1. Konsep Kebutuhan
a. Gangguan Kognitif (deficit pengetahuan) dan Ansietas
Gangguan Kognitif adalah tidak adanya atau kurangnya informasi ataupun
kurangnya pemahaman kognitif sehubungan dengan topic spesifik
( Nanda, 2007-2008, hal: 324 )
Ansietas adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat
dibenarkan yang sering disertai dengan gejala fisiologis, sedangkan pada gangguan
ansietas terkandung unsure penderitaan yang bermakna dan gangguan fungsi yang
disebabkan oleh kecemasan tersebut. Ini merupakan sinyal peringatan akan adanya
bahaya dan memungkinkan individu untuk mengambil langkah untuk
menghadapinya.
(Tomb, 2003, hal : 96)
b. Fisiologi system
Kelenjar endokrin mencakup kelenjar hipofisis (pituitary), tiroid, paratiroid,
adrenal, pulau-pulau langerhans pancreas, ovarium dan testis. Semua kelenjar ini
menyekresikan produknya langsung kedalam darah, berbeda dengan kelenjar
eksokrin. Hipotalamus merupakan penghubung antara system saraf dan system
endokrin. Zat-zat kimia yang disekresikan oleh kelenjar endokrin disebut hormone.
Hormone membantu fungsi organ agar bekerja secara terkoordinasi dengan system
saraf.
(Smeltzer, 2001, hal: 1289)
Terdapat 2 kelenjar endokrin di kelenjar adrenal, yaitu :
1.) Medula adrenal yang terletak disebelah dalam adalah epinefrin, norepinefrin
2.) Korteks adrenal yang terletak disebelah luar menyekresikan hormon-hormon
steroid seperti aldosteron, kortisol, androgen,estrogen.
Hormone- hormon medulla adrenal tidak asensial untuk hidup, tapi mereka
membantu mempersiapkan individu untuk menghadapi keadaan darurat.
1
Disisi lain, korteks adrenal penting untuk hidup. Kelenjar ini mensekresikan berbagai
glukokortikoid, steroid dengan macam-macam efek pada metabolism karbohidrat dan
protein; suatu meneralokortikoid yang penting untuk mempertahankan keseimbangan
natrium dan volume CES; dan berbagai hormone sex yang menimbulkan efek minor
pada reproduksi. Sekresi kkorteks adrenal dikontrol terutama oleh ACTH dari
hipofisis anterior, tetapi sekresi meneralokortikoid juga dapat dikontrol secara
independent oleh factor-faktor dalam darah, dan yang terpenting adalah angiotensin
II, suatu peptide yang dibentuk didalam darah. Pembentukan angiotensin sebaliknya
bergantung pada renin yang disekresikan oleh ginjal. Norepinefrin dan apinefrin
meningkatkan kekuatan dan kecepatan kontraksi jantung. Epinefrin menyebabkan
melebarnya tekanan nadi, tetapi karena stimulasi beroreseptor tidak cukup untuk
menutupi efek langsung hormmon pada jantung, kecepatan denyut dan curah jantung
meningkat. Katekolamin meningkatkan kewaspadaan, dalam hal ini, epinefrin dan
norepinefrin sama halnya yaitu menimbulkan kecemasan dan ketakutan.
(Ganong, 2002, hal : 342)
2
Bronkus membesar, sehingga udara masuk dan keluar paru-paru lebih
mudah
Pupil mata membesar
(Ganong, 2002, hal : 359)
3
Diabetes mellitus
Terjadi akibat produksi insulin yang tidak cukup ataupun tidak sama sekali
menghasilkan insulin maka akan menyebabkan diabetes mellitus.
Kelainan metabolic
Eksoftalmik tiroid
Terjadi akibat kelebihan produksi tiroksin, dengan gejala: metabolism
meningkat, denyut nadi bertambah, gelisah, gugup, dan merasa demam, serta
mata menonjol keluar.
Gangguan reproduksi
Tetani
Paratiroid adalha hal yang mampu mempengaruhi terjadinya tetani Karena
dari hasil produksinya yaitu parathormon yang mengatur kandungan fosfor
dan kalsium dalam darah, maka jika kekurangan hormone ini akan
menyebabkan tetani dengan gejala: kadar kapur dalam darah menurunkejang,
gelisah, kesemutan.
Gangguan keseimbangan elektrolit
Hal ini terjadi pada korteks adrenal yang salah satunya menghasilkan
mineralokortikoid yang berfungsi menjaga keseimbangan elektrolit, jika
terjadi gangguan pada produksi minerlokortikoid maka akan terjadi gangguan
elektrolit.
Penyakit Addison
Insufisiensi adrenokortikal, terjadi bila korteks adrenal tidak adekuat untuk
memenuhi kebutuhan pasien akan hormone-hormon korteks adrenal.
Sindrom cushing
Terjadi akibat aktivitas korteks adrenal yang berlebihan, sindrom tersebut
dapat terjadi akibat pemberian kortikosteroid atau ACTH yag berlebih atau
akibat hyperplasia korteks adrenal
4
2. Rencana Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1.) Riwayat keperawatan
a.) Keluham Utama
“ Klien merasa dirinya terancam terhadap integritas fisik atau konsep diri yang
tidak baik yang klien rasakan seperti gelisah, stress, dan tidak mampu memecahkan
masalah dengan baik”
b.) Riwayat sekarang
“Proses berpikir terlambat dan sulit untuk memahami apa yang orang lain
katakan, khususnya apa yang perawat katakanpun klien tetap sulit untuk paham,
seolah-olah pikirannya kosong, konsentrasi terganggu, tidak mempunyai minat, tidak
dapat berpikir, tidak mempunyai daya khayal, waham dosa, depersonalisasi dan
halusinasi.”
c.) Riwayat masalalu
“klien pernah kehilangan seseorang yang klien sayangi sehingga klien takut untuk
kehilangan anggota kelurganya lagi dan klien tidak mampu untuk melewati fase-fase
kehilangan, selain itu klien sering mengkonsumsi obat-obat atau zat yang berbahaya.”
Respon berduka:
Respon berduka menurut Kubler-Ross meliputi:
1. Fase Menyangkal ( Denial )
Respon individu selama fase ini adalah menunjukan sikap tidak percaya dan tidak siap
dalam menghadapi peristiwa kehilangan.
2. Fase Marah ( anger )
Respon individu selama fase ini adalah marah. Biasanya, kemarahan tersebut
diproyeksikan pada benda atau orang dan ditandai dengan suara keras, meledak-ledak,
muka merah.
3. Fase Tawar-menawar ( Bargaining )
Respon individu selama fase ini adalah mulai mengungkapkan rasa marah terhadap
peristiwa kehilangan yang terjadi, melakukan tawar-menawar, mengekspresikan rasa
bersalah dan rasa takut hukuman untuk dosa-dosanya dimasa lalu.
4. Fase Depresi ( Depression )
5
Respon individu selama fase ini adalah berduka atas apa yang terjadi, menarik diri, tidak
mau bicara, putus asa, dan terkadang bicara bebas.
5. Fase Penerimaan ( acceptance )
Respon individu fase ini dalah individu mulai membuat berbagai rencana guna mengatasi
dampak dari peristiwa kehilangan yang terjadi.
(Chayatin & Mubarak,2007, hal: 140)
b.) Sirkulasi
o Nadi cepat dan palpitasi
o Tangan dingin dan lembab
o Berkeringat
o Kemerahan
o Pucat
o Peningkatan tekanan darah
6
o Mengeluhkan riwayat ancaman integritas fisik
d.) Eliminasi
o Sering berkemih
o Diare
f.) Neurosensori
o Ketegangan motorik: gemetar, gelisah, gugup, otot tegang, mudah terkejut,
pusing, tangan atau kaki kesemutan
o Kemungkinan kekhawatiran : ansietas, khawatir, takut, selalu merenung, ketidak
mampuan berprilaku tanpa tertekan
o Kewaspadaan berlebihan
o Sulit berkonsentrasi
o Sulit untuk memahami informasi yang diberikan oleh perawat maupun keluarga
g.) Pernafasan
o Frekuensi pernapasan meningkat
o Nafas pendek
o Terasa tercekik
7
Skrining obat: kemungkinan penyebab gejala karena kontribusi obat, pemeeriksaan
diagnostic lain mungkin dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit fisik
sebagai dasar gejala individu (mis. EKG pada nyeri dada berat, ekokardiogram pada
prolaps katup mitral, EEG untuk mengidentifikasi kejang, pemeriksaan hormonal).
( Doenges, 2006, hal: 342-343)
8
Gelisah
Pandangan sekilas
Pergerakan yang tidak berhubungan (missal. Berjalan dengan
menyeret kaki, pergerakan tangan lengan).
Menunjukan perhatian seharusnya dalam kejadian hidup
Insomnia
Resah
b.) Affective
Penyesalan
Irritable
Kesedihan yang mendalam
Ketakutan
Gelisah
Mudah tersinggung
Rasa nyeri hebat dan menetap
Ketidakberdayaan meningkat
Membingungkan
Ketidaktentuan
Peningkatan kewaspadaan
Focus pada diri
Perasaan tidak adekuat
Ketakutan
Distress kekhawatiran
c.) Fisiologis
Gemetar, tangan tremor
Respirasi meningkat
Keinginan BAK
Nadi meningkat
9
Pupil dilatasi
Reflek meningkat
Nyeri abdomen
Gaangguan tidur
Perasaan geli pada ekstremitas
Peningkatan aktivitas kardiovaskular
Berkeringat banyak
Wajah tegang
Anoreksia
Jantung berdetak kuat
Diare
Keraguan dalam berkemih
Kelalahan
Mulut kering
Kelemahan
Pulsasi menurun
Wajah kemerahan
Vasokontriksi superficial
Penurunan tekanan darah
Mual
Sering kencing
Pusing kesulitan bernafas
d.) Kognitif
Bloking isi piker
Bingung
Pelupa
10
Merenung
Kerusakan perhatian
Lapangan persepsi menurun
Ketakutan terhadap hal yang tidak jelas
Cenderung untuk menyalahkan orang lain
Sulit berkonsentrasi
Menurunkan kemampuan belajar, menyelasaikan masalah
Gejala kewaspadaan fisiologis
11
c. Perencanaan
12
stres terhadap
ketakutan yang
berulang / perburukan
respons stres.
13
perilakunya menghubungkan ansietas respons otomatis
dengan respons fisik, terhadap stres , klien
emosi, atau perilaku yang perlu menghubungkan
tidak nyaman. pengalaman ansietas
dengan gejala yang
tidak menyenangkan.
14
,seperti merumuskan meningkatkan
tujuan dan memikirkan perasaan kompetensi
perencanaan untuk dalam diri klien dan
mencapai tujuan tersebut. perasaan mampu untuk
mengontrol situasi .
7. Obat antiansietas
7. Berikan obat anti ansietas
digunakan untuk
sesuai indikasi
memperbaiki gejala
ansietas
15
Daftar Pustaka
1. Copel, Linda Carman. (2007) Kesehatan Jiwa dan Psikiatri. Ed.2. Jakarta: EGC.
2. Chayatin, Nurul & Mubarak Iqbal. (2007) Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:
EGC.
5. Smeltzer, Suzzane C. (2001) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Ed.8. Jakarta: EGC.
7. Wilkinson, Judith M. (2006) Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan criteria
hasil NOC. Ed.7. Jakarta: EGC
16