuk bergerak lebih cepat,
bersaing lebih kuat. Merdeka belajar disusun menyesuaikan Revolusi Industri 4.0, berorientasi pada
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki kreativitas, inovasi, kemampuan kolaborasi,
penguasaan teknologi yang baik dan mampu bersaing secara global. Merdeka belajar juga dianggap
menjadi jalan yang dapat mengembangkan potensi peserta didik dan bisa mencerdaskan kehidupan
bangsa sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia 1945. Sejak
era reformasi, Indonesia sudah mencoba berbagai metode dalam pendidikan Indonesia, mulai dari
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), hingga
Kurikulum 2013 yang sempat menuai polemik di masyarakat.

Merdeka belajar memberikan keleluasaan bagi sekolah untuk menentukan kelulusan peserta
didik. Hal ini sesuai dengan semangat Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas).
Konsep ini juga akan dilakukan dengan asesmen yang lebih holistik/menyeluruh untuk mengukur
potensi dan kemampuan peserta didik mengingat evaluasi yang sudah dilakukan sejauh ini hanya
dapat menjangkau kompetensi kognitif dan belum menyentuh karakter peserta didik.

Merdeka Belajar

Konsep belajar Merdeka Belajar ini merupakan konsep yang menekankan kebebasan berpikir
tenaga pendidik dan peserta didik dalam berpikir sehingga tercipta proses pembelajaran yang aktif,
berpikir kritis, analitis, membandingkan, generalisasi, memprediksi, dan menyusun hipotesis. Guna
mendukung terselenggaranya konsep Merdeka Belajar ini, pemerintah telah menyiapkan beberapa
strategi seperti mengganti USBN dengan Ujian Asesmen di tahun 2020. Pelaksanaan ini akan
diberikan kepada pihak sekolah terkait dengan bentuk dan format penilaian, sehingga anggaran USBN
dapat dialihkan untuk peningkatan kapasitas tenaga pendidik dan sekolah guna meningkatkan kualitas
pembelajaran.

Kedua, Ujian Nasional (UN) diubah menjadi Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei
Karakter. Asesmen ini akan mengukur kemampuan literasi dan numerasi dari peserta didik yang akan
dimulai pada tahun 2021. Ketiga, RPP akan disingkat. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran yang
cukup ruwet ini akan diganti dengan RPP yang simpel dan berkualitas. Terakhir adalah penerapan
Zonasi PPDB lebih fleksibel yang mengatur komposisi penerimaan peserta didik dari satu sekolah.

Nadiem Makarim pada peluncuran Empat Pokok Kebijakan Pendidikan Merdeka Belajar
menyatakan bahwa asesmen kompetensi minimum adalah kompetensi yang benar-benar minimum
PIMPINAN PUSAT
KESATUAN MAHASISWA HINDU DHARMA INDONESIA
Sekretariat : Jl. Kakatua Blok AA No. 14 Perumahan Cipinang Indah II,
Kelurahan Pondok Bambu, Duren Sawit Jakarta Timur 13120
021 – 86600779 / 085664846308 | www.kmhdi.org | presidium@kmhdi.org

dimana kita bisa memetakan sekolah-sekolah dan daerah-daerah berdasarkan kompetensi


minimumnya. Hal inilah yang menjadi semangat dalam konsep belajar Merdeka Belajar yang
diluncurkan akhir tahun 2019.

Proses Belajar di Tengah Pandemi COVID-19

Sejak Presiden Joko Widodo mengeluarkan imbauan segala aktivitas dilakukan di rumah, secara
praktis kegiatan belajar-mengajar yang biasanya dilakukan di sekolah maupun kampus dipindah ke
rumah masing-masing. Sesuai dengan semangat Revolusi Industri 4.0 yang menuntut penguasaan
teknologi, semua pelaku dunia pendidikan mulai memanfaatkan kemajuan teknologi dalam proses
pembelajaran. Pertemuan tatap muka diganti dengan bertatap muka secara virtual, setiap bahan ajar
juga dibagikan melalui aplikasi sharing data. Tak sedikit sekolah atau kampus membuat aplikasi
tersendiri yang hanya bisa diakses oleh siswa atau mahasiswanya saja. Tentu hal ini memperlihatkan
tingkat kemampuan pelaku dunia pendidikan Indonesia yang sudah lebih baik.

Namun, dalam perjalanannya masih banyak permasalahan yang ditemui dalam penerapan
aktivitas belajar dari rumah. Pertama, tak semua tenaga pendidik sudah melek teknologi. Banyak
tenaga pendidik yang dimiliki Indonesia tidak mampu menyesuaikan diri dengan berbagai kemajuan
teknologi yang pada akhirnya harus mengorbankan peserta didik dengan cara menjejalkan berbagai
tugas kepada peserta didik yang tentu membuat peserta didik kewalahan. Kedua, aktivitas belajar di
rumah menuntut peserta didik untuk tetap standby menerima berbagai bahan ajar maupun tugas yang
diberikan oleh tenaga pendidik (baca: Guru, Dosen) dan hal ini memerlukan koneksi internet terus
menerus. Kuota menjadi masalah selanjutnya dari proses belajar daring ini, tentu menambah
tanggungan peserta didik selain membayar uang SPP. Ketiga, tak sedikit sekolah tingkat dasar (SD)
yang menuntut gurunya menyambangi peserta didik ke masing-masing rumahnya untuk diberikan
tugas dan pembelajaran sesuai dengan mata pelajaran yang dipelajari. Tentu hal ini harus diperhatikan
oleh berbagai pihak khususnya pihak yang memiliki otoritas.

Ironi Pendidikan Indonesia di Tengah Pandemi

Sejak awal pemerintah sudah mengumbar narasi Indonesia Maju melalui Sumber Daya yang
unggul dan untuk itu pendidikan menjadi ujung tombak dalam mewujudkan generasi unggul tersebut.
Namun, menjadi sebuah paradoks ketika kini di tengah badai krisis yang disebabkan oleh pandemi,
dana pendidikan harus rela “disunat” untuk dialokasikan pada penanganan pandemi COVID-19.
Bahkan dana abadi pendidikan pun tak luput dari opsi pemotongan. Apalagi dari sekian sektor,
kebanyakan anggaran yang dipotong sangat berkaitan dengan kesejahteraan tenaga pendidik dalam
hal ini guru. Mulai dari pemotongan tunjangan profesi guru PNS yang mulanya Rp. 53,8 T menjadi Rp.
50,8 T, penghasilan guru PNS dari Rp. 698,3 T jadi Rp. 454,2 T, juga terjadi pemotongan Dana BOS
dari Rp. 54, 3 T menjadi Rp. 53,4 T apalagi Dana BOS sangat berkaitan dengan siswa-siswa yang
kurang mampu. Tentu hal ini tak bijak dilakukan, apalagi di tengah pandemi yang dampaknya sangat
terasa di masyarakat lapis bawah.
PIMPINAN PUSAT
KESATUAN MAHASISWA HINDU DHARMA INDONESIA
Sekretariat : Jl. Kakatua Blok AA No. 14 Perumahan Cipinang Indah II,
Kelurahan Pondok Bambu, Duren Sawit Jakarta Timur 13120
021 – 86600779 / 085664846308 | www.kmhdi.org | presidium@kmhdi.org

Melihat situasi saat ini, tentu gebrakan Merdeka Belajar yang telah diluncurkan pemerintah akhir
tahun 2019 lalu mengalami kendala dalam hal penerapannya terutama dalam ujian asesmen sebagai
pengganti USBN di tahun 2020. Hampir semua sumber daya dialihkan untuk berfokus pada
penanggulangan COVID-19, kebijakan work from home juga membuat kinerja stakeholder menjadi
terbatas dalam mempersiapkan penerapan konsep Merdeka Belajar ini. Sistem belajar di rumah
melalui daring juga memiliki sisi positifnya tersendiri walaupun di dalamnya masih begitu banyak
kekurangan karena ketidaksiapan otoritas dalam menghadapi perubahan ini. Kemampuan tenaga
pendidik dalam memanfaatkan kemajuan teknologi dan penyediaan koneksi internet oleh otoritas
kepada tenaga dan peserta didik juga belum mendapatkan perhatian serius. Tetapi hal ini juga menjadi
satu gerakan yang positif, dimana dunia pendidikan telah beranjak menggunakan kemajuan teknologi
secara lebih luas.

Daalam rangka menghasilkan SDM unggul pemerintah tak hanya harus mempersiapkan metode
pembelajaran, gebrakan Merdeka Belajar saja tak cukup untuk menciptakan generasi unggul,
kesejahteraan tenaga pendidik, ketersediaan infrastruktur, dan memastikan implementasi pendidikan
karakter yang menumbuhkan kesadaran serta membebaskan harus menjadi perhatian utama hari ini
hingga kedepan.

Anda mungkin juga menyukai