Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 2


TENTANG “GLOMERULONEFRITIS”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4

1. ADINDA MOUDY AGASSIMEVIA (1711012)


2. DILLA RISTA ROSID (1711007)
3. DWI CAHYO UTOMO (1711022)
4. HERLINA BINTI MAHMUDAH (1711017)
5. LUTVI FEBRIANA (1711003)
6. REZA DWI WAHYUNINGTYAS (1711019)

PENDIDIKAN NERS SEMESTER III REGULER


STIKES PATRIA HUSADA BLITAR
TAHUN AJARAN 2018/2019
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadiran Tuhan YME karena atas rahmat
dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Glumerulonefritis”. Terimakasih kami ucapkan kepada dosen pembimbing yang
sudah memberikan kami pengarahan dalam penyusunan makalah ini. Makalah ini
berisikan berbagai ulasan mengenai penyakit “Glumerulonefritis” yang kami
sajikan dengan singkat dan jelas. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk
pembaca serta penulis.

Blitar, 24 Septermber 2018

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Glomerulonefritis merupakan penyebab utama terjadinya gagal
ginjal tahap akhir dan tingginya angka morbiditasbaik pada anak maupun
pada dewasa ( Buku Ajar Nefrologi Anak, edisi 2, hal.323, 2002).
Terminologi glomerulonefritis yang dipakai disini adalah untuk
menunjukkan bahwa kelainan yang pertama dan utama terjadi pada
glomerulus, bukan pada struktur ginjal yang lain.Glomerulonefritis
merupakan penyakit peradangan ginjal bilateral. Peradangan dimulai
dalam gromleurus dan bermanifestasi sebagai proteinuria dan atau
hematuria. Meskipun lesi utama pada gromelurus, tetapi seluruh nefron
pada akhirnya akan mengalami kerusakan, sehingga terjadi gagal ginjal.
Penyakit yang mula-mula digambarkan oleh Richard Bright pada tahun
1827 sekarang diketahui merupakan kumpulan banyak penyakit dengan
berbagai etiologi, meskipun respon imun agaknya menimbulkan beberapa
bentuk glomerulonefritis.
Gejala glomerulonefritis bisa berlangsung secara mendadak (akut)
atau secara menahun (kronis) seringkali tidak diketahui karena tidak
menimbulkan gejala. Gejalanya dapat berupa mual-mual, kurang darah
(anemia), atau hipertensi. Gejala umum berupa sembab kelopak mata,
kencing sedikit, dan berwarna merah, biasanya disertai hipertensi.
Penyakit ini umumnya (sekitar 80%) sembuh spontan, 10% menjadi
kronis, dan 10% berakibat fatal.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan glumerulonefritis?
2. Apa etiologi/penyebab dari glumerulonefritis?
3. Apa patofisiologi dari glumerulonefritis?
4. Apa pathway dari glumerulonefritis?
5. Apa manifestasi klinik dari klien dengan glumerulonefritis?
6. Apa penatalaksanaan glumerulonefritis?
7. Apa saja pemeriksaan diagnostik dari glumerulonefritis?
8. Apa komplikasi dari glumerulonefritis?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Glomerulonefritis adalah istilah yang secara luas digunakan yang mengacu


pada sekelompok penyakit ginjal dimana inflamasi terjadi di glomerulus. Pada
hampir semua tipe glomerulonefritis, imunoglobulin utama, IgG(antibodi) yang
ditemukan di serum manusia, dapat dideteksi pada dinding kapiler glomerular.
Akibat dari reaksi antigen-antibodi, agregat molekul (kompleks) dibentuk dan
beredar ke seluruh tubuh. Beberapa dari kompleks ini terperangkap di glomerulus,
suatu bagian penyaring di ginjal, dan mencetuskan respons inflamasi.

Pada kebanyakan kasus, stimulus reaksi ini berasal dari infeksi


streptokokus grup A di kerongkongan, yang biasanya mencetuskan awitan
glomerrulonefritis dengan interval 2 sampai 3 minggu. Produk streptokokus,
berlaku sebaga antigen, menstimulasi sirkulasi antibodi dan menghasilkan
endapan kompleks di glomerulus, menyebabkan cedera pada ginjal.
Glomerulonefritis juga dapat disertai demam scarlet dan impetigo (infeksi pada
kulit dan infeksi virus akut(infeksi pernafasan atas, gondongan, varicella, eptein
barr, hepatitis B dan infeksi HIV).

Berbagai bentuk glomerulonefritis mencakup proliferatif, membranosa,


membranoploriferatif, ploriferatif vokal, dan progresif cepat. Glomerulonefritis
dapat diklarifikasikan sebagai cedera glomerulus primer atau sekunder; gangguan
primer adalah akibat penyakit sistemik. Glomerulonefritis akut adalah penyakit
yang terutama menyerang individu muda, namun demikian pembentukan virus
glomerulonefritis terjadi pada semua spektrum usia.

2.2 Etiologi
Penyebab yang sering adalah diabetes mellitus dan hipertensi kronik.
Kedua penyakit ini berkaitan dengan cedera glomerulus yang bermakna dan
berulang. Hasil akhir dari peradangan tersebut adalah pembentukan jaringan
parut dan menurunnya fungsi glomerulus. Kerusakan glomerulus sering
diikuti oleh atropi tubulus. (Muttaqin, Arif & Sari,Kumala, 2011)
Sebagian besar glomerulonefritis timbul didahului oleh infeksi ekstrarenal,
terutama di traktus respiratorius bagian atas dan kulit oleh kuman streptococcus
beta haemolyticus golongan A tipe 12, 4, 16, 25 dan 49. antara infeksi bakteri
dan timbulnya GN terdapat masa laten selama 10 hari. GN  juga dapat
disebabkan oleh sifilis, keracunan (timah hitam, tridion), amiloidosis,
trombosis vena renalis, penyakit kolagen, purpura anafilaktoid, dan lupus
eritematosis.
Hubungan antara GN dan infeksi streptococcus ini ditemukan pertama kali
oleh Lohlein pada tahun 1907 dengan alasan bahwa :
 Timbulnya GN setelah terjadinya infeksi skarlatina.
 Diisolasinya kuman sterptococcus beta hemolyticus golongan A.
 Meningkatnya titer anti-streptolisin pada serum pasien.
Penyebab penyakit ini yaitu :
 Lanjutan GNA, seringkali tanpa riwayat infeksi (Streptococcus
beta hemoliticus group A.)
 Keracunan (timah hitam, tridion).
 Penyakit sipilis
 Diabetes mellitus
 Trombosis vena renalis
 Hipertensi kronik
 Penyakit kolagen
 Penyebab lain yang tidak diketahui yang ditemui pada stadium
lanjut.

2.3 Patofisiologi

Ploriferasi seluler (peningkatan produksi sel endotelial yang melapisi


glomerulus), infiltrasi lekosit glomerulus, dan membran basal menghasilkan
jaringan parut dan kehilangan permukaan penyaring. Pada glomerulonefritis akut,
ginjal membesar, bengkak, dan kongesti. Seluruh jaringan renal-glomerulus,
tubulus dan pembuluh darah dipengaruji dalam berbagai tingkat tanpa
memperhatikan tipe glomerulonefritis akut yang ada. Pada banyak pasien, antigen
di luar tubuh (mis, medikasi, serum asing) mengawali proses, menyebabkan
pengendapan kompleks di glomerulus. Pada pasien yang lain, jaringan ginjal
sendiri berlaku sebagai antigen penyerang. Elektron-mikroskopis dan analisis
imunofluoresen mekanisme imun membantu identifikasi asal lesi. Biopsi ginjal
diperlukan untuk membedakan berbagai jenis glomerulusnefritis akut.

2.4 Manifestasi Klinis

Glomerulonephritis mungkin ringan sehingga dapat diketahui secara


insidental melalui urinalisis rutin, atau riwayat mungkin menunjukkan episode
faringitis atau tonsillitis sebelumnya, disertai demam. Pada bentuk penyakit yang
lebih parah, pasien mengeluh adanya sakit kepala, malese, edema wajah, dan nyeri
panggul. Hipertensi ringan sampai berat dapat dijumpai, dan nyeri tekan diseluruh
sudut kostovertebral (CVA) umumnya terjadi. (Sudut kostovertebral, digunakan
sebagai penanda, merupakan sudut disetiap sisi tubuh yang dibentuk oleh tulang
rusuk terbawah dari susunan tulang rusuk dengan kolumna vertebral).

2.5 Pemeriksaan Diagnostik

Gambaran primer glomelurus akut adalah hematuria (darah dalam urin)


mikroskopik atau makroskopik (gros). Urin tampak berwarna-kola akibat sel
darah merah dan butiran atau sedimen protein. (lempengan sel darah menunjukkan
adanya cedera glomerular). Proteinuria, terutama albumin, juga terjadi akibat
meningkatnya permeabilitas membrane glomerulus. Pasien, pada presentase besar,
memiliki titer antristreptolysin yang meningkat akibat reaksi terhadap organisme
streptokokus. Kadar BUN dan kreatinin serum meningkat seiring dengan
menurunnya haluaran urin. Pasien dapat anemic akibat hilangnya sel darah merah
ke dalam urin dan perubahan mekanisme hematopoetik tubuh.

Serangkaian penentuan antistreptolysin O (ASO) atau titer anti-Dnase B


(ADB) sering meningkat pada glomerulonephritis pascastreptokoal. Kadar
komplemen serum menurun tetapi secara umum kembali ke normal dalam 2
sampai 8 minggu. Namun demikian, lebih dari 50% pasien dengan IgA nefropati
(tipe glumerulonefritis primer yang paling umum), kadar IgA serum dan
komplemen normalnya akan meningkat.

Seiring dengan kesembuhan pasien, jumlah urin meningkat, sementara


urin yang mengandung protein dan sedimen menghilang. Biasanya lebih dari 90%
anak-anak akan sembuh. Presentase tingkat kesembuhan pada dewasa belum
ditentukan dengan pasti tetapi kemungkinan sekitar 70%. Banyak pasien menjadi
sangat uremik dalam beberapa minggu dan memerlukan dialysis untuk bertahan
hidup. Pasien lain, setelah menunjukkan periode penyembuhan, secara insidental
akan mengalami glomerulonephritis kronis.

2.6 Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan glomerulonefritis adalah utuk melindungi fungsi


ginjal dan menangani komplikasi dengan tepat. Jikan diduga terdapat infeksi
streptokukus sisa, penisilin dapat diresepkan. Tirah baring dianjurkan selama fase
akut sampai urin berwarna jernih dan kadar BUN, kreatinin, dan tekanan darah
kembali normal. Lama tirah baring dapat ditentukan dengan mengkaji urin pasien,
aktivitas yang berlebihan dapat meningkatkan proteinuria dan hematuria.

Diet protein yang dibatasi jika terjadi insufisiensi renal dan retensi
nitrogen (peningkatan BUN). Natrium dibatasi jika hipertensi,edema, dan gagal
jantung kongestif terjadi. Agens diuretik dan antihipertensi diresepkan untuk
mengendalikan hipertensi. Karbohidrat diberikan secara bebas untuk menyediakan
energi dan mengurangi katabolisme protein.

Jika pasien dirawat dirumah sakit, maka masukkan dan haluaran diukur
secara cermat dan dicatat. Cairan diberikan untuk mengatasi kehilangan cairan
dan berat badan harian. Cairan yang hilang melalui pernafasan dan saluran
gastroitestinal (500-1000 ml) turut dilibatkan dalam menghitung cairan yang
hilang. Deuretik diberikan dalam 1 sampai 2 minggu setelah awitan gejala. Edema
berkurang dan hipertensi menurun. Namun demikian, proteinuria dan hematuria
mikroskopik mungkin menetap untuk beberapa bulan. Pada banyak pasien,
penyakit ini dapat berkembang menjadi glomerulonefritis kronik.
2.7 Komplikasi

Komplikasi mencakup hipertensi ensefalopati, gagal jantung kongestif,


dan edema pulmoner. Hipertensi ensefalopati dianggap sebagai kondisi darurat
medis, dan terapi diarahkan untuk mengurangi tekanan darah tanpa mengganggu
fungsi renal.

Pada glomerulonefritis progresif cepat, perubahan plasma,


(plasmaferesis) dan penanganan dengan menggunakan steroid dan agens
sitotoksik telah digunakan untuk mengurangi respon inflamasi. Pada bentuk
glomerulonefritis ini, resiko untuk berkembang ke penyakit renal tahap akhir
sangat tinggi jika tidak ditangani dengan agresif. Dialisis dilakukan pada
glomerulonefritis akut jika manifestasi uremia sangat berat.

Pendidikan Pasien dan Pertimbangan Perawatan di Rumah. Intruksi


kepada pasien mencakup penjelasan dan penjadwalan evaluasi tindak lanjut
terhadap tekanan darah, tindakan urinalisis untuk protein, dan Kadar BUN serta
kreatinin untuk menentukan perkembangan penyakit. Pasien diinstruksikan untuk
untuk memberi tahu dokter jika gejala gagal ginjal terjadi (mis, keletihan, mual,
muntah, haluaran urin berkurang). Setiap infeksi harus ditangani dengan tepat.

Rujukan ke perawat kesehatan komunitas dapat dibuat untuk memberi


kesempatan dilakukannya pengakjian yang cermat terhadap perkembangan pasien
dan untuk mendeteksi awitan dini gejalainsufisiensi renal. Jika agens steroid dan
sitotoksik diresepkan, intruksi lisan dan tertulis mengenai dois, cara kerja, efek
samping, dan kewaspadaan yang harus dipatuhi diberikan kepada pasien dan
keluarga.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN
 Identitas Klien
 Riwayat penyakit
 Sebelumnya :
Adanya riwayat infeksi streptokokus beta hemolitik dan riwayat
lupus eritematosus (penyakit autoimun lain).
 Sekarang :
Adanya keluan kencing berwarna seperti cucian daging, bengkak
sekitar mata dan seluruh tubuh, tidak nafsu makan, mual , muntah 
dan diare yang dialami klien.
 Pemeriksaan Fisik
 Aktivitas atau istirahat
Gejala : kelemahan (malaise)
Tanda : kelemahan otot, kehilangan tonus otot
 Sirkulasi
Tanda : hipertensi, pucat,edema.
 Eliminasi
Gejala : perubahan pola berkemih (oliguri)
Tanda : Perubahan warna urine (kuning pekat, merah)
 Makanan atau cairan
Gejala : edema, anoreksia, mual, muntah
Tanda : penurunan keluaran urine
 Pernafasan
Gejala : nafas pendek
Tanda :Takipnea, dispnea, peningkatan frekwensi, kedalaman
(pernafasan kusmaul)
 Nyeri (kenyamanan)
Gejala: nyeri pinggang, sakit kepala
Tanda: perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah
 Pengkajian berpola
 Pola nutrisi  dan metabolik:
Suhu badan normal hanya panas hari pertama sakit. Dapat terjadi
kelebihan beban sirkulasi karena adanya retensi natrium dan air,
edema pada sekitar mata dan seluruh tubuh. Perlukaan pada kulit
dapat terjadi karena uremia.
 Pola eliminasi :
Gangguan pada glumerulus menyebakan sisa-sisa metabolisme
tidak dapat diekskresi  dan terjadi penyerapan kembali air dan
natrium pada tubulus yang tidak mengalami gangguan yang
menyebabkan oliguria, anuria, proteinuri, hematuria.
 Pola Aktifitas dan latihan :
Kelemahan otot dan kehilangan tonus karena adanya hiperkalemia.
Dalam perawatan klien perlu istirahat karena adanya kelainan
jantung dan  dan tekanan darah mutlak selama 2  minggu dan
mobilisasi  duduk dimulai  bila tekanan ddarah sudah normaal
selama 1 minggu. 
 Pola  tidur dan istirahat :
Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena
adanya uremia. keletihan, kelemahan malaise, kelemahan otot dan
kehilangan tonus
 Kognitif & perseptual :
Peningkatan ureum darah menyebabkan kulit bersisik kasar  dan
rasa gatal. Gangguan penglihatan dapat terjadi apabila terjadi
ensefalopati hipertensi.
 Persepsi diri :
Klien  cemas  dan takut karena urinenya berwarna merah dan
edema dan  perawatan yang  lama.
 Hubungan peran :
Anak  tidak dibesuk oleh teman – temannya karena jauh  serta
anak mengalami kondisi kritis menyebabkan anak banyak diam.
 Nilai keyakinan :
Klien berdoa memohon kesembuhan kepada Tuhan.
 Pemeriksaan Diagnostik
Hasil yang didapat Pada laboratorium :
 Hb menurun ( 8-11 )
 Ureum dan serum kreatinin meningkat.
o Ureum
Laki-laki : 8,84-24,7 mmol/24jam atau 1-2,8 mg/24jam
Wanita : 7,9-14,1 mmol/24jam atau 0,9-1,6 mg/24jam
o Serum kreatinin
Laki-laki : 55-123 mikromol/L atau 0,6-1,4 mg/dl
Wanita : 44-106 mikromol/L atau 0,5-1,2 mg/dl
 Elektrolit serum (natrium meningkat, normalnya 1100 g)
 Pada rontgen: IVP abnormalitas pada sistem penampungan (Ductus
koligentes)
 Urinalisis (BJ. Urine meningkat : 1,015-1,025 , albumin Å, Eritrosit
Å, leukosit Å)
 Pemeriksaan darah
o LED meningkat.
o Kadar HB menurun.
o Albumin serum menurun (++).
o Ureum & kreatinin meningkat.
o Titer anti streptolisin meningkat.

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan integritas kulit
2. Citra diri
3. Perfusi jaringan
4. Intoleransi aktivitas
5. Kebutuhan nutrisi
6. Kelebihan volume cairan
7. Pertukaran gas
8. Gangguan rasa nyaman
3.3 RENCANA KEPERAWATAN

N DIAGNOSA NOC NIC


O KEPERAWATAN
1. Ketidakseimbangan 1. Status Nutrisi 1. Manajemen Nutrisi
nutrisi kurang dari Kriteria Hasil: - Tentukan staus gizi
kebutuhan tubuh - Asupan gizi pasien dan kempuan
(D:2, K:1, 00002) - Asupan pasien untuk
Makanan memenuhi kebutuhan
- Asupan Cairan gizi
- Energi - Identifikasi adanya

- Rasio berat alergi atau

badan/tinggi intoleransi makanan

badan yang dimiliki pasien

- Hidrasi - Tentukan apa yang


menjadi preferensi
makanan bagi
pasien
- Intruksikan pasien
mengenai
kebutuhan nutrisi
(yaitu: membahas
pedoman diet dan
piramida makanan)
- Bantu pasien dalam
menentukan
pedoman atau
piramida makanan
yang paling cocok
dalam memenuhi
kebutuhan nutrisi
dan preferensi
- Tentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrisi yang
dibutuhkan untuk
mrmrnuhi
persyaratan gizi
- Berikan pihan
makanan sambil
menawarkan
bimbingan terhadap
pilihan makanan
yang lebih
sehat,jika
diperlukan
Aktivitas:
- Menentukan staus
gizi pasien dan
kempuan pasien
untuk memenuhi
kebutuhan gizi
- Mengidentifikasi
adanya alergi atau
intoleransi makanan
yang dimiliki pasien
- Menentukan apa
yang menjadi
preferensi makanan
bagi pasien
- Menginstruksikan
pasien mengenai
kebutuhan nutrisi
(yaitu: membahas
pedoman diet dan
piramida makanan)
- Bantu pasien dalam
menentukan
pedoman atau
piramida makanan
yang paling cocok
dalam memenuhi
kebutuhan nutrisi
dan preferensi
- Tentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrisi yang
dibutuhkan untuk
mrmrnuhi
persyaratan gizi
- Berikan pihan
makanan sambil
menawarkan
bimbingan terhadap
pilihan makanan
yang lebih
sehat,jika
doperlukan.
2. Kelebihan volume 1. Keseimbangan 1. Pemantauan (monitor)
cairan (D:2, K:5, Cairan lektrolit
Kode: 00026, Hal Kriteria Hasil: Kriteria Hasil:
183) - Tekanan Darah - Monitor serum
- Denyut nadi radial elektrolit
- Tekanan arteri - Monitor serum
rata-rata albumin dan kadar
- Tekanan vena protein total,
sentral semua dengan
- Tekanan baji paru- indikasi
paru - Monitor
- Denyut perifer ketidakseimbanga
- Keseimbangan n asam basa
intake dan output - Identifikasi
dalam 24 jam kemungkinan
- Berat badan stabil penyebab
- Turgor kulit ketidakseimbanga

- Kelembapan n elektrolit

membran mukosa - Kenali dan

- Serum elektrolit laporkan adanya

- Hematokrit ketidakseimbanga
n elektrolit
- Berat jenis urin
- Monitor adanya
kehilangan cairan
dan elektrolit, jika
diperlukan
- Monitor kepatenan
ventilasi
- Monitor kadar
osmolalitas serum
dan urin
- Monitor adanya
mula, muntah dan
diare
- Berikan suplemen
elektrolit sesuai
resep, jika
diperlukan
Aktivitas
- Memonitor serum
elektrolit
- Memonitor serum
albumin dan kadar
protein total,
semua dengan
indikasi
- Memonitor
ketidakseimbanga
n asam basa
- Mengidentifikasi
kemungkinan
penyebab
ketidakseimbanga
n elektrolit
- Mengenali dan
laporkan adanya
ketidakseimbanga
n elektrolit
- Memonitor adanya
kehilangan cairan
dan elektrolit, jika
diperlukan
- Memonitor
kepatenan
ventilasi
- Memonitor kadar
osmolalitas serum
dan urin
- Memonitor adanya
mula, muntah dan
diare
- Memberikan
suplemen
elektrolit sesuai
resep, jika
diperlukan
3. Gangguan Rasa 1. Status 1. Manajemen
Nyaman (D:12, Kenyamanan Lingkungan:
K:2, Kode: 00214, Kriteria Hasil: Kenyamanan
Hal 466) - Kesejahteraan Kriteria Hasil:
fisik - Ciptakan lingkungan
- Kontrol yang tenang dan
terhadap mendukung
gejala - Sediakan lingkungan
- Kesejahteraan yang aman dan bersih
psikososial - Sesuaikan suhu ruangan
- Lingkungan yang paling
fisik menyamankan individu,
- Suhu ruangan jika memungkinkan
- Dukungan - Tentukan tujuna pasien
sosial dari dan keluarga dalam
keluarga mengelola lingkungan
- Dukungan dan kenyamanan yang
sosial dari optimal
teman-teman - Mudahkan transisi
- Hubungan pasien dan keluarga
sosial dengan adanya

- Kehidupan sambutan hangat

spiritual dilingkungan yang baru

- Perawatan - Cepat bertindak jika

sesuai dengan terdapat panggilan bel,

keyakinan yang harus selalu dalam

budaya jangkauan

- Perawatan - Hindari gangguan yang

sesuai dengan tidak perlu dan berikan


kebutuhan waktu untuk istirahat
- Mampu Aktivitas
mengkomunik - Menciptakan lingkungan
asikan yang tenang dan
kebutuhan mendukung
- Menyediakan
lingkungan yang aman
dan bersih
- Menyesuaikan suhu
ruangan yang paling
menyamankan individu,
jika memungkinkan
- Menentukan tujuna
pasien dan keluarga
dalam mengelola
lingkungan dan
kenyamanan yang
optimal
- Memudahkan transisi
pasien dan keluarga
dengan adanya
sambutan hangat
dilingkungan yang baru
- Cepat bertindak jika
terdapat panggilan bel,
yang harus selalu dalam
jangkauan
- Menghindari gangguan
yang tidak perlu dan
berikan waktu untuk
istirahat
BAB IV

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Glomerulonefritis adalah istilah yang secara luas digunakan yang
mengacu pada sekelompok penyakit ginjal dimana inflamasi terjadi di
glomerulus. Pada hampir semua tipe glomerulonefritis, imunoglobulin
utama, IgG(antibodi) yang ditemukan di serum manusia, dapat dideteksi
pada dinding kapiler glomerular. Akibat dari reaksi antigen-antibodi,
agregat molekul (kompleks) dibentuk dan beredar ke seluruh tubuh.
Beberapa dari kompleks ini terperangkap di glomerulus, suatu bagian
penyaring di ginjal, dan mencetuskan respons inflamasi.

Penyebab penyakit ini yaitu :


 Lanjutan GNA, seringkali tanpa riwayat infeksi (Streptococcus
beta hemoliticus group A.)
 Keracunan (timah hitam, tridion).
 Penyakit sipilis
 Diabetes mellitus
 Trombosis vena renalis
 Hipertensi kronik
 Penyakit kolagen
 Penyebab lain yang tidak diketahui yang ditemui pada stadium
lanjut.
3.2 Saran
Sarannya agar mahasiswa mengetahui dan memahmi tentang
glumerulonefritis, Perawat agar bisa menangani pasien yang mengalami
peradangan glomerulus secara mendadak dengan mengetahui tanda dan
gejalanya, Untuk lebih mendalami atau mempelajari diagnosa pada
glumerulonefritis tersebut. Dan juga agar bermanfaat bagi pembaca untuk
mempelajari glumerulonefritis lebih mendalam.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi.8

Vol.2. Jakarta:EGC.

Corwin Elizabeth J. 2009.Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: Erlangga.

Johnson, M.,et all, 2002, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second


Edition, IOWA Intervention Project, Mosby.
Mc Closkey, C.J., Iet all, 2002, Nursing Interventions Classification (NIC) second
Edition, IOWA Intervention Project, Mosby.

Anda mungkin juga menyukai