Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Retardasi Mental merupakan salah satu jenis gangguan kesehatan jiwa. Retardasi
mental adalah anak yang secara umum memiliki kekurangan dalam hal fungsi
intelektualnya dan bersamaan dengan itu , berdampak pula pada kekurangannya dalam
hal perilaku adaptifnya, dimana hal itu terjadi pada masa perkembangannya dari lahir
sampai usia 18 (American Association on Mental Deficiency (AAMD), 1991).
Hasil analisis dari Global Burden of Disease tahun 2004 dalam Kemenkes RI
(2014), didapatkan bahwa 15,3% populasi dunia mengalami disabilitas sedang, dan
2,9% mengalami disabilitas parah. Pada populasi usia 0-14 tahun prevalensinya
berturut-turut adalah 5,1% dan 0,7%. Sedangkan pada populasi usia 15 tahun atau lebih,
sebesar 19,4% dan 3,8%. (Kemenkes RI, 2014)
Populasi penyandang disabilitas di Indonesia menurut Survei Sosial Ekonomi
Nasional (Susenas) tahun 2012 adalah sebesar 2,45% (6.515.500jiwa) dari 244.919.000
estimasi jumlah penduduk Indonesia dan retardasi mental termasuk didalamnya. Terjadi
peningkatan prevalensi disabilitas termasuk retardasi mental pada tahun 2003 sampai
2006 yaitu dari 0,69% menjadi 1,38%, kemudian tahun 2009 sampai 2012 yaitu dari
0,92% menjadi 2,45% dari total jumlah penduduk di Indonesia (Kemenkes RI, 2014).
Data Pokok Sekolah Luar Biasa, dilihat dari kelompok usia sekolah, jumlah
penduduk di Indonesia yang menyandang kelainan adalah 62.011 orang, jadi estimasi
jumlah penduduk di Indonesia yang menyandang tunagrahita adalah 2 % X 62.011
orang, dengan perbandingan insidensi laki-laki 60% dan perempuan 40%. Di Jawa
Barat sendiri terdata 5.215 anak dengan berbagai macam etiologi yang mengalami
retardasi mental dan terdaftar di SLB tipe C. Dan angka retardasi mental yang terdata
yang paling besar adalah terdapat di Kota Bandung (Direktorat Pendidikan Luar Biasa
Indonesia, 2003).
Dengan berbagai kekurangan fungsi intelektual dan perilaku adaptif, seorang anak
dengan retardasi mental mengalami kesulitan dalam berfikir dan bertingkah laku dalam
bermasyarakat. Hal itu yang akhirnya membuat masyarakat banyak mencemooh mereka
dan Orang tua merasa malu ketika memiliki anak dengan retardasi mental dan
beranggapan bahwa anak mereka hanya dapat menjadi beban saja sehingga mereka

1
memperlakukan sang anak dengan buruk. Padahal, anak yang mengalami retardasi
mental tetap memiliki kemampuan lain yang masih dapat dikembangkan dan
dioptimalkan untuk membantunya beraktivitas seperti orang normal, serta mempelajari
berbagai keterampilan apabila orang-orang disekitarnya memberikan kesempatan dan
dukungan yang dibutuhkan, terutama oleh orang tua mereka.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, perumusan masalahnya adalah : bagaimana
materi dan asuhan keperawatan dengan pasien retardasi mental pada anak.

1.3. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini untuk mengetahui pengertian retardasi mental,
etiologi retardasi mental, patofisiologi retardasi mental sekaligus pathway, klasifikasi
retardasi mental, manifestasi klinis retardasi mental dan asuhan keperawatan pada
pasien retardasi mental.

2
BAB II
RETARDASI MENTAL PADA ANAK

2.1. Pengertian Retardasi Mental


Retardasi mental adalah fungsi intelektual di bawah rata-rata yang muncul
bersamaan dengan kurangnya perilaku adaptif, awalnya sebelum usia 18 tahun. (Donna
L. Wong, 2004)
Menurut American Assosiation on Mental Deficiency (AAMD) membuat definisi
retardasi mental yang kemudian direvisi oleh Rick Heber (1961) sebagai suatu
penurunan fungsi intelektual secara menyeluruh yang terjadi [pada masa perkembangan
dan dihubungkan dengan gangguan adaptasi. Ada tiga hal penting yang merupakan kata
kunci dalam definisi ini yaitu penurunan fungsi intelektual, adaptasi sosial dan masa
perkembangan.
Retardasi mental adalah fungsi intelektual di bawah rata-rata (IQ di bawah70)
yang disertai dengan keterbatasan yang penting dalam area fungsi adaptif, seperti
keterampilan interpersonal atau sosial, penggunaan sumber masyarakat, penunjukkan
diri, keterampilan akademis, pekerjaan, waktu senggang, dan kesehatan serta keamanan
(King, 2000 dalam Videback, 2008).
Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang dapat digolongkan menjadi 3
golongan, yaitu :
1. Kebutuhan fisis-biomedis (asuh)
 Pangan (gizi, merupakan kebutuhan paling penting)
 Perawatan kesehatan dasar (Imunisasi, ASI, penimbangan
bayi secara teratur, pengobatan sederhana, dan lainlain)
 Papan (pemukiman yanglayak)
 Higiene, sanitasi
 Sandang
 Kesegaran jasmani,rekreasi
2. Kebutuhan emosi atau kasih sayang (asih)
Padatahun-tahun pertama kehidupan hubungan yang erat, mesra
dan selaras antara ibu dan anak merupakan syarat mutlak untuk
menjamin suatu proses tumbuh kembang yang selaras, baik fisis,
mental maupun sosial.

3
3. Kebutuhan akan stimulasi mental (asah)
Merupakan cikal bakal proses pembelajaran (pen- didikan dan
pelatihan) pada anak. Stimulasi mental ini membantu
perkembangan mental-psikososial (kecerdasan, ketrampilan,
kemandirian, kreativitas, kepribadian, moral-etika dan sebagainya).
Perkembangan ini pada usia balita disebut sebagai perkembangan
psikomotor.

2.2. Etiologi
Terjadinya retardasi mental tidak dapat dipisahkan dari tumbuh kembang seorang
anak. Seperti diketahui faktor penentu tumbuh kembang seorang anak pada garis
besarnya adalah faktor genetic yang menentukan sifat bawaan anak tersebut dan faktor
lingkungan. Yang dimaksud lingkungan pada anak dalam konteks tumbuh kembang
adalah suasana (milieu) dimana anak tersebut berada.
Etiologi retardasi mental tipe klinis atau biologikal dapat dibagi dalam :
1. Penyebab pranatal
• Kelainan kromosom
• Kelainan genetik/herediter
• Gangguan metabolik
• Sindrom dismorfik
• Infeksi intrauterin
• Intoksikasi
2. Penyebab perinatal
• Prematuritas
• Asfiksia
• Kernikterus
• Hipoglikemia
• Meningitis
• Hidrosefalus
• Perdarahan intraventrikular
3. Penyebab postnatal
• Infeksi (meningitis, ensefalitis), trauma
• Kejang lama

4
• Intoksikasi (timah hitam,merkuri)
2.3. Patofisiologi
Retardasi mental dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor genetic,
faktor prenatal, faktor perinatal, faktor pascanatal. Dari beberapa faktor tersebut dapat
menyerang otak sehingga fungsi otak rusak. Kerusakan pada otak dapat menyerang dua
bagian, yaitu hemisfer kanan dan hemisfer kiri yang menimbulkan keterlambatan
perkembangan yang berbeda. Dari kerusakan pada fungsi otak tersebut dapat
menyebabkan penurunan fungsi intelektual dan gangguan adaptif seperti berbicara dan
berbahasa, kemampuan keterampilan merawat diri, keterampilan sosial, pengarahan diri,
kesehatan dan keamanan, dan akademik fungsional. (Mutaqqin, 2008)

5
2.4. Pathway

Faktor Faktor Faktor Faktor


Genetik Prenatal Perinatal Pascanatal

Kelainan  Gizi  Proses kelahiran  Akibatinfeksi


jumlah  Mekanis yanglama  Trauma
 Toksin  Posisi janin kapitis dan
dan  Endokrin yangabnormal tumorotak
bentuk  Radiasi  Kecelakaan  Kelainan
 Infeksi pada waktu tulang
kromosom  Stres lahir dan tengkorak
 Imunitas kegawatan fatal  Kelainan
 Anoksiaembrio endokrin dan
metabolik,
keracunan pada

Penurunan fungsi intelektual secara umum


Gangguan perilaku adaptif sosial

1. Kecemasan 1. Gangguan
keluarga KerusakanKomunikasi
pada fungsi otak:
2. Kurang
verbalperkembangan motorik kasar dan
Hernisfer kanan : keterlambatan
pengetahuan
3. halus
Koping Hernisfer kiri : keterlambatan
2. Ganggua perkembangan bahasa, sosial dan
keluarga tak kognitif
n bermain
efektif 3. Isolasisosial
4. Kerusakan
interaksisosial

Patofisiologi Retardasi Mental (Mutaqqin, 2008)

6
Keluarga Hubungan sosial 1. Perkembangan
Risiko
Fungsi intelektual ↑
ketergantungan
2. Risikocedera

2.4. Manifestasi Klinis


Menurut Yusuf (2015) gejala anak retardasi mental, antara lain sebagai berikut.
a. Lamban dalam mempelajari hal baru, mempunyai kesulitan dalam mempelajari
pengetahuan abstrak atau yang berkaitan, dan selalu cepat lupa apa yang dia
pelajari tanpa latihan yang terus-menerus.
b. Kesulitan dalam menggeneralisasi dan mempelajari hal-hal yang baru.
c. Kemampuan bicaranya sangat kurang bagi anak RM berat.

d. Cacat fisik dan perkembangan gerak. Kebanyakan anak dengan retardasi mental
berat mempunyai keterbatasan dalam gerak fisik, ada yang tidak dapat berjalan,
tidak dapat berdiri, atau bangun tanpa bantuan. Mereka lambat dalam mengerjakan
tugas-tugas yang sangat sederhana, sulit menjangkau sesuatu, dan mendongakkan
kepala.
e. Kurang dalam kemampuan menolong diri sendiri. Sebagian dari anak retardasi
mental berat sangat sulit untuk mengurus diri sendiri, seperti berpakaian, makan,
dan mengurus kebersihan diri. Mereka selalu memerlukan latihan khusus untuk
mempelajari kemampuan dasar.
f. Tingkah laku dan interaksi yang tidak lazim. Anak retardasi mental ringan dapat
bermain bersama dengan anak reguler, tetapi anak yang mempunyai retardasi
mental berat tidak melakukan hal tersebut. Hal itu mungkin disebabkan kesulitan
bagi anak retardasi mental dalam memberikan perhatian terhadap lawan main.
g. Tingkah laku kurang wajar yang terus-menerus. Banyak anak retardasi mental berat
bertingkah laku tanpa tujuan yang jelas. Kegiatan mereka seperti ritual, misalnya
memutar-mutar jari di depan wajahnya dan melakukan hal- hal yang
membahayakan diri sendiri, misalnya menggigit diri sendiri, membentur-beturkan
kepala, dan lain-lain

2.5. Klasifikasi Retardasi Mental


Prasekolah (lahir-5 Usia sekolah (6-21 tahun) Dewasa (21 tahun dan
Tingkat (IQ) tahun) – maturasi dan – pelatihan dan lebih) –Keadekuatan sosial
perkembangan pendidikan dan vokasional
Ringan— Seringkali tidak terlihat Dapat melakukan Biasanya dapat mencapai
(50-55) seperti retardasi, tetapi keterampilan praktis, keterampilan sosial dan
sampai kira- lebih lambat membaca dan aritmatik vokasional yang adekuan

7
kira 70 disbandingkan anak-anak dari kelas tiga sampai untuk pemeliharaan diri;
lain dalam hal berjalan, kelas enam dengan terkadang perlu bimbingan
makan sendiri, dan pendidikan khusus, dapat dan dukungan jika berada
berbicara; mengikuti dibimbing kea rah dalam stress sosial atau
urutan yang sama dengan konformitas ekonomi yang luar biasa;
perkembangan anak sosial;mencapai usisa dapat menyesuaikan diri
normal. mental 8-12 tahun. pada perkawinan tetapi
bukan pada pengasuhan
anak.
Sedang— Keterlambatan dapat Dapat mempelajari Dapatkan melakukan tugas
(35-40) dilihat pada perkembangan komunikasi sederhana, sederhana dalam kondisi
sampai (50- motorik, terutama pada kebiasaan sehat dan aman terlindung; berpartisipasi
55) wicara; berproses terhadap yang bersifat dasar; dan dalam rekreasi sederhana;
pelatihan dalam berbagai keterampilan manual melakukan perjalanan
aktivitas bantuan diri. sederhana; tidak maju sendiri ke tempat yang
dalam hal membaca atau dikenali; biasanya tidak
aritmatik fungsional; dapat memelihara diri
mencapai usia mental 3 sendiri.
sampai 7 tahun.
Berat— Keterlambatan nyata pada Biasanya berjalan, Dapat menyesuaikan diri
(20-25) perkembangan motorik; kevvuali jika terdapat pada rutinitas harian dan
sampai (35- sedikit atau tanpa ketidakmampuan khusus; aktivitas berulang;
40) keterampilan komunikasi; dapat memahami beberapa membutuhkan pengarahan
dapat berespons terhadap pembicaraan dan beberapa dan pengawasan yang
pelatihan pada perawatan respons; mendapat berkesinambungan di
diri yang bersifat dasar keuntungan dari pelatihan lingkungan yang protektif.
(missal makan sendiri). kebiasaan yang sistematik;
mencapai usia mental
toddler.
Profunda— Retardasi berat; kapasitas Kelambatan berat pada Dapat berjalan;
dibawah 20- minimum untuk fungsi- semua area perkembangan; membutuhkan perawatan
25 fungsi area sensori menunjukan respons lengkap; mempunyai wicara
motorik; kebutuhan emosional dasar; dapat primitive; biasanya
perawatan total. berespons pada pelatihan mendapat keuntungan dari
terampil penggunaan kaki, aktivitas fisik regular.

8
tangan, dan rahang,
kebutuhan untuk
pengawasan visual;
mencapai usia mental bayi
muda.

2.6. Asuhan Keperawatan


2.6.1. Pengkajian
1. Lakukan pengkajian fisik
2. Lakukan pengkajian perkembangan
3. Dapatkan riwayat keluarga, terutama mengenai retradasi mental dan
gangguan heredter.
4. Dapatkan riwayat kesehatan untuk mendapkatkan bukti-bukti adanya
trauma perinatal, cedera fisik, infeksi maternal prenatal,nutrisi tidak
adekuat, penyimpangan lingkungan, gangguan psikiatrik.
5. Bantu dengan tes diagnostic misalnya : analisis kromosom, disfungsi
metabolic, radiografi, tomogradi, elektroensefalograpi.
6. Lakukan tes intelegensia-stanford binet wchsler intelegence scale for
children.
7. Lakukan tes prilaku adaftif vineland social matury scale, American
association of mental retardation adaptive behavior scale.
8. Observasi adanya manifestasi diri dari retradasi mental: tidak responsive
terhadap kontak,kontak mata buruk selama menyusu, penurunan aktivitas
spontan, penurunan kesadaran terhadap suara atau gerakan peka
rangsang,menyusu lambat.
2.6.2. Diagnosa
1. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan
kerusakan fungsi kognitif.
2. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang
menderita retardasi mental.

2.6.3. Intervensi
Dx Tujuan Intervensi Rasional

9
Perubahan Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji kemajuan 1. Mengetahui
pertumbuhan dan keperawatan selama …. perkembangan perkembangan
perkembangan Jam diharapkan pasien pasien anak dulu sampai
berhubungan dapat menunjukan kriteria 2. Susun rencana sekarang
dengan kerusakan hasil sebagai berikut : belajar pada anak 2. Mengetahui
fungsi kognitif. 1. Pasien mencapai bersama keluarga perkembangan
potensi pertumbuhan 3. Berikan belajar anak
dan perkembangan penguatan positif 3. Agar anak tetap
yang optimal 4. Libatkan keluarga semangat akan
2. Pasien mencapai dalam melakukan kondisinya
sosialisasi yang optimal aktifitas bersama 4. Agar mempercepat
anak perkembangan
5. Bantu anak anak
bersosial dan 5. Anak dapat
aktifitas sesuai bersosial dengan
dengan usia dan baik bersama
gender lingkungan
sekitarnya

Perubahan proses Setelah dilakukan asuhan 1. Berikan 1. Karena keluarga


keluarga keperawatan selama …. informasi pada dapat mencurigai
berhubungan Jam diharapkan pasien keluarga sesegera adanya masalah dan
dengan mempun dapat menunjukan kriteria mungkin pada mungkin
hasil sebagai berikut : saat atau setelah memerlukan
1. Keluarga kelahiran dukungan yang
mengeskpresikan 2. Ajak kedua orang segera.
perasaan dan tua untuk hadir 2. Agar orangtua yang
kekhawatiran- nya pada konferensi satu tidak harus
mengenai kelahiran pemberian mengulangi
anak dengan retardasi informasi. informasi yang
mental dan 3. Bila mungkin, kompleks tersebut
implikasinya. berikan informasi ke orang tua yang
2. Anggota keluarga tertulis pada lain dan untuk
membuat keputusan keluarga tentang menghadapi reaksi

10
yang realistis kondisi anak emosi awal dari lain
berdasarkan (mis., sindrom
kebutuhan dan khusus atau 3. Untuk dijadikan
kemampuan mereka. penyakit), bahan rujukan
3. Anggota keluarga 4. Diskusikan keluarga di
menunjukkan dengan anggota kemudian hari.
penerimaan terhadap keluarga tentang 4. Agar anak dapat
anak. manfaat dari lebih berkembang
perawatan di dan terkontrol
rumah 5. Sehingga mereka
5. Dorong keluarga dapat menerima
untuk bertemu dukungan
dengan keluarga tambahan.
lain yang 6. Tekankan pada
mempunyai potensi kemampuan
masalah yang belajar anak,
sama terutama dengan
6. Jangan intervensi dini
memberikan mendorong harapan.
jawaban 7. Karena orang tua
definitive tentang sensitive pada sikap
derajat retardasi afektif profesional.
anak
7. Tunjukkan 8. Untuk membantu
penerimaan keluarga melihat
terhadap anak anak sebagai
melalui penilaian individu dengan
sendiri kekuatan serta
8. Tekankan kelemahannya
karakteristik masing-masing.
normal anak 9. Karena hal ini
9. Dorong anggota merupakan bagian
keluarga untuk dari proses adaptasi.
mengekspresikan

11
perasaan dan
kekhawatirannya

12
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Retardasi mental adalah fungsi intelektual di bawah rata-rata yang muncul
bersamaan dengan kurangnya perilaku adaptif, awalnya sebelum usia 18
tahun.Klasifikasi retardasi mental saat ini yang terbanyak dipakai adalah The ICD-10
Classification of mental andBehavioural Disorders, WHO, Geneva tahun 1994,yaitu :
 Mild retardation (Retardasi mental ringan), IQ50-69
 Moderate retardation (Retardasi mental sedang), IQ35-49
 Severe retardation (Retardasi mental berat), IQ 20-34
 Profound retardation (Retardasi mental sangatberat), IQ <20
Mengingat besarnya beban yang ditanggung oleh penderita retardasi mental,
keluarga, dan masyarakatmaka pencegahan terhadap timbulnya retardasi mental dan
diagnosis dini merupakan pilihan terbaik.

13
DAFTAR PUSTAKA

Wong, Donna L. 2010. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta:EGC.


Sularyo, Titi Sunarwati. 2012. Retardasi Mental. (http://www.journal.sarideatri.org)
(Diambil 05 Februari 2020)
Pratiwi, Imas Cahyaning. 2017. Kemampuan Kognitif Anak Retardasi Mental.
(http://journal.unes.ac.id) (Diambil 05 Februari 2020)
Merdekawati. 2017. Hubungan Pengetahuan Keluarga dan Tingkat Retardasi Mental.
(http://ejournal.kopertis10.or.id) (Diambil 17 Februari 2020)
Ramayumi. 2015. Karakteristik Penderita Retardasi Mental. (http://jurnalmka.fk.unad.ac.id)
(Diambil 17 Februari 2020)

14

Anda mungkin juga menyukai