Psychoeducation of Group
Psychoeducation of Group
Disusun oleh:
Dosen Pembina:
Kelas 6/C
FAKULTAS PSIKOLOGI
Tahun 2020
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Puji
syukur saya panjatkan kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya sehingga saya mampu menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Mikro Konseling yang
berjudul “Psycho-education of Group”. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW yag telah menunjukan kepada kita semua
jalan yang lurus.
Penyusunan makalah ini sudah saya lakukan sebaik mungkin dengan dukungan dari
banyak pihak. Untuk itu saya ucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
mendukung saya dalam menyelesaikan makalah ini, khusus nya kepada bapak Akhmad
Baidun, M.Si. sebagai dosen mata kuliah saya.
Tidak lepas dari semua itu saya sadar bahwa dalam makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan baik dari segi penyusunan, bahasa, serta aspek-aspek lainnya. Maka dari
itu saya mengharapkan kritik serta saran terhadap makalah ini agar kedepannya dapat saya
perbaiki.
Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca guna menambah wawasan dan pengetahuan.
Penyusun
ii
Daftar Isi
Kata Pengantar.......................................................................................................................................ii
Daftar Isi...............................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Psycho-education of Group.............................................................................................3
2.2 Tujuan Psycho-education of Group..............................................................................................3
2.3 Struktur Psycho-education of Group............................................................................................4
2.4 Persamaan dan Perbedaan dengan Terapi Kelompok.................................................................6
2.5 Langkah- Langkah dalam Melakukan Psycho-education of Group...............................................7
2.6 Kode Etik dalam Psycho-education of Group...............................................................................8
2.7 Penerapan Kasus Psycho-education of Group............................................................................12
2.8 Penelitian...................................................................................................................................14
Daftar Pustaka.....................................................................................................................................17
Lampiran..............................................................................................................................................18
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.2.2 Apa tujuan dari dilakukan nya konseling dengan metode psycho-education of group ?
1.2.3 Bagaimana struktur kelompok dari konseling dengan metode psycho-education of group ?
1.2.4 Apakah persamaan dan perbedaan antara psycho-education of group dengan terapi
kelompok ?
1.2.5 Bagaimana langkah- langkah dalam melakukan konseling dengan metode psycho-education
of group ?
1.2.6 Apa saja kah aturan yang terdapat dalam kode etik mengenai pelaksanaan konseling
dengan metode psycho-education of group ?
1.2.7 Dalam hal apa saja kah metode psycho-education of group dapat dilakukan ?
1.2.8 Adakah penelitian terkait yang menjelaskan tentang metode psycho-education of group ?
1
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui definisi dari psycho-education of group.
1.3.2 Mengetahui tujuan dari dilakukan nya konseling dengan metode psycho-education of
group.
1.3.3 Mengetahui struktur kelompok dari konseling dengan metode psycho-education of group.
1.3.4 Mengetahui persamaan dan perbedaan antara psycho-education of group dengan terapi
kelompok.
1.3.5 Mengetahui langkah- langkah dalam melakukan konseling dengan metode psycho-
education of group.
1.3.6 Mengetahui aturan yang terdapat dalam kode etik mengenai pelaksanaan konseling
dengan metode psycho-education of group ?
1.3.8 Mengetahui dan memahami penelitian terkait yang menjelaskan tentang metode psycho-
education of group ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Terdapat banyak pendapat terkait dengan definisi dari psycho-education of group ini. Salah
satu nya yaitu menurut Gladding (1995) kelompok psikoedukasi biasanya didefinisikan sebagai
kelompok yang fokus utamanya adalah pendidikan tentang konsep atau topik psikologis. Association
for Specialists in Group Work (ASGW, 1991) mengungkapkan bahwa metode ini berpusat pada
pentingnya tujuan pendidikan dan pencegahan dalam kelompok tersebut. Kelompok-kelompok ini
berfungsi untuk mendidik mereka yang menghadapi ancaman potensial atau peristiwa kehidupan
perkembangan (mis., Pensiun), atau untuk mengajarkan keterampilan mengatasi masalah kepada
mereka yang menghadapi krisis kehidupan langsung [ CITATION Nin04 \l 1057 ].
Sebuah hal yang sama namun dalam konteks yang berbeda pun diungkapkan oleh Geroski &
Kraus (2002). Menurutnya, psikoedukasi umumnya digunakan dalam program konseling sekolah
yang komprehensif. Sejalan dengan pernyataan tersebut menurut Corey & Corey (2006) metode ini
sangat cocok untuk individu yang mungkin memiliki kekurangan dalam hal informasi, pengetahuan,
atau keterampilan dalam beberapa bidang. Kemudian, Rivera, Wilbur, Phan, Garrett, & Betz, (2004)
menyebutkan bahwa fokusnya adalah untuk mengajar, mendiskusikan, mengarahkan, dan
melakukan pemeriksaan terhadap sikap, nilai, kepercayaan, gagasan, dan pendapat anggota dalam
kelompok psycho-education tersebut, dan menurut Gerrity & DeLucia-Waack (2007) pengetahuan
dan keterampilan baru nya itu diperoleh melalui penggunaan kegiatan pengembangan keterampilan
yang dirancang dalam kelompok tersebut [ CITATION Sam13 \l 1057 ]. Jadi, psycho-education of
grouip ini adalah sebuah metode yang digunakan dalam sebuah konseling dalam bentuk kelompok
yang dilakukan dengan cara memberikan sebuah informasi, pengetahuan, atau keterampilan untuk
berbagai hal yang dikhususkan sesuai dengan tujuan dari kelompok itu sendiri.
Dalam Hämäläinen, Kanerva, Kuhanen, Schu-bert & Seuri 2017, 187-189; Vuorilehto, Larri,
Kurki, & Hätönen 2014, 129 dikatakan bahwa tujuan psychoeducation ini adalah untuk menyediakan
alat konkret bagi klien guna mengatasi kehidupan mereka dan dengan demikian meningkatkan
kemampuan mereka untuk mengelola penyakit mereka. Lebih jauh lagi, dalam Pulkkinen & Vesanen
3
(2014) mengatakan bahwa tujuannya adalah untuk memberikan informasi kepada pasien tentang
penyakit mereka dan dengan demikian meningkatkan pemahaman tentang kondisi mereka dan
meningkatkann kontrol diri atas kehidupan mereka sendiri [ CITATION Haa17 \l 1057 ]. Selain itu,
dalam. Gladding (1995) Association for Specialists in Group Work (ASGW, 1991) mendefinisikan
tujuan untuk kelompok-kelompok dalam konseling psycho-education ini sebagai sebuah upaya untuk
"mencegah terjadinya gangguan pendidikan dan psikologis" [ CITATION Nin04 \l 1057 ]. Jadi, tujuan
dari dilakukan nya metode ini adalah sama seperti tujuan konseling pada umum nya, namun yang
menjado perbedaan adalah metode ini menekankan tentang pengedukasian (pemahaman,
informasi, atau keterampilan) terhadap topik yang dipilih dalam sebuah kelompok tersebut.
Dalam melaksanakan metode ini, tentunya terdapat ketentuan tentang struktur kelompok
yang dibentuk. Hal ini pasti tidak akan sama dengan membentuk kelompok lainnya. Berikut adalah
struktur yang berlaku untuk konseling dengan metode Psycho-education of Group :
2.3.1 Ukuran
Jumlah anggota dalam kelompok ini berkisar dari 5 hingga 50 atau bahkan 100 anggota.
Beberapa lokakarya dan seminar yang masuk dalam kategori kelompok psikoedukasi dapat
memiliki 50 atau lebih peserta. Hal ini lah yang membedakan dengan terapi kelompok, karena
kelompok terapi biasanya terbatas pada 5 hingga 10 anggota [ CITATION Nin04 \l 1057 ].
Semua grup Psikoedukasi ini pasti memiliki beberapa konten. Konten itu dikelola dengan
mengacu padabeberapa mode, yaitu : presentasi, penggagas, dan pemrosesan. Mode presentasi
dapat mencakup ceramah, permainan peran, dan demonstrasi. Konselor dari semua jenis
kelompok memiliki tanggung jawab untuk perencanaan awal. Dalam kelompok psikoedukasi,
konselor dapat meminta masukan dari orang lain untuk menetapkan tujuan dan menyusun
kegiatan. Penggagas topik, konsep, keterampilan, atau proses dapat menjadi pemimpin. Anggota
individu, pengawas, atau kelompok secara keseluruhan dapat memiliki peran kepemimpinan.
Pemrosesan dan refleksi adalah kedalaman dan sejauh mana materi yang muncul dibicarakan
dalam kelompok [ CITATION Nin04 \l 1057 ].
Panjang dan lamanya dapat sangat bervariasi, dari satu sesi yang berlangsung 1 - 2 jam
hingga kelompok-kelompok jangka panjang yang sedang berlangsung, seperti kelompok-
4
kelompok mandiri atau pendukung. Secara umum, kelompok yang berfokus pada pendidikan
memiliki sesi lebih sedikit daripada pelatihan keterampilan atau kelompok swadaya. Namun,
kelompok psikoedukasi dicirikan oleh singkatnya sesi mereka: sebagian besar menggunakan sesi
pendek selama periode waktu yang singkat [ CITATION Nin04 \l 1057 ].
Konselor kelompok psikoedukasi memiliki tanggung jawab utama untuk menentukan tujuan
dan sasaran, membentuk kelompok, memilih kegiatan, dan memantau fungsi kelompok. Ada
beberapa variasi tanggung jawab pemimpin di antara berbagai jenis kelompok, dan pemimpin
kelompok dapat melibatkan pakar dari luar untuk membantu menetapkan tujuan kelompok dan
memilih kegiatan — misalnya, pengawas dapat membantu dengan kelompok-kelompok pembina
tim, petugas masa percobaan dengan kelompok-kelompok manajemen kemarahan, dan konselor
dengan kelompok pendidikan karier. Para ahli ini dapat membuat saran atau mengidentifikasi
kebutuhan peserta. Anggota jarang berpartisipasi dalam penetapan tujuan untuk kelompok
psikoedukasi. Sehingga, konselor ditempatkan pada posisi mencoba menebak apa yang akan
relevan secara pribadi bagi calon anggota kelompok [ CITATION Nin04 \l 1057 ].
Tidak semua kelompok psikoedukasi berfokus pada masalah seperti halnya kelompok
konseling dan terapi. Meskipun beberapa kelompok konseling dipandang sebagai kelompok
pencegahan, gagasan bahwa ada potensi masalah membantu memberi kelompok ini fokus
masalah. Meskipun beberapa kelompok psikoedukasi memang memiliki fokus masalah, seperti
manajemen kemarahan. Untuk keperluan klasifikasi, masalah juga akan mencakup topik dan
masalah. Tingkat keparahan mencakup dampak pada hubungan dan fungsi, dengan dampak yang
cukup besar mengacu pada masalah atau masalah yang belum ditangani. Kelompok yang
memiliki pencegahan sebagai fokus akan diklasifikasikan dengan kategori sedang hingga ringan,
karena beberapa anggota dalam kelompok ini mungkin sudah mengalami dampak negatif pada
hubungan dan fungsi [ CITATION Nin04 \l 1057 ].
Kompetensi konselor kelompok ditentukan oleh banyak faktor, termasuk yang berikut:
5
Pengetahuan dan keterampilan khusus — misalnya, dalam penyalahgunaan zat,
pengembangan karier, atau gangguan karakterologis
Pelatihan
Pengalaman klinis dan / atau lapangan yang diawasi
Para konselor kelompok psikoedukasi membutuhkan basis pengetahuan yang sama dan
banyak keterampilan yang sama dengan konselor kelompok konseling dan terapi. Namun,
mereka menggunakan keterampilan ini dengan cara yang agak berbeda. Para konselor
kelompok psikoedukasi menggunakan pengetahuan dan keterampilan mereka untuk
memahami peserta dan kebutuhan mereka, sedangkan konselor kelompok konseling / terapi
membangun pemahaman mereka untuk intervensi, fasilitasi, dan penyelesaian masalah baik
umum ataupun pribadi. Lebih lanjut, para konselor kelompok konseling / terapi
membutuhkan persiapan yang lebih luas daripada para konselor kelompok-kelompok
psikoedukasi [ CITATION Nin04 \l 1057 ].
Dari pernyataan- pernyataan sebelum nya, tampak nya memang terkesan sama antara
Psycho-education of Group dengan Group Therapy. Namun, ternyata terdapat beberapa perbedaan
antara kedua hal tersebut, walaupun terdapat beberapa hal yang sama pula diantara keduanya. Hal
itu akan saya sampaikan pada Tabel di bawah ini.
Tabel 1.1 Perbedaan antara Psycho-education of Group dengan Group Therapy [ CITATION Nin04 \l
1057 ].
6
Privasi dan kerahasiaan bukan yang utama, Privasi dan kerahasiaan, elemen dasar
melainkan keprihatinan atau penekanan
Sesi mungkin terbatas, hanya dilakukan satu kali Biasanya terdiri dari beberapa sesi
Fungsi tugas ditekankan Fungsi pemeliharaan lebih ditekankan pada
tugas
Tabel 1.2 Persamaan dan perbedaan antara Psycho-education of Group dengan Group Therapy
[ CITATION Akh1 \l 1057 ]
Persamaan Perbedaan
Karakteristik klien relative sama & mendorong Fokus pada edukasi bukan terapi
interaksi kelompok
Memiliki tujuan Memberikan informasi yang memadai, bukan
fokus pada emosi individu
Fokus pada topik utama terkait dengan kondisi Membangun keterampilan, bukan menekankan
klien pada perubahan perilaku
Difasilitasi oleh fasilitator
Dari kedua tabel di atas, kita dapat mengetahui apa yang menjadi persamaan dan perbedaan
diantara kedua hal tersebut.
7
Aturan ini bisa disesuaikan dengan kelompok nya, atau aturan yang general bisa
memacu kepada kode etik yang telah ditetapkan oleh HIMPSI atau Association for Specialists
in Group Work. Aturan yang dibuat secara pribadi/menyesuaikan dengan kelompok bisa
seperti : menjaga kerahasiaan, datang tepat waktu, tidak diperkenankan menyela
pembicaraan, mengerjakan tugas yang disajikan, dan keikutsertaan secara utuh [ CITATION
Akh1 \l 1057 ].
2.5.4 Sesi stres dan pengelolaannya
Sesi ini bisa dimulai dengan perkenalan dan gambaran program, setelah itu
mendaftar stressor, kemudian memberikan gambaran kepada klien atau hasil pengalaman
klien tentang gejala stres yang dialami, lalu memberikan pengetahuan tentang dampak dari
stres, dan setelah itu dapat melakukan terapeutik sesuai dengan kelompok [ CITATION
Akh1 \l 1057 ].
Langkah- langkah tersebut dapat disesuaikan dengan topik yang diambil oleh kelompok dan bisa
dimodifikasi sesuai dengan keinginan kelompok.
Dalam melaksankan sebuah Psycho-education of Group pastinya terdapat aturan atau kode etik
yang harus diberlakukan oleh setiap peserta yang terdapat dalam kelompok tersebut. Association
for Specialists in Group Work (ASGW, 1990) menetapkan bahwa terdapat 16 kategori untuk
pedoman etika dalam kelompok psikoedukasi, yaitu :
8
konselor tidak akan berada dalam posisi untuk menentukan keanggotaan kelompok.
Dimungkinkan untuk menyaring melalui kuesioner tertulis, tetapi jika konselor tidak memiliki
wewenang untuk mengecualikan anggota, kuesioner tidak memiliki tujuan yang bermanfaat
[ CITATION Nin04 \l 1057 ].
2.6.3 Kerahasiaan
Sebagai masalah etika, kerahasiaan memiliki banyak kendala yang sama dengan
penyaringan. Kelompok psikoedukasi biasanya tidak berurusan dengan hal-hal yang
menuntut kerahasiaan. Namun, beberapa kelompok memang berurusan dengan masalah
pribadi, dan konselor kelompok harus menekankan kerahasiaan. Konselor dapat mendekati
masalah dengan meyakinkan anggota bahwa diskusi konten di luar grup dapat diterima,
tetapi identifikasi anggota dan masalah mereka tidak. Kerahasiaan lebih menjadi perhatian
untuk konseling / terapi kelompok daripada untuk kelompok psikoedukasi [ CITATION
Nin04 \l 1057 ].
2.6.4 Partisipasi sukarela / tidak sukarela
Partisipasi sukarela / tidak sukarela adalah masalah yang kompleks. Apa yang
dimaksud dengan partisipasi sukarela? Sebagai contoh, siswa yang mempersiapkan diri
untuk gelar dalam konseling diharapkan untuk berpartisipasi dalam kelompok pertumbuhan.
Apakah ini sukarela atau tidak sukarela? Karena ini adalah masalah etika yang kompleks,
sehingga terdapat pembahasan lebih lanjut mengenai hal tersebut [ CITATION Nin04 \l
1057 ].
2.6.5 Meninggalkan grup
Sebagai konselor kelompok, terkadang harus memberikan kesempatan bagi anggota
untuk meninggalkan grup dengan cara yang konstruktif dengan memperhitungkan perasaan
anggota tersebut dan perasaan anggota yang tersisa. Diasumsikan bahwa anggota memiliki
hak untuk meninggalkan grup, meskipun mungkin ada konsekuensi untuk melakukannya.
Masalah etika ini mungkin berlaku lebih untuk kelompok konseling / terapi, tetapi memiliki
implikasi untuk kelompok yang bertemu dari waktu ke waktu. Para konselor kelompok
psikoedukasi harus siap menghadapi penghentian anggota secara prematur karena berbagai
alasan. Meskipun mungkin tidak menjadi masalah bagi kelompok-kelompok ini, namun
meninggalkan mungkin akan berdampak pada anggota kelompok lainnya [ CITATION Nin04 \l
1057 ]
2.6.6 Pemaksaan dan tekanan
Konselor memiliki tanggung jawab moral, hukum, dan etika untuk melindungi
anggota dari "ancaman fisik, intimidasi, paksaan, dan tekanan teman sebaya yang tidak
9
semestinya". Meskipun tindakan seperti itu mungkin lebih intens dan berbahaya dalam
kelompok konseling / terapi, namun tetap terdapat potensi bahaya juga pada kelompok
psikoedukasi. Menyajikan pedoman yang jelas untuk perilaku anggota kelompok yang
diharapkan, memblokir perilaku yang tidak pantas, dan menilai efek latihan dan kegiatan
akan membantu dalam memenuhi pedoman ini [ CITATION Nin04 \l 1057 ].
2.6.7 Memberlakukan nilai-nilai konselor
Mengetahui nilai-nilai, sikap, dan kepercayaan memungkinkan untuk memahami
dampak potensial yang mungkin mereka miliki terhadap orang lain. Adalah dapat diterima
bagi seorang konselor untuk mengungkapkan dengan tepat nilai-nilai, sikap, dan
kepercayaannya, dan konselor tidak diperbolehkan untuk bersikeras bahwa anggota
kelompok harus mengikuti mereka. Meskipun kelompok psikoedukasi lebih fokus pada
tugas, namun nilai-nilai juga memainkan peran penting dalam banyak aspek kelompok.
Karena itu, penting untuk menyadari nilai-nilai pribadi dan berhati-hati untuk tidak
memaksakannya pada kelompok [ CITATION Nin04 \l 1057 ].
2.6.8 Perlakuan yang adil
Penting untuk mengenali dan menghormati perbedaan semua anggota kelompok.
Perbedaan seperti jenis kelamin, agama, ras / etnis, gaya hidup, usia, dan cacat adalah
penting. Konselor kelompok harus cukup tahu tentang masalah budaya dan keragaman agar
peka terhadap perbedaan-perbedaan ini dan untuk memastikan bahwa anggota tidak
didiskriminasi karena mereka [ CITATION Nin04 \l 1057 ].
2.6.9 Hubungan ganda
Masalah hubungan ganda adalah masalah yang rumit dan kompleks. Beberapa
hubungan ganda mudah diidentifikas, sepert : seksual, pengawasan, dan keluarga. Namun,
ada yang tidak begitu mudah untuk didefinisikan seperti : guru siswa dan kontak sosial.
Konselor kelompok psikoedukasi juga dapat memiliki hubungan kerja dengan satu atau lebih
peserta dalam kelompok. Apakah ini merupakan hubungan ganda? Tidak ada jawaban yang
mudah. Itu tergantung pada apakah ada potensi obyektifitas konselor dan penilaian
profesional untuk terkena dampak negatif atau untuk itu memiliki dampak negatif pada
anggota kelompok. Para konselor kelompok psikoedukasi harus memberikan pertimbangan
yang cermat terhadap masalah hubungan ganda dan melakukan segala daya mereka untuk
memastikan bahwa ini benar-benar dilakukan (fungsi kelompok, atau kemajuan anggota
individu) [ CITATION Nin04 \l 1057 ].
2.6.10 Penggunaan teknik
10
Konselor kelompok hendaknya tidak menggunakan teknik yang belum dilatih.
Mungkin tergoda untuk mencoba teknik-teknik baru, tetapi hal itu dapat mengganggu
anggota kelompok dengan cara yang tidak diantisipasi oleh konselor [ CITATION Nin04 \l
1057 ].
2.6.11 Pengembangan tujuan
Konselor kelompok psikoedukasi umumnya menetapkan tujuan, kadang-kadang
bekerja sama dengan organisasi yang menjadi tujuan grup tersebut (mis., Membangun tim),
dan ada kalanya tujuan ditetapkan melalui konsultasi dengan anggota kelompok. Paling
sering dilakukan adalah tujuan tergantung pada pemimpin. Konselor semua kelompok
psikoedukasi harus menyadari bahwa kelompok ditingkatkan ketika anggota membantu
menetapkan tujuan dan bahwa tujuan lebih mungkin dicapai jika anggota memiliki
kepentingan pribadi. Bahkan ketika harus menetapkan tujuan sendiri, mungkin akan lebih
baik untuk mengulasnya di awal kelompok, memberi tahu anggota bahwa tujuan dapat
diubah jika mereka merasa tujuan tidak memenuhi kebutuhan atau harapan mereka. Jika
konselor telah cukup meneliti subjek dan mengetahui informasi yang relevan tentang para
peserta, mungkin hanya beberapa perubahan yang akan direkomendasikan [ CITATION
Nin04 \l 1057 ].
2.6.12 Konsultasi
Masalah konsultasi etis berlaku ketika konselor dalam pelatihan, ada lebih dari satu
sesi, dan masalah pribadi adalah fokus kelompok. Konsultasi mengacu pada konselor yang
menerima pengawasan, menetapkan aturan untuk pertemuan antara sesi dengan anggota,
membatasi apa yang dapat dibahas oleh pemimpin dengan orang lain (misalnya, manajemen
kasus), dan memiliki peran ganda, yaitu : tanggung jawab kepada anggota dan tanggung
jawab kepada anggota agensi (misalnya, kantor masa percobaan). Namun, anggota perlu
mengetahui terlebih dahulu konten apa yang akan dibahas atau dibagikan dengan orang lain
yang berwenang atau di luar grup. Dengan begitu, anggota bisa lebih mandiri [ CITATION
Nin04 \l 1057 ].
2.6.13 Pengakhiran anggota dari grup
Ada saatnya ketika seorang anggota harus diberhentikan dari kelompoknya untuk
kebaikannya sendiri atau untuk kebaikan kelompok tersebut. Anggota yang mengganggu,
mereka yang memiliki gangguan pribadi atau emosional yang luar biasa yang menghambat
partisipasi mereka, atau anggota yang kasar adalah beberapa hal. Para konselor kelompok
psikoedukasi tidak mungkin sering mengalami situasi ini. Jika, karena suatu alasan, anggota
harus diberhentikan, konselor harus mengatur pemberhentian yang konstruktif yang
11
memperhitungkan kebutuhan anggota yang diberhentikan dan kebutuhan anggota yang
tersisa. Konselor mungkin perlu membawa konsultan untuk membantu dalam proses,
terutama jika konselor tidak berpengalaman dalam situasi ini [ CITATION Nin04 \l 1057 ].
2.6.14 Evaluasi dan tindak lanjut
Ketentuan untuk mengevaluasi kelompok harus dibuat selama periode perencanaan.
Akan lebih baik jika evaluasi disampaikan dalam bentuk tertulis, meskipun umpan balik lisan
juga dapat diminta. Jika grup adalah grup yang terbuka, konselor dapat menggunakan
evaluasi formatif untuk membantu melakukan penyesuaian pada proses. Mungkin juga ada
peluang untuk melakukan evaluasi tindak lanjut. Biasanya, tingkat pengembalian untuk
bentuk evaluasi dalam kelompok psikoedukasi buruk. Setelah peserta kembali ke rumah,
kegiatan lain diprioritaskan dan evaluasi tidak selesai. Konselor harus mengisi beberapa
bentuk evaluasi, tetapi tindak lanjut mungkin tidak diperlukan atau tidak perlu [ CITATION
Nin04 \l 1057 ].
2.6.15 Referensi
Rujukan dapat membantu peserta, dan para konselor harus memiliki pengetahuan
tentang sumber daya masyarakat, terutama yang berkaitan dengan topik yang disajikan
dalam kelompok. Jika konselor tidak terbiasa dengan komunitas atau sumber daya yang
tersedia, maka harus merujuk anggota kepada seseorang yang memang memiliki
pengetahuan itu [ CITATION Nin04 \l 1057 ].
Dalam hal ini, terdapat banyak sekali kasus yang dapat dibahas dalam konseling melalui
metote ini. Hal ini telah dikemukakan dalam sebuah jurnal yang mngatakan bahwa metode ini dapat
dilakukan dalam berbagai topik, yaitu : social skills development, study skills, personal
empowerment, pregnant and parenting teens, sexual assault victims, sexual abuse prevention,
12
school athletics and athletes, gender issues, self-advocacy training, grief, drug addiction, aggression,
childhood cancer, serious mental illness, bullying, depression, stress, diversity, dan masih banyak lagi
[ CITATION Sam13 \l 1057 ]. Namun, pada kesempatan kali ini saya hanya akan membahas beberapa
saja, yaitu : social skills development, emotional issues, sexual issues, stress management, study
skills, dan diversity.
Sebuah kelompok pasti nya akan melakukan sebuah interaksi. Selain dari pengetahuan
yang nanti nya akan disampaikan dalam konseling tersebut, berkumpulnya orang- orang dalam
sebuah kelompok pun merupakan sebuah aplikasi dari interaksi sosial yang nanti nya akan
meningkatkan kemampuan tersebut. Sehingga dalam hal ini, kelompok pada konseling dengan
metode psychoeducation dapat menjadi sarana bagi kaum muda untuk menyelesaikan masalah
sosial mereka. Dengan cara ini, kerja kelompok akan memungkinkan sekolah untuk
mendapatkan kembali tempat mereka sebagai tempat pelatihan bagi perkembangan sosial dan
moral [ CITATION Sam13 \l 1057 ].
Dalam Paisley & Milsom (2007); Villalba (2007) dikatakan bahwa kelompok
psychoeducation dapat digunakan untuk membantu siswa menghindari, memulihkan, dan
mengelola berbagai pengalaman ini. Dalam hal kesedihan misalnya, menurut Samide & Stockton
(2002) kelompok psychoeducation dapat digunakan untuk mendidik anak-anak tentang proses
kesedihan, mengajarkan keterampilan koping, serta memvalidasi dan menormalkan perasaan
mereka [ CITATION Sam13 \l 1057 ].
Dalam Gerrity & DeLucia-Waack (2007) dikatakan bahwa tujuan utama dari kelompok
tersebut adalah untuk membantu anak-anak mengenali situasi masalah, belajar untuk
mengatakan tidak, dan belajar untuk mengkomunikasikan situasi yang tidak pantas kepada
orang tua, guru, dan orang dewasa lainnya yang mereka percayai. Kemudian, menurut Kenny
(2009) menjalankan kelompok psychoeducation secara simultan untuk orang tua dan anak
prasekolah adalah sebuah cara yang efektif untuk mendidik anak dan orang tua naya tentang
pencegahan pelecehan seksual. Kelompok-kelompok ini akan mendidik orang tua tentang
pelecehan pada anak-anak serta bagaimana berbicara kepada anak-anak mereka tentang
pelecehan seksual. Selain itu, anak-anak dapat belajar terminologi anatomi yang benar untuk
13
organ seksual mereka serta sentuhan yang baik dan buruk. Pengetahuan ini akan membantu
mempersiapkan anak-anak untuk menjaga diri dari pelecehan seksual saat mereka tumbuh
dewasa [ CITATION Sam13 \l 1057 ].
2.7.6 Diversity
2.8 Penelitian
Terdapat sebuah penelitan yang mengungkapkan tentang keefektifan dari dilakukan nya
Psycho-education of Group. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat kadar kecemasan
dari siswa SMA/MA dalam menghadapi ujian nasional. Penelitian ini dilakukan kepada 140 siswa
14
SMA/MA yang mengikuti ujian nasional pada tahun ajaran 2012/2013 dengan rentang usia 18 – 20
tahun. Data ini diambil dengan menggunakan kuisioner dan diolah serta dianalisis dengan
menggunakan kadar frekuensi dan persentasi. Hasil dari penelitian ini mengunkapkan bahwa ujian
nasional dapat menjadi sebuah penyebab dari munculnya kecemasan pada siswa. Hal ini dapat
diatasi dengan melakukan konseling. Konseling yang dilakukan merupakan perpaduan antara
konselor sekolah dengan guru mata pelajaran, wali kelas, dan orang tua murid. Di dalam konseling
tersebut diajarkan tentang bagaimana cara belajar yang efektif, pemberian materi pembelajaran,
intervensi, dan do’a bersama [ CITATION Bam13 \l 1057 ]. Hal ini bisa dikatakan bahwa metode yang
digunakan pada konseling ini adalah metode Psycho-education of Group yang pada hasil akhir nya
mengatakan bahwa metode ini efektif untuk dilakukan dalam menangani masalah kecemasan.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Kelompok psikoedukasi adalah kelompok yang fokus utamanya adalah pendidikan tentang
konsep atau topik psikologis. Metode ini menekan pada aspek edukasi dibandingkan dengan terapi.
Konseling dengan menggunakan metode ini bisa digunakan dalam beberapa bidang, sehingga
konselor hendaknya menguasai berbagai macam keterampilan dan memiliki pengetahuan yang luas.
Setiap peserta dalam kelompok ini harus mengikuti aturan yang berlaku. Dari penelitian yang telah
dilakukan mengungkapkan bahwa metode ini efektif untuk dilakukan, dalam hal ini adalah untuk
mengatasi kecemasan pada siswa SMA/MA.
16
Daftar Pustaka
Baidun, A., & Haryanthi, S. Psycho-education of Group. Psycho-education of Group. Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Bore, S. K., Hendricks, L., & Womack, A. (2013). Psycho-Educational Groups in Schools: The
Intervention of Choice. National Forum Journal of Counseling and Addiction, 1-9.
Brown, N. W. (2004). Psychoeducational Groups Process and Practice. New York: Brunner-Routledge.
Suryadi, B. (2013). Jenis Intervensi dan Layanan Konseling Bagi Siswa SMA/MA dalam Menghadapi
Ujian Nasional. Prosiding Konvensi Nasional BK XVIII, 1-6.
Tiina, H., & Anna, K. (2017). Psychoeducational group activity – A model for clients of rehabilitative
work. JAMK University of Applied Sciences, 1-45.
17
Lampiran
sumber :
18
Tiina, H., & Anna, K. (2017). Psychoeducational group activity – A model for clients of rehabilitative
work. JAMK University of Applied Sciences, 1-45.
19
Bore, S. K., Hendricks, L., & Womack, A. (2013). Psycho-Educational Groups in Schools: The
Intervention of Choice. National Forum Journal of Counseling and Addiction, 1-9.
Suryadi, B. (2013). Jenis Intervensi dan Layanan Konseling Bagi Siswa SMA/MA dalam Menghadapi
Ujian Nasional. Prosiding Konvensi Nasional BK XVIII, 1-6.
20
Brown, N. W. (2004). Psychoeducational Groups Process and Practice. New York: Brunner-Routledge.
21
Baidun, A., & Haryanthi, S. Psycho-education of Group. Psycho-education of Group. Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Untuk sumber di atas dapat diakses dengan lengkap (full text) pada file yang terpisah.
22