Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN APENDISITIS

A. KONSEP DASAR TEORI


1. Definisi
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai
cacing (apendiks). Usus buntu adalah sebenarnya sekum (cecum). Infeksi ini bisa
mengakibatkan peradangan akut sehingga memerukan tindakan bedah segera untuk
mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya. (Nanda, 2015)

Apendiks adalah ogan tambahan kecil yang menyerupai jari, melekat pada
sekum tepat di bawah katub ileosekal. Karena apendiks mengosongkan diri dengan
tidak efesien, dan lumenya kecil, karena apendiks mudah mengalami obstruksi dan
retan terhadap infeksi (apendisitis). Apendisitis merupakan penyebab yang paling
umum dari inflamasi akut kuadran kanan bawah rongga abdomen dan penyebab yang
paling umum dari pembedahan abdomen darurat. (Baughman, D. C., dan JoAnn C. H.
1996)
Apendisitis adalah peradangan pada apendiks (umbai cacing) akibat infeksi
oleh bakteri. Apabila sisa makanan masuk ke dalam apendiks, makanan tersebut akan
busuk dan sulit dikeluarkan. Akibatnya, apendiks akan mengalami peradangan.
(Firmansyah, Rikki dkk, 2009)

Jadi kesimpulannya, apendisitis adalah peradangan pada apendiks (umbai


cacing) pada kuadran kanan bawah. Apendisitis disebabkan oleh infeksi, bakteri,
ataupun sisa makan yang tertinggal di bagian apendiks yang dapat menyebabkan
peradangan.
2. Klasifikasi
Klasifikasi apendisitis terbagi menjadi tiga yaitu, apendisitis simple, apendisitis
gangrenosa dan apendisitis perforata.
a. Apendisitis Simple
b. Apendisitis Gangrenosa
Bila tekanan dalam lumen terus bertambah, aliran darah arteri mulai terganggu
terutama bagian ante mesentrial yang peredarannya paling minimal, hingga
terjadi infrak dan ganggren.
c. Apendisitis Perforata
Ada fekalit didalam lumen, umur (orang tua atau anak muda) dan
keterlambatan diagnosa merupakan faktor yang berperan dalam terjadinya
perforasi apendiks karena dinding apendiks mengalami ganggren, rasa sakit
yang bertambah, demam tinggi, rasa nyeri yang menyebar dan jumlah leukosi
yang tinggi merupakan tanda kemungkinan terjadinya perforasi.

3. Etiologi
Apendisitis dapat disebabkan karena fekalith (batu feses) yang mengoklusi
lumen apendiks, apendiks yang terpuntir, pembengkakan dinding usus, kondisi fibrosa
di dinding usus, okulusi eksternal usus akibat adesi, Infeksi organisme yersinia telah
ditemukan pada kasus 30% kasus. (Black, J. M., dan Hawks, J. H. 2009.)
Menurut klasifikasi apendisitis akut merupakan infeksi yang disebabkan oleh
bakteri dan faktor pencetusnya disebabkan oleh sumbatan lumen apendiks. Selain itu
fekalith (tinja/batu), tumor apendiks, biji-bijian dan cacing askaris yang dapat
menyebabkan sumbatan dan juga erosi mukosa apendiks karena parasit. Sedangkan
apendisitis kronis memiliki semua gejala riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari
dua minggu, radang kronik apendiks secara makroskopi dan mikroskopi (fibrosis
menyeluruh di dinding apendiks sumbatan persial atau lumen apendiks adanya
jaringan parut dan ulkus lama dimukosa dan infiltasi sel infalmasi kronik), dan
keluhan menghilang setelah pembedahan apendiktomi.

4. Manifestasi Klinis
Tanda-tanda umum untuk apendisitis yang diakui antara lain:
a. Nyeri kuadran kanan bawah
b. Demam ringan
c. Mual dan muntah
d. Anoreksia
e. Malaise
f. Nyeri tekan lokal pada titik Mc. Burney
g. Spasme otot
h. Konstipasi dan diare (Brunner & Suddart, 1997).
Gejala awal yang khas, yang merupakan gejala klasik apendisitis adalah nyeri
samar (nyeri tumpul) di daerah epigastrium di sekitar umbilikus atau periumbilikus.
Keluhan ini biasanya disertai dengan rasa mual, bahkan terkadang muntah, dan pada
umumnya nafsu makan menurun. Kemudian dalam beberapa jam, nyeri akan beralih
ke kuadran kanan bawah, ke titik Mc Burney. Di titik ini nyeri terasa lebih tajam dan
jelas letaknya, sehingga merupakan nyeri somatik setempat. Terkadang, tidak
dirasakan adanya nyeri di daerah epigastrium, tetapi terdapat konstipasi sehingga
penderita merasa memerlukan obat pencahar. Tindakan ini dianggap berbahaya
karena bisa mempermudah terjadinya perforasi. Perforasi akan terjadi tergantung jenis
obat pencaharnya misalnya (bisacodyl) untuk mengatasi sembelit atau konstipasi, dan
untuk mengosongkan perut sebelum prosedur operasi, colonoscopy, endoscopy, x-ray,
atau prosedur pada usus lainnya. Kontraindikasi jangan digunakan untuk penderita
yang mengalami reaksi hipersensitivitas/alergi terhadap  bisacodyl. Hindarkan juga
pemakaian obat ini pada bedah perut akut, penderita obstruksi usus, obstruksi ileus,
perforasi usus, toksik kolitis, toksik megakolon, inflammatory bowel disease akut,
apendisitis, dan dehidrasi berat. Terkadang apendisitis juga disertai dengan demam
37,5 - 38,5 derajat celcius.
Kemungkinan apendisitis dapat diyakinkan dengan menggunakan skor Alvarado:
The modified Alvarado Skor
Score
Gejala Perpindahan nyeri dari ulu 1
hati ke perut kanan bawah
Mual muntah 1
Anoreksia 1

Tanda Nyeri di perut kanan bawah 2


Nyeri lepas 1
Demam diatas 37,5ᵒC 1

Pemeriksaan Leukositosis 2
Lab
Hitung jenis leukosit shift to 1
the left
Total 10
Sumber buku : NANDA 2015
Interpretasi dari Modified Alvarado Score:
1-4: sangat mungkin bukan apendisitis
5-7: sangat mungkin apendisitis akut akut
8-10: pasti apendisitis akut
Selain gejala klasik, ada beberapa gejala lain yang dapat timbul sebagai akibat
dari apendisitis. Timbulnya gejala ini bergantung pada letak apendiks ketika
meradang. Berikut gejala yang timbul tersebut.
a. Bila letak apendiks retrosekal retroperitoneal, yaitu di belakang sekum
(terlindung oleh sekum), tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan
tidak ada tanda rangsangan peritoneal. Rasa nyeri lebih kearah perut kanan atau
nyeri timbul pada saat melakukan gerakan seperti berjalan, bernapas dalam,
batuk, dan mengedan. Nyeri ini timbul karena adanya kontraksi.
b. Bila apendiks terletak di rongga pelvis, apendiks terletak di dekat atau
menempel pada rektum, akan timbul gejala dan rangsangan sigmoid atau
rektum, sehingga peristalsis meningkat, pengosongan rektum akan menjadi
lebih cepat dan berulang-ulang (diare).
c. Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada kandung kemih, dapat
terjadi peningkatan frekuensi kemih, karena rangsangan dindingnya. Gejala
apendisitis terkadang tidak jelas dan tidak khas, sehingga sulit dilakukan
diagnosis, dan akibatnya apendisitis tidak ditangani tepat pada waktunya,
sehingga biasanya baru diketahui setelah terjadi perforasi.

Selain itu, tanda dan gejala yang dialami dipengaruhi juga dengan usia, gejala
yang timbul pada anak-anak dan dewasa serta usia lanjut akan berbeda.
a. Pada anak-anak
Gejala awalnya sering hanya menangis dan tidak mau makan. Seringkali anak
tidak bisa menjelaskan rasa nyerinya, beberapa jam kemudian akan terjadi
muntah- muntah dan anak menjadi lemah. Ketidakjelasan gejala ini, seringkali
apendisitis diketahui setelah perforasi. Begitupun pada bayi, 80-90 %
apendisitis baru diketahui setelah terjadi perforasi.
b. Pada orang tua berusia lanjut
Gejala sering samar-samar saja dan tidak khas, sehingga lebih dari separuh
penderita baru dapat didiagnosis setelah terjadi perforasi.
5. Patofisiologi
Fekalith, bakteri, cacing ascaris, produksi lendir berlebih, dan tumor
merupakan beberapa etiologi dari apendisitis. Semua faktor tersebut menyebabkan
adanya obstruksi pada lumen apendiks. Faktor predisposisi yaitu, adanya benda asing
(biji –bijian, konstipasi, diare).

Obstruksi tersebut menyebabkan terjadinya inflamasi, distensi dan dilatasi


pada dinding apendiks, tekanan intraluminal meningkat. Tekanan intraluminal yang
meningkat menimbulkan aliran cairan limfe dan darah terhambat dan tekanan
intraluminal meningkat, bisa mengakibatkan munculnya rasa mual dan ingin muntah.
Kemudian berlanjut nafsu makan berkurang dan menyebabkan anorexia, akibatnya
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari tubuh. Stimulasi kemudian dihantarkan ke
spinal cord ke cortex cerebri dan di sampaikan ke nosiseptor. Nyeri akan
dipersepsikan.

Bakteri masuk dan jika bakteri berkembang semakin banyak dan merusak
mukosa apendiks (menginfeksi) maka akan mengakibatkan terjadinya apendisitis
supuratif akut (ditandai adanya abses yang banyak berwarna kuning). Apabila
kerusakan vaskular yang cepat mengakibatkan terjadinya ruptur, perforasi
(apendisitis perforasi) maka bakteri akan tersebar secara meluas ke seluruh area
abdomen sehingga dapat menyebabkan peritonitis maka tindakan pembedahannya
adalah laparaskopi. Anastesi yang sering digunakan adalah meperidin, morfin. Juga
mengakibatkan cemas, gangguan pola tidur, dan intoleransi aktivitas (Pre-operasi)
dan nyeri, luka insisi, serta intoleransi Aktivitas (Post-operasi). Pembedahan pasien
dengan apendisitis adalah apendektomi. Anastesi yang sering digunakan adalah
anastesi umum yaitu pethidin, diazepam.

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan fisik
 Inspeksi: akan tampak adanya pembekakan (swelling) rongga perut
dimana dinding perut tampak mengencang (distensi).
 Palpasi: didaerah perut kanan bawah (pada tittik Mc Burney) bila ditekan
akan terasa nyeri dan bila tekanan di lepas juga akan terasa nyeri
(blumberg sign) yang mana merupakan kunci dari diagnosis apendisitis
akut.
 Dengan tindakan tungkai kanan dan paha ditekuk kuat/ tungkai diangkat
tingg-tinggi, maka rasa nyeri diperut semakin parah (psoas sign).
 Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin bertambah bila
pemeriksaan dubur dan vagina menimbulkan rasa nyeri juga.
 Suhu dubur (rectal) yang lebih tinggi dari suhu ketiak (axilla), lebih
menunjang lagi adanya radang usus buntu.
 Pada apendiks terletak pada retro sekal maka uji psoas akan positif dan
tanda perangsangan peritonium tidak begitu jelas, sedangkan bila
apendiks terletak di rongga pelvis maka obturator sign akan positif dan
tanda peransangan peritonium akan lebih menonjol.

b. Pemeriksaan laboratorium
Peningkatan sel darah putih (leukosit) hingga sekitar 10.000-18.000/mm3. Jika
terjadi peningkatan lebih dari itu, maka kemungkinan apendiks sudah mengalami
perforasi (pecah). (Nanda, 2015)
c. Pemeriksaan radiologi
 Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit.
 Ultrasonografi (USG)
Bila hasil pemeriksaan fisik meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan
USG, terutama pada wanita, juga bila dicurigai adanya abses. Dengan
USG dapat dipakai untuk menyingkirkan diagnosis banding seperti
kehamilan ektopik, adnecitis dan sebagainya.
 CT scan
Dapat menunjukkan tanda-tanda dari appendicitis. Selain itu juga dapat
menunjukkan komplikasi dari appendicitis seperti bila terjadi abses.
 Kasus kronik dapat dilakukan rontgen foto abdomen, USG abdomen,
apendikogram. (Nanda, 2015)

7. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita appendicitis meliputi


penanggulangan konservatif dan operasi.

a. Penanggulangan konservatif

Penanggulangan konservatif terutama diberikan pada penderita yang tidak


mempunyai akses ke pelayanan bedah berupa pemberian antibiotik. Pemberian
antibiotik berguna untuk mencegah infeksi. Pada penderita appendicitis
perforasi, sebelum operasi dilakukan penggantian cairan dan elektrolit, serta
pemberian antibiotik sistemik. Antibiotik yang biasanya diberikan adalah
ampisilin, gentamisin, metronidazol, atau klindomisin.

b. Operasi
Terdapat 2 tindakan operasi dalam penanganan apendisitis, antara lain:

1. Apendiktomi

Bila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan appendicitis maka tindakan
yang dilakukan adalah operasi membuang apendiks (apendektomi). Pasien
biasanya telah dipersiapkan dengan puasa antara 4 sampai 6 jam sebelum
operasi dan dilakukan pemasangan cairan infus agar tidak terjadi dehidrasi.
Antibiotik dan cairan intravena diberikan sampai pembedahan dilakukan.
Analgesik dapat diberikan setelah diagnosa ditegakkan. Pembiusan akan
dilakukan oleh dokter ahli anastesi dengan pembiusan umum atau
spinal/lumbal. Apendiktomi (pembedahan untuk mengangkat apendiks)
dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi. Pada
umumnya, tehnik konvensional operasi pengangkatan usus buntu dengan
cara irisan pada kulit perut kanan bawah di atas daerah apendiks (Sanyoto,
2007).

Bila diagnosis klinis sudah jelas maka tindakan paling tepat adalah
apendiktomi dan merupakan satu-satunya pilihan yang baik. Penundaan
tindak bedah sambil pemberian antibiotik dapat mengakibatkan abses atau
perforasi. Apendiktomi bisa dilakukan secara terbuka atau pun dengan cara
laporoskopi. Pada apendisitis tanpa komplikasi biasanya tidak perlu
diberikan antibiotik, kecuali pada apendisitis gangrenosa atau apendisitis
perforata (Syamsuhidajat, 1997).

2. Laparoskopi

Laparaskopi adalah teknik bedah dengan akses minimal. Artinya,


pembedahan tidak dengan membuka dada atau perut, melainkan dilakukan
lewat dua atau tiga lubang berdiameter masing-masing 2-10 milimeter. Satu
lubang untuk memasukan kamera mini (endo camera) yang memindahkan
gambaran bagian dalam tubuh ke layar monitor, sedangkan dua lubang lain
menjadi jalan masuk peralatan bedah. Karena luka yang ditimbulkan
minimal, pemulihannya pun lebih cepat, mengurangi nyeri dan pasca
operasi dan rawat inap lebih singkat. (Harmanto, Ning. 2006)

8. Komplikasi
Komplikasi yang paling sering adalah perforasi apendisitis. Perforasi usus
buntu dapat mengakibatkan periappendiceal abses (pengumpulan nanah yang
terinfeksi) atau peritonitis difus (infeksi selaput perut dan panggul). Alasan utama
untuk perforasi appendiceal adalah keterlambatan dalam diagnosis dan perawatan.
Secara umum, semakin lama waktu tunda antara diagnosis dan operasi, semakin
besar kemungkinan perforasi. Risiko perforasi 36 jam setelah onset gejala
setidaknya 15%. Oleh karena itu, setelah didiagnosa radang usus buntu, operasi
harus dilakukan tanpa menunda-nunda. Komplikasi jarang terjadi pada apendisitis
adalah penyumbatan usus.

Penyumbatan terjadi ketika peradangan usus buntu sekitarnya menyebabkan


otot usus untuk berhenti bekerja, dan ini mencegah isi usus yang lewat. Jika
penyumbatan usus di atas mulai mengisi dengan cairan dan gas, distensi perut, mual
dan muntah dapat terjadi. Kemudian mungkin perlu untuk mengeluarkan isi usus
melalui pipa melewati hidung dan kerongkongan dan ke dalam perut dan usus.
Sebuah komplikasi apendisitis yang lebih ditakuti adalah sepsis, suatu kondisi
dimana bakteri menginfeksi masuk ke darah dan perjalanan ke bagian tubuh lainnya.
Kebanyakan komplikasi setelah apendektomi adalah: infeksi luka, abses residual,
sumbatan usus akut, ileus paralitik, dan fistula tinja eksternal (Hugh A.F. Dudley,
1992).

B. Konsep Dasar Keperawatan


1. Pengkajian
a. Data Demografi
 Pasien dengan apendisitis Usia : paling muda usia 4 tahun, 18 tahun keatas
hingga usia 70 tahun.
 Perbandingan jenis kelamin antara laki-laki dengan perempuan adalah
1:1,7.
b. Riwayat Kesehatan
 Keluhan Utama
Nyeri kuadran kanan bawah dan biasanya demam ringan >37,5˚C, mual,
muntah, anoreksia, malaise, nyeri tekan lokal pada titik Mc. Burney.
 Riwayat Keluhan
Klien dengan apendisitis gejala awal yang khas, nyeri samar (nyeri tumpul)
di daerah epigastrium di sekitar umbilikus atau periumbilikus. Keluhan ini
biasanya disertai dengan rasa mual, bahkan terkadang muntah, dan pada
umumnya nafsu makan menurun.
Keluhan ini biasanya disertai dengan rasa mual, bahkan terkadang muntah,
dan pada umumnya nafsu makan menurun. Kemudian dalam beberapa jam,
nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah, ke titik Mc Burney. Di titik ini
nyeri terasa lebih tajam dan jelas letaknya, sehingga merupakan nyeri
somatik setempat.
 Kebiasaan
Klien dengan kebiasaan mengkonsumsi makanan yang mengandung biji-
bijian yang sulit dicerna oleh lambung misalnya, biji cabai dan lain-lain.
Selain kebiasaan itu juga penyebabnya klien yang kurang mengunsumsi
makanan tinggi serat.

c. Pemeriksaan fisik fokus pada pasien dengan apendisitis


Keadaan Umum
Pasien dengan penyakit apendisitis mengalami perubahan tanda - tanda vital,
yaitu peningkatan nadi perifer, hal ini disebabkan karena pasien merasa cemas
dan nyeri.
Pengkajian head to toe fokus pada apendisitis.
1. Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran klien biasanya compos mentis, dapat mengenali dan
menjawab tentang keadaan sekelilingnya serta berkomunikasi dengan baik.
2. Wajah
Pada klien terjadi ketegangan pada otot wajah karena merasa nyeri.
3. Abdomen
Auskultasi: Bising usus mengalami penurunan.
Palpasi : merasakan nyeri saat dilakukan deep palpation pada area abdomen
bagian perut kanan bawah: nyeri pada bagian titik Mc Burney.Nyeri sering
terasa pada pasien, nyeri yang dirasakan adalah nyeri saat di tekan dan nyeri
saat dilepas.
4. Range of Motion
Jika dilakukan pemeriksaan melalui Blumberg Sign pasien dengan apendisitis
bila dilakukan palpasi pada daerah perut kanan bawah bila ditekan akan terasa
nyeri bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri hal ini adalah kunci dari
apendisitis akut. Pemeriksaan melalui ROM (range of motion) berlanjut
dengan cara pemeriksaan PSOA’S Sign dengan tindakan tungkai kanan dan
paha ditekuk kuat atau tungkai diangkat tinggi-tinggi, maka rasa nyeri diperut
semakin parah. Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin bertambah
apabila dilakukan pemeriksaan dubur dan vagina merasa nyeri juga. Pada
apendiks terletak pada retro sekal maka uji psoas sign akan positif dan tanda
perangsangan peritoneum tidak begitu jelas, sedangkan bila apendiks terletak
di rongga pelvis maka obturator sign akan positif dan tanda perangsangan
peritoneum akan lebih menonjol. Obturator sign dilakukan dengan cara fleksi
dan endorotasi sendi panggul.

Pengkajian Fungsional Gordon


1. Pola Persepsi Kesehatan
Pola persepsi pasien bergantung pada nilai dan kepercayaan individu terhadap
kesehatan.(Health Belief)
2. Pola Nutrisi Metabolik
- Mual dan muntah
- Klien tidak nafsu makan
- Penurunan Berat badan >20% berat badan ideal
- Input dan output cairan pada pasien apendisitis tidak seimbang karena pada
cairan yang masuk kurang dari cairan yang keluar.

3. Pola Eliminasi
- Buang air kecil (BAK)
Adanya gangguan
- Buang air besar (BAB)
Sebagian pasien mengalami diare, namun bisa juga mengalami konstipasi.
4. Pola aktivitas dan latihan
Pasien mengalami gangguan aktivitas, berjalan seperti menunduk karena
menahan nyeri. Lebih sering duduk atau berbaring, aktivitas berjalan sangat
terbatas. Pasien merasa lemas, lesu dan tidak enak badan.

5. Pola istirahat dan tidur


Pasien mengalami gangguan istirahat karena pasien dengan apendisitis
mengalami nyeri dan merasa cemas sehingga tidak dapat istrahat dengan
nyaman.

2. Analisa Data

a. Pre-Operasi

Data Etiologi Masalah Keperawatan

DO : Proses Inflamasi Nyeri

1. Wajah Terlihat
meringis kesakitan
dan menangis.

2. Tidak
nyaman/gelisah.

3. Kesulitan tidur

DS :

1.
pada daerah kuadrant
kanan bawah.

2.
seperti tertusuk-
tusuk pada area
abdomen.

3.
saat ada tekanan jari
yang tegas, ataupun
ketika ditekanan
dilepas.

DO : Sering mual, muntah, Ketidakseimbangan


nafsu makan berkurang, nutrisi kurang dari
1. Cairan yang di anoreksia. kebutuhan tubuh.
konsumsi dan
dikeluarkan tidak
seimbang.

2. Kulit tampak kering.

3. Berat badan turun >


20% berat badan
ideal.

4. Makanan tidak habis


hanya setengah porsi
yang dimakan.

DS :

1. Mengeluh mual dan


muntah.

2. Mengeluh tidak ada


nafsu makan.

3. Mengeluh lelah.

DO : Inflamasi Hipertermi

1. Temperatur > 37,5ᵒc


- 40ᵒc.

2. Terlihat lelah.

3. Banyak diam, kurang


berkomunikasi

DS :

1. Mengeluhkan tidak
enak badan.

2. Mengeluh kepalanya
pusing.

DO : Cemas Gangguan pola tidur

1. Tampak tidak bisa


diajak untuk
berkomunikasi
dengan baik

2. Wajah tampak lelah

3. Aktivitas terbatas

DS :

1. Mengeluh lelah,
cemas

2. Menyatakan tidak
merasa cukup
istirahat

3. Mengeluh sering
tertidur lama di saat
pagi hari
dibandingkan malam
hari.

DO : Nyeri Gangguan mobilitas fisik

1. Tampak lebih
banyak beraktivitas
di tempat tidur

2. Tampak tidak terlalu


banyak bergerak

3. Aktivitas terbatas
hanya di atas tempat
tidur.

DS :

1. Menyatakan lelah
dan susah untuk
bergerak akibat
nyeri.

2. Mengeluh kesulitan
untuk berjalan jauh.

3. Mengeluhkan nyeri
pada saat
pemeriksaan PSOAS
Sign, blumberg Sign,
obturator sign.

Diagnosa Keperawatan:

1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan gelisah

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan faktor biologis, ketidak mampuan untuk mencerna makanan.

b. Post-Operasi

Data Etiologi Masalah Keperawatan

DO : Luka insisi Nyeri akut

1. Mual dan muntah


2. Klien tidak nafsu
makan
3. Penurunan berat
badan >20% berat
badan ideal.
4. TTV: peningkatan
tekanan darah dan
denyut nadi

DS :

1. Mengeluh nyeri pada


bagian bekas operasi

DO : Luka insisi Resiko Infeksi

1. Nyeri kuadran kanan


bawah dan biasanya
demam ringan WBC
10.000-18.000/mm3

DS :

1. Mengeluh demam,
nyeri dibagian luka
bekas operasi

DO : Nyeri akibat luka insisi Intoleransi aktivitas

1. TTV: Mengalami
peningkatan denyut
nadi, pernapasan, dan
tekanan darah
2. Tampak lemah.
bedrest karena baru
selesai operasi
apendiktomi

DS :

1. Mengeluh nyeri saat


sedikit bergerak

Diagnosa Keperawatan:

1. Nyeri akut b.d luka bekas insisi di tandai dengan pasien mengeluh nyeri di
daerah bekas operasi
2. Resiko infeksi b.d prosedur infasif di tandai dengan wbc mengalami
kenaikan dan pasien mengeluh demam.

3. Intoleransi aktivitas b.d tirah baring di tandai dengan pasien bedrest.

Rencana Keperawatan

a. Pre-Operasi

Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


Keperawatan Kriteria Hasil
Nyeri akut b.d Tujuan : Mandiri : Menentukan sejauh
inflamasi mana nyeri yang
Selama masa - Kaji faktor penyebab,
dirasakan dan untuk
perawatan, Nyeri kualitas, lokasi,
memudahkan
berkurang sampai frekuensi, dan skala
memberi intervensi
dengan hilang. nyeri.
selanjutnya.
Kriteria hasil : - Monitor tanda-tanda
Dapat
vital.
Menunjukan mengidentifikasi rasa
penurunan skala - Ajarkan tehnik distraksi sakit dan
nyeri. dan relaksasi. ketidaknyamanan.

Menggambarkan - Beri posisi yang nyaman Membantu untuk


rasa nyaman dan untuk pasien. merasa rileks,
rileks. menurunkan rasa
Edukasi : Beri Health
nyeri, serta mampu
Mengalami Education (HE) tentang
mengalihkan
peningkatan nafsu nyeri, kepada pasien dan
perhatian dari nyeri
makan. keluarga.
yang dirasakan oleh
Kolaborasi : dalam pasien.
pemberian terapi analgesik
Mengurangi rasa
sakit, meningkatkan
sirkulasi, posisi
semifowler dapat
mengurangi tekanan
dorsal.

Mengerti tentang
nyeri yang dirasakan
dan menghindari hal-
hal yang dapat
memperburuk nyeri.

Menekan susunan
saraf pusat pada
thalamus dan korteks
serebri sehingga
dapat mengurangi
rasa sakit/ nyeri.

Ketidakseimban Tujuan : Mandiri : Memantau BB


gan nutrisi pasien untuk
Selama masa - Memonitor BB pasien
kurang dari mengetahui apakah
perawatan Nutrisi dalam batas normal
kebutuhan terjadi perubahan
dapat kembali
tubuh. b.d - Memonitor kalori dan yang tidak signifikan
seimbang
faktor biologis, intake nutrisi
ketidak Kriteria hasil :
- Memberikan informasi
mampuan untuk Memantau nutrisi
Berat badan ideal tentang kebutuhan
mencerna yang dibutuhkan
sesuai dengan nutrisi dan dapat
makanan. pasien
tinggi badan diberikan saran kepada
klien maupun keluarga
Mampu
untuk tetap makan
mengidentifikasi Dengan pemberian
walaupun sedikit.
kebutuhan nutrisi tindakan manajement
- Menentukan jumlah makanan sesuai
Tidak ada tanda-
kalori dan nutrisi yang dengan kesukaan
tanda mal nutrisi
dibutuhkan klien klien dapat
Tidak terjadi bersama ahli gizi meningkatkan nafsu
penurunan berat makan klien
badan.
Pemberian makan
sedikit tetapi sering
dapat membantu
untuk memenuhi
nutrisi yang telah
terbuang akibat
muntah

b. Post-Operasi

No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


Keperawatan Kriteria Hasil

Nyeri akut b.d Tujuan : Mandiri: - Untuk mengetahui


1. luka bekas insisi Setelah dilakukan - Mengkaji nyeri seberapa berat rasa
di tandai dengan tindakan pasien nyeri yang dirasakan
pasien mengeluh
keperawatan - Mengajarkan pasien dan mengetahui
nyeri di daerah
selama 3 x 24 jam, teknik relaksasi. pemberian terapi sesuai
bekas operasi
pasien merasa - Bantu klien untuk indikasi.
nyaman setelah dapat melakukan - Mengurangi rasa nyeri
nyeri berkurang. istirahat baik fisik yang dirasakan klien
maupun mental melalui relaksasi dan
Kriteria hasil: Kolaboratif:Pemberian istirahat.
- Pasien mampu obat analgesik dan - Untuk mengurangi
mengontrol nyeri pengobatan penyakit nyeri yang dirasakan
- Melaporkan nyeri appendisitis klien
berkurang seelah Supportif:Bekerjasama
-Agar klien merasa
melakukan dengan klien atau orang
menajemen nyeri terdekat cara untuk klien
nyaman
mengurangi aktivitas
berat
Edukatif: Memberikan
edukasi tentang makan
sedikit pada frekuensi dan
jarak waktu tertentu..

Resiko infeksi Mandiri: Monitor tanda


2. b.d luka insisi di - Klien bebas - Utuk mengenali lebih
dan gejala infeksi
tandai dengan dari tanda dan dini tanda dan gejala
sistemik dan Lokal.
wbc meningkat gejala infeksi infeksi pada pasien.
Monitor WBC,inspeksi
dan mengeluh kulit dan membran
- Jumlah leukosit - Mencegah masuknya
demam mukosa terhadap
dalam batas mikroorganisme
kemerahan, drainase, cuci
normal melalui luka insisi
tangan sebelum dan
setelah tindakan. - Untuk mengatasi
infeksi
Kolaboratif:Kolaborasi
dengan dokter untuk - Untuk memberi
pemberian antibiotik motivasi pada pasien
untuk tetap menaati
Supportif :Mendukung
regimen pengobatan
pasien untuk terus minum
antibiotik sesuai resep. - Pasien dan keluarga
dapat megenali tanda
Edukatif: Mengajarkan
dan gejala secara dini
pasien tanda dan gejala
supaya melaporkan
infeksi.
kepada perawat
- Setelah dilakukan Mandiri - Mengidentifikasi
3. Intoleransi
tindakan - Memonitor kemajuan atau
aktivitas b.d
keperawatan frekuensi nadi dan penyimpangan dari
nyeri akibat
selama 3 x 24 napas sebelum dan sasaran yang
luka insisi di
jam, klien dapat sesudah aktivitas diharapkan.
berpartisipasi - Tunda aktivitas jika - Konsumsi oksigen
tandai dengan
dalam aktivitas frekuensi nadi dan meningkat jika
pasien bedrest
fisik dengan atau napas klien aktivitas meningkat
tanpa bantuan. mengeluh keletihan, dan daya tahan tubuh
tingkatkan aktivitas klien dapat bertahan
Kriteria Hasil: secara bertahap lebih lama jika ada
- Klien mampu untuk meningkatkan waktu istirahat di
berpindah posisi toleransi. antara aktivitas.
tanpa bantuan Kolaboratif - Membantu
- Konsultasi dengan menurunkan kebutuhan
- Klien mampu
dokter jika nyeri oksigen yang
melakukan
tetap ada atau meningkat akibat
ADL secara
bertambah berat saat peningkatan aktivitas.
mandiri
istirahat. - Hal tersebut dapat
Supportif merupakan tanda awal
- Bantu klien dalam dari komplikasi
melaksanakan khusunya gagal napas.
aktivitas sesuai .
dengan
kebutuhannya. Beri
waktu istirahat tanpa
diganggu berbagai
aktivitas.
Edukatif
Anjurkan klien untuk
menghentikan aktivitas
bila nyeri dada, napas
pendek, kelemahan atau
pusing jika terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

Baughman, D. C., dan JoAnn C. H. 1996. Keperawatan Medikal- Bedah. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Black, J. M., & Hawks, J. H. 2014. Keperawatan Medikal Bedah (8th ed., Ser. 2). Singapore,:
Elsevier.
Faiz, omar dan Moffat, david. 2004. At a Glance Series ANATOMI. Jakarta: Erlangga.

Firmansyah, Riki dkk. 2009. Mudah dan Aktif Belajar Biologi. Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional.

Leveno, Kenneth J. dkk. 2003. Obstetri Williams: Panduan Ringkas, Ed.21. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC

Nurarif, A. H., & H. K. (Eds.). 2015. NANDA (1st ed., Ser. 1). Jogjakarta, Indonesia:
MediAction.
Sherwood, lauralee. 1996. FISIOLOGI MANUSIA: DARI SEL KE SISTEM, Ed 2. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.
Taber, Ben-zion. 1994. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran

Anda mungkin juga menyukai