Anda di halaman 1dari 5

HEWAN INVERTEBRATA

SPONS (Aaptos aaptos)

Penulis :

Agus Syahputra

NPM : 018 041 000 04

Mata Kuliah : FISIOLOGI HEWAN

Dosen Pengampuh:

RIVO HASPER DIMENTA, M.Si

2020

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)

UNIVERSITAS LABUHANBATU (ULB)

RantauPrapat, LABUHANBATU
SPONS (Aaptos aaptos)
Spons termasuk filum porifera, merupakan hewan multiseluler yang sangat
primitif dari filum porifera yang menarik banyak peminat industri farmasi ,dengan
fungsi jaringan dan organ yang masih sangat sederhana. Hewan ini mempunyai
banyak pori-pori dan saluran-saluran pada seluruh bagian tubuhnya. Untuk
memperoleh makanan, hewan ini aktif menghisap dan menyaring air melalui
seluruh permukaan tubuhnya. Hewan ini hidup menetap pada suatu habitat pasir,
batu-batuan atau pada karang di dalam laut (Amir dan Budiyanto, 1996 ;
Romimohtarto & Juwana, 1999, Hooper dan Soest, 2002).
Sponge hidup di ekosistem terumbu karang (Allen dan Steen, 2000 dalam
Ghufran, 2010). Di dunia diduga terdapat sekitar 10.000 spesies sponge dan
diperkirakan 2.000 spesies hidup di ekosistem terumbu karang di Asia tenggara
dan jumlah spesies sponge diperairan Indonesia sekitar 700 spesies.

1. Klasifikasi
Spons laut Aaptos aaptos dapat diklaasifikasikan menurut Bergquist
(1968), sebagai berikut :
 Filum : Porifera
 Kelas : Demospongiae
 Ordo : Hadromerida
 Famili : Suberitidae
 Genus : Aaptos
 Spesies : Aaptos aaptos
Menurut (Suparno.et.all, 2009)Spons dibagi menjadi 4 kelas yaitu
Calcarea, Hexactinellida, Archaeocyatha (punah) dan Demospongiae. Kelas
Demospongiae terdiri dari 90% dari sekitar 4500– 5000 spesies, dari total spesies
yang hidup di dunia. Kelas ini dibagi menjadi 3 subkelas, 13 ordo, 71 famili dan
1005 genera, meskipun hanya 507 genera yang dinyatakan masih ada, 481 genera
hidup diperairan laut dan 26 genera hidup di air tawar (Hooper, 2000). Kelas
Demospongiae adalah spons yang paling banyak ditemukan dan penyebarannya
luas, jenis-jenisnya paling beragam dan relatif banyak mendapatkan perhatian dari
para ahli biokimia.
Bentuk sponge juga ada bermacam-macam, seperti mangkuk, jambangan,
bunga, kipas, bercabang dan bentuk lain yang tidak beraturan (Hooper dkk, 2002).

2. Pola Sistem Pencernaan Pada Spons


Spons merupakan suspension feeders ( memakan material yang tersupsensi
di air laut) dan spons juga merupakan filter feeders ( menyaring makanan dari air
laut)(Karlenskit, 1998).
Spons memperoleh makanan dalam bentuk partikel organik renik, hidup
atau tidak, seperti bakteri, mikroalga dan detritus, yang masuk melalui pori-pori
arus masuk (ostia) yang terbuka dalam air, dan dibawa kwdalam rongga lambung
atau ruang-ruang berflagela.
Partikel-partikel makanan sebagian besar diseleksi berdasarkan ukuran dan
dtes.isaring dalam perjalananya menuju kamar flagela. Hanya partikel yang sangat
kecil dari ukuran tertentu yang dapat masuk ke dermal pore atau melewati
prosopyle dan akhirnya akan disaring oleh choanocy(Barnes,1987, Brusca dan
Brusca,1990).
Sumber makan utama dari sponge adalah bakterio plankton dengan
tambahan organik dari hasil fotosintesis alga simbiotan dan subtstan organis
terlarut yang diserap oleh bakteri yang bersimbiosis dengannya (Sorokin, 1989).
Spons berbeda dari hewan-hewan lain karena pencernaan makanannya
secara keseluruhan berlangsung melalui mekanisme intraseluler. Menurut Isnaeni
(2006) invertebrata tingkat rendah tidak mempunyai organ pencernaan khusus.
Pencernaan makanan terjadi secara intraseluler, yakni di dalam sel khusus.
Porifera tidak mempunyai rongga pencernaan tetapi mempunyai sel khusus yang
disebut koanosit.(Santi,2017)

3. Enzim-Enzim Yang Ikut Berperan Dalam Fisiologi Sistem


Pencernaan Pada Spons
Archaeoctytes adalah sel-sel amoeboid yang berukuran lebih besar dari
tipe sel lainnya didalam spons dan merupakan sel-sel yang bergerak cepat. Sel-sel
ini mempunyai peranan utama pada sistem pencernaan dan pengangkutan
makanan. Sel-sel ini memiliki bermacam-macam enzim pencernaan seperti ( asam
phospate, protease, amylase, lipase ) dan dapat menerima bahan makanan dari
choanocyte.
Sel-sel ini juga mencerna bahan makanan langsung melalui pinacoderm
pada saluran air. Sebagai makrofago utama pada spons, sel-sel archaeocytes
mempunyai banyak aktifitas pada sistem pencernaan, pengangkutan dan
pengeluaran. Sebagai sel-sel yang mempunyai potensi maksimum, archaeocytes
adalah penting untuk kegiatan perkembangan spons dan berbagai macam proses-
proses aseksual seperti pembentukan gemmule ( Brusca dan Brusca, 1990 ).

(a) (b)
Gambar 2.1 (a)Struktur Sel Spons, (b)Choacnocytes
Daftar Pustaka

Efra D. L. Wantah, R. E. (2018). UJI AKTIVITAS LARVASIDA DARI


BEBERAPA EKSTRAK SPONGE TERHADAP LARVA NYAMUK
Aedes aegypti (Test of Larvacide Activity from Some Sponge Extracts to
Aedes aegypti Larvae) . Jurnal Ilmiah Platax , Vol. 6:(2), 83-88.

Ramili, Y. (2007). STRUKTUR MORFOLOGIS DAN PERKEMBANGAN


GONAD SPONS Aaptos aaptos (SCHMIDT 1864)(KELAS
DEMOSPONGIAE) DI PERAIRAN PULAU PARI, KEPULAUAN
SERIBU,DKI JAKARTA.

santi, R. p. (Desember,2017). FISIOLOGI HEWAN. (E. T. Pribadi, Penyunt.)


Surabaya, Jawa Timur : PROGRAM STUDI ARSITEKTUR UIN
SUNAN AMPEL.

Suparno, D. S. (2009). Transplantasi Spons Laut Petrosia nigricans. ILMU


KELAUTAN , Vol 14 (4), 234-241.

Anda mungkin juga menyukai