Anda di halaman 1dari 34

KELOMPOK 2 : PERJANJIAN KREDIT ATAU FIDUSIA

HUKUM BISNIS & REGULASI

DISUSUN OLEH :
1. JORDAN ADHIKARA JOKO LAKSONO
2. KHILDA FADLIA
3. LIANA APRILIANA
4. MARTINA WIDI ASTUTI
5. NUR ILHAM
6. NURAENI FATMAH
7. NURUL ANISA
8. NURYATI APRIDAH

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PAMULANG

Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
PERJANJIAN KREDIT ATAU FIDUSIA ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dosen pada mata kuliah Hukum bisnis & regulasi. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Perjanjian kredit atau fidusia” bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Suwarjo,S.SOS, M.H., selaku
dosen mata kuliah Hukum bisnis & regulasi yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang penulis tekuni.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari, makalah yang ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

[tempat, tanggal pembuatan makalah]

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..............................................................................i

KATA PENGANTAR..........................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................iii

BAB I :
PENDAHULUAN....................................................................1

BAB II : PEMBAHASAN...........................................................

A. Pengertian perjanjian kredit...........................................................


B. Pengertian jaminan fidusia.......................................................................
C. Kelebihan perjanjian kredit atau fidusia.......................
D. Kekurangan perjanjian kredit atau fidusia...........
E. Contoh perjanjian kredit atau fidusia..............

BAB III : PENUTUP............................................................................

A. Kesimpulan............................................................................................
B. Saran......................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian perjanjian kredit

Dewasa ini pemberian kredit mengacu pada ketentuan hukum perjanjian

yang diatur dalam Buku III KUHPerdata, yaitu suatu perjanjian yang

diadakan antara bank dengan calon debitur untuk mendapat kredit dari bank

bersangkutan. UU Perbankan tidak menyebut tentang perjanjian kredit

sebagai dasar pemberian kredit, bahkan istilah perjanjian kredit juga tidak

ditemukan dalam ketentuan UU No. 7 tahun 1992 .

Di dalam Instruksi Presidium Kabinet Nomor 15/EK/10 tanggal 3 Oktober

1966 jo Surat Edaran Bank Negara Indonesia Unit 1 Nomor 2/539/UPK

tanggal 8 Oktober 1966 dan Surat Edaran Bank Negara Indonesia Nomor

2/643/UPK/Pemb. Tanggal 20 Oktober 1966/Pemb. Diinstruksikan bahwa

dalam bentuk apapun setiap pemberian kredit, bank wajib menggunakan akad

perjanjian kredit , dan dari kata akad perjanjian kredit tersebut dalam praktek

perbankan dikenal dengan istilah perjanjian kredit.

Di dalam hukum adat juga dikenal perjanjian yang merupakan perjanjian

pinjam meminjam, tetapi ketentuan hukum adat tidak dapat dipergunakan

dalam perjanjian kredit, karena ketidaktegasan dan ketidakpastian dalam

hukum perjanjian adat. Hal ini dengan sendirinya tidak dapat dijadikan

landasan bagi hukum perjanjian dewasa ini terutama dalam perjanjian kredit

perbankan

Subekti mengatakan bahwa :


“Dalam bentuk apapun juga pemberian kredit itu diadakan, dalam

semuanya itu pada hakikatnya yang terjadi adalah suatu perjanjian pinjam

meminjam sebagaimana diatur oleh KUHPerdata Pasal 1754 s/d Pasal 1769.

Pendapat Marhainis Abdul Hay mirip dengan pendapat Subekti, yang

menyatakan bahwa perjanjian kredit adalah identik dengan perjanjian pinjam

meminjam dan dikuasai oleh ketentuan Bab XIII dari Buku III KUH Perdata.

Berbeda dengan pendapat Mariam Darus Badrulzaman, menurutnya

perjanjian kredit itu memiliki identitas sendiri yang berbeda dengan

perjanjian pinjam uang. Djuhaendah Hasan sependapat dengan pendapat

Mariam Darus, menurut Djuhaendah Hasan perjanjian kredit mempunyai

identitas sendiri dan berbeda dengan perjanjian pinjam meminjam, dimana

perbedaan itu terletak pada beberapa hal yaitu :

a. Perjanjian Kredit selalu bertujuan artinya pemberian kredit sudah

ditentukan tujuannya, sedangkan pinjam meminjam tidak ada

ketentuan tersebut uang dapat digunakan secara bebas.

b. Sudah ditentukan bahwa pemberi kredit adalah bank atau lembaga

pembiayaan dan tidak dimungkinkan diberikan oleh individu,

sedangkan dalam perjanjian pinjam meminjam pemberian pinjaman

dapat oleh individu.

c. Untuk perjanjian pinjam meminjam berlaku ketentuan umum dari

Buku III dan Bab III KUHPerdata, sedangkan bagi perjanjian kredit

akan berlaku : ketentuan dalam UUD 1945,ketentuan bidang ekonomi

dalam GBHN,ketentuan umum KUHPerdata,UU No 7 Th 1992


tentang Perbankan,Paket Kebijaksanaan Pemerintah Dalam Bidang

Ekonomi terutama bidang Perbankan, Surat Edaran Bank

Indonesia(SEBI) dan sebagainya.

d. Pada Perjanjian Kredit ditentukan bahwa pengembalian pinjaman

harus disertai bunga,imbalan atau pembagian hasil, sedangkan dalam

perjanjian pinjam meminjam hanya berupa bunga inipun ada apabila

diperjanjikan.

e. Pada Perjanjian Kredit bank harus mempunyai keyakinan akan

kemampuan debitur akan pengembalian kredit yang diformulasikan

dalam bentuk jaminan baik materii maupun immateriil , sedangkan

dalam perjanjian pinjam meminjam baru ada apabila diperjanjikan

terlebih dahulu dan jaminan secara fisik atau materiil saja.

Menurut Djuhaendah Hasan dasar hukum untuk perjanjian kredit akan

berlaku ketentuan-ketentuan berdasarkan ketentuan Pasal 1338 (1)

KUHPerdata yang dikenal sebagai pasal yang mengandung asas kebebasan

berkontrak. Karena yang melandasi perjanjian kredit antara bank dengan

debitor lebih ditekankan kepada kesepakatan antara para pihak , yaitu

pihak bank dan pihak calon debitor.

Ketentuan Pasal 1754 KUHPerdata menyebutkan :

“Perjanjian pinjam mengganti ialah persetujuan dengan mana pihak

yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu

barang-barang yang menghabis karena pemakaian, dengan syarat bahwa


pihak yang belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari

macam dan keadaan yang sama pula.”

Perjanjian kredit merupakan perjanjian pendahuluan (pactum de

controhendo), perjanjian kredit mendahului perjanjian hutang piutang

(perjanjian pinjam pengganti), sehingga perjanjian hutang piutang

merupakan pelaksanaan dari perjanjian kredit. Perbedaan perjanjian kredit

dan perjanjian hutang piutang adalah sebagai berikut, dari segi yuridisnya

perjanjian kredit merupakan perjanjian pendahuluan (pokok) sedangkan

perjanjian hutang piutang merupakan perjanjian runtut (ikutan). Apabila

dilihat dari sifatnya perjanjian kredit termasuk perjanjian nonsensual

sedangkan perjanjian hutang piutang termasuk dalam perjanjian riil.

Secara yuridis ada dua jenis perjanjian atau pengikatan kredit yang

digunakan bank dalam memberikan kreditnya, yaitu :

1. Perjanjian atau pengikatan kredit dibawah tangan atau akta dibawah

tangan .

2. Perjanjian atau pengikatan kredit yang dibuat oleh dan dihadapkan

Notaris atau akta otentik.

Perjanjian kredit yang dibuat baik dibawah tangan maupun dengan

akta notaris, pada umumnya dibuat dengan bentuk perjanjian baku yaitu

dengan cara kedua belah pihak yaitu pihak bank dan pihak nasabah

menandatangani suatu perjanjian yang sebelumnya telah dipersiapkan isi

atau klausal- klausalnya oleh bank dalam suatu formulir tercetak. Dalam
hal perjanjian kredit bank yang dibuat dengan akta notaris, maka bank

akan meminta Notaris berpedoman pada model perjanjian kredit dari Bank

yang bersangkutan.

B. Pengertian Jaminan Fidusia

Dalam hukum Romawi lembaga fidusia ini dikenal dengan nama fiducia

cum creditore contracta (artinya janji kepercayaan yang dibuat kreditor). Isi

janji yang dibuat oleh debitor dengan kreditornya adalah debitor akan

mengalihkan kepemilikan atas suatu benda sebagai jaminan utangnya dengan

kesepakatan bahwa debitor tetap akan menguasai secara fisik benda tersebut

dan kreditor akan mengalihkan kembali kepemilikan tersebut kepada debitor

bilamana utangnya sudah dibayar lunas. Dalam hal fiducia cum creditore

pemberi fidusia tetap menguasai benda yang menjadi objek fidusia. Dengan

tetap menguasai benda tersebut , pemberi fidusia dapat menggunakan benda

dimaksudkan dalam menjalankan usahanya.

Fidusia ini berasal dari kata fiduciair atau fides, yang artinya kepercayaan,

yakni penyerahan hak milik atas benda secara kepercayaan sebagai jaminan

(agunan) bagi pelunasan piutang kreditor. Penyerahan hak milik atas benda

ini dimaksudkan hanya sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, dimana

memberikan kedudukan yang dutamakan kepada penerima fidusia (kreditor)

terhadap kreditor lainnya.


Senada dengan pengertian diatas, ketentuan dalam Pasal 1 angka 1

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia

menyatakan:

Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar

kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya

dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda.

Dari perumusan diatas, dapat diketahui unsur-unsur fidusia itu, yaitu:

a. pengalihan hak kepemilikan suatu benda

b. dilakukan atas dasar kepercayaan

c. kebendaannya tetap dalam penguasaan pemilik benda

Dengan demikian , artinya bahwa dalam fidusia telah terjadi

penyerahan dan pemindahan dalam kepemilikan atas suatu benda yang

dilakukan atas dasar fiduciair dengan syarat bahwa benda yang hak

kepemilikannya tersebut diserahkan atau dipindahkan kepada penerima

fidusia tetap dalam penguasaan pemilik benda (pemberi fidusia). Dalam

hal ini yang diserahkan dan dipindahkan itu dari pemiliknya kepada

kreditor(penerima fidusia) adalah hak kepemilikan atas suatu benda yang

dijadikan sebagai jaminan, sehingga hak kepemilikan secara yuridis atas

benda yang dijaminkan beralih kepada kreditor (penerima fidusia).

Sementara itu hak kepemilikan secara ekonomis atas benda yang

dijaminkan tersebut tetap berada di tangan atau dalam penguasaan

pemiliknya.
Dengan adanya penyerahan “hak kepemilikan” atas kebendaan

jaminan fidusia ini, tidak berarti kreditor penerima fidusia akan betul-betul

menjadi pemilik kebendaan yang dijaminkan dengan fidusia tersebut.

Dalam kedudukan sebagai kreditor (penerima fidusia), dia mempunyai hak

untuk menjual kebendaan fidusia yang dijaminkan kepadanya “seolah-

olah” dia menjadi atau sebagai pemilik dari kebendaan jaminan fidusia

dimaksud, bila debitor(pemberi fidusia) wanprestasi. Dengan kata lain,

selama debitor (pemberi fidusia)belum melunasi utangnya,selama itu pula

kreditor(penerima fidusia) mempunyai hak untuk menjual kebendaan

fidusia yang dijaminkan kepadanya. Ini berarti bila utang debitor(pemberi

fidusia) lunas, maka kebendaan fidusia yang dijaminkan kepadanya

tersebut akan diserahkan kembali kepadanya oleh kreditor(penerima

fidusia).

C. Kelebihan perjanjian kredit atau fidusia

1. Persyaratan ringan dan mudah;

2. Prosedurnya sederhana;

3. Tidak dipungut biaya administrasi;

4. Tidak perlu membuka rekening seperti tabungan, deposito ataupun

giro;

5. Suatu saat uang dibutuhkan, saat itu juga uang dapat diperoleh;

6. Keanegaraman barang yang dapat dijadikan jaminan;


7. Angsuran ringan karena ditentukan besarnya, sehingga dappat diangsur

sesuai kemampuan;

8. Penetapan bunga dengan sistem bunga menurun. Jadi bunga

dibebankan atas dasar kemampuan;

9. Apabila telah jatuh tempo pinjamannya dan hutang pokok belum dapat

dibayar, maka jangka waktu pinjaman dapat diperpanjang, dengan

membayar bunga terlebih dahulu;

10. Memperoleh tenggang waktu pelunasan 2 minggu setelah tempo tanpa

dibebani bunga (masa tunggu lelang);

11. Pemilik barang lebih diuntungkan dengan jaminan ini karena yang

berpindah hanya haknya saja bukan barang yang dijaminkan;

12. Terdapat perjanjian yang zakelijk;

13. Adanya title untuk peralihan hak.

D. Kelemahan perjanjian kredit atau fidusia

1. Sewa modal Fidusia relatif lebih tinggi dari tingkat suku bunga

diperbankan;

2. Harus ada jaminan berupa barang bergerak yang mempunyai nilai;

3. Barang bergerak yang digadaikan harus diserahkan, sehingga baeang

tersebut tidak dapat dimanfaatkan selama digadaikan dan;

4. Jumlah kredit gadai yang dapat diberikan masih terbatas;


5. Penerima jaminan hanya menerima hak dari barang yang dijaminkan

dan tidak dapat menikmati barangnya hal ini berbanding terbalik

dengan gadai;

6. Hasil penjualan (eksekusi) barang fidusia melebihi jumlah utangnya

maka sisa hasil penjualan baru bisa dikembalikan kepada pemberi

fidusia.

E. Contoh

1. Contoh Surat Perjanjian Fidusia Kendaraan Bermotor.

FIDUSIA

PERJANJIAN PENGALIHAN HAK MILIK SECARA KEPERCAYAAN

SEBAGAI JAMINAN

KENDARAAN BERMOTOR

No. : XVII/35/98-A/2019

Perjanjian Pelimpahan Hak Milik Secara Kepercayaan Sebagai Jaminan (Fidusia)

ini, (yang berikutnya akan disebut sebagai “Perjanjian”), dibuat pada hari kamis,

tanggal 24 September 2019, oleh dan antara :

1. PT BANK BUKOPIN Tbk, berkedudukan di Bandung, Indonesia, dengan

kantor yang beralamat di Jalan Asia Afrika No.121, dan diwakili oleh Azel

Ahmad Farezi dalam kedudukannya selaku Pimpinan Cabang (selanjutnya disebut

“BANK” dalam perjanjian ini);


2. Nata Maulana, profesi swasta, bertempat tinggal di JL. A H Nasution No. 14

Bandung dalam hal ini bertindak :*)

a. untuk diri sendiri dan untuk melakukan tindakan hukum tersebut dalam

Perjanjian ini telah mendapat persetujuan dari suaminya / istrinya, yaitu : Firda

Hayyima Z yang turut menandatangani Perjanjian ini / sebagaimana ternyata dari

Surat Persetujuan yang dibuat dibawah tangan bermeterai cukup tertanggal 15

Agustus 2019.

b. selaku ____ dari dan oleh karenanya bertindak untuk dan atas nama PT. ______

berkedudukan di _____ dan untuk melakukan tindakan hukum tersebut dalam

Perjanjian ini telah memperoleh persetujuan dari _____ yang turut

menandatangani Perjanjian ini / sebagaimana ternyata dalam suratnya tertanggal

_____ (selanjutnya disebut “PENJAMIN”). *)

Pihak-pihak yang terlibat di dalam perjanjian ini menyatakan terlebih dahulu hal-

hal berikut :

a. Bahwa antara Nata Maulana (selanjutnya disebut “DEBITUR”) *) dan BANK

telah dibuat dan ditandatangani Perjanjian Kredit nomor 536/1829/2939/233/,

tertanggal 16 Agustus 2019 (untuk berikutnya perjanjian kredit tersebut beserta

semua perubahan, perpanjangan, maupun pembaharuan yang kemudian dibuat

akan disebut “perjanjian kredit”).

b. Bahwa untuk pelunasan kembali secara tertib dengan sebagaimana mestinya

seluruh hutang DEBITUR kepada BANK bersama dengan bunga, provisi, dan

biaya lainya sebagai akibat fasilitas kredit sesuai dengan perjanjian kredit,
PENJAMIN menjaminkan barang jaminan sebagaimana akan diterangkan di

bawah ini.

Dengan ini BANK dan PENJAMIN sepakat untuk mengikat diri dan membuat

perjanjian ini sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari PERJANJIAN KREDIT,

dengan prosedur, syarat-syarat, dan ketentuan sebagai berikut :

PASAL 1

PEMBERIAN JAMINAN

1. Untuk menjamin pelunasan kembali dengan tertib seluruh hutang DEBITUR

kepada BANK, berikut bunga, provisi serta biaya-biaya lain yang mungkin timbul

karena fasilitas kredit yang telah dan atau akan diberikan berdasarkan Perjanjian

Kredit, PENJAMIN, menjaminkan barang jaminan kendaraan bermotor dengan

rincian sebagai berikut :

Merek Kendaraan : Toyota Fortuner 2.4 VRZ A/T

Tipe Kendaraan : Tipe G

Tahun Kendaraan : 2019

Nomor Mesin : RW-87273-fts

Nomor Chasis : 3742394737384

Nomor BPKB : 3847901229337464

Nomor Faktur / Invoice : 7349277

Nomor Polisi : D 7984 FF

Nilai Benda Fidusia : Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah)


(yang mana kendaran tersebut selanjutnya akan disebut sebagai “Jaminan “ di

dalam perjanjian ini)

2. BANK dengan ini menyatakan telah menerima alih hak milik atas jaminan

tersebut secara kepercayaan dari pihak penjamin untuk kepentingan jaminan

menurut ketentuan hukum yang berlaku. Untuk itu PENJAMIN akan

menyerahkan segala bukti kepemilikan atas jaminan tersebut. Yang dalam hal ini

termasuk faktur dan dokumen-dokumen kepemilikan lainnya kepada BANK,

terkecuali jika BANK menghendaki hal lain. Jaminan tersebut, dengan ini

diserahkan kembali kepada PENJAMIN atas dasar kepercayaan (in trust).

PENJAMIN dengan ini mengakui telah menerima jaminan tersebut dan

selanjutnya dipegang PENJAMIN sebagai Trustee (perwalian) dari BANK.

3. PENJAMIN untuk seterusnya akan menjaga jaminan sebagaimana tersebut di

atas dengan sebaik-baiknya. PENJAMIN membetulkan segala kerusakan atas

biaya sendiri, dan selama jangka waktu perjanjian ini, penjamin bertanggung

jawab penuh atas kondisi kendaraan, baik itu kerusakan, kehilangan, serta

kerugian atau turunnya nilai jaminan.

4. BANK berhak mendapat dan diberi kuasa dengan hak pengganti (subtitusi)

setiap saat memasuki tempat dimana jaminan berada atau disimpan, memeriksa

kondisi jaminan, dan menyuruh PENJAMIN memastikan barang jaminan tersebut

berada dalam kondisi sebaik-baiknya dengan biaya yang ditanggung PENJAMIN.


PASAL 2

ASURANSI BARANG JAMINAN

1. PENJAMIN atas tanggungan pribadi wajib mengasuransikan harta benda yang

dijaminkan penjamin kepada BANK kepada perusahaan asuransi, hingga jumlah

pertanggungan yang ditetapkan BANK terhadap kerugian karena kebakaran dan

ancaman lainnya yang menurut BANK berpotensi merusak jaminan. Semua polis

asuransi harus memuat Banker’s Clause, yang isinya menyatakan bahwa selama

harta benda yang diasuransikan sebagaia jaminan hutang kepada bank, maka uang

pertanggungan asuransi akan diserahkan langsung kepada BANK untuk

selanjutnya diperhitungkan dengan hutang DEBITUR kepada BANK dan selama

masih masih ada sisa dari uang pertanggungan tersebut, BANK menyerahkan sisa

tersebut kepada PENJAMIN sebagai pemilik harta benda yang dijaminkan kepada

BANK. Jika kemudian uang pertanggungan asuransi tidak bisa melunasi seluruh

hutang DEBITUR, sisa hutang tersebut tetap menjadi hutang DEBITUR kepada

BANK dan harus dibayar dengan seketika dan sekaligus oleh PENJAMIN pada

saat ditagih oleh BANK. Asli kwitansi atau bukti pembayaran premi asuransi dan

asli polis asuransi beserta “Banker’s Clause” harus diserahkan kepada BANK.

2. Apabila berdasarkan pertimbangan BANK, PENJAMIN abai dalam memenuhi

kewajiban seperti yang dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini, maka tanpa

mengurangi kewajiban PENJAMIN tersebut PENJAMIN menyetujui bahwa

BANK berhak diberi kuasa oleh PENJAMIN untuk dan atas tanggungan

PENJAMIN mengasuransikan harta benda yang dijaminkan dan mendebet


rekening PENJAMIN pada BANK sejumlah premi asuransi serta biaya-biaya lain

yang harus dibayar, tetapi hal tersebut bukan merupakan kewajiban BANK

3. Apabila PENJAMIN karena satu dan lain hal lalai atau tidak melaksanakan

haknya pada saat hak tersebut timbul untuk mengajukan klaim kepada perusahaan

asuransi sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 Pasal ini, maka PENJAMIN setuju

bahwa BANK atas tanggungan PENJAMIN dengan ini diberi kuasa oleh

PENJAMIN untuk melakukan klaim kepada perusahaan asuransi atas nama

PENJAMIN dan melaksanakan segala sesuatu yang diperlukan untuk itu,

termasuk tetapi tidak terbatas pada pengurusan surat-surat / dokumen-dokumen

yang berhubungan dengan pengajuan klaim tersebut kepada perusahaan asuransi.

PENJAMIN wajib menyerahkan segala dokumen yang diperlukan oleh BANK

untuk melaksanakan pengajuan klaim asuransi tersebut; tetapi pengajuan klaim

tersbut bukanlah kewajiban BANK.

PASAL 3

PERNYATAAN DAN JAMINAN

1. PENJAMIN menjamin BANK bahwa Jaminan tersebut merupakan benar-benar

hak dan milik PENJAMIN, tidak tersangkut perkara maupun sengketa apapun,

bebas dari sitaan dan tidak dijaminkan dengan cara apapun juga kepada pihak lain,

selain BANK yang disebut dalam perjanjian ini. PENJAMIN dengan ini

membebaskan BANK, dari segala gangguan, dakwaan, tuntutan / gugatan apapun

dari pihak manapun juga berkaitan dengan dengan Jaminan. Sedangkan Surat
Tanda Nomor Kendaraan (STNK) harus disimpan dan dirawat dengan baik oleh

PENJAMIN tetapi harus langsung diserahkan kepada BANK atas permintaan

pertama BANK.

2. PENJAMIN memiliki hak dan wewenang ekstensif untuk mengalihkan seta

menyerahkan Jaminan kepada BANK beserta persetujuan yang diperlukan sesuai

anggaran dasar PENJAMIN *) maupun peraturan yang berlaku telah diperoleh

PENJAMIN secara cukup dan lengkap.

3. Apabila PENJAMIN memperoleh hak kekebalan karena sebuah perkara

pengadilan yang belum di putus, PENJAMIN dengan ini menyatakan untuk

melepaskan hak kekebalan tersebut, jika hak tersebut bersinggungan dengan

kewajibannya berdasarkan Perjanjian Kredit dan atau Perjanjian ini, dan

pernyataan ini tidak dapat dicabut kembali.

4. PENJAMIN harus melindungi, mengganti rugi, membela serta membebaskan

BANK terhadap setiap tindakan, tuntutan, gugatan, sengketa, persoalan, kerugian,

kewajiban, bea dan pengeluaran dalam bentuk apapun, baik sah maupun tidak,

yang dialami BANK atau diderita BANK dengan cara apapun, termasuk, namun

tidak terbatas pada biaya pengeluaran bank akibat eksekusi perjanjian.

PASAL 4

KEWAJIBAN PENJAMIN
1. Selama hutang belum dibayar lunas, PENJAMIN tidak diperkenankan

meminjamkan, menyewakan, menjaminkan, menjual dan mengalihkan /

memindah tangankan Jaminan dengan cara seperti apa pun, dan dengan alasan

apapun juga kepada pihak lain.

2. PENJAMIN berkewajiban menjaga, merawat, dan menggunakan jaminan

dengan sebaik-baiknya, termasuk tapi tidak terbatas, melakukan perbaikan-

perbaikan yang dianggap perlu. Perubahan atas fisik serta mesin Jaminan harus

dilakukan dengan izin tertulis terlebih dari BANK

3. Jika menurut pendapat BANK nilai Jaminan tidak mencukupi lagi untuk

menjamin hutang PENJAMIN kepada BANK, maka atas permintaan BANK,

PENJAMIN harus menambah jaminan sesuai dengan kemerosotan nilai Jaminan

menurut penilaian dan penetapan dari BANK.

4. Segala pajak dan ongkos / biaya yang timbul sehubungan dengan Jaminan,

termasuk tetapi tidak terbatas pada biaya perawatan, menjadi kewajiban

PENJAMIN.

PASAL 5

EKSEKUSI JAMINAN DAN HASILNYA

1. Jika DEBITUR tidak bisa atau lengah memenuhi kewajibannya sesuai dengan

ketentuan-ketentuan Perjanjian Kredit, Perjanjian ini dan perjanjian–perjanjian

yang ada atau oleh sebab-sebab sehingga BANK berhak untuk sewaktu-waktu
menghentikan Perjanjian Kredit dan/atau Perjanjian ini dan karenanya hutang

DEBITUR kepada BANK dapat ditagih dengan seketika dan sekaligus oleh

BANK, maka PENJAMIN wajib menyerahkan kembali kepada BANK Jaminan

dalam waktu selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari, setelah permintaan

pertama BANK kepada PENJAMIN. Apabila PENJAMIN tidak menyerahkan

kembali Jaminan dalam waktu tersebut diatas, maka PENJAMIN setuju bahwa

BANK berhak dan dengan ini diberi kuasa dengan hak substitusi oleh

PENJAMIN untuk mengambil Jaminan dari PENJAMIN atau dari pihak lain yang

memegang / menguasai Jaminan dan jika dianggap perlu oleh BANK dengan

meminta bantuan dari pihak yang berwajib, termasuk tetapi tidak terbatas pada

pihak kepolisian. PENJAMIN dengan ini berjanji dan mengikat diri kepada

BANK bahwa PENJAMIN tidak akan melakukan atau menyuruh melakukan

tindakan apapun juga yang dapat merintangi/menghambat usaha BANK atau

kuasanya untuk melaksanakan hak-hak tersebut di atas sebagaimana yang

dimaksud dalam ayat 3 pasal ini.

Dengan ini diberi kuasa oleh PENJAMIN tanpa perantaraan Pengadilan dan

dengan mengesampingkan ketentuan-ketentuan dalam pasal 1266 dan 1267 Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata untuk langsung menjual Jaminan, baik dibawah

tangan maupun dimuka umum ( lelang) dengan harga dan syarat-syarat yang

dianggap baik oleh BANK dan pendapatan bersih dari penjualan tersebut

dipergunakan untuk pembayaran hutang DEBITUR kepada BANK termasuk

bunga, denda, provisi dan biaya-biaya yang mungkin timbul berdasarkan

Perjanjian Kredit termasuk segala biaya penjualan jaminan yang dimaksud di atas
dan jika ada sisa penjualan, maka sisa penjualan tersebut akan dikembalikan

kepada PENJAMIN tanpa adanya kewajiban dari BANK untuk membayar bunga,

denda atas sisa penjualan tersebut. Sebaliknya, apabila hasil penjualan tersebut

tidak cukup untuk melunasi seluruh hutang DEBITUR kepada BANK maka

kekurangan tersebut tetap menjadi hutang DEBITUR kepada BANK dan wajib

dibayar DEBITUR pada saat ditagih oleh BANK.

3. Jika hasil penjualan tersebut tidak bisa melunasi seluruh hutang DEBITUR

pada BANK, maka DEBITUR dan PENJAMIN secara tanggung untai tetap

memiliki tanggung jawab terhadap sisa hutang tersebut, termasuk bunga, denda

komisi, biaya-biaya penagihan dan biaya-biaya lainnya sampai dilunasinya

seluruhnya.

PASAL 6

KETENTUAN LAIN-LAIN

1. Perjanjian ini oleh para pihak dimaksudkan sebagai jaminan terhadap jumlah

yang terhutang dan wajib dibayar oleh DEBITUR kepada BANK berdasarkan

Perjanjian Kredit dan tidak boleh ditafsirkan sebagai membatasi atau menghalangi

dengan cara apapun juga eksekusi oleh BANK atas setiap hak yang dimiliki oleh

BANK untuk memperoleh pelunasan atas setiap jumlah yang terhutang dan wajib

dibayar oleh DEBITUR.


2. Hak jaminan yang diberikan berdasarkan Perjanjian ini merupakan tambahan

terhadap dan tidak bergantung kepada hak atau benda jaminan lainnya yang

mungkin dipegang atau diperoleh BANK sehubungan dengan Hutang yang

dijamin berdasarkan Perjanjian ini. BANK berhak untuk menerima hak atau

benda jaminan tambahan lainnya dari pihak ketiga dan/atau untuk melepaskan hak

atau benda jaminan itu dengan atau tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada

PENJAMIN dan tanpa mempengaruhi kewajiban kewajiban PENJAMIN

Perjanjian ini.

3. Jaminan dalam Perjanjian ini sekali-kali tidak dan tidak dapat mengurangi atau

mempengaruhi hak dan wewenang BANK untuk menjalankan/melaksanakan atau

mengajukan tuntutan atau gugatan berdasarkan tanggungan atau perjanjian lain

berupa apapun yang sekarang telah dan di kemudian hari akan dipegang oleh atau

diberikan kepada BANK untuk memberikan jaminan atau kepastian pembayaran

hutang yang wajib dibayar oleh DEBITUR kepada BANK berdasarkan Perjanjian

Kredit.

PASAL 7

PEMBERITAHUAN

1. Semua surat menyurat atau pemberitahuan-pembertahuan yang harus dikirim

oleh masing-masing pihak kepada pihak lainnya dalam Perjanjian ini mengenai

atau sehubungan dengan Perjanjian ini dilakukan dengan secara langsung, surat
tercatat, faksimili atau teleks atau diserahkan atau melalui perusahaan ekspedisi

(kurir) ke alamat-alamat berikut :

a. BANK

Nama : PT BANK BUKOPIN, Tbk

Alamat : Jalan Asia Afrika No.121

Telpon : (022) 4234569

Fax : 022-4234569

Telex : 28603 BKOPIN IA

b. PENJAMIN

Nama : Nata Maulana

Alamat : JL. A H Nasution No. 14 Bandung

Telpon : 022-2837282

Fax : –

Telex : –

2. Surat menyurat dan pemberitahuan terkait lainnya dianggap telah diterima oleh

pihak yang dituju:

(i) Pada tanggal tanda terima ditandatangani apabila disampaikan secara langsung

atau melalui jasa kurir.

(ii) Pada tanggal setelah 5 (lima) hari kerja sejak diposkannya apabila dikirim

dengan surat tercatat atau sejak diserahkan kepada perusahaan ekspedisi (kurir)
dan cukup bila ditandatangani oleh pihak-pihak yang berhak mewakili bank atau

penjamin

(iii) Pada hari dikirimkannya apabila dikirim memakai teleks serta dikonfirmsi

dengan kode jawab

(iv) Pada hari dikirimkannya jika dikirim dengan faksimili yang dikonfirmasi

dengan tanda telah dikirim.

2. Jika terjadi perubahan alamat dari alamat yang disebutkan dalam perjanjian ini,

maka perubahan tersebut harus diberitahukan secara tertulis kepada pihak laian

dalam perjanjian ini selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja sebelum terjadi

perubahan alamat yang dimaksud. Apabila perubahan alamat tersebut tidak

diberitahuan, maka surat-menyurat atau pemberitahuan-pemberitahuan

berdasarkan Perjanjian ini dianggap telah diberikan sebagaimana mestinya dengan

dikirimnya surat atau pemberitahuan itu dengan secara langsung, surat tercatat,

faskimili atau teleks dan diserahkan melalui (kurir) yang ditujukan ke alamat

tersebut di atas atau alamat terakhir yang diketahui atau tercatat kedua pihak.

PASAL 8

KETENTUAN PENUTUP

1. Perjanjian ini dibuat sesuai hukum Republik Indonesia serta hanya dapat

ditafsirkan mengikuti hukum Republik Indonesia.


2. Jika sebelum atau sesudah dibuatnya Perjanjian ini terdapat orang/pihak lain

yang juga memberikan jaminan kepada BANK untuk menjamin pembayaran

hutang DEBITUR kepada BANK, maka hal itu sekali-kali tidak mengurangi

kewajiban PENJAMIN untuk tetap melaksanakan pembayaran penuh kepada

BANK sesuai Perjanjian ini serta berdasarkan pada apa yang ditentukan dalam

pasal 1836 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, BANK berhak mengajukan

tuntutan hukum terhadap PENJAMIN sendiri maupun bersama-sama dengan para

PENJAMIN lain sesuai dengan jaminan yang diberikan masing-masing, atas

pertimbangan dan keputusan BANK sendiri.

3. Jika ada suatu ketentuan dalam Perjanjian yang dilarang atau tidak dapat

dijalanakan sebagai akibat ketetapan pemerintah atau pengadilan, selama adanya

larangan tersebut tanpa mengakibatkan batalnya ketentuan hukum lain dari

Perjanjian, dan tanpa menghilangkan kemungkinan diberlakukannya kembali

ketentuan yang dilarang tersebut di kemudian hari, PENJAMIN harus membuat

dan menandatangani dokumen berisi ketentuan yang memenuhi persyaratan

BANK sebagai pengganti ketentuan yang dilarang atau tidak dapat dilaksanakan

tersebut, sebagaimana diminta oleh BANK.

4. Jika ada salah satu ketentuan dalam Perjanjan ini yang dinyatakan batal demi

hukum, hal tersebut tidak mempengaruhi kesahan ketentuan lainnya Perjanjian

ini, dan ketentuan ketentuan lainnya tersebut tetap berlaku, mengikat, dan

dilaksanakan seperti telah ditentukan dalam Perjanjian ini, PENJAMIN wajib

membuat dan menandatangani dokumen yang berisikan ketentuan yang


memenuhi persyaratan BANK sebagai pengganti ketentuan yang dilarang atau

tidak dapat dilaksanakan tersebut, jika diminta oleh BANK.

5. Apabila BANK tidak menggunakan atau menunda penggunaan suatu hak

kuasa, maka bukan berarti bahwa BANK melepaskan hak atau kuasa atau hak

istimewanya, terkecuali hak tersebut dilepas BANK secara tertulis. Dan

digunakannya sebagian dari hak, kuasa atau hak istimewa tadi tidak menghalangi

BANK meneruskan atau mengulangi digunakannya hak atau kuasa atau hak

istimewa itu. Ha-hak dan upaya-upaya yang diberikan kepada BANK dalam

Perjanjian ini bersifat kumulatif dan tidak mengurangi hak hak dan upaya upaya

lain yang diberikan kepadanya berdasarkan hukum.

6. Kegagalan atau kelalaian BANK untuk menuntut PENJAMIN melaksanakan

suatu ketentuan dalam Perjanjian ini tidak akan melepaskan hak BANK menuntut

PENJAMIN untuk melantaskan ketentuan tersebut dikemudian hari, dengan

pengecualian hak itu dilepas oleh BANK secara tertulis.

7. PENJAMIN bertanggung jawab membayar segala biaya bertalian dengan

pelaksanaan suatu ketentuan dari Perjanjian Kredit atau Perjanjian ini, termasuk,

tapi tidak terbatas kepada biaya pemeliharaan, biaya penjualan, premi asuransi,

eksekusi, kompromi (dading) atau penyelesaian lain untuk barang-barang, biaya

notaris, konsultan hukum, pengacara dan biaya lainnya yang dikeluarkan BANK.

8. Selama hutang DEBITUR kepada BANK belum dibayar lunas, maka segala

kuasa yang diberikan oleh DEBITUR dan/atau PENJAMIN kepada BANK dalam
Perjanjian ini atau dokumen–dokumen lain sehubungan dengan pemberian kredit

kepada DEBITUR merupakan bagian yang terpenting dan tidak terpisahkan dari

Perjanjian ini, yang dengan tidak adanya kuasa–kuasa tersebut Perjanjian ini tidak

akan dibuat dan dengan demikian kuasa–kuasa tersebut tidak akan berakhir karena

sebab apa pun juga termasuk, namun tidak terbatas oleh sebab-sebab yang

tercantum dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pasal 1813, 1814, serta

1816.

9. PENJAMIN bersama ini menyatakan secara tegas meluruhkan hak istimewa

yang diberikan oleh Undang-undang seperti tercantum dalam Kitab Undang-

undang Hukum Perdata Indonesia pada pasal 1831, 1833, 1837 dan 1848.

10. Adapun Perjanjian ini dan segala akibatnya kedua pihak sepakat memilih

domisili hukum tetap dan tidak berubah di Kantor Panitera Pengadilan Negeri

Bandung, tetapi hal ini tidak mengurangi hak BANK melakukan tuntutan atau

gugatan terhadap PENJAMIN berdasarkan Perjanjian ini di pengadilan-

pengadilan lain selama pengadilan tersebut masih dalam wilayah Republik

Indonesia.

Demikian Perjanjian ini dibuat di Bandung, pada hari dan tanggal yang telah

tersebut di atas. Perjanjian ini mulai berlaku terhitung sejak tanggal 24 September

2019.

BANK

PT BANK BUKOPIN, Tbk

PENJAMIN
Materai Rp.6000,-

Nata Maulana

Mengetahui dan menyetujui,

Notaris,

Firdaus Haima Zulistyan, SH

*) Coret sesuai keadaan sebenarnya

2. Contoh Surat Perjanjian Fidusia Sebagai Jaminan Pembiayaan

PERJANJIAN PEMBIAYAAN DENGAN JAMINAN FIDUSIA

No. : XII/367/YU-9/2019
Pada hari ini, Rabu tanggal 15 Januari 2019 (lima belas Januari dua ribu sembilan

belas) telah disepakati dan ditandatangani Perjanjian antara:

1. Andika Arfianto, Kepala Cabang Bank Perkreditan Rakyat Madani Sejahtera

Abadi, PT , beralamat di JL. C. Simanjuntak, 26, Yogyakarta, yang dalam hal ini

bertindak untuk dan atas nama PERSEROAN seperti tersebut di atas, selanjutnya

disebut “KREDITOR”.

Dengan:

2. Zanuar Mahesa, beralamat di Jalan DI Panjaitan Mantrijeron Kota Yogyakarta

DIY, yang dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama pribadi, dan untuk

tindakan tersebut telah mendapat persetujuan dari sang istri, atas nama Yesy Tri

Ariyanti , beralamat di Jalan DI Panjaitan Mantrijeron Kota Yogyakarta DIY ,

yang untuk selanjutnya dalam perjanjian ini akan disebut “DEBITOR”.

Kedua belah pihak sepakat untuk mengikatkan diri dalam Perjanjian Pembiayaan

dengan Jaminan Fidusia (untuk selanjutnya akan disebut “PERJANJIAN”)

Kedua belah pihak setuju untuk mengadakan Perjanjian Pembiayaan dengan

Jaminan Fidusia dengan menggunakan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan

sebagai berikut :

1. KREDITOR memberikan fasilitas pembiayaan kepada DEBITOR dalam

bentuk penyediaan dana untuk pembelian Kendaraan Bermotor (yang selanjutnya


dalam perjanjian ini akan disebut “BARANG”) yang dibutuhkan DEBITOR dibeli

dari Pihak Penjual Dealer Abadi Bursa Motor, dengan perincian :

Jumlah unit :1

Warna : Hitam

Merk/Type/Model : Honda Vario 150

Nomor rangka : FC676ADS

Tahun : 2019

Nomor mesin : 3734DND-77G

Kendaraan bermotor sebagaimana tersebut diatas berada dalam kondisi BARU.

2. DEBITOR dengan ini menyatakan telah berhutang kepada KREDITOR sebesar

jumlah keseluruhan fasilitas pembiayaan yang diberikan KREDITOR, yang cukup

dibuktikan dengan PERJANJIAN ini sebaga bukti kwitansi / tanda terima

transaksi sah atas keseluruhan fasilitas pembiayaan. Dimana fasilitas pembiyaan

tersebut berdasarkan PERJANJIAN ini merupakan hutang DEBITOR dengan

perincian sebagai berikut :

Hutang pokok : Rp. 22.600.000,-

Bunga : Rp. 200.000,-

Jumlah Hutang Keseluruhan : Rp. 22.800.000,-

3. Jangka waktu serta pelunasan:


Jangka waktu : 20 Bulan fasilitas pembiyayaan dicairkan

DEBITOR

Dibayar dalam : 20 kali angsuran

Pada tanggal : 5 setiap bulannya

Mulai bulan / tahun : Februari 2019

Besarnya tiap angsuran : Rp. 1.140.000,-

4. Demi menjamin pembayaran seluruh kewajiban DEBITOR pada KREDITOR,

baik yang timbul dari PERJANJIAN ini dan perjanjian lain yang berkenaan

dengan pembiayaan ini yang dibuat oleh DEBITOR dan KREDITOR, maka

DEBITOR dengan ini menyerahkan hak miliknya secara Fidusia atas BARANG

kepada KREDITOR.

5. KREDITOR menerima BARANG tersebut diatas sebagai jaminan dimana

syarat dan ketentuan perjanjian tertuang dan tercantum dalam Akta Jaminan

Fidusia yang dibuat di hadapan notaris dan didaftarkan sesuai Undang-Undang

yang berlaku di Negara Republik Indonesia.

6. PERJANJIAN ini mulai berlaku dan mengikat kedua belah pihak sejak tanggal

ditandatangani oleh DEBITOR dan KREDITOR dan berakhir setelah DEBITOR

memenuhi kewajibannya dengan melunasi semua hutang. Apabila terdapat hal-hal

lain yang belum diatur di dalam PERJANJIAN ini, DEBITOR dan KREDITOR

telah sepakat untuk mematuhi PERJANJIAN yang tercantum dalam Lampiran

Syarat dan Ketentuan PERJANJIAN ini (“SYARAT DAN KETENTUAN


UMUM PERJANJIAN”), dan menjadi addendum yang tidak bisa dipisahkan dari

PERJANJIAN ini.

7. Jika di kemudian hari timbul sengketa atau perselisihan, DEBITOR dan

KREDITOR sepakat untuk menyelesaiaknnya melalui jalur hukum di Pengadilan

Negeri Yogyakarta yang beralamat di Jalan Kapas No.10, Umbulharjo, Semaki,

Umbulharjo, Kota Yogyakarta, DIY.

Surat perjanjian ini dibuat kedua belah pihak dalam keadaan sadar sepenuhnya

serta tanpa paksaan dari pihak manapun, untuk bisa dipatuhi sebagai mestinya

Menyetujui,

KREDITOR

Zanuar Mahesa

DEBITOR

BPR Madani Sejahtera Abadi, PT

materai

Andika Arfianto
BAB III

PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai