Askep Bu Eva (Konsul 4)
Askep Bu Eva (Konsul 4)
D DENGAN GANGGUAN
KENYAMANAN : NYERI DI RUANG 3A RSUD “K” KOTA
TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT
Di susun oleh:
STIKES NOTOKUSUMO
YOGYAKARTA
2019
DAFTAR ISI
COVER ........................................................................................................ i
BAB I. PENDAHULUAN
A. Kesimpulan ............................................................................... 16
B. Saran .......................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Fraktur adalah kondisi tulang yang patah atau terputus
sambungannya akibat tekanan berat. Tulang merupakan bagian tubuh
yang keras, namun jika diberi gaya tekanan yang lebih besar dari pada
yang dapat di absorbsi, maka bisa terjadi fraktur. Gaya tekan yang
berlebihan yang di maksud antara lain seperti pukulan keras, gerakan
memuntir atau meremuk yang terjadi mendadak, dan bahkan kontrasi otot
ekstrim (Brunner & Suddarth, 2002)
Tulang adalah suatu jaringan ikat vaskuler terdiri atas sel-sel dan
zat antr sel yang mengalami kalsifikasi, seperti tulang padat (tulang
kompakta) dan seperti spons (tulang spongiosa). Tulang juga mempunyai
banyak fungsi sebagai penyokong, pelindung, penyimpan mineral pada
ujung-ujung persendian dimana tulang rawan sebagai pelapis yang khusus
untuk mempermudah pergerakan (Gartner dan hiatt, 2012).
Fraktur femur adalah terputusnya kontiunitas batang femur yang
bisa terjadi akibattrauma langsung (kecelakaan dll) dan biasanya banyak
dialami oleh laki-laki dewasa. Patah pada daerah ini menimbulkan
pendarahan yang cukup banyak menyebabakan penderitaan (Arif
Muttakin, 2011).
Fraktur femur adalah hilangnya kontiunitas tulang paha, kondisi
fraktur femur secara klinis bisa berupa fraktur femur terbuka yang di
sertai adanya kerusakan jaringan lunak (otot, kulit, jaringan saraf dan
pembuluh darah) dan fraktur femur tertutup yang dapat di sebabkan oleh
trauma langsung pada paha (Helmi, 2012).
World health organization (WHO) mencatat pada tahun 2011-2012
terdapat 5,6 juta orang meninggal dunia dan 1,3 juta orang menderita
fraktur akibat kecelakaan lalu lintas (WHO, 2011). Menurut Depkes RI
2011, dari sekian banyak kasus fraktur di Indonesia, fraktur pada
1
ekstermitas bawah akibat kecelakaan memiliki pravalensi yang paling
tinggi di antara fraktur yang lainnya sekitar 46,2%. Dari 45,987 orang
dengan kasus fraktur ekstremitas bawah akibat kecelakaan, 19.629 orang
mengalami fraktur pada tulang femur (Depkes RI, 2011).
Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab kematian nomor 8 dan
merupakan penyebab kematian teratas pada penduduk usia 15-29 tahun di
dunia dan jika tidak di tangani dengan serius kemungkinan pada tahun
2030 kecelakaan lalu lintas akan meningkat menjadi penyebab kematian
kelima di dunia. Setiap tahun terdapat 1,24 juta orang yang meninggal di
sebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, sedangkan 20-50 juta orang lainnya
mengalami disabilitas akibat kecelakaan lalu lintas. Bali tergolong sebagai
daerah dengan lalu lintas yang padat memiliki angka kecelakaan lalu
lintas yang cukup tinggi.Tercatat dari tahun 2009-2011 mengalami
peningkatan. Ditahun 2009 sebesar 1793 kejadian, tahun 2010 sebanyak
2441, dan di tahun 2011 sebanyak 3003 kejadian. Pada tahun 2012 angka
kejadian kecelakaan lalu lintas mengalami penurunan menjadi 2730
kejadian, dimana 5094 berakibat meninggal dunia, 1299 mengalami luka
berat, dan 2919 mengalami lukaringan.
Kasus fraktur femur merupakan yang paling sering yaitu sebesar
(39%) di ikuti fraktur humerus (15%), fraktur tibia dan fibula (11%),
dimana penyebab terbesar fraktur femur adalah kecelakaan lalu lintas
yang biasanya disebabkan oleh kecelakaan mobil, motor atau kendaraan
rekreasi (62,6%) dan jatuh dari ketinggian (37,3%) dan mayoritas adalah
pria (63,8%). Insiden fraktur femur pada wanita adalah fraktur banyak
kedua(17,0 per 10.000 orang per tahun) dan nomor tujuh pada pria(5,3per
orang per tahun). Puncak distribusi usia pada fraktur femur adalah pada
usia dewasa (15-34 tahun) dan orang tua (di atas 70 tahun).
Berdasarkan tingginya prevalensi angka terjadinya kecelakaan
berhubungan dengan fraktur femur maka perawat perlu melakukan asuhan
keperawataan pada klien dengan kasus fraktur femur. Tujuan
pendokumentasian asuhan keperawatan adalah suatu catatan yang memuat
2
seluruh data yang di butuhkan untuk menentukan diagnosis keperawatan,
perencanaan keperawatan, tindakan keperawatan, dan penilaian
keperawatan yang di susun secara sistematis, valit, dan dapat
dipertanggung jawabkan secara moral dan hukum (Ali, 2009).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
3
BAB II
A. Pengertian
Fraktur adalah kondisi tulang yang patah atau terputus
sambungannya akibat tekanan berat.Tulang merupakan bagian tubuh yang
keras, namun jika diberi gaya tekanan yang lebih besar daripada yang
dapat diabsorpsi, mqka bisa terjadi fraktur. Gaya tekan berlebihan yang
dimaksud antara lain seperti pukulan keras, gerakan memuntir atau
meremuk yang terjadi mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem.
( Brunner & Suddarth,2002).
Fraktur adalah rusaknya kontinuitas dari struktur tulang, tulang
rawan dan lempeng pertumbuhan yang disebabkan oleh trauma dan non
trauma.Tidak hanya keretakan atau terpisahnya korteks, kejadian fraktur
lebih sering mengakibatkan kerusakan yang komplit dan fragmen tulang
terpisah.Tulang relative rapuh, namun memiliki kekuatan dan kelenturan
untuk menahan tekanan. Fraktur dapat diakibatkan oleh cedera, stress yang
berulang, kelemahan tulang yang abnormal atau disebut juga fraktur
patologis (Solomon et al.,2010).
B. Etiologi
Fraktur disebabkan oleh sejumlah hal, yaitu trauma (kekerasan
langsung dan kekerasan tidak langsung), stress tulang, serta tulang yang
lemah secara abnormal (Asikin, 2017).Etiologi fraktur berdasarkan pada
penyebabnya:
1) Trauma yang di sebabkan kekerasan langsung dan kekerasan tidak
langsung. Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik
terjadinya kekerasan, fraktur demikian sering kali bersifat fraktur
terbuka dengan garis patah melintang. Sedangkan kekerasan tidak
langsung menyebabkan patah tulang di tempat yang jauh dari tempat
4
terjadinya kekerasan, bagian yang patah biasanya bagian yang paling
lemah dalam dan jalur hantaman vector kekerasan.
2) Stres berulang
3) Tulang yang lemah secara aabnormal.
Gejala Klinis
5
1. Aktivitas / istirahat
Pasien memperlihatkan keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang
cedera.Kemungkinan terjadi sebagai akibat langsung dari fraktur atau
akibat sekunder pembengkakan jaringan dan nyeri.
2. Sirkulasi
Pasien menunjukkan gejala/tanda:
a. Peningkatan tekanan darah, mungkin terjadi akibat respons
terhadap nyeri atau kecemasan. Sebaliknya penurunan tekanan
darah mungkin terjadi bila terjadi perdarahan.
b. Takikardia
c. Penurunan atau hilang denyut nadi pada bagian distal area cedera,
pengisian kapiler lambat, pucat pada area fraktur.
d. Hematoma area fraktur.
3. Neurosensori
Pasien menunjukkan gejala dan tanda:
a. Hilang gerakan atau sensasi
b. Parestesia (kesemutan), deformitas lokal, angulasi abnormal,
pemendekan, rotasi,krepitasi, spasme otot, kelemahan atau
kehilangan fungsi.
c. Keterbatasan atau kehilangan fungsi pada bagian yang cedera
sebagai akibat langsung dari fraktur atau pembengkakan jaringan
dan nyeri.
d. Agitasi, mungkin berhubungan dengan nyeri, kecemasan atau
trauma lain.
4. Rasa tidak nyaman
Pasien menunjukkan gejala/tanda:
a. Nyeri hebat tiba-tiba pada saat cedera, mungkin terlokalisasi pada
area fraktur, berkurang pada imobilisasi.
b. Spasme/kram otot setelah imobilisasi.
c. Pembengkakan lokal yang dapat meningkatkan berharap atau tiba-
tiba
6
Tanda dan gejala fraktur (Askin, 2017)
Deformitas
Pergerakan Bengkak/
abnormal edema
Ekomosis
Krepitasi
Tanda dan gejala (memar)
fraktur
Kurang/hilang Spasme
sensasi otot
Nyeri
D. Klasifikasi / Stadium
Klasifikasi penyebab
1. Fraktur traumatic
Disebabkan oleh trauma yang tiba-tiba mengenai tulang dengan kekuatan
yang besar.Tulang tidak mampu menahan trauma tersebut sehingga terjadi
fraktur.
2. Fraktur patologis
Disebabkan oleh kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan patologis
didalam tulang. Fraktur patologis terjadi pada daerah-daerah tulang yang
telah menjadi lemah karena tumor atau proses patologis lainnya.Tulang
sering kali menunjukkan penurunan densitas. Penyebab yang paling sering
dari fraktur-fraktur semacam ini adalah tumor, baik primer maupun
metasis.
3. Fraktur stress
Disebabkan oleh trauma yang terus- menerus pada suatu tempat tertentu.
7
Klasifikasi Jenis Fraktur:
a. Fraktur terbuka
b. Fraktur tertutup
c. Fraktur kompresi
d. Fraktur stress
e. Fraktur avulasi
f. Greenstick Fracture (fraktur lentur atau salah satu tulangpatah
sedangkan sisi lainnya membengkok)
g. Fraktur transversal
h. Fraktur kominutif (tulang pecah menjadi beberapa fragmen)
i. Fraktur impaksi (sebagian fragmen tulang masuk kedalam tulang
lainnya).
Klasifikasi Klinis
Manifestasi dari kelainan akibat trauma pada tulang bervariasi. Klinis yang
didapatkan akan memberikan gambaran pada kelainan tulang. Secara umum
keadaan patah tulang secara klinis dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
8
Klasifikasi fraktur berdasarkan penialian radiologis yaitu penilaian
lokalisasi /letak fraktur, meliputi:
Diafisial,metafisial,intraartikular, dan fraktur dislokasi.
E. Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh, namun cukup memiliki kekuatan dan gaya
pegas untuk menahan tekanan. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan
pembuluh darah, serta saraf dalam korteks, sumsum tulang, dan jaringan
lunak yang membungkus tulang menjadi rusak. Akibatnya, terjadilah
perdarahan dan membentuk hematoma di rongga medula tulang, jaringan
tulang akan langsung berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan
yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respn inflamasi yang
di tandai dengan fasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, serta infiltrasi
sek darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses
penyembuhan tulang nantinya (Askin, 2017).
Patofisiologi fraktur dapat dilihat di bawah ini:
Fraktur
pendarahan
9
F. Penatalaksanaan: Medik dan Prinsip Perawatan
1. Penatalaksanaan medis
a) Diagnosis dan Penilaian fraktur (Istianah, 2018)
Anamesis, pemeriksaan klinis dan radiologi dilakukan
untuk mengetahui dan menilai keadaan fraktur. Pada awal
pengobatan perlu diperhatikan: lokasi fraktur, bentuk fraktur,
menentukan teknik yang sesuai untuk pengobatan komplikasi yang
mungkin terjadi selama pengobatan.
b) Reduksi
Tujuan dari reduksi adalah untuk mengembalikan panjang
dan kesejajaran garis tulang yang dapat dicapai dengan reduksi
tertutup atau reduksi terbuka.Reduksi tertutup dilakukan dengan
traksi manual atau mekanis untuk menarik fraktur kemudian
memanipulasi untuk mengembalikan kesejajaran garis normal.Jika
reduksi tertutup gagal atau kurang memuaskan, maka bisa
dilakukan reduksi terbuka.
Reduksi terbuka dilakukan dengan menggunakan alat
fiksasi internal untuk mempertahankan posisi sampai
penyembuhan tulang menjadi solit. Alat fiksasi internal tersebut
antara lain pen, kawat, skrub, dan plat. Alat-alat tersebut
dimasukkan kedalam fraktur melalui pembedahan open reduction
internal vicsation (ORIF). Pembedahan terbuka ini akan
mengimobilisasikan fraktur hingga bagian tulang yang patah dapat
tersambung kembali.
c) Retensi
Imobilisasi fraktur bertujuan untuk mencegah pergeseran
fragmen dan mencegah pergerakan yang mengancam penyatuan.
Pemasangan plat atau traksi dimaksudkan untuk mempertahankan
reduksi ekstremitas yang mengalami fraktur.
d) Rehabilitasi
e) Mengembalikan aktivitas fungsional seoptimal mungkin.
10
2. Penatalaksanaan prinsip keperawatan
a) Mengurangi rasa nyeri, Trauma pada jaringan disekitar fraktur
menimbulkan rasa nyeri yang hebat bahkan sampai menimbulkan
syok. Untuk mengurangi nyeri dapat diberi obat penghilang rasa
nyeri, serta dengan teknik imobilisasi, yaitu pemasangan
bidai/spalk, maupun memasang gips.
b) Mempertahankan posisi yang ideal dari fraktur. Seperti
pemasangan traksi kontinyu, fiksasi eksternal, fiksasi internal,
sedangkan bidai maupun gips hanya dapat digunakan untuk fiksasi
yang bersifat sementara saja.
c) Membuat tulang kembali menyatu tulang yang fraktur akan mulai
menyatu dalam waktu 4 minggu dan akan menyatu dengan
sempurna dalam waktu 6 bulan.
d) Mengembalikan fungsi seperti semula imobolisasi dalam jangka
waktu yang lama dapat menyebabkan atrofi otot dan kekakuan
dalam sendi. Maka untuk mencegah hal tersebut diperlakukan
upaya mobilisasi (Istianah, 2018).
11
BAB III
DOKUMENTASI KEPERAWATAN
SMRS klien makan 3×/hari 1 piring sedang nasi, sayur, lauk, tidak ada
pantangan. Minum 5-6×/hari ≥800-1000cc air putih, terkadang teh manis,
tidak ada pantangan. Dan selama di rumah sakit makan 3×/hari 1 piring
12
sedang, bubur, sayur, lauk.Minum kurang lebih 500-800 cc air putih.
Makan dan minuman favorit klien adalah bakso dan teh manis. Klien
makan dan minum dibantu. BAK 5-6×/hari, kuning jernih,khas urin,
kurang lebih 200cc dan BAK sejak dirawat 2 kali sehari, kuning jernih,
khas urin, kurang lebih 50cc. BAB klien SMRS 1×/hari warna kuning, bau
khas BAB, lembek, sejak dirawat klien belum pernah BAB. Klien BAB
dan BAK dibantu oleh alat dan keluarga.Tidur siang ≥1 jam (pukul 13.00-
14.00 WIB) nyenyak tidur malam ≥8 jam (pukul 21.00-05.00 WIB)
nyenyak, Selama di RS klien tidur tidak tentu dan tidak nyenyak.Klien
mengeluh tidak dapat tidur karena nyeri pada luka operasi.
Nervus II(optic): kedua mata dapat membaca pada jarak kurang lebih15
cm
13
Nervus V(Trigeminus) : klien dapat merasakan usapan kapas di pipi.
Tidak ada edema pada ekstremitas maupun pada palpebra dan wajah,
tidak ada sianosis pada bibir dan ujung kuku, capilari refill time (CRT)
kurang dari 3 detik, tidak ada peningkatan JVP.Pada saat auskultasi bunyi
jantung murni regular, perkusi jantung pekak. Bentu bibir simetris,
mukosa bibir tampak lembab, warna bibir merah muda, terdapat bau
mulut, gigi tampak kotor, lidah tampak bersih tidak ada stomatis, tidak ada
pembesaran tonsil, bentuk abdomen datar, perut tidak kembung, bising
usus 8x permenit, tidak ada nyeri tekan pada epigastrium, terdapat nyeri
tekan pada daerah fremur dekstra.
Blass terasa kosong, tidak ada nyeri tekan pada kandung kemih, tidak
ada nyeri pada ginjal kiri dan kanan, tidak ada pembesaran pada ginjal
kanan dan kiri.Kesadaran compas mentis, nilai GCS 15, klien tidak
meengalami gangguan orientas waktu, tempat dan orang.Klien tampak
meringis saat merasa sakit, klien dapat merasakan sentuhan tangan.
14
lengkap, ROM pasif.Tidak ada pembesaran tiroid, klien dapat bertoleransi
terhadap panas dan dingin, tidak ada tremor pada tangan, tidak ada
kram.Emosi klien terganggu, klien tampak gelisah.Klien mengatakan
menyukai semua bagian tubuhnya dan tidak ada salah satu bagian tubuh
yang klien tidak sukai.
Klien mengatakan dirinya seorang ibu rumah tangga yang sedang sakit
dan telah mengalami kecelakaan motor. Klien mengakan bahwa dirinya
seorang ibu rumah tangga dan ibu dari 2 anaknya dan harus mengurus
suami dan suaminya.Klien mengatakan tidak merasa malu dengan
keadaannya sekarang.Klien mengatakan ingin segera sembuh dan ingin
cepat pulang kembaki ke rumah dan berkumpul dengan keluarga.
15
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari laporan pendahuluan diatas dapat disimpulkan bahwa
kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab kematian kedelapan
didunia.Kecelakaan lalu lintas banyak menyebabkan korban meninggal
dan luka seperti fraktur.Fraktur merupakan istilah dari hilangnya
kontinuitas tulang, tulang rawan, baik yang bersifat total maupun yang
sebagian. Secara ringkas dan umum, fraktur adalah patah tulang yang di
sebabkan oleh trauma dan tenaga fisik. Kekuatan dan sudut tenanga fisik,
keadaan tulang itu sendiri, serta jaringan lunak di sekitar tulang akan
menentukan apakah fraktur yang terjadi lengkap atau tidak lengkap.
B. Saran
1. Bagi pembaca: agar dapat memahami tentang gejala, penyebab, dan
penanganan fraktur sehingga kita lebih berhati-hati dalam bekerja
ataupun melakukan aktifitas sehari-hari.
2. Bagi klien dan keluarga: sebaiknya klien dibantu keluarga dalam
melakukan mobilisasi secara dini sehingga akan meningkatkan
kemandirian klien dalam melakukan aktifitas pasca operasi sampai
proses penyembuhandan mengkonsumsi nutrisi tinggi protein untuk
mempercepat penyembuhan luka pada fraktur.
16
DAFTAR PUSTAKA
Penerbit Erlangga
medika
medika
17