Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP KELUARGA
A. Definisi
Keluarga dapat didefinisikan dari berbagai macam orientasi dan cara pandang
yang berbeda-beda (Setyawan&Aditya, 2012). Adapun beberapa definisi
keluarga sesuai waktu perkembangan konsep atau teori tentang keluarga adalah
sebagai berikut :
1. BUSSARD dan BALL (1966)
Keluarga merupakan lingkungan sosial yang mempunyai hubungan
yang sangat erat dengan seseorang. Dalam keluarga itulah seseorang
dibesarkan, bertempat tinggal, berinteraksi antara satu dengan yang lainnya,
terbentuknya nilai-nilai, dan kebiasaan–kebiasaan yang berfungsi sebagai
saksi segenap budaya dari luar dan mengakomodir hubungan anak dengan
lingkungannya.
2. WHO (1969)
Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan
melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan.
3. DUVAL (1972)
Keluarga adalah sekelompok orang yang dihubungkan oleh ikatan
perkawinan, adopsi atau kelahiran yang bertujuan untuk menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional, dan sosial dari tiap-tiap anggota keluarganya.
4. HELVIE (1981)
Keluarga adalah sekelompok manusia yang tinggal dalam suatu rumah
tangga dalam kedekatan yang konsisten dan hubungan yang erat.
5. DEPKES RI (1988)
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di
bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
6. BAILON dan MAGLAYA (1989)
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena
hubungan darah, perkawinan dan adopsi, dalam satu rumah tangga dan
berinteraksi antara satu dengan yang lainnya dalam perannya masing-masing
dan mempertahankan suatu budaya.
7. UNDANG – UNDANG NO. 10 TAHUN 1992
(Tentang : Perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga
sejahtera).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami,
istri atau suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan
anaknya.
8. SAYEKTI (1994)
Keluarga adalah suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar
perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama
atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan
atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi dan tinggal dalam sebuah
rumah tangga.
9. FRIEDMAN (1998)
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena ikatan
tertentu untuk saling membagi pengalaman dan melakukan pendekatan
emosional serta mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga.
10. BKKBN (1999)
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan
ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual
dan material yang layak, bertaqwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang
selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta
lingkungannya.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
KELUARGA adalah :
a. Unit terkecil masyarakat.
b. Terdiri atas dua orang atau lebih.
c. Adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah.
d. Hidup dalam satu rumah tangga.
e. Dibawah asuhan seorang kepala rumah tangga.
f. Berinteraksi diantara sesama anggota keluarga.
g. Mempunyai ikatan emosional
h. Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing.
i. Menciptakan dan mempertahankan suatu budaya tertentu (Setyawan&Aditya,
2012).

B. CIRI-CIRI KELUARGA
Menurut pendapat Robert Mac Iver dan Charles Horton dalam
Setyawan&Aditya, (2012), menyatakan bahwa ciri-ciri suatu keluarga antara
lain:
1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.
2. Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan
perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara.
3. Keluarga mempunyai suatu system tata nama (Nomen Clatur) dan
perhitungan garis keturunan.
4. Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggota
keluarganya yang berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai
keturunan dan membesarkan anak.
5. Keluarga merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga.

C. CIRI-CIRI KELUARGA INDONESIA


Pada umumnya keluarga-keluarga di Indonesia memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Mempunyai ikatan yg sangat erat dengan dilandasi semangat gotong royong.
2. Dijiwai oleh nilai kebudayaan ketimuran.
3. Umumnya suami sebagai pengambil keputusan.
4. Berbentuk monogram (Setyawan&Aditya, 2012).

D. TIPE/BENTUK KELUARGA
Gambaran tentang pembagian tipe keluarga sangat beraneka ragam,
tergantung pada konteks keilmuan dan orang yang mengelompokkan, namun
secara umum pembagian tipe keluarga dapat dikelompokkan sebagai berikut
(Setyawan&Aditya, 2012) :
1. Pengelompokan secara Tradisional
Secara Tradisional, Tipe Keluarga dapat dikelompokkan dalam 2 macam,
yaitu :
a. Nuclear Family (Keluarga Inti)
Adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang
diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
b. Extended Family (Keluarga Besar)
Adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih
mempunyai hubungan darah, seperti kakek, nenek, paman, bibi dan
sebagainnya.
2. Pengelompokan secara Modern
Dipengaruhi oleh semakin berkembangnya peran individu dan
meningkatnya rasa individualisme, maka tipe keluarga Modern dapat
dikelompokkan menjadi beberapa macam, diantaranya :
a. Tradisional Nuclear
Adalah keluarga inti (Ayah, Ibu dan Anak) yang tinggal dalam satu
rumah yang ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan
perkawinan, dimana salah satu atau keduanya dapat bekerja di luar
rumah.
b. Niddle Age/Aging Couple
Adalah suatu keluarga dimana suami sebagai pencari uang dan istri
di rumah atau kedua-duanya bekerja di rumah, sedangkan anak-anak
sudah meninggalkan rumah karena sekolah/menikah/meniti karier.
c. Dyadic Nuclear
Adalah suatu keluarga dimana suami-istri sudah berumur dan tidak
mempunyai anak yang keduanya atau salah satunya bekerja di luar
umah.
d. Single Parent
Adalah keluarga yang hanya mempunyai satu orang tua sebagai
akibat perceraian atau kematian pasangannya dan anak-anaknya dapat
tinggal di rumah atau di luar rumah.
e. Dual Carrier
Adalah Keluarga dengan suami – istri yang kedua-duanya orang
karier dan tanpa memiliki anak.
f. Three Generation
Adalah keluarga yang terdiri atas tiga generasi atau lebih yang
tinggal dalam satu rumah.
g. Comunal
Adalah keluarga yang dalam satu rumah terdiri dari dua pasangan
suami istri atau lebih yang monogamy berikut anak-anaknya dan
bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
h. Cohibing Couple/Keluarga Kabitas/Cahabitation
Adalah keluarga dengan dua orang atau satu pasangan yang tinggal
bersama tanpa ikatan perkawinan.
i. Composite /Keluarga Berkomposisi
Adalah sebuah keluarga dengan perkawinan poligami dan
hidup/tinggal secara bersama-sama dalam satu rumah.
j. Gay and Lesbian Family
Adalah keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis
kelamin sama.
Gambaran tentang tipe/bentuk keluarga tersebut menunjukkan banyaknya
jenis/tipe keluarga yang ada disekitar kita, dan hal ini mengharuskan kepada para
profesionalis khusunya dalam bidang kesehatan untuk dapat memahami
konteksnya masing-masing dan lebih bersifat toleransi dan sensitive terhadap
perbedaan gaya hidup dalam memberikan pelayanan.

E. STRUKTUR KELUARGA
Struktur sebuah keluarga memberikan gambaran tentang bagaimana suatu
keluarga itu melaksanakan fungsinya dalam masyarakat. Adapun macam-macam
struktur keluarga diantaranya adalah (Setyawan&Aditya, 2012):
1. Patrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
2. Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalambeberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis
ibu.
3. Matrilokal
Adalah sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
istri.
4. Patrilokal
Adalah sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
suami.
5. Keluarga Kawin
Adalah hubungan suami-istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga
dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya
hubungan dengan suami atau istri.
F. PEMEGANG KEKUASAAN DALAM KELUARGA
Terdapat 3 macam tipe pemegang kekuasaan dalam suatu keluarga, yaitu
(Setyawan&Aditya, 2012):
1. Patriakal : yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga
adalah pihak ayah.
2. Matriakal : yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga
adalah pihak ibu.
3. Equalitarian : yang memegang kekuasaan dalam keluarga adalah ayah dan
ibu.

G. FUNGSI KELUARGA
Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan oleh suatu keluarga, diantaranya
adalah sebagai berikut (Setyawan&Aditya, 2012):
1. Fungsi Keluarga menurut Friedman (1998) dalam Setyawan&Aditya (2012)
Secara umum, fungsi keluarga menurut Friedaman adalah sebagai berikut :
a. Fungsi Afektif
Yaitu fungsi keluarga yang utama adalah untuk mengajarkan segala
sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarganya dalam berhubungan
dengan orang lain.
b. Fungsi Sosialisasi
Adalah fungsi mengembangkan dan sebagai tempat melatih anak
untuk berkehidupan social sebelum meninggalkan rumah untuk
berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
c. Fungsi Reproduksi
Adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga
kelangsungan keluarga.
d. Fungsi Ekonomi
Adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara
ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu
dalam meningkatkan penghasilan dalam rangka memenuhi kebutuhan
keluarga.
e. Fungsi Pemeliharaan Kesehatan
Yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota
keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi.
2. Fungsi Keluarga menurut Undang-undang N0. 10 Tahun 1992 jo PP No. 21
Tahun 1994 dalam Setyawan&Aditya (2012).
Secara umum fungsi keluarga adalah sebagai berikut :
a. Fungsi Keagamaan
1) Membina norma ajaran-ajaran agama sebagai dasar dan tujuan
hidup seluruh anggota keluarga.
2) Menerjemahkan agama dalam tingkah laku hidup sehari-hari
kepada seluruh anggota keluarga.
3) Memberikan contoh konkrit dalam hidup sehari-hari dalam
pengamalan ajaran agama.
4) Melengkapi dan menambah proses kegiatan belajar anak tentang
keagamaan yang kurang diperolehnya disekolah atau dimasyarakat.
5) Membina rasa, sikap dan praktek kehidupan keluarga beragama
sebagai pondasi menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.
b. Fungsi Budaya
1) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk meneruskan
norma-norma dan budaya masyarakat dan bangsa yang ingin
dipertahankan.
2) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk menyaring
norma dan budaya asing yang tidak sesuai.
3) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya
mencari pemecahan masalah dari berbagai pengaruh negative
globalisasi dunia.
4) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya
dapat berperilaku baik sesuai dengan norma bangsa Indonesia
dalam menghadapi tantangan globalisasi.
5) Membina budaya keluarga yang sesuai, selaras, dan seimbang
dengan budaya masyarakat atau bangsa untuk menjunjung
terwujudnya norma keluarga kecil bahagia sejahtera.
c. Fungsi Cinta dan Kasih Sayang
1) Menumbuhkembangkan potensi kasih saying yang telah ada antar
anggota keluarga kedalam symbol-simbol nyata secara optimal dan
terus menerus.
2) Membina sikap dan tingkah laku saling menyayangi antar anggota
keluarga.
3) Membina rasa, sikap dan praktik hidup keluarga yang mampu
memberikan dan menerima kasih sayang sebagai pola hidup ideal
menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.
d. Fungsi Perlindungan
1) Memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga baik dari rasa
tidak aman yang timbul dari dalam maupun dari luar keluarga.
2) Membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis dari
berbagai bentuk ancaman dan tantangan yang datang dari luar.
3) Membina dan menjadikan stabilitas dan keamanan keluarga sebagai
modal menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.
e. Fungsi Reproduksi
1) Membina kehidupan keluarga sebagai wahana pendidikan
reproduksi sehat, baik bagi anggota keluarga maupun bagi keluarga
disekitarnya.
2) Memberikan contoh pengalaman kaidah-kaidah pembentukan
keluarga dalam hal usia, pendewasaan fisik maupun mental.
3) Mengamalkan kaidah-kaidah reproduksi sehat, baik yang berkaitan
dengan waktu melahirkan, jarak antara 2 anak, dan jumlah ideal
anak yang diinginkan dalam keluarga.
4) Mengembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai odal yang
kondusif menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.
f. Fungsi Sosialisasi
1) Menyadari, merencanakan dan menciptakan lingkungan keluarga
sebagai wahana pendidikan dan sosialisasi anak yang pertama dan
utama.
2) Menyadari, merencanakan dan menciptakan kehidupan keluarga
sebagai tempat bagi anak untuk dapat mencari pemecahan atau
solusi dari berbagai konflik dan permasalahan yang dijumpainya
baik di lingkungan sekolah maupun masyarakat.
3) Membina proses pendidikan dan sosialisasi anak tentang hal-hal
yang diperlukan untuk meningkatkan kematangan dan kedewasaan
baik fisik maupun mental yang tidak/kurang diberikan oleh
lingkungan sekolah ataupun masyarakat.
g. Fungsi Ekonomi
1) Melakukan kegiatan ekonomi baik diluar maupun didalam
lingkungan keluarga dalam rangka menopang kelangsungan dan
perkembangan kehidupan keluarga.
2) Mengelola ekonomi keluarga sehingga terjadi keserasian,
keselarasan dan keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran
keluarga.
3) Mengatur waktu sehingga kegiatan orang tua diluar rumah dan
perhatiannya terhadap anggota keluarga berjalan secara serasi,
selaras dan seimbang.
4) Membina kegiatan dan hasil ekonomi keluarga sebagai modal untuk
mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
h. Fungsi Pelestarian Lingkungan
1) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan
internal keluarga.
2) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan
diluar atau disekitar keluarga.
3) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan yang
serasi, selaras dan seimbang antara lingkungan keluarga dengan
lingkungan hidup masyarakat di sekitarnya.
4) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan hidup
sebagai pola hidup keluarga menuju keluarga kecil bahagia
sejahtera.
3. Fungsi Pokok Keluarga menurut Effendy (1998) dalam Setyawan&Aditya
(2012).Terdapat 3 Fungsi Pokok Keluarga terhadap anggota keluarganya
yaitu :
a. ASIH
Adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman,
kehangatan kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka
tumbuh dan berkembang
sesuai dengan usia dan kebutuhannya.
b. ASUH
Memenuhi kebutuhan akan pemeliharaan dan perawatan anak agar
kesehatannya selalu terpelihara, sehingga mampu menjadikan mereka
anak-anak yang sehat, baik fisik maupun mental, sosial dan spiritual.
c. ASAH
Adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap
menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa
depannya.
H. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan
Menurut Freeman (1981) dalam Padila (2012), sesuai dengan Fungsi
Pemeliharaan Kesehatan, keluarga mempunyai Tugas-tugas dalam bidang
kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, yaitu :
1. Mengenal masalah kesehatan setiap anggota keluarganya.
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga.
3. Memberikan perawatan bagi anggotanya yang sakit atau yang tidak mampu
membantu dirinya sendiri karena kecacatan atau usianya yang terlalu muda.
4. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga
kesehatan dengan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
KONSEP RUMAH SEHAT

A. Pengertian
Setiap manusia, di manapun berada, membutuhkan tempat untuk tinggal
yang disebut rumah. Rumah berfungsi sebagai tempat untuk melepas lelah,
tempat bergaul dan membina rasa kekeluargaan di antara anggota keluarga, serta
sebagai tempat berlindung dan menyimpan barang berharga. Selain itu, rumah
juga merupakan status lambang sosial. (Azwar, 1996; Mukono, 2000).
Perumahan merupakan kebutuhan dasar manusia dan juga merupakan
determinan kesehatan masyarakat. Karena itu, pengadaan perumahan merupakan
tujuan fundamental yang kompleks dan tersedianya standar perumahan adalah isu
penting dari kesehatan masyarakat. Perumahan yang layak untuk tempat tinggal
harus memenuhi syarat kesehatan, sehingga penghuninya tetap sehat. Perumahan
yang sehat tidak lepas dari ketersediaan prasarana dan sarana terkait, seperti
penyediaan air bersih, sanitasi pembuangan sampah, transportasi, dan tersedianya
pelayanan sosial. (Krieger and Higgins, 2002).
Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan area
sekitarnya yang digunakan sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan
keluarga (UU RI No. 4 Tahun 1992). Menurut WHO, rumah adalah struktur fisik
atau bangunan untuk tempat berlindung, dimana lingkungan berguna untuk
kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik demi kesehatan
keluarga dan individu. (Komisi WHO Mengenai Kesehatan dan Lingkungan,
2001).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rumah sehat adalah bangunan
tempat berlindung dan beristirahat serta sebagai sarana pembinaan keluarga yang
menumbuhkan kehidupan sehat secara fisik, mental dan sosial, sehingga seluruh
anggota keluarga dapat bekerja secara produktif. Oleh karena itu, keberadaan
perumahan yang sehat, aman, serasi, teratur sangat diperlukan agar fungsi dan
kegunaan rumah dapat terpenuhi dengan baik.
B. Kriteria Rumah Sehat
1. Menurut Winslow dan APHA
Permukiman sehat dirumuskan sebagai suatu tempat untuk tinggal secara
permanen. Berfungsi sebagai tempat untuk bermukim, beristirahat,
berekreasi (bersantai) dan sebagai tempat berlindung dari pengaruh
lingkungan yang memenuhi persyaratan fisiologis, psikologis, dan bebas dari
penularan penyakit.
Rumusan yang dikeluarkan oleh American Public Health Association
(APHA), syarat rumah sehat harus memenuhi kriteria sebagai berikut
a. Memenuhi kebutuhan fisiologis. Antara lain, pencahayaan,
penghawaan dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan
yang mengganggu.
b. Memenuhi kebutuhan psikologis. Antara lain, privacy yang cukup,
komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah. 
c. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antarpenghuni
rumah, yaitu dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan air
limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan
hunian yang berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya
makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan
penghawaan yang cukup. 
d. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan, baik yang
timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain
persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh,
tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat penghuninya
jatuh tergelincir.
2. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
829/Menkes/SK/VII/1999
Ketentuan persyaratan kesehatan rumah tinggal adalah sebagai berikut:
a. Bahan bahan bangunan
Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan zat yang dapat
membahayakan kesehatan, antara lain:
1) Debu total kurang dari 150 mg per meter persegi;
2) Asbestos kurang dari 0,5 serat per kubik, per 24 jam;
3) Timbal (Pb) kurang dari 300 mg per kg bahan;
4) Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan
berkembangnya mikroorganisme patogen.
b. Komponen dan penataan ruangan
1) Lantai kedap air dan mudah dibersihkan;
2) Dinding rumah memiliki ventilasi, di kamar mandi dan kamar cuci
kedap air dan mudah dibersihkan;
3) Langit-langit rumah mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan;
4) Bumbungan rumah 10 m dan ada penangkal petir;
5) Ruang ditata sesuai dengan fungsi dan peruntukannya;
6) Dapur harus memiliki sarana pembuangan asap
c. Pencahayaan
Pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun tidak
langsung dapat menerangi seluruh ruangan dengan intensitas
penerangan minimal 60 lux dan tidak menyilaukan mata.
d. Kualitas udara
1) Suhu udara nyaman, antara 18 – 30 oC;
2) Kelembaban udara, antara 40 – 70 %;
3) Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm per 24 jam;
4) Pertukaran udara 5 kali 3 per menit untuk setiap penghuni;
5) Gas CO kurang dari 100 ppm per 8 jam;
6) Gas formaldehid kurang dari 120 mg per meter kubik.
e. Ventilasi
Luas lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% luas
lantai.
f. Vektor penyakit
Tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang di dalam rumah.
g. Penyediaan air
1) Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60
liter per orang setiap hari.
2) Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih
dan/atau air minum menurut Permenkes 416 tahun 1990 dan
Kepmenkes 907 tahun 2002.
h. Pembuangan Limbah
1) Limbah cair yang berasal rumah tangga tidak mencemari sumber air,
tidak menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah; 
2) Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan
bau, tidak mencemari permukaan tanah dan air tanah.
i. Kepadatan hunian
Luas kamar tidur minimal 8 meter persegi, dan dianjurkan tidak
untuk lebih dari 2 orang tidur.
3. Menurut Ditjen Cipta Karya, 1997
Komponen yang harus dimiliki rumah sehat adalah:
a. Pondasi yang kuat guna meneruskan beban bangunan ke tanah dasar,
memberi kestabilan bangunan, dan merupakan konstruksi penghubung
antara bagunan dengan tanah; 
b. Lantai kedap air dan tidak lembab, tinggi minimum 10 cm dari
pekarangan dan 25 cm dari badan jalan, bahan kedap air, untuk rumah
panggung dapat terbuat dari papan atau anyaman bambu; 
c. Memiliki jendela dan pintu yang berfungsi sebagai ventilasi dan
masuknya sinar matahari dengan luas minimum 10% luas lantai;
d. Dinding rumah kedap air yang berfungsi untuk mendukung atau
menyangga atap, menahan angin dan air hujan, melindungi dari panas dan
debu dari luar, serta menjaga kerahasiaan (privacy) penghuninya; 
e. Langit-langit untuk menahan dan menyerap panas terik matahari,
minimum 2,4 m dari lantai, bisa dari bahan papan, anyaman bambu,
tripleks atau gipsum;
f. Atap rumah yang berfungsi sebagai penahan panas sinar matahari serta
melindungi masuknya debu, angin dan air hujan.
1) Pencahayaan
a) Pencahayaan Alami
1. Pencahayaan alami diperoleh dengan masuknya sinar
matahari ke dalam ruangan melalui jendela, celah-celah dan
bagian-bagian bangunan yang terbuka. Cahaya matahari
berguna untuk penerangan dan juga dapat mengurangi
kelembaban ruang, mengusir nyamuk, membunuh kuman
penyakit tertentu seperti TBC, influenza, penyakit mata dan
lain-lain.
2. Kebutuhan standar minimum cahaya alam yang memenuhi
syarat kesehatan untuk berbagai keperluan menurut WHO
dimana salah satunya adalah untuk kamar keluarga dan tidur
dalam rumah adalah 60 – 120 Lux.
3. Guna memperoleh jumlah cahaya matahari pada pagi hari
secara optimal sebaiknya jendela kamar tidur menghadap ke
timur dan luas jendela yang baik minimal mempunyai luas
10-20% dari luas lantai.
b) Pencahayaan Buatan
Pencahayaan buatan yang baik dan memenuhi standar
dapat dipengaruhi oleh:
1. Cara pemasangan sumber cahaya pada dinding atau langit-
langit.
2. Konstruksi sumber cahaya dalam ornamen yang
dipergunakan
3. Luas dan bentuk ruangan
4. Penyebaran sinar dari sumber cahaya
2) Ventilasi (Pertukaran Udara)
Ventilasi digunakan untuk pergantian udara. Udara perlu diganti
agar mendapat kesegaran badan. Selain itu agar kuman-kuman
penyakit dalam udara, seperti bakteri dan virus, dapat keluar dari
ruangan, sehingga tidak menjadi penyakit. Orang-orang yang batuk
dan bersin-bersin mengeluarkan udara yang penuh dengan kuman-
kuman penyakit, yang dapat menginfeksi udara di sekelilingnya.
Penyakit-penyakit menular yang penularannya dengan perantara
udara, antara lain TBC, bronchitis, pneumonia, dan lain-lain.
Hawa segar diperlukan dalam rumah guna mengganti udara
ruangan yang sudah terpakai. Udara segar diperlukan untuk menjaga
temperatur dan kelembaban udara dalam ruangan. Umumnya
temperatur kamar 220C – 300C sudah cukup segar. Guna
memperoleh kenyamanan udara seperti dimaksud di atas diperlukan
adanya ventilasi yang baik.
Membuat sistem ventilasi harus dipikirkan masak-masak, jangan
sampai orang-orang yang ada di dalam rumah menjadi kedinginan
dan sakit. Pembuatan lubang-lubang ventilasi dan jendela harus serasi
dengan luas kamar dan sesuai dengan iklim di tempat itu. Di daerah
yang berhawa dingin dan banyak angin. Jangan membuat lubang-
lubang ventilasi yang lebar. Cukup yang kecil-kecil saja.
Tetapi di daerah yang berhawa panas dan tidak banyak angin,
lubang ventilasi dapat dibuat agak lebih besar.
Ventilasi yang baik dalam ruangan harus mempunyai syarat
lainnya, di antaranya:
1. Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai
ruangan. Sedangkan luas lubang ventilasi insidentil (dapat
dibuka dan ditutup) minimum 5%. Jumlah keduanya menjadi
10% dikali luas lantai ruangan. Ukuran luas ini diatur
sedemikian rupa sehingga udara yang masuk tidak terlalu deras
dan tidak terlalu sedikit. 
2. Udara yang masuk harus udara bersih, tidak dicemari oleh asap
dari sampah atau dari pabrik, dari knalpot kendaraan, debu dan
lain-lain. 
3. Aliran udara diusahakan ventilasi silang dengan menempatkan
lubang hawa berhadapan antara 2 dinding ruangan. Aliran udara
ini jangan sampai terhalang oleh barang-barang besar misalnya
almari, dinding sekat dan lain-lain.
C. Kelembaban yang dapat mempengaruhi kesehatan
Kelembaban mengacu pada jumlah partikel air (dengan kata lain, uap air)
yang ada di udara. Udara memiliki kapasitas tertentu untuk menahan partikel-
partikel air yang sering bervariasi dengan suhu sekitarnya. Saat cuaca berawan,
musim panas atau hujan, akan ada kelembaban yang tinggi di udara. Anda juga
mungkin merasa berkeringat dan lebih panas daripada biasanya, sebagai uap air
di udara telah mencapai tingkat kejenuhan. Demikian pula, ketika suhu turun
selama musim dingin, udara menjadi kering. Tingkat kelembaban rendah juga
dapat terjadi di tempat-tempat yang sangat panas dimana tidak ada hujan selama
berbulan-bulan.
DAFTAR PUSTAKA

Padila. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika.

Setyawan, & Dodiet, A. (2012). Konsep Dasar Keluarga.


Https://bidankomunitas.files.wordpress.com/2012/02/praktek-dan-konsep-
dasar-asuhan-kebidanan-keluarga.

Suparto. (2015). Persyaratan Lingkungan Hunia Sehat. Ilmiyah Pawiyatan, Vol:XXII,


No:1.

Anda mungkin juga menyukai