Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL

A. Masalah Utama
Isolasi Sosial

B. Proses Terjadinya Masalah


1. Pengertian
Suatu sikap dimana individu menghindari diri dari interaksi dengan orang lain.
Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai
kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran, prestasi, atau kegagalan. Ia mempunyai
kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang dimanifestasikan
dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian, dan tidak sanggup membagi
pengamatan dengan orang lain (Balitbang, 2007).
Merupakan percobaan untuk menghindariinteraksi dengan orang lain, menghindari
interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan maupun komunikasi dengan
orang lain (Rawlins, 1993).
Kerusakan interaksi social merupakan suatu gangguan hubungan interpersonal yang
terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku
maladaptive dan mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan social (Depkes RI,
2000).
2. Tanda dan Gejala
Berikut ini adalah tanda dan gejala klien dengan isolasi sosial.
a. Kurang spontan.
b. Apatis (acuh terhadap lingkungan).
c. Ekspresi wajah kurang berseri.
d. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri.
e. Tidak ada atau kurang komunikasi verbal.
f. Mengisolasi diri.
g. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya.
h. Asupan makanan dan minuman terganggu.
i. Retensi urine dan feses.
j. Aktivitas menurun.
k. Kurang energi (tenaga).
l. Rendah diri.
m. Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus/janin (khususnya pada posisi tidur).
3. Rentang Respons
Respon Adaptif Respon Maladaptif

Menyendiri Merasa Menarik diri


otonomi sendiri Ketergantungan
Bekerja sama Depedensi Manipulasi
interdepende Curiga Curiga
n

Berikut ini akan dijelaskan tentang respons yang terjadi pada isolasi sosial.
 Respon adaptif
Respon adaptif adalah respons yang masih dapat diterima oleh norma-norma
social dan kebudayaan secara umum berlaku. Dengan kata lain individu tersebut
masih dalam batas normal ketika menyelesaikan masalah. Berikut ini adalah
sikap yang termasuk respon adaptif.
a. Menyendiri, respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang
telah terjadi dilingkungan sosialnya.
b. Otonomi, kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide,
pikiran, dan perasaan dalam hubungan sosial.
c. Bekerja sama, kemampuan individu yang saling membutuhkan satu sama
lain.
d. Interdependen, saling ketergantungan antara individu dengan orang lain
dalam membina hubungan interpersonal.
 Respon maladaptif
Respon maladptif adalah respons yang menyimpang dari norma social dan
kehidupan di suatu tempat. Berikut ini adalah perilaku yang termasuk respons
maladaptif.
a. Menarik diri, seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina hubungan
secara terbuka dengan orang lain.
b. Ketergantungan, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri sehingga
tergantung dengan orang lain sebagai objek individu sehingga tidak dapat
membina hubungan social secara mendalam.
c. Manipulasi, seseorang yang mengganggu orang lain sebagai objek individu
sehingga tidak dapat membina hubungan social secara mendalam.
d. Curiga, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya terhadap orang lain.

4. Faktor Predisposisi
 Faktor Tumbuh Kembang
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan yang
harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial.
Bila tugas-tugas dalam perkembangan ini tidak terpenuhi maka akan menghambat
fase perkembangan sosial yang nantinya akan dapat menimbulkan masalah.
Tugas perkembangan berhubungan dengan pertumbuhan interpersonal
Tahap Perkembangan Tugas
Masa Bayi Menetapkan rasa percaya.
Masa Bermain Mengembangkan otonomi dan awal perilaku
mandiri.
Masa Prasekolah Belajar menunjukkan inisiatif, rasa tanggung
jawab, dan hati nurani.
Masa Sekolah Belajar berkompetisi, bekerjasama, dan
berkompromi.
Masa Remaja Menjadi intim dengan teman lawan jenis atau
bergantung orang tua.
Masa Dewasa Muda Menjadi saling bergantung antara orangtua dan
teman, mencari pasangan, menikah, dan
mempunyai anak.
Masa Tengah Baya Belajar menerima hasil kehidupan yang sudah
dilalui.
Masa Dewasa Tua Berduka karena kehilangan dan
mengembangkan perasaan keterikatan dengan
budaya.
Sumber: Stuart dan Sundeen (1995), hlm. 346

 Faktor Komunikasi dalam Keluarga


Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung terjadinya
gangguan dalam hubungan sosial.Dalam teori ini yang termasuk masalah dalam
berkomunikasi sehingga menimbulkan ketidakjelasan (double bind) yaitu suatu
keadaan dimana seorang anggota keluarga menerima pesan yang saling
bertentangan dalam waktu bersamaan atau ekspresi emosi yang tinggi dalam
keluarga yang menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan di luar
keluarga.
 Faktor Sosial Budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial merupakan suatu
faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Hal ini disebabkan
oleh norma-norma yang salah dianut oleh keluarga, di mana setiap usia lanjut,
berpenyakit kronis, dan penyandang cacat diasingkan dari lingkungan sosialnya.
 Faktor Biologis
Faktor biologis juga merupakan salah satu faktor pendukung terjadinya gangguan
dalam hubungan sosial.Organ tubuh yang dapat mempengaruhi terjadinya
gangguan hubungan sosial adalah otak, misalnya pada klien skizofrenia yang
mengalami masalah dalam hubungan sosial memiliki struktur yang abnormal pada
otak seperti atropi otak, serta perubahan ukuran dan bentuk sel-sel dalam limbic
dan daerah kortikal.
5. Faktor Prepitasi
Terjadinya gangguan hubungan sosial juga dapat ditimbulkan oleh faktor internal dan
eksternal seseorang.Faktor stresorpresipitasi dapat dikelompokkan sebagai berikut.

 Faktor eksternal
Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress yang ditimbulkan oleh faktor
sosial budaya seperti keluarga.
 Faktor internal
Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress terjadi akibat ansietas
berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan individu
untuk mengatasinya. Ansietas ini dapat terjadi akibat tuntutan untuk berpisah
dengan orang terdekat atau tidak terpenuhinya kebutuhan individu

C. Pohon Masalah
Risti Mencederai Diri, Orang Lain, dan Lingkungan

Defisit Perawatan Diri PPS : Halusinasi

Intoleransi Aktivitas Isolasi Sosial


Harga Diri Rendah Kronis

Koping Individu Koping Keluarga Tidak Efektif

D. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul


1. Isolasi Sosial.
2. Harga diri rendah kronis.
3. Perubahan persepsi sensori: halusinasi.
4. Koping individu tidak efektif.
5. Koping keluarga tidak efektif.
6. Intoleransi aktivitas.
7. Defisit perawatan diri.
8. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain, dan lingkungan.

E. Data yang Perlu Dikaji


Masalah Keperawatan Data yang Perlu Dikaji
Isolasi social Subjektif:
 Klien mengatakan malas bergaul dengan
orang lain.
 Klien mengatakan dirinya tidak ingin
ditemani perawat dan meminta untuk
sendirian.
 Klien mengatakan tidak mau bicara dengan
orang lain.
 Tidak mau berkomunikasi.
 Data tentang klien biasanya didapat dari
keluarga yang mengetahui keterbatasan
klien (suami, istri, anak, ibu, ayah, atau
teman dekat).
Objektif:
 Kurang spontan
 Apatis (acuh terhadap lingkungan).
 Ekspresi wajah kurang berseri.
 Tidak merawat diri dan tidak
memperhatikan kebersihan diri.
 Tidak ada atau kurang komunikasi verbal.
 Mengisolasi diri.
 Tidak atau kurang sadar terhadap
lingkungan sekitarnya.
 Asupan makanan dan minuman terganggu.
 Retensi urine dan feses.
 Aktivitas menurun.
 Kurang energi (tenaga).
 Rendah diri.
 Postur tubuh berubah, misalnya sikap
fetus/janin (khususnya pada posisi tidur).

F. Diagnosis Keperawatan
Isolasi Sosial.

G. Rencana Tindakan Keperawatan


1. Rencana tindakan keperawatan pada klien
Strategi pelaksanaan 1 (SP 1) untuk klien.
a. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial.
b. Berdiskusi dengan klien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain.
c. Berdiskusi dengan klien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain.
d. Mengajarkan kepada klien tentang cara berkenalan dengan satu orang.
e. Menganjurkan kepada klien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan
orang lain dalam kegiatan harian.

Strategi pelaksanaan 2 (SP 2) untuk klien.


a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
b. Memberikan kesempatan kepada klien mempraktikan cara berkenalan dengan satu
orang.
c. Membantu klien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain
sebagai salah satu kegiatan harian.
Strategi pelaksanaan 3 (SP 3) untuk klien.
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
b. Memberi kesempatan kepada klien berkenalan dengan dua orang atau lebih.
c. Menganjurkan kepada klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
2. Rencana tindakan keperawatan untuk keluarga
Strategi pelaksanaan 1 (SP1) untuk keluarga.
a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien.
b. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial beserta proses terjadinya.
c. Menjelaskan cara-cara merawat klien isolasi sosial.
Strategi pelaksanaan 2 (SP 2) untuk keluarga.
a. Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat klien isolasi sosial.
b. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada klien isolasi sosial.
Strategi pelaksanaan 3 (SP 3) untuk keluarga.
a. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum obat.
b. Menjelaskan follow up klien setelah pulang.

H. Strategi Pelaksanaan
Isolasi Pasien Keluarga
Sosial
SP I p SP I k
1. Mengidentifikasi 1. Mendiskusikan masalah
penyebab isolasi sosial. yang dirasakan keluarga
dalam merawat klien.
2. Berdiskusi dengan klien
tentang keuntungan 2. Menjelaskan pengertian,
berinteraksi dengan tanda dan gejala isolasi
orang lain. sosial beserta proses
terjadinya.
3. Berdiskusi dengan klien
tentang kerugian tidak 3. Menjelaskan cara-cara
berinteraksi dengan merawat klien isolasi
orang lain. sosial.
4. Mengajarkan kepada
klien tentang cara
berkenalan dengan satu
orang.
5. Menganjurkan kepada
klien memasukkan
kegiatan berbincang-
bincang dengan orang
lain dalam kegiatan
harian.

SP II SP II k
1. Mengevaluasi jadwal 1. Melatih keluarga
kegiatan harian klien. mempraktikkan cara
merawat klien isolasi
2. Memberikan kesempatan sosial.
kepada klien
mempraktikan cara 2. Melatih keluarga
berkenalan dengan satu melakukan cara merawat
orang. langsung kepada klien
isolasi sosial
3. Membantu klien
memasukkan kegiatan
berbincang-bincang
dengan orang lain
sebagai salah satu
kegiatan harian.

SP III p SP III k
1. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian klien. 1. Membantu keluarga
membuat jadwal
2. Memberi kesempatan aktivitas dirumah
kepada klien berkenalan termasuk minum obat.
dengan dua orang atau 2. Menjelaskan follow up
lebih. klien setelah pulang.
3. Menganjurkan kepada
klien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian.
DAFTAR PUSTAKA

Fitria, Nita (2014). Prinsip Dasar Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7 Diagnosis
Keperawatan Jiwa Berat bagi Program S-1 Keperawatan.Jakarta : Salemba
Medika

Anda mungkin juga menyukai