NASKAHPOLSTRANAS
NASKAHPOLSTRANAS
1
Sumarsono, et.al., Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2001, hal. 137
2
Ibid.
1
yang ada memerlukan kekuasaan dan wewenang (authority). Kekuasaan dan
wewenang ini memainkan peran yang sangat penting dalam pembinaan
kerjasama dan penyelesaian konflik yang mungkin muncul dalam proses
pencapaian tujuan3.
Dengan demikian, politik membicarakan hal-hal yang berkaitan
dengan negara (state), kekuasaan (power), pengambilan keputusan (decision
making process) kebijakan umum (public policy), dan distribusi atau alokasi
sumber daya (distribution of value or resources)4.
2. Pengertian Strategi
Strategi berasal dari bahasa Yunani, yakni strategia, yang artinya
adalah seni seorang panglima yang biasanya digunakan dalam peperangan
(the art of general). Di era modern sekarang ini, penggunaan kata strategi
tidak lagi terbatas pada konsep atau seni seorang panglima dalam
peperangan, tetapi sudah digunakan secara luas, termasuk dalam ilmu
ekonomi, ilmu teknik, olahraga, dan ilmu lainnya. Dalam pengertian umum,
strategi adalah cara untuk mendapatkan kemenangan atau pencapaian tujuan.
Dengan kata lain, strategi pada dasarnya merupakan seni dan ilmu
menggunakan dan mengembangkan kekuatan (ideologi, politik, ekonomi,
sosial budaya dan hankam) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya5.
3. Pengertian Nasional
Nasional berasal dari bahasa Inggris, yakni “national” yang akar
katanya adalah “nation”, yang dalam bahasa Indonesia berarti bangsa.
Dengan demikian, yang dimaksud dengan “nation” adalah sesuatu yang
berhubungan atau berkaitan dengan skala nasional yang merujuk pada bangsa
dan negara.6
3
Ibid.
4
Ibid., lihat Pula dalam Mirriam Budiharjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia Pustaka Utama, 1990;
dan Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, Jakarta, Grasindo, 1992.
5
Ibid.
6
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka,
1990.
2
4. Politik dan Strategi Nasional
Politik nasional adalah asas, haluan, usaha, serta kebijaksanaan negara
tentang pembinaan (perencanaan, pengembangan, pemeliharaan, dan
pengendalian) serta penggunaan kekuatan nasional untuk mencapai tujuan
nasional. Strategi nasional disusun untuk pelaksanaan politik nasional,
misalnya strategi jangka jangka pendek, jangka menengah, dan jangka
panjang. Dengan demikian, strategi nasional adalah cara melaksanakan
politik nasional dalam arti mencapai sasaran dan tujuan yang ditetapkan oleh
politik nasional.7
7
Sumarsono, et.al., Op. Cit.
8
Ibid.
3
3. Proses penyusunan politik dan strategi nasional juga harus mencerminkan jati
diri, budaya, adat istiadat, bahasa, dan lingkungan masyarakat Indonesia,
yang beradab dan adi luhung.
4
sehingga politik dan strategi nasional yang disusun harus mampu
mengadaptasi perkembangan regional.
3. Perkembangan Nasional
Dalam penyusunan politik dan strategi nasional, perkembangan skala
nasional yang meliputi asta gatra (tri gatra dan panca gatra) menjadi masukan
yang sangat penting. Perubahan politik dan strategi nasional pada tataran
empiris yang mengalami perubahan dari masa Orde Lama, Orde Baru, dan
Orde Reformasi merupakan bukti nyata betapa perkembangan lingkungan
strategis di tingkat nasional sangat berpengaruh. Arus reformasi yang
menggelora pada akhir masa Orde Baru telah mengubah proses politik dan
strategi nasional sekarang ini. Perkembangan geografi, demografi, sumber
kekayaan alam, ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan
keamanan, yang terjadi di Indonesia sebenarnya termanifestasikan dalam
politik dan strategi nasional. Politik dan strategi nasional yang disusun harus
mampu menjadi jawaban atas permasalahan yang terjadi pada skala nasional.
4. Perkembangan Lokal
Dalam penyusun politik dan strategi nasional, aspek lokal, seperti
berkembangnya otonomi daerah, desentralisasi, dan nilai-nilai kearifan lokal
juga menjadi bahan pertimbangan. Politik dan strategi nasional harus mampu
mengadaptasi berbagai gejala, fenomena, dan peristiwa yang ada di tingkat
lokal sehingga dapat menjadi pedoman atau petunjuk dalam proses
penanganannya. Proses penyusunan politik dan strategi nasional
memperhatikan jati diri masyarakat Indonesia di tingkat lokal dengan
mengadopsi mekanisme musyawarah mufakat, semangat toleransi, gotong
royong, dan nilai-nilai kemasyarakatan lainnya. Penyusunan politik dan
strategi nasional merupakan cerminan dinamika masyarakat di tingkat lokal
sehingga akan mampu diimplementasikan dalam aras kemasyarakatan,
khususnya di tingkat propinsi, kabupaten, kota, kecamatan, dan desa.
5
D. Proses Penyusunan Politik dan Strategi Nasional
Sejak Indonesia merdeka sampai dengan sekarang ini, Pemerintah telah
menyusun politik dan strategi nasional, baik pada masa Orde Lama, Orde Baru,
Transisi Reformasi, dan Orde Reformasi, yang akan diuraikan sebagai berikut :
1. Orde Lama
Proses penyusunan politik dan strategi nasional pada era Orde Lama
atau sering dikenal pula dengan sebutan “Demokrasi Terpimpin” ini diliputi
situasi, kondisi dan keadaan masyarakat dan negara yang serba tidak
memuaskan. Proses penyusunan politik dan strategi nasional dimulai dari
pembentukan Dewan Perancang Nasional (Depernas) melalui UU No. 8
Tahun 1958. Tugas dari Depernas ialah untuk mempersiapkan Rancangan
Undang-Undang Pembangunan Nasional yang Berencana. Setelah
dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 untuk kembali kepada Undang-
Undang Dasar 1945, Depernas disempurnakan dengan Penetapan Presiden
No. 4 Tahun 1959. Dalam jangka waktu 1 tahun, Depernas berhasil
menyusun Naskah Rancangan Undang-Undang Pembangunan Naisonal
Semesta Berencana Delapan Tahun (1961 – 1969). Pola Pembangunan
Nasional Semesta itu disampaikan oleh Depernas kepada Presiden pada
tanggal 13 Agustus 1960. Kemudian rancangan itu diteruskan kepada MPRS
untuk mendapat pengesahan9.
Dalam sidang yang pertama, MPRS menetapkan Rancangan Dasar
Undang-Undang Pembangunan Nasional Semesta Berencana Delapan Tahun
1961 – 1969 itu sebagai Garis-Garis Besar Pola Pembangunan Nasional
Semesta Berencana Tahapan Pertama 1961 – 1969. Ketetapan MPRS
No.II/MPRS/1960 itu dikenal dengan nama Haluan Pembangunan Negara
Republik Indonesia. Pola Pembangunan itu merupakan pimpinan bagi setiap
usaha perekonomian dan merupakan dasar segala pembangunan di sleuruh
pelosok tanah air pada waktu itu10.
9
C.S.T. Kansil, Modul Pancasila dan Kewarganegaraan, Jakarta, Pradnya Paramita, 2006, hal. 158
10
Ibid., hal. 159
6
Politik dan strategi nasional pada masa Orde Lama ditujukan untuk
merancang pola pembangunan masyarakat adil dan makmur atau masyarakat
sosialisme Indonesia. Adapun tujuan itu harus dicapai dengan pembangunan
nasional, semesta, dan berencana. Nasional : Karena pola pembangunan itu
harus menggambarkan keinginan seluruh daerah dan seluruh lapisan dan
golongan bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Semesta : Karena
pola tersebut harus meliputi seluruh lapangan hidup bangsa dan negara.
Berencana : Karena tidak mungkin tercapai pelaksanaan masyarakat adil dan
makmur sekaligus, akan tetapi dilaksanakan setapak demi setapak, tahap
demi tahap, tingkat demi tingkat, daerah demi daerah, lapangan demi
lapangan, dengan perkataan lain tidak ada sekaligus, tetapi secara berencana
namun cepat dan deras sesuai dengan irama gelombang Revolusi Indonesia11.
Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana ini merupakan
Tripola karena terdiri dari 3 pola, yaitu : (1) Pola Proyek; (2) Pola Penjelasan;
dan (3) Pola Pembiayaan. Dalam pekerjannya, Depernas selalu berpedoman
pada beberapa naskah nasional, yaitu : (1) UUD 1945; (2) Amanat
Pembangunan Presiden 28 Agustus 1959; (3) Penegasan Amanat
Pembangunan Presiden 9 Januari 1960. Dalam ketiga naskah itu telah
ditentukan bahwa tujuan seluruh pembangunan adalah untuk mewujudkan
amanat penderitaan rakyat, yaitu menciptakan masyarakat Indonesia yang
adil dan makmur menurut Pancasila12.
Namun demikian, Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana
yang ditetapkan oleh Pemerintah ketika itu tidak berjalan lama karena pada
tahun 1965 – 1966 terjadi konflik politik dan ketidakstabilan politik yang
menyebabkan tumbangnya pemerintahan Orde Lama pimpinan Presiden
Soekarno digantikan dengan Pemerintahan Orde Baru pimpinan Presiden
Soeharto.
2. Orde Baru
11
Ibid., hal. 159 - 160
12
Ibid., hal. 160
7
Proses penyusunan politik dan strategi nasional pada era Orde Baru
atau sering dikenal pula dengan sebutan “Demokrasi Pancasila” didasarkan
pada UUD 1945, khususnya pasal 3 (sebelum diamandemen), dimana MPR
menetapkan Undang-Undang Dasar dan Garis-Garis Besar Haluan Negara
(GBHN). Wujud nyata politik dan strategi nasional saat itu adalah GBHN
yang ditetapkan oleh MPR melalui TAP MPR kemudian diserahkan kepada
Presiden untuk dijadikan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan
pembangunan nasional.
GBHN merupakan program pembangunan nasional di segala bidang
yang berlangsung terus menerus dalam rangka mencapai tujuan nasional dan
mewujudkan cita-cita nasional. GBHN memberikan kejelasan arah bagi
perjuangan negara dan rakyat Indonesia yang sedang membangun agar
mewujudkan keadaan dan mampu memberikan gambaran masa depan yang
diinginkan. GBHN merupakan rencana pembangunan lima tahunan13.
Sebagai produk MPR, yang merupakan lembaga tertinggi negara,
pemegang kedaulatan rakyat, pemegang kekuasan negara yang tertinggi,
GBHN mempunyai kedudukan yang amat penting dalam menjunjung tinggi
serta berperan aktif dalam melaksanakannya sesuai dengan fungsi, bidang
tugas, dan kemampuannya masing-masing. GBHN juga berfungsi sebagai
tolok ukur bagi penyelenggaraan negara14.
Dalam melaksanakan GBHN, presiden menyusun Rencana
Pembangunan Lima Tahun (REPELITA). Repelita disusun oleh Presiden
dengan bantuan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS).
Pada masa Orde Baru telah disusun 7 (tujuh) Repelita, yang dasar hukumnya
akan diuraikan sebagai berikut :15
a. Keputusan Presiden No. 319 Tahun 1968, dasar hukum Repelita I
(1969 – 1973).
13
Minto Rahayu, Pendidikan Kewarganegaraan : Perjuangan Menghidupi Jati Diri Bangsa, Jakarta,
Grasindo, 2007, hal. 101
14
C.S.T. Kansil, Op. Cit., hal. 95
15
Ibid., hal. 178
8
b. Ketetapan MPR No. IV/MPR/1973 tentang GBHN Tahun 1973 –
1978, dasar hukum Repelita II (1974/1975 – 1978/1979).
c. Ketetapan MPR No. IV/MPR/1978 tentang GBHN Tahun 1978 –
1983, dasar hukum Repelita III (1979/1980 – 1983/1984).
d. Ketetapan MPR No. II/MPR/1983 tentang GBHN Tahun 1983 –
1988, dasar hukum Repelita IV (1984/1985 – 1988/1989).
e. Ketetapan MPR No. II/MPR/1988 tentang GBHN Tahun 1988 –
1993, dasar hukum Repelita V (1989/1990 – 1993/1994).
f. Ketetapan MPR No. II/MPR/1993 tentang GBHN Tahun 1993 –
1998, dasar hukum Repelita VI (1994/1995 – 1998/1999).
g. Ketetapan MPR No. II/MPR/1998 tentang GBHN Tahun 1998 –
2003, dasar hukum Repelita VII (1998/1999 – 2003/2004).
Berdasarkan rancangan pembangunan nasional yang disusun oleh
Pemerintah, Repelita I sampai dengan Repelita V disebut dengan Pola
Pembangunan Jangka Panjang (PJPT) Tahap I . Sedangkan Repelita VI dan
VII merupakan bagian dari Pola Pembangunan Jangka Panjang (PJPT) Tahap
II. Sebagaimana diketahui bahwa pemerintah menetapkan PJPT berjangka
waktu 25 tahunan, sehingga logikanya ketika pemerintah telah melaksanakan
5 (lima) kali Repelita, maka bisa dikatakan bahwa pemerintah telah
melaksanakan PJPT I.
Namun demikian, karena terjadi krisis ekonomi yang mengarah pada
krisis politik, krisis kepercayaan dan krisis multidimensional pada tahun 1997
– 1998, maka Pemerintahan Presiden Soeharto jatuh pada tanggal 21 Mei
1998 oleh gelombang reformasi mahasiswa bersama rakyat yang tidak puas
dengan program pembangunan nasional yang dijalankan ketika itu. Akhirnya
TAP MPR No. II/MPR/1998 tentang GBHN Tahun 1998 – 2003 dicabut oleh
Sidang MPR melalui TAP MPR No. IX/MPR/1998.
3. Transisi Reformasi
Proses penyusunan politik dan strategi nasional pada era transisi
reformasi diawali dengan diterbitkannya beberapa ketetapan MPR sebagai
9
respon terhadap berbagai tuntutan reformasi yang sangat deras ketika itu.
Ketetapan MPR tersebut, antara lain :
10
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang ditetapkan oleh Presiden
bersama DPR.
Propenas, sebagai penjabaran dari GBHN 1999-2004, merupakan
rencana pembangunan lima tahunan. Kerangka waktu Propenas adalah tahun
2000-2004. Propenas adalah rencana pembangunan yang berskala nasional
serta merupakan konsensus dan komitmen bersama masyarakat Indonesia
mengenai pencapaian visi dan misi bangsa. Fungsi Propenas adalah untuk
menyatukan pandangan dan derap langkah seluruh lapisan masyarakat dalam
melaksanakan prioritas pembangunan selama lima tahun ke depan.
Perumusan Propenas dilakukan secara transparan dengan
mengikutsertakan berbagai pihak baik itu kalangan pemerintah, dunia usaha,
dunia pendidikan, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), maupun para
pakar, baik di pusat maupun di daerah. Berbagai upaya mencari masukan
dilakukan dengan tujuan agar semua pihak merasa ikut memiliki dan
berpartisipasi dalam pelaksanaannya. Propenas bukanlah rencana
pembangunan pemerintah pusat saja, melainkan merupakan rencana
pembangunan seluruh komponen bangsa. Propenas merupakan payung bagi
seluruh lembaga tinggi negara dalam melaksanakan tugas pembangunan.
Proses penyusunan Propenas yang dilakukan secara transparan akan
meningkatkan rasa tanggung jawab dan mendorong pemerintah untuk
mewujudkan pemerintahan yang baik.
Tiap-tiap lembaga tinggi negara, departemen dan lembaga pemerintah
non departemen menyusun Rencana Strategis (Renstra), sedangkan
pemerintah daerah menyusun Program Pembangunan Daerah (Propeda).
Renstra dan Propeda harus mengacu pada Propenas. Untuk Propeda,
dimungkinkan adanya penekanan prioritas yang berbeda-beda dalam
menyusun program-program pembangunan yang sesuai dengan kebutuhan
daerah masing-masing.
Propenas mempunyai karakteristik yang berbeda dengan Rencana
Pembangunan Lima Tahunan (Repelita) yang lalu. Propenas berupaya untuk
11
memberikan ruang gerak yang lebih besar bagi penyelenggara pembangunan
di pusat (Departemen/LPND) dan di daerah (Pemerintah Daerah) untuk
membuat rencana pembangunannya masing - masing. Hal ini sejalan dengan
semangat desentralisasi segala aspek kehidupan bernegara, termasuk dalam
hal pembangunan nasional.
4. Orde Reformasi
Proses penyusunan politik dan strategi nasional pada era reformasi
diawali dengan diterbitkannya UU No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN). Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
dinyatakan bahwa yang dimaksud Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk
menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka
menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara
dan masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah.
Dalam UU SPPN dinyatakan secara jelas bahwa terdapat tiga
dokumen perencanaan pembangunan nasional, yakni Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) yang berlaku 20 tahunan, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang berlaku 5 tahunan,
dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) yang berlaku tahunan. Sedangkan
untuk perencanaan pembangunan daerah ditetapkan Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang berlaku 20 tahunan, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang berlaku 5 tahunan,
dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang berlaku tahunan.
Sistem perencanaan pembangunan nasional mencakup lima
pendekatan dalam seluruh rangkaian perencanaan, yaitu: politik; teknokratik;
partisipatif; atas-bawah (top-down); dan bawah-atas (bottom-up).
Pendekatan politik memandang bahwa pemilihan Presiden/Kepala Daerah
adalah proses penyusunan rencana, karena rakyat pemilih menentukan
pilihannya berdasarkan program-program pembangunan yang ditawarkan
12
masing-masing calon Presiden/Kepala Daerah. Oleh karena itu, rencana
pembangunan adalah penjabaran dari agenda-agenda pembangunan yang
ditawarkan Presiden/Kepala Daerah pada saat kampanye ke dalam rencana
pembangunan jangka menengah. Perencanaan dengan pendekatan
teknokratik dilaksanakan dengan menggunakan metoda dan kerangka berpikir
ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional bertugas untuk
itu. Perencanaan dengan pendekatan partisipatif dilaksanakan dengan
melibatkan semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) terhadap
pembangunan. Pelibatan mereka adalah untuk mendapatkan aspirasi dan
menciptakan rasa memiliki. Sedangkan pendekatan atas-bawah dan, bawah-
atas dalam perencanaan dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan.
Rencana hasil proses atas-bawah dan bawah-atas diselaraskan melalui
musyawarah yang dilaksanakan baik di tingkat nasional, provinsi,
kabupaten/kota, kecamatan, dan desa.
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional bertujuan untuk:
mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan; menjamin terciptanya
integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antardaerah, antar ruang, antarwaktu,
antarfungsi pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah; menjamin
keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan,
dan pengawasan; mengoptimalkan partisipasi masyarakat; dan menjamin
tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan
berkelanjutan. Perencanaan Pembangunan Nasional menghasilkan : rencana
pembangunan jangka panjang; rencana pembangunan jangka menengah; dan
rencana pernbangunan tahunan.
Dalam perencanaan pembangunan nasional dan daerah, Musyawarah
Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) adalah forum antar pelaku dalam
rangka menyusun rencana pembangunan Nasional dan rencana pembangunan
Daerah. Penyelenggaraan Musrenbang dalam rangka penyusunan RKP dan
RKPD selain diikuti oleh unsur-unsur pemerintahan juga mengikutsertakan
dan/atau menyerap aspirasi masyarakat terkait, antara lain asosiasi profesi,
13
perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, pemuka adat dan pemuka
agama, serta kalangan dunia usaha.
Ruang lingkup perencanaan pembangunan nasional dan daerah adalah
sebagai berikut :
NASIONAL DAERAH
Rencana Pembangunan Jangka Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional Panjang Daerah
Rencana Pembangunan Jangka Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Menengah Daerah
Rencana Strategis Kementerian / Rencana Strategis Satuan Kerja
Lembaga Perangkat Daerah
Rencana Kerja Pemerintah Rencana Kerja Pemerintah
Daerah
Rencana Kerja Kementerian / Rencana Kerja Satuan Kerja
Lembaga Perangkat Daerah
14
penjabaran visi, misi, dan program Presiden hasil Pemilu yang dilaksanakan
secara langsung tahun 2009.
23