Studi Kasus
Tn. X, berusia berusia 44 tahun, pekerjaan TNI, Alamat Palangka Raya datang ke datang
ke IGD sakit diantar istri beserta keluarganya dengan keluhan penurunan kesadaran dan
kelemahan tubuh sebelah kanan. Pada saat dikaji klien mengeluh kaki dan tangan kanan
mengalami kelemahan untuk bergerak dan bicara pelo.
Riwayat kesehatan dahulu : klien mengatakan 3 bulan lalu pernah menjalani rawat inap di
rumah sakit yang sama dengan diagnosa hipertensi. Klien mengatakan memiliki hipertensi
sejak tahun 2017.
Riwayat kesehatan keluarga : Menurut klien, kedua orang tua klien menderita hipertensi
Pemeriksaan fisik :
Pada saat dikaji kesadaran klien compos mentis, bicara agak pelo, TB = 168 cm, BB=70 kg,
Tekanan darah = 200/100 mmHg, Nadi = 60 x/menit, suhu = 36,8°C, RR= 24 x/menit,
suara napas vesikuler, S1 & S2 teratur, reflex pupil positif, Pemeriksaan saraf kranialis :
wajah perot, kesulitan mengunyah & menelan, kesulitan berbicara,/bicara pelo, kesulitan
menggerakan bahu kanan
2222 5555
Sensorik : Hemihipestesia dekstra
Refleks Fisiologis : triceps, biceps, radius dan patella ++/++
Refleks Patologis : babinski +/-
Pemeriksaan penunjang:
a. Hasil Laboratorium
No Jenis Hasil
Pemeriksaan (Satuan) Satua Nilai Rujukan
n
1 Glukosa 89 Mg/dL 70-115
.
2 Glukosa 2jam PP 100 Mg/dL 70-140
.
3 Leukosit 7,5 K/uL 3,6-11,0
.
b. Hasil CT Scan
Dx Klinis : CVA
Kesan :
- ICH (intracerebral hemmorrhage) putamen sinistra (Slice 6-9, ukuran L.K 2,1
X 3,8 cm, Hu 64,88)
- Tak tampak laterasi
- Penyempitan ventrikel lateralis dan cornu enterior-posterior sinistra
- Tak tampak oedem cerebri
- Suspect hematosinus sphenoidalis sinistra, DD : sinusitis
- Lain-lain tak tampak kelainan
c. Terapi pengobatan
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih dan
tekanan diastolic 120 mmHg (Sharon, L.Rogen, 1996).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHG dan tekanan
darah diastolic lebih dari 90 mmHG (Luckman Sorensen,1996).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik 140
mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolic 90 mmHg ataulebih. (Barbara Hearrison 1997)
Berdasarkan definisi di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa hipertensi adalah suatu
keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih atau
tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih.
1. Anatomi
1. Jantung
Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak didalam dada, batas kanannya terdapat
pada sternum kanan dan apeksnya pada ruang intercostalis kelima kiri pada linea
midclavicular.
Hubungan jantung adalah:
Atas- : pembuluh darah besar
Bawah- : diafragma
Setiap sisi : paru-
Belakang : aorta desendens, oesophagus, columna vertebralis
1. Arteri
Adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada jaringan dan organ. Arteri terdiri dari
lapisan dalam: lapisan yang licin, lapisan tengah jaringan elastin/otot: aorta dan cabang-
cabangnya besar memiliki laposan tengah yang terdiri dari jaringan elastin (untuk
menghantarkan darah untuk organ), arteri yang lebih kecil memiliki lapisan tengah otot
(mengatur jumlah darah yang disampaikan pada suatu organ).
Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara:
Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap
detiknya
Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat
mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu
darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit
daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia
lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis.
Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi
“vasokonstriksi”, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut
karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.
Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah.
Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang
sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat,
sehingga tekanan darah juga meningkat.
Sebaliknya, jika:
Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air,
yang akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan
darah ke normal.
Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air,
sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke normal.
Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang
disebut renin, yang memicu pembentukan hormonangiotensin, yang selanjutnya akan
memicu pelepasan hormon aldosteron.
Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah; karena itu berbagai
penyakit dan kelainan pda ginjal bisa menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi.
Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa
menyebabkan hipertensi.
Peradangan dan cedera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya
tekanan darah.
2. Arteriol
Adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos yang relatif tebal.Otot dinding arteriol
dapat berkontraksi.Kontraksi menyebabkan kontriksi diameter pembuluh darah.Bila kontriksi
bersifat lokal, suplai darah pada jaringan/organ berkurang. Bila terdapat kontriksi umum,
tekanan darah akan meningkat
Pembuluh darah utama adalah pembuluh berdinding tipis yang berjalan langsung dari arteriol
ke venul.Kapiler adalah jaringan pembuluh darah kecil yang membuka pembuluh darah
utama.
4. Sinusoid
Terdapat limpa, hepar, sumsum tulang dan kelenjar endokrin.Sinusoid tiga sampai empat kali
lebih besar dari pada kapiler dan sebagian dilapisi dengan sel sistem retikulo-endotelial. Pada
tempat adanya sinusoid, darah mengalami kontak langsung dengan sel-sel dan pertukaran
tidak terjadi melalui ruang jaringan
Venul adalah vena kecil yang dibentuk gabungan kapiler.Vena dibentuk oleh gabungan
venul. Vena memiliki tiga dinding yang tidak berbatasan secara sempurna satu sama lain.
2. Fisiologi
Jantung mempunyai fungsi sebagai pemompa darah yang mengandung oksigen dalam sistem
arteri, yang dibawa ke sel dan seluruh tubuh untuk mengumpulkan darah deoksigenasi (darah
yang kadar oksigennya kurang) dari sistem vena yang dikirim ke dalam paru-paru untuk
reoksigenasi (Black, 1997)
Selain itu manifestasi klinik pada penderita hipertensi adalah sebagia berikut:
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena
terjadi pembengkakan otak.Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan
penanganan segera.
D. Etiologi
Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.Hipertensi terjadi sebagai
respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer.
Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterisklerosis pada orang tua serta pelabaran pembuluh
darah
Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder.Pada sekitar 5-10% penderita
hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal.Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah
kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).
Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar
adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau norepinefrin (noradrenalin).
Kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga), stres, alkohol atau
garam dalam makanan; bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki
kepekaan yang diturunkan. Stres cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk
sementara waktu, jika stres telah berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal.
1. Penyakit Ginjal
o Stenosis arteri renalis
o Pielonefritis
o Glomerulonefritis
o Tumor-tumor ginjal
o Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)
o Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
o Terapi penyinaran yang mengenai ginjal
2. Kelainan Hormonal
o Hiperaldosteronisme
o Sindroma Cushing
o Feokromositoma
3. Obat-obatan
o Pil KB
o Kortikosteroid
o Siklosporin
o Eritropoietin
o Kokain
o Penyalahgunaan alkohol
o Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)
4. Penyebab Lainnya
o Koartasio aorta
o Preeklamsi pada kehamilan
o Porfiria intermiten akut
o Keracunan timbal akut.
E. Patofisiologi
Usia, jenis kelmin, RAS, riwayat TIA dan stroke, penyakit jantung koroner, fibrilasi
atrium, heterozygote atau homozygote untuk homositinuria.
1. Pemeriksaan Laborat
1. i. Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari
sel-sel terhadap volume cairan(viskositas) dan dapat mengindikasikan
factor resiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia.
2. ii. BUN / kreatinin : memberikan informasi
tentang perfusi / fungsi ginjal.
3. iii. Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah
pencetus hipertensi) dapatdiakibatkan oleh pengeluaran kadar
ketokolamin.
4. iv. Urinalisa : darah, protein, glukosa,
mengisaratkan disfungsi ginjal danada DM.
5. CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
6. EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
7. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu
ginjal,perbaikan ginjal.
8. Photo dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area
katup,pembesaran jantung.
H. Penatalaksanaan
Golongan obat – obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi sepertigolongan
diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium,golongan penghambat konversi
rennin angitensin.
Proses keperawatan adalah dimana suatu konsep diterapkan dalam praktik keperawatan. Hal
ini disebut sebagai suatu pendekatan problem solving yang memerlukan ilmu, tehnik dan
keterampilan interpersonal dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pasien baik sebagai
individu, keluarga maupun mayarakat (Nursalam, 2001). Iyer et all (1996) mengemukakan
dalam proses keperawatan terdiri dari 5 tahap yaitu: pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber, untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2001).
1) Biodata
Mencakup identitas klien, meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, alamat,
no. medrek, Dx medis, tanggal masuk, dan tanggal pengkajian.
Pada kasus hipertensi, ditemukan keluhan utama adanya pusing yang hebat.
Riwayat penyakit sekarang ditemukan pada saat pengkajian yang sedang dijabarkan dari
keluhan utama dengan menggunakan PQRST, yaitu:
P = paliative/provokatif; hal-hal yang menyebabkan bertambah/bekurannya keluhan utama.
Pada kasus hipertensi, ditemukan adanya rasa pusing.Keluhan dirasakan semakin berat bila
melakukan aktivitas yang berat.
Pada kasus hipertensi ditemukan adanya pusing yang tak tertahankan di seluruh bagian
kepala
S = savety; yaitu intensitas dari keluhan utama, apakah sampai mengganggu aktivitas
atau tidak, seperti bargantug pada derajat beratnya.
T = timing; yaitu kapan mulai muncul dan berapa lama berlangsungnya.
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara tidak
sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah
tinggi (padahal sesungguhnya tidak).Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan
dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada
penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.
Saat dikaji pasien hipertensi biasanya didapat riwayat penyakit jantung koroner, merokok,
penyalahgunaan obat, tingkat stress yang tinggi, dan gaya hidup yang kurang beraktivitas.
Riwayat penyakit kronis/generative keluarga yang ada hubungannya dengan adanya penyakit
jantung, stroke, dan lain-lain.
Pada aspek psikologis, ditemukan adanya tingkat stress yang tinggi pada klien, emosi yang
labil.
Pada aspek social tidak ditemukan hubungan ketergantungan karena klien masih bisa
melakukan aktifitasnya namun agak sedikit terganggu.
Kaji tingkat kesadaran ( GCS ) kehilangan sensasi, susunan saraf dikaji (Nevrus I-
XII )gangguan penlihatan, gangguan ingatan
Mengkaji tanda-tanda vital
Kesadaran bisa compos mentis sampai mengalami penurunan keadaran kehilangan sensasi,
susunan saraf dikaji (I-XII) gangguan penglihatan, gangguan ingatan, tonus otot menurun dan
kehilangan reflek tonus, BB biasanya mengalami penurunan, tanda-tanda vital biasanya
melebihi batas normal.
Respon membuka:
Spontan 4
Berdasarkan perintah verbal 3
Berdasarka rangsangan nyeri 2
Tidak member respon 1
Respon motorik:
Menurut perintah 6
Melikalisir rangsangan nyeri 5
Menarik/berlawanan rangsangan nyeri 4
Fleksi abnormal (terhadap nyeri) 3
Ekstensi (terhadap nyeri) 2
Tidak member respon 1
Respon verbal:
Orientasi baik 5
Konversi kacau (bicara bingung) 4
Kata-kata kacau (tidak sesuai) 3
Bersuara inkomprehensif (suara tidak ada kata) 2
Tidak memberikan respon 1
NILAI:
12-14 : Somnolen
8-11 : Soporus
3-7 : Coma
Pada kasus hipertensi, terdapat gangguan penglihatan seperti penglihatan menurun, buta total,
kehilangan daya lihat sebagian (kebutaan monokuler), penglihatan ganda,
(diplopia)/gangguan yang lain. Ukuran reaksi pupil tidak sama, kesulitan untuk melihat
objek, warna dan wajah yang pernah dikenali dengan baik.
2. System penciuman
3. System pernafasan
Adanya batuk atau hambatan jalan nafas, suara nafas tredengar ronki ( aspirasi sekresi)
4. System kardiovaskular
Nadi, frekuensi dapat bervariasi (karena ketidakstabilan fungsi jantung atau kondisi jantung),
perubahan EKG, adanya penyakit jantung miocard infark, rematik atau penyakit jantung
vaskuler.
5. System pencernaan
6. System urinaria
7. System persarafan
Kaji kekuatan dan gangguan tonus otot, pada klien hipertensi didapat klien merasa kesulitan
untuk melakuakn aktvitas karena kelemahan, kesemuatan atau kebas.
9.System integument
– Perpirasi
DO:
– Kenaikan TD
2. DS: Peningkatan CO Intoleransi
aktivitas
– Kelemahan Peningkatan afterload
– Perubahan
keterjagaan
– Afek
– Orientasi
L. Perencanaan
1. Diagnosa Keperawatan 1. :
Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.
Tujuan : Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi, tidak terjadi iskemia
miokard.
Kriteria Hasil : Klien berpartisifasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah /
beban kerja jantung , mempertahankan TD dalam rentang individu yang
dapatditerima, memperlihatkan norma dan frekwensi jantung stabil dalam
rentangnormal pasien.
Intervensi :
o Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat.
o Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.
o Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas.
o Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler.
o Catat edema umum.
o Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas.
o Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditemapt tidur/kursi
o Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
o Lakukan tindakan yang nyaman seperti pijatan punggung dan leher
o Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan
o Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah
o Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi
o Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi.
Diagnosa Keperawatan 2. :
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan O2.
Tujuan : Aktivitas pasien terpenuhi.
Kriteria Hasil :Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan /
diperlukan,melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.
Intervensi :
Diagnosa Keperawatan 3. :
Gangguan rasa nyaman : nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskuler serebral
Tujuan : Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat.
Kriteria Hasil : Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala dan tampak nyaman.
Intervensi :
M. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan dari aapa yang sudah direncanakan dari setiap diagnose
yang muncul.
N. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan, proses yang continue yang penting
untuk menjamin kualitas dan ketetapan perawatan yang diberikan dan dilakukan dengan
meninjau respon pasien untuk menentukan keaktifan rencana perawatan dan memenuhi
kebutuhan pasien.
BAB II
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Nama : Tn. X
Umur : 44 tahun
Agama : islam
Pekerjaan : TNI
Nama : -
Umur : -
Jenis kelamin : -
Agama : -
Alamat : -
c. Keluhan utama
-
klien menagatakan 3 bulan lalu pernah menjalani rawat inap dirumah sakit yang sama
dengan diagnosa hipertensi. Klien mengatakan memiliki hipertensi sejak tahun 2017
keluarga klien mengatakan klien mudah panic dan gelisah jika mendengar sesuatu yang
mengejutkan dan setelah itu tekanan darahnya akan naik.
Hubungan klien dengan keluarga sangat baik, terbukti anaknya bergantian menjaganya
selama di Rumah Sakit. Hubungan klien dengan lingkungan juga sangat baik, terbukti banyak
yang menjenguknya,
Klien dan keluarga beragama islam menurut keluarga selama sehatnya klien rajin beribadah,
begitu juga selama dirawat di rumah sakit.
Nilai GCS : 15
Respon membuka : 4
Respon motorik : 6
Repon verbal : 5
Inspeksi : bentuk mata dan bola mata simetris, reflek pupil klien baik, saat ada
rangsangan cahaya miosis, konjungtiva tak anemis, sclera tidak ikterik, gerakan bola mata
baik.
Palpasi : tidak terdapat lesi atau oedema, tidak dirasakan nyeri tekan.
Bentuk dan letak simetris, tidak ada serumen, fungsi pendengaran cukup baik karena klien
mampu mengerjakan apa saja yang diperintahkan.
Bentuk dan letak simetris, klien di tes dengan mengguanakan alcohol dan kopi disertai
dengan tulisan alcohol dan kopi, klien dapat menunjuk dengan tepat bau yang dirasakan.
Keadaan lidah sedikit kotor, klien dites dengan menggunakan garam dan gula disertai tulisan
garam dan gula, klien dapat menunjuk dengan tepat apa yang dirasakan.
Gastisitas/turgor kulit baik walaupun saat di tarik kulit klien kembali ke semuala +/- 3-5 detik
karena proses penuaan, tidak ada lesi, warna kulit putih,tidak ada masa, tampilan umum kulit
bersih, kulit kepala bersih, distribusi rambut merata.
Bentuk mulut simetris, gigi tidak utuh beberapa sudah tanggal, jumlah gigi sudah tanggal,
jumlah gigi susu dan gigi taring 4, geraham premolar 2, gerakan motor 12, jumlah gigi 26,
mukosa bibir kering, reflek menelan ada, auskultasi pada bising usus 10x/menit.
Tachicardi, cyanotic negative pada akral bibir klien, tidak terdapat peningakatan vena
juularis, tidak ada bunyi tambahan.
Eliminasi urine tidak sering, ketok CVA tidak dirasaka nyeri, tidak ada nyeri pada aderah
supra pubis, blas tidak teraba keras dan saat di palpasi tidak terasa nyeri.
N3 (okulomotorius) : normal (bila terkena cahaya miosis dan midriasis bila tidak
terkena cahaya)
N11 (accesorius) : kedua bahu masih mampu mengatasi tahanan dengan cukup baik.
Tidak ada kelumpuhan pada ekstermitas, kekuatan otot penuh, tidak ada nyeri dan tidak ada
luka.
C. Kebiasaan sehari-hari
ADL(Activity Daily
No. Sebelum Masuk RS Di RS
Living)
1. Nutrisi 3x/hari Kalori
1. Minum
– Frekuensi
– Jumlah
2. Eliminasi 1-2 x/hari 1 x/hari
– Warna
1. Mandi Ya Ya
1. Pemeliharaan sendiri –
Rambut
– Frekuensi
– Penggunaan
shampoo
1. Pemeliharaan
Kuku
– Frekuensi
Clorotiazid 2×1
Ctm 3×1
Pct 3×1
B1 3×1
3. DS: Peningkatan tekanan vaskular Gangguan pola
serebral istirahat
– Keluarga klien
mengatakan klien tidak Saraf simpatis
tidur semalaman dan
terus merasakan sakit Tidak mampu mengatasi nyeri
kepala nya.
Gangguan pola istirahat
DO:
insomnia
– TD: 170/100
mmHg
G. Perencanaan
–
Keluarga
klien
mengatakan
sakit kepala
yang
dirasakna
klien
berkurang
1. Membantu
untuk
menurunkan
rangsangan
simpatis;
meningkatkan
relaksasi.
1. Menurunkan
stresss dan
1. Pertahankan pembatasan ketegangan
aktivitas, spt. Istirahat di yang
tempat tidur/kursi; jadwal mempengaruhi
periode istirahat tanpa tekanan darah
gangguan; bantu klien dan perjalanan
melakukan aktivitas penyakit
perawatan diri sesuai hipertensi
kebutuhan.
1. Lakukan tindakan- tindakan
yang nyaman seperti pijatan
punggung dan leher,
meninggikan kepla tempat
tidur
1. Kolaborasi dalam pemberian
tiazid, mis. Klorotiazid
(diuril);
hidroklorotiazi(esidrix/hidroD
IURIL)
2. Perbandingan dari tekanan
memberikan gambaran yang 1. Mengurangi
lebih lengkap tentang ketidaknyama
keterlibatan/ bidang masalah nan dan dapat
vascular menurunkan
rangsangan
simpatis.
1. Tiazid
mungkin
digunakan
sendiri atau
dicampur
dengan obat
lain untuk
menurunkan
TD pada
pasien dengan
fungsi ginjal
relative
normal.
–
Keluarga klien
mengatakan Tupan: 1. Berikan makanan sesuai 1. Memenuhi
klien merasa dengan diet yang disarankan kebutuhan
sakit perut Nutrisi 2. Menirmalkan kadar asam nutrisi klien
karena klien terpenuhu lambung sehingga dapat
tidak makan sehingga mengurangi kembung dan
apapun dan metabolism mual
hanya minum tubuh
saja sejak sakit kembali
kepala normal
dirasakan.
DO:
Tupen:
–
Peristaltik usus –
12x/menit Keluarga
klien
Terpasang mengatakan
infuse klien sudah
mau makan
kembali
sesuai diet
yang
disarankan
H. Implementasi
R = klien kooperatif
08.00 WIB III T = memberikan kompres hangat di perut
klien
I T = melakukan pijitan di punggung dan
leher klien
R = klien kooperatif
13.00 WIB I T = mengaji TTV klien
R = klien kooperatif
16.00 WIB I T = menyarankan pada klien untuk
membatasi jumlah pengunjung dan
lamanya tinggal
R = klien kooperatif
18.30 WIB I T = mengkaji TTV klien
R = klien kooperatif
20.00 WIB IV T = menganjurkan keluarga untuk
membacakan ayat suci al-qur’an kepada
klien
R = keluarga kooperatif
2. Selasa, I T = mengkaji TTV klien
R = klien kooperatif
10.00 WIB I T = memberikan penyuluhan kepada klien
dan keluarga sebelum pulang
I. Evaluasi
P:–
I:–
A : masalah teratasi
P:–
I:–
A : masalah teratasi
P:–
I:–
A : masalah teratasi
P:–
I:–
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam pemabhasan makalah mengenai asuhan keperawatan pada klien Tn. X dengan
gangguan sisem kardiovaskular: hipertensi di Ruang Melati YARSI Tasikmalaya pada
tanggal 8-9 April 2011 melalui pendekatan studi kasus didapatkan kesenjangan antara teori
dan kenyataan di lapangan, pembahasan dibahas melalui langkah-langkah keperawatan
sebagai berikut:
A. Pengkajian
Pada waktu pengkajian pada kenyataannya lebih mudah melaksanakan pengkajian secara
head tu-toe daripada melakukan pengkajian per sistem. Pada saat mengakaji riwayat
kesehatan klien, peran keluarga klien lebih dominan daripada klien sendiri, perankeluarga
sangatkooperatif dalam memberikan berbagai informasi yang dibutuhka untuk menegakkan
diagnosa, disamping itu berbagai dukungan penulis dikatakan baik dari perawat ruangan,
dokter, maupun petugas kesehatan yang lainya yang bekerja di Ruang Melati.
Dari diagnose penulis didapatkan berdasarkan pengakajian adalah sebagai berikut:
Sedangkan beberapa diagnose yang ada di lapangan tetapi tidak terdapat di buku acuan
penulis antara lain:
C. Perencanaan
Patokan penulis dalam tahap perencananan adalah sesuai teori Doenges pada tahun 1999.
D. Implementasi
Setelah perencanaan penulis mengacu pada tahap implementasi.Pada tahap ini penulis
melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun
sebelumnya.
E. Evaluasi
Dari hasil diagosa didapatkan ternyata ada kesenjangan antara teori dan kenyataan di
lapangan, hal ini dapat dilihat dari perbandingan antara diagnosa teori dan diagnosa yang ada
di lapangan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam pelaksanaan asuhan keperawaan yang penulis laksanakan pada Ny, U dengan
gangguan sistem kardiovaskular : hipertensi di Ruang Melati YARSI Tasikmalaya diperoleh
kesimpulan bahwa dalam proses asuhan keperawatan dengan gangguan sistem kardiovaskular
: hipertensi dibutuhkan suatu koordinasi yang tepat serta menunjang ke arah tercapainya
tujuan. Salah satu koordinasi ini merupakan bentuk kerjasama tim antara perawat, dokter, staf
ruangan, demi peningakatan status kesehatan klien disertai dengan dukungan penuh dari
keluarga.
B. Saran
Diharapkan klien mau memotivasi dirinya sendiri untuk pola hidup yang menuju ke
arah berulangnya hipertensi, misalnya hinadri konsumsi garam berlebih, hindari
stress, jangan banyak pikiran, dan olah raga teratur. Anjurkan untuk selalu cek status
kesehatan ke tempat pelayanan kesehatan terdekat.
Diharapkan keluarga memberikan support yang positif bagi klien demi peningakat
status kesehatan klien dan diharapkan keluarga ikut waspada terhadap resiko pada
keluarga klien sendiri.
1. Untuk Siswa
Diharapkan siswa dapat lebih mempersiapkan diri baik dari segi teori, skill, amupun
mental dalam menghadapi klien agar dapat memberikan kontribusi yang maksimal
bagi peningkatan status kesehatan klien.
Memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif bagi klien dengan melihat aspek
bio-psiko-sosio-spiritual
BAB V
DAFTAR PUSTAKA