Anda di halaman 1dari 4

PIMPINAN PUSAT

KESATUAN MAHASISWA HINDU DHARMA INDONESIA


Sekretariat : Jl. Kakatua Blok AA No. 14 Perumahan Cipinang Indah II,
Kelurahan Pondok Bambu, Duren Sawit Jakarta Timur 13120
021 – 86600779 / 085664846308 | www.kmhdi.org | presidium@kmhdi.org

Nomor : 397/A/KMHDI/IV/2020
Lampiran : 1 (Satu) rangkap Kajian
Perihal : Pengantar Kajian dan Diskusi Hari Buruh

Kepada Yth;
Ketua Pimpinan Daerah dan Pimpinan Cabang KMHDI se Indonesia
Di _
Tempat

OM Swastyastu,
OM Ano Badrah Kratavo Yantu Visvatah
Teriring salam dan doa, semoga senantiasa mendapatkan Waranugraha-Nya dalam
menjalankan tugas dan tanggungjawab sehari-hari.
Sehubungan dengan Hari Buruh yang diperingati setiap tanggal 1 Mei, Pimpinan Pusat KMHDI
akan melaksanakan kegiatan diskusi online pada:
Hari, tanggal : Jumat, 1 Mei 2020
Waktu : 14.00 WIB s.d selesai
Aplikasi : Hangouts
Dengan demikian Pimpinan Pusat KMHDI menghimbau kepada Pimpinan Daerah dan Pimpinan
Cabang KMHDI se-Indonesia agar dapat berpartisipasi dalam diskusi tersebut di atas. Untuk dapat
berpartisipasi mohon mengirimkan email kepada admin diskusi online a/n Teddy C. Putra
(081999013012). Sebagai bahan bacaan berikut kami lampirkan kajian Pimpinan Pusat KMHDI
mengenai Hari Buruh.
Demikian kami sampaikan, semoga setiap langkah kecil yang dilakukan dapat berguna. Hyang
Widhi Merestui Karma Yoga Ini.
OM Shanti, Shanti, Shanti OM
Jakarta, 30 April 2020

PIMPINAN PUSAT
KESATUAN MAHASISWA HINDU DHARMA INDONESIA
KETUA PRESIDIUM, SEKRETARIS JENDERAL,

I KADEK ANDRE NUABA, S.Kom., M.Sos I MADE SUDANA YASA, S.E


NA. 167111008 NA. 717114001
PIMPINAN PUSAT
KESATUAN MAHASISWA HINDU DHARMA INDONESIA
Sekretariat : Jl. Kakatua Blok AA No. 14 Perumahan Cipinang Indah II,
Kelurahan Pondok Bambu, Duren Sawit Jakarta Timur 13120
021 – 86600779 / 085664846308 | www.kmhdi.org | presidium@kmhdi.org

BURUH DITENGAH PUSARA COVID-19 DAN JERAT OMNIBUS LAW

Departemen Kajian dan Isu PP KMHDI

“Can you not understand that liberty is worth more than just ribbons?”
― George Orwell, Animal Farm

Masa Pandemi COVID-19 di indonesia, korporasi seperti berlomba melakukan PHK besar-
besaran kepada para buruh dengan dalih hal tersebut dilakukan karenakan kebijakan pemerintah yang
membatasi ruang gerak industrial agar terhindar dari wabah COVID-19 semakin meluas. Mereka para
pengusaha pun menolak mengambil resiko untuk memperkerjakan para buruh ditengah wabah COVID-
19 ini. Berdasarkan data Kemenaker, sebanyak 1.205.191 orang pekerja dari sektor formal
dirumahkan, dan 282 ribu orang tak memiliki penghasilan, totalnya 2,8 juta orang kehilangan pekerjaan.
Para buruh untuk sementara waktu tanpa diupah ataupun diberikan pesangon dengan dalih keadaan
kahar atau yang lebih dikenal dengan sebutan force majeur.

Diterpa pandemic COVID-19, prioritas anggaran dan konsentrasi pemerintah memang sedang
difokuskan untuk penanggulangan wabah tersebut. Ditengah polemik serangan virus tersebut, sempat
masuk dalam pembahasan Omnibus Law Undang-Undang Cipta Lapangan Kerja walau akhirnya
pembahasannya ditunda karena menerima gelombang penolakan dari masyarakat maupun serikat
pekerja. Kehadiran RUU tersebut dinilai menimbulkan depresi bagi para buruh ditengah situasi
pagebluk ini. Draft UU yang telah di publikasikan sejak tanggal 12 Februari 2020 ini mendapat kritik
negatif juga dinilai cacat hukum karena tidak melibatkan masyarakat pada prosesnya. Draft ini bahkan
dianggap sangat merugikan para buruh/pekerja di Indonesia, mulai dari penghapusan sistem UMK
yang diganti dengan sistem UMP, sistem kontrak kerja yang tidak memiliki batasan waktu, hingga
sistem outsourching yang semakin tidak jelas.

Omnibus Law

Presiden Joko Widodo dalam pidato pertamanya setelah


dilantik sebagai Presiden RI 2019-2024 (periode kedua) menyatakan Tim Ahli
akan membuat sebuah konsep hukum perundang-undangan yang
disebut Omnibus Law. Melalui “Omnibus Law” akan dilakukan
Menganalisis
penyederhanaan regulasi yang saat ini berbelit dan panjang. Regulasi
Penerapan konsep “omnibus law” dicanangkan oleh Presiden dalam
rangka memudahkan pelayanan perizinan dan mendorong peningkatan Percepatan
investasi. Sedikitnya 79 aturan yang dianggap menghambat laju penyelesaian
“omnibus law”
investasi. Rencananya puluhan aturan itu akan dibahas bersama
dengan DPR di bawah payung hukum bernama omnibus law.
PIMPINAN PUSAT
KESATUAN MAHASISWA HINDU DHARMA INDONESIA
Sekretariat : Jl. Kakatua Blok AA No. 14 Perumahan Cipinang Indah II,
Kelurahan Pondok Bambu, Duren Sawit Jakarta Timur 13120
021 – 86600779 / 085664846308 | www.kmhdi.org | presidium@kmhdi.org

Definisi Omnibus Law berasal dari bahasa latin “Omnibus”, yang berarti “untuk semuanya”,
meliputi seluruhnya, sapu jagat atau terpadu. Menurut Audrey O” Brien (2009), omnibus law adalah
suatu RUU (bill) yang mencakup lebih dari satu aspek yang digabung menjadi satu undan-
undang. Regulasi dalam konsep ini adalah membuat satu UU baru untuk mengamandemen beberapa
UU sekaligus. Teknik ini memungkinkan satu RUU terpadu (omnibus bill) yang berisi perubahan atau
bahkan penggantian beberapa UU sekaligus diajukan ke parlemen untuk mendapatkan persetujuan
dalam satu kesempatan pengambilan keputusan.
Masalah turunan :
Pada prinsipnya omnibus law harus dilakukan secara penuh kehati-hatian, sehingga tidak
memunculkan masalah turunan dalam pelaksanaannya dan mengakibatkan ketidakpastian hukum.
Secara khusus UU No. 12 Tahun 2011 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 15 Tahun 2019
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, tidak mengatur konsep omnibus law dalam
pembentukan peraturan perundang-undangan. Ketiadaan landasan hukum tersebut berimplikasi pada
tidak dapat diadopsinya konsep omnibus law. Meskipun tidak memiliki payung hukum, dalam sejarah
politik legislasi di Indonesia, konsep semacam omnibus law pernah diterapkan. Misalnya pada saat
mengeluarkan kelembagaan DPRD dari rezim UU MD3 ke rezim undang-undang pemerintahan
daerah.
Omnibus Law adalah upaya perbaikan sistem regulasi Indonesia
Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia (PSHK) mencatat, pada masa pemerintahan
Jokowi hingga November 2019, telah terbit 10.180 regulasi. Rinciannya, 131 undang-undang, 526
peraturan pemerintah, 839 peraturan presiden, dan 8.684 peraturan menteri. Data inilah yang menjadi
salah satu pertimbangan setuju dengan omnibus law. Omnibus law mendorong upaya memperkuat
perekonomian nasional melalui penciptaan lapangan kerja dan pemberitan fasilitas perpajakan. Salah
satu fokus dari omnibus law, adalah untuk menciptakan pekerjaan bagi 7 juta penganggur yang ada.

RUU Omnibus law diharapkan memperkuat perekonomian nasional melalui


perbaikan ekosistem investasi dan daya saing Indonesia, khususnya dalam menghadapi
ketidakpastian dan perlambatan ekonomi global. Setidaknya ada 3 (tiga) manfaat dari penerapan
omnibus law. Pertama, menghilangkan tumpang tindih antar peraturan perundang-undangan. Kedua,
efisiensi proses perubahan/pencabutan peraturan perundangan-undangan. Ketiga menghilangkan ego
sektoral yang terkandung dalam berbagai peraturan perundang-undangan.

Buruh dalam pusara RUU Omnibus Law Cipta Kerja

Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) menyatakan keberatan setidaknya pada 9


(sembilan) poin kontroversial dan dampak negatif yang ditimbulkan omnibus law yakni :
PIMPINAN PUSAT
KESATUAN MAHASISWA HINDU DHARMA INDONESIA
Sekretariat : Jl. Kakatua Blok AA No. 14 Perumahan Cipinang Indah II,
Kelurahan Pondok Bambu, Duren Sawit Jakarta Timur 13120
021 – 86600779 / 085664846308 | www.kmhdi.org | presidium@kmhdi.org

Hilangnya upah minimum, hilangnya pesangon, PHK sangat mudah dilakukan, karyawan
kontrak seumur hidup, outsourcing seumur hidup, jam kerja yang eksploitatif, tenaga kerja asing (TKA),
buruh kasar, unskill worker, berpotensi bebas masuk ke Indonesia, hilangnya jaminan sosial, dan
sanksi pidana hilang, dalam UU 13/2003, pengusaha yang tidak memberikannya kepada pekerja/buruh
yang memasuki usia pensiun, dipidana dengan pidana penjara paling sedikit setahun dan paling lama 5
tahun dan/atau dengan denda paling sedikit 100 juta dan paling banyak 500 juta. Dalam RUU Cipta
Kerja sanksi pidana ini dihilangkan.
Atas dasar diatas setidaknya ada tiga poin utama dampak negatif penerapan Omnibus law,
yakni :

1. Omnibus Law berpotensi mengabaikan ketentuan formal pembentukan undang-undang.


Prinsip pembentukan undang-undang, harus disusun dengan hati-hati baik di tingkat
perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan, maupun pengundangan.
Penyusunan omnibus law yang cenderung cepat dikhawatirkan memunculkan pelanggaran
dan bertentangan dengan prinsip negara hukum yang menghendaki segala tindakan
pemerintah didasari hukum.

2. Omnibus law dalam praktik penyusunannya kemarin telah mempersempit keterbukaan dan
partisipasi publik. Di beberapa negara, pembentukan UU Omnibus law didominasi oleh
pemerintah atau DPR. Materi dan waktu pengerjaannya bergantung pada instansi yang
bertanggungjawab karena dituntut untuk selesai secepat mungkin, bahkan hanya dalam
satu kesempatan pengambilan keputusan. Akibatnya, ruang partisipasi publik menjadi
kecil, bahkan hilang. Prinsip keterbukaan dan partisipasi dalam membuat undang-undang
adalah nafas utama dalam negara demokratis. Pelanggaran atas prinsip ini tentu
mencederai prinsip demokrasi.

3. Omnibus law dapat menambah beban regulasi jika gagal diterapkan. Dengan sifatnya
mencakup lebih dari satu aspek yang digabung menjadi satu UU, pembahasan UU
Omnibus law dikhawatirkan tidak komprehensif. Pembahasan akan berfokus pada UU
Omnibus law dan melupakan UU yang akan dicabut, akan menghadirkan beban regulasi
lebih kompleks.

Tiga hal tersebut tentu berdampak besar terhadap kesejahteraan kaum buruh yang digadang-
gadang akan dilindungi lewat regulasi ini. Status karyawan kontrak, berpotensi menimbulkan
pemutusan hubungan kerja (PHK) secara tidak bertanggungjawab, dengan alasan masa kontrak yang
telah selesai atau dengan alasan efisiensi. Selama ini efisiensi selalu jadi kedok perusahan melakukan
pemecatan semena-mena. Di Omnibus Law justru banyak unsur yang dilegitimasi dan dipertegas, pada
akhirnya kata efisiensi memang memiliki tafsir yang abu-abu. Selamat datang dalam era perbudakan
modern.

Anda mungkin juga menyukai