Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Perhitungan :
Perhitungan Rf
5,6
b. Rf Nipasol = = 0,7
8
6,2
c. Rf Parasetamol = = 0,775
8
5,9
d. Rf Asetanilida = = 0,7375
8
Perhitungan Rm
Rm = log {(1/Rf) – 1}
a. Rm Nipagin
Nipagin Nipasol
Paracetamol Asetanilida
Struktur Nipagin dengan Nipasol hampir sama, hanya saja Nipasol memiliki
penambahan gugus etil yang meningkatkan kenonpolaran senyawa sehingga nilai Rm
Nipasol lebih besar. Demikian juga, pada struktur Paracetamol dan Asetanilida juga
hampir sama, hanya saja pada Paracetamol terdapat penambahan gugus hidroksil (-OH)
yang dapat meningkatkan kepolaran senyawa sehingga menurunkan nilai Rm, maka nilai
Rm Asetanilida lebih besar.
2.3. Perbandingan Lipofilitas Senyawa Uji berdasarkan log P dari Literatur dengan Rm
dari Hasil Praktikum
Senyawa Uji Log P RM
Lipofilisitas obat ialah kadar keseimbangan numerik kadar obat dalam fase polar
dibagi kadar obat dalam fase non polar. Lipofilisias dapat diartikan pula dengan sifat
kelarutan obat dalam fase lemak dan fase air. Kelarutan obat dalam suatu pelarut
dipengaruhi oleh struktur kimia obat tersebut. Agar obat mudah larut dalam lipid dan
menembus membran, obat harus bersifat non polar atau lipofilik. Parameter lipofilisitas
yang sering digunakan ialah logaritma koefisien partisi, tetapan pi Hansch, tetapan
fragmentasi F Nys Rekker, dan harga Rm. Metode analisis yang digunakan untuk
menentukan lipofilisitas suatu obat diantaranya ialah secara spektrofotometri,
kromatografi gas dan kromatografi lapis tipis fase terbalik atau RPLTC, dan kromatografi
cair kinerja tinggi atau KCKT. Pada praktikum kali ini digunakan metode analisis RPLTC.
Koefisien partisi ialah tetapan kesetimbangan suatu senyawa dalam pelarut polar
atau non polar yang secara logaritmik berhubungan dengan energi bebas. Logaritma
koefisien partisi atau Log P ialah parameter karakteristik dari gugus-gugus kimia yang
disubsitusikan dalam induk. Nilai log P yang besar menunjukkan bahwa lipofilitasnya
besar pula sehingga obat atau senyawa akan mudah menembus membran biologis.
Rm diperkenalkan oleh Boyce dan Milborrow pada tahun 1965. Penentuan
lipofilisitas dengan tetapan kromatografi Rm dibuat karena terkadang terdapat senyawa
yang kelarutannya dalam suatu pelarut tertentu lebih besar daripada pelarut lainnya atau
ada pula senyawa yang sukar larut dalam suatu pelarut yang digunakan sehingga
penentuan koefisien partisinya akan mengalami kesulitan dan nilai log P terbatas hanya
pada -4 hingga +6. Rf didapat dari Kromatografi Lapis Tipis Fase Balik atau RPLTC. Nilai
Rf yang kecil menyebabkan nilai Rm besar atau positif, hal ini akan menyebabkan nilai
lipofilisitasnya semakin besar. Sedangkan nilai Rf yang besar akan menyebabkan nilai Rm
semakin kecil atau bahkan negatif, sehingga lipofilisitas akan semakin kecil pula.
Berdasarkan uraian diatas, pada data Log P lipofilisitas suatu senyawa yang
terbesar dimiliki oleh nipasol, sedangkan lipofilisitas terkecil dimiliki oleh parasetamol.
Urutan dari lipofilisitas terbesar hingga terkecil ialah Nipasol-nipagin-asetanilida-
parasetamol. Berdasarkan data Rm dari hasil percobaan, diperoleh lipofilitas terbesar
dimiliki oleh nipasol dan lipofilitas terendah dimiliki oleh parasetamol. Urutan dari
lipofilitas terbesar hingga terkecil ialah nipasol-asetanilida-nipagin-parasetamol. Terdapat
perbedaan posisi asetanilida dan nipagin, namun kedua parameter ini (log P dan Rm)
memiliki kesamaan lipofilisitas terbesar dan terkecil, yaitu lipofilisitas terbesar dimiliki
oleh nipasol dan lipofilisitas terkecil dimiliki oleh parasetamol. Berdasarkan uraian ini
dapat disimpulkan bahwa nilai Log P dan Rm berbanding lurus, semakin besar nilainya
maka semakin besar pula lipofilisitasnya.
Hubungan antara log P dan Rm dinyatakan dalam persamaan berikut:
Log P= a Rm+b, dimana a dan b: tetapan yang tergantung pada sistem RPLTC
Atau
Log P= Log K+ Rm
2.4. Perbandingan Aktivitas Biologis Senyawa Uji dan Hubungkan dengan Parameter
Lipofilisitasnya
Dikatakan bahwa terkadang kelarutan suatu senyawa dalam pelarut yang satu jauh
lebih besar dibanding pelarut lainnya atau senyawa sangat sukar larut dalam pelarut yang
digunakan, maka penentuan koefisien partisi dengan percobaan akan mengalami kesulitan.
Untuk mengatasi hal tersebut, Boyce dan Milborrow memperkenalkan parameter yang
masih berhubungan dengan koefisien partisi yaitu parameter kromoatografi Rm (Retention
modified). Hubungan antara Log P dan Rm dapat dilihat dari rumus berikut:
𝐿𝑜𝑔 𝑃 = 𝐿𝑜𝑔 𝐾 + 𝑅𝑚
Atau dapat dinyatakan melalui persamaan dari Collander sebagai berikut:
𝐿𝑜𝑔 𝑃 = 𝑎𝑅𝑚 + 𝑏
a dan b: tetapan yang bergantung pada system KLTFB
Dari persamaan tersebut dapat dilihat bahwa Log P dan Rm berbanding lurus, sehingga
semakin besar nilai Rm-nya, maka semakin besar pula nilai Log P-nya, begitu pula jika
Rm kecil maka Log P juga kecil. Rm ini merupakan merupakan salah satu parameter
lipofilitas yang sering digunakan dalam hubungan kuantitatif struktur-aktivitas. Senyawa
dengan nilai Rm tinggi menunjukkan bahwa senyawa tersebut polaritasnya rendah atau
mempunyai lipofilitas yang tinggi.
Obat sendiri agar mudah larut dalam lipid harus bersifat non polar atau lipofilik.
Lipofilisitas obat dapat didefinisikan sebagai kadar keseimbangan numerik kadar obat
dalam fase polar dibagi kadar obat dalam fase non polar. Adapun parameter lipofilisitas
yang sering digunakan dalam hubungan kuantitatif struktur dan aktivitas biologi antara
lain adalah logaritma koefisien partisi, tetapan pi (π) Hansch, tetapan fragmentasi F Nys
Rekker dan harga Rm.
Nilai Rm senyawa yang diuji pada praktikum kali ini antara lain: Nipagin -0.4772,
Nipasol -0.3679, Parasetamol -0.5372, dan Asetanilida -0.4487. Sedangkan nilai Log P
dari senyawa tersebut antara lain: Nipagin 1.96, Nipasol 2.29, Parasetamol 0.28, dan
Asetanilida 1.2. Hasil dari perhitungan ini menjadi bukti bahwa nilai Rm dan Log P
berbanding lurus. Log P merupakan bentuk logaritma dari koefisien partisi (P). Alasan
digunakannya Log P, karena kisaran kemungkinan nilai P yang ditemukan dalam molekul
obat adalah luas, yaitu mulai dari fraksi yang kecil hingga bernilai beberapa ribu,
Koefisien partisi sendiri merupakan kelarutan relative antara dua fasa yang tidak
tercampur Selain itu koefisien partisi juga disebut sebagai keseimbangan suatu senyawa
dalam pelarut polar/non polar yang secara logaritma berhubungan dengan energi bebas
Bila koefisien partisi >0,001, maka zat tersebut memiliki kelarutan dalam lipid yang besar.
Koefisien partisi ini dilambangkan P, dengan persamaan:
[𝑜𝑏𝑎𝑡]𝑙𝑖𝑝𝑖𝑑
𝑃=
[𝑜𝑏𝑎𝑡]𝑎𝑖𝑟
Koefisien partisi susah diukur dalam sistem hidup, sehingga koefisien partisi biasanya
ditentukan dengan menggunakan n-oktanol sebagai fase lipid dan dapar fosfat dengan pH
7,4 sebagai fase air.
Bila obat secara struktur tak sama dengan komponen normal sel, obat tidak dapat
ditransport melalui dinding dengan mekanisme transport aktif. Kelarutan sangat penting
dalam bioaktivitas. Banyak obat khususnya yang punya struktur tertutup mampunyai
kelarutan yang besar dalam lipid dan akan memperlihatkan bioaktivitas yang besar.
Hubungan ini terlihat pada anestesi umum, local anestesi, antibakteri agent dan antiviral
agent, dan sebagainya. Sehingga parameter kelarutan sangat menentukan absorpsi obat.
Hal ini juga berkaitan dengan derajat absorpsi dan akan menentukan aksi obat.
Oleh karena itu koefisien partisi dapat digunakan untuk memperkirakan proses
absorpsi, distribusi, dan eliminasi obat di dalam tubuh. Nilai P ini dapat digunakan untuk
memperkirakan onset kerja obat atau durasi kerja obat, atau untuk mengetahui apakah obat
akan bekerja secara aktif. Yang mana semakin lipofil suatu senyawa obat maka semakin
cepat obat tersebut di absorbs sehingga waktu onsetnya pun semakin cepat.
Apabila nilai Rm dilihat dari hasil praktikum kali ini, urutan senyawa obat yang
memiliki nilai lipofilisitas dari yang tertinggi ke yang terendah yaitu
NipasolAsetanilidaNipaginParacetamol. Sehingga Nipasol memiliki waktu onset
tercepat karena absorbsinya cepat, sedangkan Paracetamol memiliki waktu onset dan
absorbsi terlambat.
3. Kesimpulan
1) Nilai log P koefisien partisi digunakan sebagai suatu parameter yang menghubungkan
antara struktur kimia obat dan aktivitas obat. Nilai log P yang besar akan menunjukkan
lipofilitas yang besar dengan demikian senyawa akan mudah menembus membran
biologi.
2) Pada data yang didapatkan menghasilkan nilai log P dan nilai rm lipofilisitas suatu
senyawa yang terbesar yaitu dimiliki oleh nipasol, sedangkan lipofilitas terkecil
dimiliki oleh parasetamol.
3) Urutan nilai log P dari yang terbesar hingga terkecil yaitu nipasol – nipagin –
asetanilida – parasetamol. Sedangkan urutan nilai Rm dari yang terbesar hingga
terkecil yaitu nipasol – asetanilida – nipagin – parasetamol.
4) Nilai log P dengan nilai Rm berbanding lurus, semakin besar nilainya, maka semakin
besar pula lipofilitasnya.
5) Nilai Rf parasetamol lebih besar daripada nilai Rf asetanilida karena parasetamol
memiliki sifat kepolaran yang lebih tinggi daripada asetanilida, dan parasetamol
merupakan derivat dari asetanilida, sehingga parasetamol memiliki lipofilitas yang
rendah dan nilai Rm akan menjadi negatif.
6) Metode KLTFB kurang efisien digunakan untuk mencari parameter lipofilitas.
DAFTAR PUSTAKA
Aryani, Ni Luh Dewi. 2006. Penetapan Nilai Parameter Lipofilisitas (log p, jumlah tetapan pi
Hansch, dan tetapan F Rekker) Asam Pipemidat. Jurnal Sains dan Teknologi. 1(2).
Cairns, Donald. 2008. Intisari Kimia Farmasi Edisi 2. Jakarta: EGC.
Day, R.A, dan A. L. Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Jakarta:
Erlangga.
Gandjar, Gholib dan Rohman, Abdul. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Gunardi, dkk. 2009. Metode RPTLC dan Optimasi Fase Gerak Dalam Penetapan Harga Rm
Sebagai Salah Satu Parameter Lipofilisitas dalam Rancangan Obat. Media Medika
Indonesia. 43(5): 254-256.
Muctaridi, dkk. 2018. Kimia Medisinal: Dasar-Dasar Dalam Perancangan Obat Edisi
Pertama. Jakarta: Prenada Media Group.
Rowe, Raymond C dkk. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients. London:
Pharmaceutical Press and American Pharmacists Association.
Sari, Destria Indah. 2006. Studi Hubungan Antar Parameter Lipofilik pada Turunan N-
Benzoilamoksilin. Skripsi.
Siswandono, Soekardjo B (Eds). 2000. Kimia Medisinal 1. Airlangga University Press :
Surabaya.
Siswandono. 2016. Kimia Medisinal 1 Edisi 2. Surabaya: Airlangga University Press.
Susilowat, Rully. Metode Penentuan Nilai Parameter Sifat Lipofilik Senyawa Obat.
Laboratorium Kimia Medisinal. Fakultas Farmasi. Universitas Airlangga : Surabaya.
LAMPIRAN HASIL PENGAMATAN
Perhitungan :
Perhitungan Rf
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑧𝑎𝑡
Rf =
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛
6
a. Rf Nipagin = = 0,75
8
5,6
b. Rf Nipasol = = 0,7
8
6,2
c. Rf Parasetamol = = 0,775
8
5,9
d. Rf Asetanilida = = 0,7375
8
Perhitungan Rm
Rm = log {(1/Rf) – 1}
a. Rm Nipagin
Perhitungan :
Perhitungan Rf
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑧𝑎𝑡
Rf =
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛
6
a. Rf Nipagin = = 0,75
8
5,6
b. Rf Nipasol = = 0,7
8
6,2
c. Rf Parasetamol = = 0,775
8
5,9
d. Rf Asetanilida = = 0,7375
8
Perhitungan Rm
Rm = log {(1/Rf) – 1}
a. Rm Nipagin
Perhitungan :
Perhitungan Rf
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑧𝑎𝑡
Rf =
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛
6
a. Rf Nipagin = = 0,75
8
5,6
b. Rf Nipasol = = 0,7
8
6,2
c. Rf Parasetamol = = 0,775
8
5,9
d. Rf Asetanilida = = 0,7375
8
Perhitungan Rm
Rm = log {(1/Rf) – 1}
a. Rm Nipagin
Perhitungan :
Perhitungan Rf
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑧𝑎𝑡
Rf =
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛
6
a. Rf Nipagin = = 0,75
8
5,6
b. Rf Nipasol = = 0,7
8
6,2
c. Rf Parasetamol = = 0,775
8
5,9
d. Rf Asetanilida = = 0,7375
8
Perhitungan Rm
Rm = log {(1/Rf) – 1}
a. Rm Nipagin
Perhitungan :
Perhitungan Rf
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑧𝑎𝑡
Rf =
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛
6
a. Rf Nipagin = = 0,75
8
5,6
b. Rf Nipasol = = 0,7
8
6,2
c. Rf Parasetamol = = 0,775
8
5,9
d. Rf Asetanilida = = 0,7375
8
Perhitungan Rm
Rm = log {(1/Rf) – 1}
a. Rm Nipagin
Perhitungan :
Perhitungan Rf
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑧𝑎𝑡
Rf =
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛
6
a. Rf Nipagin = = 0,75
8
5,6
b. Rf Nipasol = = 0,7
8
6,2
c. Rf Parasetamol = = 0,775
8
5,9
d. Rf Asetanilida = = 0,7375
8
Perhitungan Rm
Rm = log {(1/Rf) – 1}
a. Rm Nipagin
Perhitungan :
Perhitungan Rf
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑧𝑎𝑡
Rf =
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛
6
a. Rf Nipagin = = 0,75
8
5,6
b. Rf Nipasol = = 0,7
8
6,2
c. Rf Parasetamol = = 0,775
8
5,9
d. Rf Asetanilida = = 0,7375
8
Perhitungan Rm
Rm = log {(1/Rf) – 1}
a. Rm Nipagin