Penerapan jalur Sistem Satu Arah (SSA) pada ruas jalan yang melingkari Istana
Kepresidenan Bogor dan Kebun Raya Bogor mulai dilaksanakan pada bulan Maret 2016. Penerapan
jalur SSA dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi tingkat kemacetan yang terjadi pada jalur
tersebut. Maksud penulisan tugas akhir ini adalah untuk mengevaluasi kinerja jalan pada Penerapan
Sistem Satu Arah (SSA) di Kota Bogor, sedangkan tujuannya untuk: menghitung karakteristik arus
lalu lintas dan mengevaluasi kinerja ruas jalan Sistem Satu Arah. Data volume lalu lintas sebelum
penerapan SSA pada jalan Pajajaran adalah 3036.0 smp/jam, jalan Otto Iskandardinata 4488.0
smp/jam, jalan Ir. H. Djuanda 5130.0 smp/jam dan jalan Jalak Harupat 2610.4 smp/jam, sedangkan
volume lalu lintas setelah penerapan SSA pada jalan Pajajaran adalah 3343 smp/jam, jalan Otto
Iskandardinata 4659 smp/jam, jalan Ir. H. Djuanda 4285 smp/jam dan jalan Jalak Harupat 3132
smp/jam. Hasil evaluasi kinerja jalan sebelum penerapan dan sesudah penerapan SSA yaitu; pada
jalan Pajajaran turun dari 0.61 menjadi 0.59, jalan Otto Iskandardinata turun dari 0.77 menjadi 0.73,
jalan Ir. H. Djuanda turun dari 0.79 menjadi 0.67dan jalan Jalak Harupat turun dari 0.76 menjadi
0.65. Perbandingan Level of Service setelah dan sebelum penerapan SSA pada segmen jalan Otto
Iskandardinata, jalan Ir. H. Djuanda dan jalan Jalak Harupat meningkat dari D menjadi C,
sedangkan jalan Pajajaran tetap pada tingkat pelayanan C. Berdasarkan hasil diperoleh bahwa
penerapan jalur Sistem Satu Arah memberikan peningkatan pada kinerja jalan dan juga tingkat
pelayanan jalan.
a. RUMAJA (Ruang Manfaat Jalan), adalah Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Dalam Kota, 1997
kedalaman ruang bebas 1,5 meter di bawah 2) Lajur (Lane) adalah bagian jalur lalu
muka jalan. lintas yang memanjang, dengan atau
b. RUMIJA (Daerah Milik Jalan), adalah tanpa marka jalan, yang memiliki lebar
daerah yang dibatasi oleh lebar yang sama cukup untuk satu kendaraan bermotor
dengan Damaja ditambah ambang sedang berjalan, selain sepeda motor.
pengaman konstruksi jalan dengan tinggi 5
meter dan kedalaman 1.5 meter. Tabel 5 Lebar Lajur Ideal
c. RUWASJA (Ruang Daerah Pengawasan Fungsi Kelas Lebar Lajur
Ideal (m)
Jalan), adalah ruang sepanjang jalan di luar Arteri I, 3,75
DAMAJA yang dibatasi oleh tinggi dan II, IIIA 3,50
Kolektor IIIA, IIIB 3,0
lebar tertentu, diukur dari sumbu jalan Lokal IIIC 3,0
sebagai berikut: Sumber:Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Dalam Kota, 1997
Tabel 8 Faktor Penyesuaian Lebar Efektif Jalur Lalu 5) Faktor penyesuaian ukuran kota didasarkan
Lintas (FCW) pada jumlah penduduk.
Lebar Efektif Jalur
Tipe Jalan Lalu Lintas (W C) FCW
(m)
Tabel 11 Faktor Penyesuaian Ukuran Kota (FCCS)
1 2 3 Ukuran kota Faktor penyesuaian
Empat-Lajur terbagi Per lajur (juta penduduk) untuk ukuran kota
atau 3,00 0,92 < 0,1 0,86
Jalan satu-arah 3,25 0,96 0,1 – 0,5 0,90
3,50 1,00 0,5 – 1,0 0,94
3,75 1,04 1,0 – 3,0 1,00
4,00 1,08 > 3,0 1,04
Empat-lajur tak-terbagi Per lajur Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI), 1997
3,0 0,91
3,25 0,95
3,50 1,00
3,75 1,05
4,0 1,09