Anda di halaman 1dari 36

1.

Pada tahap ini, anda diminta untuk mengidentikasi data-data yang


bermasalah yang ditemukan pada klien
2. Data yang bermasalah dijelaskan kenapa terjadi berdasarkan referensi
/sumber pustaka (daftar pustaka dicantumkan)
3. Batas pengumpulan tugas ini adalah tanggal 1 Juli 2020

Studi Kasus
Tn. X, berusia berusia 44 tahun, pekerjaan TNI, Alamat Palangka Raya datang ke  datang
ke  IGD sakit diantar istri beserta keluarganya dengan keluhan penurunan kesadaran dan
kelemahan tubuh sebelah kanan. Pada saat dikaji klien mengeluh  kaki dan tangan kanan
mengalami kelemahan untuk bergerak dan bicara pelo.

Riwayat kesehatan dahulu : klien mengatakan 3 bulan lalu  pernah menjalani rawat inap di
rumah sakit yang sama dengan diagnosa hipertensi. Klien mengatakan memiliki  hipertensi
sejak tahun 2017.

Riwayat kesehatan keluarga : Menurut klien, kedua orang tua klien menderita hipertensi

Pemeriksaan fisik :
Pada saat dikaji kesadaran klien compos mentis, bicara agak pelo, TB = 168 cm, BB=70 kg,
Tekanan darah = 200/100 mmHg, Nadi    = 60 x/menit,  suhu = 36,8°C, RR= 24 x/menit,
suara napas vesikuler, S1 & S2 teratur, reflex pupil positif, Pemeriksaan saraf kranialis :
wajah perot, kesulitan mengunyah & menelan, kesulitan berbicara,/bicara pelo, kesulitan
menggerakan bahu kanan

 Motorik : Kekuatan otot :   2222       5555

                                                 2222       5555
 Sensorik : Hemihipestesia dekstra
 Refleks Fisiologis : triceps, biceps, radius dan patella ++/++
 Refleks Patologis : babinski +/-

Pemeriksaan penunjang:
a. Hasil Laboratorium

No Jenis Hasil
Pemeriksaan (Satuan) Satua Nilai Rujukan
n
1 Glukosa 89 Mg/dL 70-115
.
2 Glukosa 2jam PP 100 Mg/dL 70-140
.
3 Leukosit 7,5 K/uL 3,6-11,0
.
b. Hasil CT Scan 
         Dx Klinis : CVA    
         Kesan :
-    ICH (intracerebral hemmorrhage) putamen sinistra (Slice 6-9, ukuran L.K 2,1
X 3,8 cm, Hu 64,88)
-    Tak tampak laterasi
-    Penyempitan ventrikel lateralis dan cornu enterior-posterior sinistra
-    Tak tampak oedem cerebri
-    Suspect hematosinus sphenoidalis sinistra, DD : sinusitis
-    Lain-lain tak tampak kelainan

c.   Terapi pengobatan

Hari/Tangga Obat Dosis dan Rute


l satuan
Cairan infus Asering 20 tpm IV
Manitol 6 x 100 IV
Neorages 3X1 Oral
Amlodipin 1 x 10 mg Oral
Ranitidin 50 mg/12j IV
Ondansetron 4 mg/12 jam IV
Piracetam 3g/12 jam IV
BAB I

TINJAUAN TEORITIS

A.    Definisi

Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih dan
tekanan diastolic 120 mmHg (Sharon, L.Rogen, 1996).

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHG dan tekanan
darah diastolic lebih dari 90 mmHG (Luckman Sorensen,1996).

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik 140
mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolic 90 mmHg ataulebih. (Barbara Hearrison 1997)

Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104 mmHg,


hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat
bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan
tekanan diastolic karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik ( Smith Tom, 1995 ).

Berdasarkan definisi di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa hipertensi adalah suatu
keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg  atau lebih atau
tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih.

B.     Anatomi dan Fisiologi hipertensi

1.      Anatomi

1. Jantung

Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak didalam dada, batas kanannya terdapat
pada sternum kanan dan apeksnya pada ruang intercostalis kelima kiri pada linea
midclavicular.
Hubungan jantung adalah:
Atas- : pembuluh darah besar
Bawah- : diafragma
Setiap sisi : paru-
Belakang : aorta desendens, oesophagus, columna vertebralis

1. Arteri

Adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada jaringan dan organ. Arteri terdiri dari
lapisan dalam: lapisan yang licin, lapisan tengah jaringan elastin/otot: aorta dan cabang-
cabangnya besar memiliki laposan tengah yang terdiri dari jaringan elastin (untuk
menghantarkan darah untuk organ), arteri yang lebih kecil memiliki lapisan tengah otot
(mengatur jumlah darah yang disampaikan pada suatu organ).

Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara:
 Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap
detiknya
 Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat
mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu
darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit
daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia
lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis.
Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi
“vasokonstriksi”, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut
karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.
 Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah.
Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang
sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat,
sehingga tekanan darah juga meningkat.

Sebaliknya, jika:

 Aktivitas memompa jantung berkurang


 Arteri mengalami pelebaran
 Banyak cairan keluar dari sirkulasi

Maka tekanan darah akan menurun atau menjadi lebih kecil.


Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan di dalam fungsi
ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh
secara otomatis).

Perubahan fungsi ginjal

Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara:

 Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air,
yang akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan
darah ke normal.
 Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air,
sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke normal.
 Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang
disebut renin, yang memicu pembentukan hormonangiotensin, yang selanjutnya akan
memicu pelepasan hormon aldosteron.

Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah; karena itu berbagai
penyakit dan kelainan pda ginjal bisa menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi.

Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa
menyebabkan hipertensi.

Peradangan dan cedera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya
tekanan darah.
2. Arteriol

Adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos yang relatif tebal.Otot dinding arteriol
dapat berkontraksi.Kontraksi menyebabkan kontriksi diameter pembuluh darah.Bila kontriksi
bersifat lokal, suplai darah pada jaringan/organ berkurang. Bila terdapat kontriksi umum,
tekanan darah akan meningkat

3. Pembuluh darah utama dan kapiler

Pembuluh darah utama adalah pembuluh berdinding tipis yang berjalan langsung dari arteriol
ke venul.Kapiler adalah jaringan pembuluh darah kecil yang membuka pembuluh darah
utama.

4. Sinusoid

Terdapat limpa, hepar, sumsum tulang dan kelenjar endokrin.Sinusoid tiga sampai empat kali
lebih besar dari pada kapiler dan sebagian dilapisi dengan sel sistem retikulo-endotelial. Pada
tempat adanya sinusoid, darah mengalami kontak langsung dengan sel-sel dan pertukaran
tidak terjadi melalui ruang jaringan

5. Vena dan venul

Venul adalah vena kecil yang dibentuk gabungan kapiler.Vena dibentuk oleh gabungan
venul. Vena memiliki tiga dinding yang tidak berbatasan secara sempurna satu sama lain.

2.      Fisiologi

Jantung mempunyai fungsi sebagai pemompa darah yang mengandung oksigen dalam sistem
arteri, yang dibawa ke sel dan seluruh tubuh untuk mengumpulkan darah deoksigenasi (darah
yang kadar oksigennya kurang) dari sistem vena yang dikirim ke dalam paru-paru untuk
reoksigenasi (Black, 1997)

C.    Klasifikasi Dan Manifestasi Klinis

Klasifikasi Hipertensi hasil Konsensus Perhimpunan Hipertensi Indonesia

Kategori Systole (mmHg) Dan/atau Diastole(mmHg)


Normal <120 dan <80
Prehipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi tahap 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi tahap 2 >=160 Atau >=100
Hipertensi sistol >=140 Atau <90
terisolasi
Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala.Bila demikian,
gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak atau jantung.Gejala lain
yang sering ditemukan adalah sakit kepala, epitaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat
ditengkuk, sulit tidur, mata berkunang-kunang dan pusing.

Selain itu manifestasi klinik pada penderita hipertensi adalah sebagia berikut:

 Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg


 Sakit kepala
 Epistaksis
 Pusing / migrain
 Rasa berat ditengkuk
 Sukar tidur
 Mata berkunang kunang
 Lemah dan lelah
 Muka pucat
 Suhu tubuh rendah

Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena
terjadi pembengkakan otak.Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan
penanganan segera. 

D.    Etiologi

Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.Hipertensi terjadi sebagai
respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer.

Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:

o Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atautransport


Na.
o Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkantekanan
darah meningkat.
o Stress Lingkungan.

Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterisklerosis pada orang tua serta pelabaran pembuluh
darah

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu:

1. Hipertensi Esensial/Hipertensi Primer: yang tidak diketahui penyebabnya, disebut


juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang
mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis,
sistem renin-angiotensin, defek dalam ekskresi Na. Peningkatan Na dan Ca
intraseluler dan faktor-faktor yang meningkatkan resiko, seperti: obesitas, alkohol,
merokok serta polisitemia.
Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab; beberapa perubahan pada
jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya
tekanan darah.

Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder.Pada sekitar 5-10% penderita
hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal.Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah
kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).

Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar
adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau norepinefrin (noradrenalin).

Kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga), stres, alkohol atau
garam dalam makanan; bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki
kepekaan yang diturunkan. Stres cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk
sementara waktu, jika stres telah berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal.

2. Hipertensi Sekunder/Hipertensi Renal. Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab


spesifiknya diketahui seperti penggunaan esterogen, penyakit ginjal, hipertensi
vaskular renal. Hiperaldosteronisme primer dan sindrom cushing, feokromusitoma,
koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan lain-lain.

Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder:

1. Penyakit Ginjal
o Stenosis arteri renalis
o Pielonefritis
o Glomerulonefritis
o Tumor-tumor ginjal
o Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)
o Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
o Terapi penyinaran yang mengenai ginjal
2. Kelainan Hormonal
o Hiperaldosteronisme
o Sindroma Cushing
o Feokromositoma
3. Obat-obatan
o Pil KB
o Kortikosteroid
o Siklosporin
o Eritropoietin
o Kokain
o Penyalahgunaan alkohol
o Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)
4. Penyebab Lainnya
o Koartasio aorta
o Preeklamsi pada kehamilan
o Porfiria intermiten akut
o Keracunan timbal akut.
 

E.     Patofisiologi 

F.     Faktor Predisposisi

1. Factor yang tidak dapat diubah

 Usia, jenis kelmin, RAS, riwayat TIA dan stroke, penyakit jantung koroner, fibrilasi
atrium, heterozygote atau homozygote untuk homositinuria.

2. Factor yang dapat diubah

 Hipertensi, Dm, hiperurisemia, merokok, pnyalahgunaan alcohol dan obat,


kontrasepsi oral, Ht meningakat, bruit karotis asimtomatis dan displidemia.

G.    Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan Laborat
1.                                       i.      Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari
sel-sel terhadap volume cairan(viskositas) dan dapat mengindikasikan
factor resiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia.
2.                                     ii.      BUN / kreatinin : memberikan informasi
tentang perfusi / fungsi ginjal.
3.                                   iii.      Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah
pencetus hipertensi) dapatdiakibatkan oleh pengeluaran kadar
ketokolamin.
4.                                   iv.      Urinalisa : darah, protein, glukosa,
mengisaratkan disfungsi ginjal danada DM.
5. CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
6. EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
7. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu
ginjal,perbaikan ginjal.
8. Photo dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area
katup,pembesaran jantung.

H.    Penatalaksanaan

 Penatalaksanaan Non Farmakologis


o DietPembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat
menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam
plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
o Aktivitas
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan
denganbatasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan,
jogging,bersepeda atau berenang.
o Penatalaksanaan Farmakologis
Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
 Mempunyai efektivitas yang tinggi.
 Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
 Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
 Tidak menimbulakn intoleransi.
 Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
 Memungkinkan penggunaan jangka panjang.

Golongan obat – obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi sepertigolongan
diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium,golongan penghambat konversi
rennin angitensin.

I.       Konsep dasar asuhan keperawatan

1.      Proses keperawatan

Proses keperawatan adalah dimana suatu konsep diterapkan dalam praktik keperawatan. Hal
ini disebut sebagai suatu pendekatan problem solving yang memerlukan ilmu, tehnik dan
keterampilan interpersonal dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pasien baik sebagai
individu, keluarga maupun mayarakat (Nursalam, 2001). Iyer et all (1996) mengemukakan
dalam proses keperawatan terdiri dari 5 tahap yaitu: pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber, untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2001).

1)      Biodata

Mencakup identitas klien, meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, alamat,
no. medrek, Dx medis, tanggal masuk, dan tanggal pengkajian.

2)      Riwayat kesehatan

a)      Keluhan Utama

Pada kasus hipertensi, ditemukan keluhan utama adanya pusing yang hebat.

b)      Riwayat Kesehatan/ Penyakit Sekarang

Riwayat penyakit sekarang ditemukan pada saat pengkajian yang sedang dijabarkan dari
keluhan utama dengan menggunakan PQRST, yaitu:
P = paliative/provokatif; hal-hal yang menyebabkan bertambah/bekurannya keluhan utama.

Pada kasus hipertensi, ditemukan adanya rasa pusing.Keluhan dirasakan semakin berat bila
melakukan aktivitas yang berat.

Q      =  Quality/Quantity; tingkat keluhan utama.

R      = region; yaitu lokasi keluhan utama.

Pada kasus hipertensi ditemukan adanya pusing yang tak tertahankan di seluruh bagian
kepala

S       =  savety; yaitu intensitas dari keluhan utama, apakah sampai mengganggu aktivitas
atau tidak, seperti bargantug pada derajat beratnya.

T       = timing; yaitu kapan mulai muncul dan berapa lama berlangsungnya.

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara tidak
sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah
tinggi (padahal sesungguhnya tidak).Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan
dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada
penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.

c)      Riwayat Kesehatan Dahulu

Saat dikaji pasien hipertensi biasanya didapat riwayat penyakit jantung koroner, merokok,
penyalahgunaan obat, tingkat stress yang tinggi, dan gaya hidup yang kurang beraktivitas.

d)      Riwayat Kesehatan Keluarga

Riwayat penyakit kronis/generative keluarga yang ada hubungannya dengan adanya penyakit
jantung, stroke, dan lain-lain.

e)      Aspek psikologis

Pada aspek psikologis, ditemukan adanya tingkat stress yang tinggi pada klien, emosi yang
labil.

f)       Aspek Sosial

Pada aspek social tidak ditemukan hubungan ketergantungan karena klien masih bisa 
melakukan aktifitasnya namun agak sedikit terganggu.

g)      Aspek spiritual

Pada aspek ini, ditemukan adanya keterbatasan melakukan aktivitas keagamaan. 

2.      Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik meliputi:


1. Keadaan umum

 Kaji tingkat kesadaran ( GCS ) kehilangan sensasi, susunan saraf dikaji (Nevrus I-
XII )gangguan penlihatan, gangguan ingatan
 Mengkaji tanda-tanda vital

Kesadaran bisa compos mentis sampai mengalami penurunan keadaran kehilangan sensasi,
susunan saraf dikaji (I-XII) gangguan penglihatan, gangguan ingatan, tonus otot menurun dan
kehilangan reflek tonus, BB biasanya mengalami penurunan, tanda-tanda vital biasanya
melebihi batas normal.

Batas normal TTV menurut Hidayat, 2000 adalah sebagai berikut:

Umur Suhu Nadi Pernafasan TD


18th/lebih 37,0oC 70-75x/mnt 15-20x/mnt 120/80 mmHg
65th /lebih 36,0oC 70-75x/mnt 15-20x/mnt 140/90 mmHg

GCS (glaslow coma scale):

Respon membuka:

 Spontan                                                                 4
 Berdasarkan perintah verbal                                 3
 Berdasarka rangsangan nyeri                                2
 Tidak member respon                                            1

Respon motorik:

 Menurut perintah                                                  6
 Melikalisir rangsangan nyeri                                 5
 Menarik/berlawanan rangsangan nyeri                  4
 Fleksi abnormal (terhadap nyeri)                          3
 Ekstensi (terhadap nyeri)                                      2
 Tidak member respon                                            1

Respon verbal:

 Orientasi baik                                                        5
 Konversi kacau (bicara bingung)                          4
 Kata-kata kacau (tidak sesuai)                              3
 Bersuara inkomprehensif (suara tidak ada kata)   2
 Tidak memberikan respon                                     1

NILAI:

15        : Compos mentis

12-14   : Somnolen
8-11     : Soporus

3-7       : Coma

1. System pengindraan (penglihatan

Pada kasus hipertensi, terdapat gangguan penglihatan seperti penglihatan menurun, buta total,
kehilangan daya lihat sebagian (kebutaan monokuler), penglihatan ganda,
(diplopia)/gangguan yang lain. Ukuran reaksi pupil tidak sama, kesulitan untuk melihat
objek, warna dan wajah yang pernah dikenali dengan baik.

2. System penciuman

Terdapat gangguan pada system penciuman, terdapat hambatan jalan nafas.

3. System pernafasan

Adanya batuk atau hambatan jalan nafas, suara nafas tredengar ronki ( aspirasi sekresi)

4. System kardiovaskular

Nadi, frekuensi dapat bervariasi (karena ketidakstabilan fungsi jantung atau kondisi jantung),
perubahan EKG, adanya penyakit jantung miocard infark, rematik atau penyakit jantung
vaskuler.

5. System pencernaan

Ketidakmampua menelan, mengunyah, tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi sendiri.

6. System urinaria

Terdapat perubahan system berkemih seperti inkontinensia.

7. System persarafan

 Nevrus 1 Olfaktori (penciuman)


 Nevrus II Optic (penglihatan)
 Nevrus III Okulomotor ( gerak ekstraokuler mata, kontriksi dilatasi pupil)
 Nevrus IV Trokhlear (gerak bola  mata ke atas ke bawah)
 Nevrus V Trigeminal (sensori kulit wajah, penggerak otot rahang)
 Nevrus VI Abdusen (gerak bola mata menyamping)
 Nevrus VII Fasial (ekspresi fasial dan pengecapan)
 Nevrus VIII Oditori (pendengaran)
 Nevrus IX Glosovaringeal (gangguan pengecapan, kemampuan menelan, gerak lidah)
 Nevrus X Vagus (sensasi faring, gerakan pita suara)
 Nevrus Asesori (gerakan kepala dan bahu)
 Nevrus XII Hipoglosal (posisi lidah)
8. System musculoskeletal

Kaji kekuatan dan gangguan tonus otot, pada klien hipertensi didapat klien merasa kesulitan
untuk melakuakn aktvitas karena kelemahan, kesemuatan atau kebas.

9.System integument

Keadaan turgor kulit, ada tidaknya lesi, oedem, distribusi rambut.

J.      Analisa data

No. Data focus Etiologi Masalah


1. DS: Medulla Peningkatan
tekanan darah
–          Riwayat Saraf simpatis
hipertensi
Ganglia simpatis
–          Ateroskelosis
Tekanan darah
–          Penyakit jantung
koroner/katup dan Kontriksi
penyakit serebrovaskular
Peningkatan tekanan darah
–          Epsodepalpitasi

–          Perpirasi

DO:

–          Kenaikan TD
2. DS: Peningkatan CO Intoleransi
aktivitas
–          Kelemahan Peningkatan afterload

–          Letih Frekuensi jantung meningkat

–          Nafas pendek Kelelahan

–          Gaya hidup Tachipnea


monoton
Aktivitas terhambat
DO:

–          Frekuensi jantung


meningkat

–          Perubahan irama


jantung
–          Takipnea
3. DS: Saraf  simpatis Gangguan rasa
nyaman:
–          Keluhan Ach nyeri(sakit) kepala
pusing/pening, berdenyut
Saraf pasca ganglion
–          Sakit kepala
suboksipital Aorepinefrine

–          Gangguan Konriksi


penglihatan
Sakit kepala
DO:

–          Perubahan
keterjagaan

–          Afek

–          Orientasi

–          Proses piker


4. DS: Ginjal/rennin Potensial
perubahan perfusi
–          Gangguan ginjal Angiotention I jaringan
(infeksi/obstruksi atau
riwayat penyakit gnjal Angiotension II
sebelumnnya)
Aldosteron
DO:
Retersi Na dan
–          Gangguan pola H2O
eliminasi
Intravascular

Perubahan perfusi jaringan

K.    Diagnosa keperawatan

1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan


afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
2. Gangguan rasa nyaman : nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan
peningkatan tekanan vaskuler serebral.
3. Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan
dengan gangguan sirkulasi

L.     Perencanaan

1. Diagnosa Keperawatan 1. :
Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.
Tujuan : Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi, tidak terjadi iskemia
miokard.
Kriteria Hasil : Klien berpartisifasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah /
beban kerja jantung , mempertahankan TD dalam rentang individu yang
dapatditerima, memperlihatkan norma dan frekwensi jantung stabil dalam
rentangnormal pasien.
Intervensi :
o Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat.
o Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.
o Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas.
o Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler.
o Catat edema umum.
o Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas.
o Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditemapt tidur/kursi
o Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
o Lakukan tindakan yang nyaman seperti pijatan punggung dan leher
o Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan
o Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah
o Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi
o Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi.

Diagnosa Keperawatan 2. :
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan O2.
Tujuan : Aktivitas pasien terpenuhi.
Kriteria Hasil :Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan /
diperlukan,melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.
Intervensi :

o Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunkan parameter


:frekwensi nadi 20 per menit diatas frekwensi istirahat, catat peningkatanTD,
dipsnea, atau nyeridada, kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat,pusig
atau pingsan. (Parameter menunjukan respon fisiologis pasienterhadap stress,
aktivitas dan indicator derajat pengaruh kelebihan kerja/ jantung).
o Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh : penurunan kelemahan /
kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi, peningkatan perhatian padaaktivitas dan
perawatan diri. (Stabilitas fisiologis pada istirahatpenting untuk memajukan
tingkat aktivitas individual).
o Dorong memajukan aktivitas / toleransi perawatan diri. (Konsumsioksigen
miokardia selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang
ada. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatantiba-tiba pada kerja
jantung).
o Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi,
menyikat gigi / rambut dengan duduk dan sebagainya. (teknik penghematan
energi menurunkan penggunaan energi dan sehingga membantu keseimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen).
o Dorong pasien untuk partisifasi dalam memilih periode aktivitas.(Seperti
jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas danmencegah
kelemahan).

Diagnosa Keperawatan 3. :
Gangguan rasa nyaman : nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskuler serebral
Tujuan : Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat.
Kriteria Hasil : Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala dan tampak nyaman.
Intervensi :

o Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan


o Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan.
o Batasi aktivitas.
o Hindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotin.
o Beri obat analgesia dan sedasi sesuai pesanan.
o Beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi seperti kompres es, posisi
nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi, hindari konstipasi.

Diagnosa keperawatan 4.:


Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan gangguan
sirkulasi.
Tujuan : Sirkulasi tubuh tidak terganggu.
Kriteria Hasil : Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti
ditunjukkan dengan : TD dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala,
pusing, nilai-nilai laboratorium dalam batas normal.
Intervensi :

o Pertahankan tirah baring; tinggikan kepala tempat tidur.


o Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan
pemantau tekanan arteri jika tersedia.
o Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai pesanan.
o Amati adanya hipotensi mendadak.
o Ukur masukan dan pengeluaran.
o Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai pesanan.
o Ambulasi sesuai kemampuan; hindari kelelahan.

M.   Implementasi

Implementasi adalah pelaksanaan dari aapa yang sudah direncanakan dari setiap diagnose
yang muncul.

N.    Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan, proses yang continue yang penting
untuk menjamin kualitas dan ketetapan perawatan yang diberikan dan dilakukan dengan
meninjau respon pasien untuk menentukan keaktifan rencana perawatan dan memenuhi
kebutuhan pasien.

BAB II

TINJAUAN KASUS

A.    Pengkajian

a.      Identitas klien

Nama                                       : Tn. X

Umur                                       : 44 tahun

Jenis kelamin                           : Laki laki

Agama                                     : islam

Pekerjaan                                 : TNI

Alamat                                     : Palangka Raya

b.      Identitas penanggung jawab

Nama                                       : -

Umur                                       : -

Jenis kelamin                           : -

Agama                                     : -

Alamat                                     : -

Hubungan dengan klien          : Istri

 
c.       Keluhan utama

Penurunan Kesadaran dan kelemahan tubugh sebelah kanan

d.      Riwayat kesehatan sekarang

e.       Riwayat kesehatan dahulu

klien menagatakan 3 bulan lalu pernah menjalani rawat inap dirumah sakit yang sama
dengan diagnosa hipertensi. Klien mengatakan memiliki hipertensi sejak tahun 2017

f.       Riwayat kesehatan keluarga

menurut klien, kedua orang tua klien menderita hipertensi

g.      Aspek psikologis

keluarga klien mengatakan klien mudah panic dan gelisah jika mendengar sesuatu yang
mengejutkan dan setelah itu tekanan darahnya akan naik.

h.      Aspek social

Hubungan klien dengan keluarga sangat baik, terbukti anaknya bergantian menjaganya
selama di Rumah Sakit. Hubungan klien dengan lingkungan juga sangat baik, terbukti banyak
yang menjenguknya,

i.        Aspek spiritual

Klien dan keluarga beragama islam menurut keluarga selama sehatnya klien rajin beribadah,
begitu juga selama dirawat di rumah sakit. 

B.     Pemeriksaan fisik

a.      Pemeriksaan umum

–          Keadaan umum     : lemah

–          Kesadaran             : compos mentis

Nilai GCS                         : 15

Respon membuka              : 4

Respon motorik                 : 6
Repon verbal                     : 5

–          TD                         : 200/100 mmHg

–          R                           : 24x/menit

–          N                           : 60x/menit

–          S                            : 36,8oC

b.      System pengindraan

1)      Sistem penglihatan

Inspeksi       : bentuk mata dan bola mata simetris, reflek pupil klien baik, saat ada
rangsangan cahaya miosis, konjungtiva tak anemis, sclera tidak ikterik, gerakan bola mata
baik.

Palpasi         : tidak terdapat lesi atau oedema, tidak dirasakan nyeri tekan.

2)      System pendengaran

Bentuk dan letak simetris, tidak ada serumen, fungsi pendengaran cukup baik karena klien
mampu mengerjakan apa saja yang diperintahkan.

3)      System penciuman

Bentuk dan letak simetris, klien di tes dengan mengguanakan alcohol dan kopi disertai
dengan tulisan alcohol dan kopi, klien dapat menunjuk dengan tepat bau yang dirasakan. 

4)      System pengecapan

Keadaan lidah sedikit kotor, klien dites dengan menggunakan garam dan gula disertai tulisan
garam dan gula, klien dapat menunjuk dengan tepat apa yang dirasakan.

5)      System integument

Gastisitas/turgor kulit baik walaupun saat di tarik kulit klien kembali ke semuala +/- 3-5 detik
karena proses penuaan, tidak ada lesi, warna kulit putih,tidak ada masa, tampilan umum kulit
bersih, kulit kepala bersih, distribusi rambut merata.

6)      System pencernaan

Bentuk mulut simetris, gigi tidak utuh beberapa sudah tanggal, jumlah gigi sudah tanggal,
jumlah gigi susu dan gigi taring 4, geraham premolar 2, gerakan motor 12, jumlah gigi 26,
mukosa bibir kering, reflek menelan ada, auskultasi pada bising usus 10x/menit.

7)      System pernafasan


Bentuk hidung simetris, tidak tampak polip, tidak aa pernafasan cuping hidung, retraksi dada
negative, tidak ada nyeri tekan pada adda, tidak ada benjolan pada dada, terdengar suara
sonor pada dada sebelah kiri dan kanan, tidak ada wheezing.

8)      System kardiovaskuler

Tachicardi, cyanotic negative pada akral bibir klien, tidak terdapat peningakatan vena
juularis, tidak ada bunyi tambahan.

9)      System perkemihan

Eliminasi urine tidak sering, ketok CVA tidak dirasaka nyeri, tidak ada nyeri pada aderah
supra pubis, blas tidak teraba keras dan saat di palpasi tidak terasa nyeri.

10)  System persarafan

N1 (olfaktorius)                 : klien dapat membedakan bau minyak kayu putih

N2 (optikus)                       : lapang pandang klien agak berkurang behubungan dengan


penuaan,

N3 (okulomotorius)            : normal (bila terkena cahaya miosis dan midriasis bila tidak
terkena cahaya)

N4 (trakelis)                       : mata masih terkoordinasi sesuai perintah.

N5 (trigeminus)                  : reflek mengunyah ada, kelopak mata(+), rahang dapat mengatup


secara simetris

N6 (abdusen)                     : klien dapat menggerakan bola mata ke kiri dan ke kanan.

N7 (fasialis)                        : klien dapat menggerakan muka.

N8 (cochlealis)                   : pendengaran baik.

N9 (glosopharingeus)         : ada reflek menelan.

N10 (vagus)                        : kemampuan menelan baik.

N11 (accesorius)                 : kedua bahu masih mampu mengatasi tahanan dengan cukup baik.

N12 (hipoglosus)                : pergerakan lidah normal.

11)  System musculoskeletal

Tidak ada kelumpuhan pada ekstermitas, kekuatan otot penuh, tidak ada nyeri dan tidak ada
luka.
C.    Kebiasaan sehari-hari

ADL(Activity Daily
No. Sebelum Masuk RS Di RS
Living)
1. Nutrisi 3x/hari Kalori

1. Makan Nasi dan lauk-pauk (sayur, ikan, Diet rendah garam


tempe, dll) 1.500 kall/hari
–          Frekuensi
Tidak Ada
–          Jenis
6-7 gls/hari
–          Porsi/Jumlah
± 1.500 – 1.750 ml/hari
–          Makanan
pantangan

1. Minum

–          Frekuensi

–          Jumlah
2. Eliminasi 1-2 x/hari 1 x/hari

1. BAB Lembek Lembek


1
–          Frekuensi /2 -1 cc/kg berat badan/jam Tidak tentu

–          Konsistensi ± 900 – 1.000 ml/hari ± 900 – 1.000


ml/hari
1. BAK Jernih
Jernih
–          Frekuensi Tidak
Ya
–          Jumlah urine
output

–          Warna

–          Terpasang kateter


3. Istirahat Tidur 21.00 – 05.00 WIB 21.00 – 05.00 WIB

–          Waktu Tidur  : 12.00 – 13.00 WIB 11.30 – 13.30 WIB


Malam
± 8 jam ± 8 jam
Siang
± 1 jam ± 2 jam
–          Lama Tidur    :
Malam Tidak Tidak
Siang

–          Masalah tidur


4. Personal Hygiene 2x sehari 2x sehari

1. Mandi Ya Ya

–          Frekuensi Sendiri Sendiri

–          Penggunaan 2x sehari Tidak


Sabun
Ya Tidak
–          Cara
Sendiri –
1. Oral Hygiene
2x Seminggu Belum cuci rambut
–          Frekuensi
Ya –
–          Penggunaan pasta
gigi Sendiri –

–          Cara melakukan Tidak tentu Tidak tentu

1. Pemeliharaan sendiri –
Rambut

–          Frekuensi

–          Penggunaan
shampoo

–          Cara melakukan

1. Pemeliharaan
Kuku

–          Frekuensi

–          Cara melakukan


5. Aktivitas Klien mengatakan mulai Klien melakukan
beraktivitas pada jam 05.30 – aktivitasnya
16.30 WIB sebagai Petani Sendiri

D.    Pemeriksaan penunjang

a.      Laboratorium 08-04-2011


Hb                   = 11,5 gr/dl                 (13,5 – 18 gr/dl)

L                      = 5.900/mm3                (4.500 – 10.000/mm3)

T                      = 155.000/mm3               (150.000 – 400.000/mm3)

Ht                    = 30 %                         (40 – 48 %)

GD puasa        = 105 mg/dl                 (75 – 105 mg/dl)

Kalium                        = 4,05                          (3,5 – 5,1 mmol/l)

Natrium           = 146                           (135 – 148 mmol/l)

b.      Terapi 08-04-2011

Clorotiazid                  2×1

Ctm                             3×1

Antasida doen             3×1

Pct                               3×1

B1                               3×1

E.     Analisa data

No. Data focus Etiologi masalah


1. DS: Medulla Peningkatan TD

–          Keluarga klien Saraf simpatis


mengatakan klien
mempunyai riwayat Ganglia simpatis
hipertensi
Tekanan darah
DO:
Kontriksi
–          TD klien
meningkat Peningkatan tekanan darah
2. DS: Saraf  simpatis Sakit kepala

–          Keluarga klien Ach


mengatakan klien merasa
sakit kepala yang sangat Saraf pasca ganglion
hebat
Aorepinefrine
DO:
–          Klien meringis Konriksi
sampai menangis
menahan sakit kepala Sakit kepala
yang dirasakan

–          TD: 170/100


mmHg

–          ADL klien sedikit


terhambat

 
3. DS: Peningkatan tekanan vaskular Gangguan pola
serebral istirahat
–          Keluarga klien
mengatakan klien tidak Saraf  simpatis
tidur semalaman dan
terus merasakan sakit Tidak mampu mengatasi nyeri
kepala nya.
Gangguan pola istirahat
DO:
insomnia
–          TD: 170/100
mmHg

–          Mata klien


tampak cekung
4. DS: Tidak ada makanan masuk ke Nyeri
lambung abdomenalis
–          Keluarga klien
mengatakan klien merasa Tidak ada proses pencernaan
sakit perut karena klien
tidak makan apapun dan Peningakatan asam lambung
hanya minum saja sejak
sakit kepala dirasakan. Peningkatan peristaltik usus

DO: Nyeri abdomenalis

–          Peristaltik usus


12x/menit

–          Terpasang infus

F.     Diagnose keperawatan berdasarkan prioritas masalah

1. Peningkatan TD berhubungan dengan penurunan curah jantung


2. Nyeri/sakit kepala berhubungan dengan peningkatan vascular serebral
3. Insomnia berhubungan dengan ketidakmampuan mengatasi nyeri
4. Nyeri abdomenalis berhubungan dengan tidak terpenuhinya kebutuhan nutrisi

G.    Perencanaan

No Dx Tujuan Intervensi Rasional


.
1. Peningakatan Setelah 1. Pantau TD klien  
TD dilakukan
berhubunagn tindakan    
dengan keperawata
penurunan n selama    
curah jantung 1×24 jam
TD klien    
DS: dapat
kembali   1. Adanya pucat,
–          normal dingin, kulit
Keluarga klien   lembab, dan
mengatakan   masa
klien   pengisian
mempunyai Tupan: kapiler lambat
riwayat   mungkin
hipertensi Berpartisipa berkaitan
si dalam   dengan
DO: aktivitas vasokontriksi
yang   atau
TD klien menurunkan mencerminkan
meningkat TD/beban   deskompensas
kerja i / penurunan
jantung   CO.

  1. Amati warna kulit,  


kelembaban , suhu, dan masa
Tupen: pengisian.  

–             
Keluarga
klien    
mengatakan
sakit kepala    
yang
dirasakna    
klien
berkurang    

   

 
  1. Membantu
untuk
  menurunkan
rangsangan
  simpatis;
meningkatkan
  relaksasi.

   

   

   

   

1. Berikan lingkungan tenang,  


nyaman, kurangi aktivitas/
keributan lingkungan. Batasi  
jumlah pengunjung dan
lamanya tinggal.  

  1. Menurunkan
stresss dan
1. Pertahankan pembatasan ketegangan
aktivitas, spt. Istirahat di yang
tempat tidur/kursi; jadwal mempengaruhi
periode istirahat tanpa tekanan darah
gangguan; bantu klien dan perjalanan
melakukan aktivitas penyakit
perawatan diri sesuai  hipertensi
kebutuhan.
 
 
 
1. Lakukan tindakan- tindakan
yang nyaman seperti pijatan  
punggung dan leher,
meninggikan kepla tempat  
tidur
 
 
 
 
 
1. Kolaborasi dalam pemberian
tiazid, mis. Klorotiazid  
(diuril);
hidroklorotiazi(esidrix/hidroD
IURIL)  
2. Perbandingan dari tekanan
memberikan gambaran yang 1. Mengurangi
lebih lengkap tentang ketidaknyama
keterlibatan/ bidang masalah nan dan dapat
vascular menurunkan
rangsangan
simpatis.

1. Tiazid
mungkin
digunakan
sendiri atau
dicampur
dengan obat
lain untuk
menurunkan
TD pada
pasien dengan
fungsi ginjal
relative
normal.

2. Nyeri/ sakit Setelah 1. Mempertahankan tirah baring  


kepala dilakukan selama fase akut
berhubungan tindakan  
dengan keperawata  
peningkatan n selama 1. Tindakan yang
vascular 1×24 jam 1. Berikan tindakan menurunkan
serebral dengan nonfarmakologis untuk tekanan
criteria: menghilangkan sakit kepala, vascular
DS: mis. Kompres dingin pada serebral dan
  dahi pijat punggung bdan yang
–          leher, redupkan lampu kamar, memperlambat
Keluarga klien Tupan: teknik relaksasi, dan aktivitas / memblok
mengatakan di waktu senggang respon
klien merasa Klen dapat simpatis
sakit kepala kembali   efektif dalam
yang sangat beraktifitas menghilangka
hebat dengan  1. Kolaborasi dalam pemberian n sakit kepala
normal analgesic dan
DO: 2. Meminimalkan komplikasinya
  stimulasi/meningakatkan .
–          Klien relaksasi
meringis Tupen:  
sampai
menangis –           
menahan sakit Keluarga
kepala yang klien  
dirasakan mengatakan
sakit kepala  
–          TD: yang
170/100 dirasakan  
mmHg klien
berkurang.  
–          ADL
klien sedikit  
terhambat
1. Menurunkan/
  mengontrol
nyeri dan
menurunkan
rangsang
system saraf
simpatis

3. Insomnia Setelah 1. Batasi jumlah pengunjung  


berhubungan dilakukan dan lamanya tinggal
dengan tindakan  
ketidakmampu keperawata  
an mengatasi n selam  
nyeri 1×24 jam, 1. Kolaborasi dalam pemberian
dengan antihistamin 1. Vasodilatasi
DS: criteria: pada system
  saraf simpatis
–           
Keluarga klien 1. Membacakan aya suci al-  
mengatakan Tupan: quran sebelum waktu tidur
klien tidak 2. Agar klien dapat istirahat  
tidur Tidak
semalaman dan mengalami 1. Memberikan
terus lagi ketenangan
merasakan gangguan batin pada
sakit kepala pola klien dan
nya. aktifitas memperkuat
keimanan
DO:   klien sebagai
umat islam.
–          TD: Tupen:
170/100
mmHg –         
Keluarga
Mata klien klien
tampak cekung mengatakan
klien tidak
terbangun
lagi pada
malam hari.
4. Nyeri Setelah 1. Kolaborasi dalam Pemberian  
abdomenalis klien antasida dan antimual
berhubungan diberikan 1. Merangsang
dengan tidak tindakan   peristaltic usus
terpenuhinya keperawata sehingga
kebutuhan n selama 1. Memberikan ko,pres hangat gerakan
nutrisi. 1×24 jam, di nagian perut klien peristaltiknya
dengan kembali
DS: criteria:   normal

–               
Keluarga klien
mengatakan Tupan: 1. Berikan makanan sesuai 1. Memenuhi
klien merasa dengan diet yang disarankan kebutuhan
sakit perut Nutrisi 2. Menirmalkan kadar asam nutrisi klien
karena klien terpenuhu lambung sehingga dapat
tidak makan sehingga mengurangi kembung dan
apapun dan metabolism mual
hanya minum tubuh
saja sejak sakit kembali
kepala normal
dirasakan.
 
DO:
Tupen:
–         
Peristaltik usus –         
12x/menit Keluarga
klien
Terpasang mengatakan
infuse klien sudah
mau makan
kembali
sesuai diet
yang
disarankan
H.    Implementasi

No. Hari/tgl/jam Dx Implementasi Paraf


1. Senin, I T = mengakaji TTV,  

08-04-2011 TD:170/100 mmHg

07.30 WIB R = klien kooperatif


T = mengamati warna kulit (sedikit  
pucat),           kelembaban(berkeringat
sehingga lembab), dan suhu (36oC)

R = klien kooperatif
08.00 WIB III T = memberikan kompres hangat di perut  
klien

R = klien mau dikompres


T = memberikan antasida dan antimual ½  
jam sebelum makan

R = klien mau minum obat


08.30 WIB   T = menyajikan dan memberikan makana  
rendah garam

R = klien mau makan


08.45 WIB I T = memberikan obat oral klorotiazid 2×1  

R = klien mau minum obat


II T = memberikan obat oral pct 3×1  

R = klien mau minum obat


IV T = memberikan obat oral Ctm 3×1  

R = klien mau minum obat


11.30 WIB I T = meninggikan kepala tempat tidur dan  
menganjurkan klien untuk ROM
 
R = klien kooperatif dan mau melakukan
apa yang disuruh  

 
I T = melakukan pijitan di punggung dan  
leher klien

R = klien mau dipijit dan merasa nyaman


sampai tertidur
12.00 WIB III T = menyajikan dan membari makanan  
rendah garam dan menyajikan obat sesuai
resep

R = klien kooperatif
13.00 WIB I T = mengaji TTV klien  

TD: 150/95 mmHg

R = klien kooperatif
16.00 WIB I T =  menyarankan pada klien untuk  
membatasi jumlah pengunjung dan
lamanya tinggal

R = klien kooperatif
18.30 WIB I T = mengkaji TTV klien  

TD: 140/90 mmHg

R = klien kooperatif
  20.00 WIB IV T = menganjurkan keluarga untuk  
membacakan ayat suci al-qur’an kepada
klien

R = keluarga kooperatif
2. Selasa, I T = mengkaji TTV klien  

09-04-2011 TD: 140/80 mmHg

07.30 WIB R = klien kooperatif


III T = menyaajikan dan memberikan  
makanan rendah garam dan menyiapkan
obat sesuai resep

R = klien kooperatif
10.00 WIB I T = memberikan penyuluhan kepada klien  
dan keluarga sebelum pulang

R + klien dan keluarga kooperatif

I.       Evaluasi

No. Hari/tgl/jam Dx Catatan perkembangan Paraf


1. Selasa, I S : keluarga klien mengatakan  TD klien  
sudah normal
09-04-2011
O : TD: 140/90 mmHg
10.30 WIB
A : masalah teratasi

P:–

I:–

E : terapi cukup berhasil dan klien pulang


II S : keluarga klien mengatakan klien tidak  
mengeluj sakit kepala lagi

O : TD: 140/90 mmHg

A : masalah teratasi

P:–

I:–

E : terapi cukup berhasil dan klien pulang


III S : keluarga klien mengatakan kliem tidak  
lagi susah tidur

O : TD: 140/90 mmHg

Mata klien tidak cekumg.

A : masalah teratasi

P:–

I:–

E : terapi cukup berhasil dan klien pulang


IV S :keluarga klien mengatakan klien tidak  
mengeluh sakit perut lagi

O : perut tidak kembung

Peristaltic usus 8x/menit]

A : masalah teratasi

P:–

I:–

E : terapi cukup berhasil dank lien pulang.


 

BAB III

PEMBAHASAN 

            Dalam pemabhasan makalah mengenai asuhan keperawatan pada klien Tn. X dengan
gangguan sisem kardiovaskular: hipertensi di Ruang Melati YARSI Tasikmalaya pada
tanggal 8-9 April 2011 melalui pendekatan studi kasus didapatkan kesenjangan antara teori
dan kenyataan di lapangan, pembahasan dibahas melalui langkah-langkah keperawatan
sebagai berikut:

A.    Pengkajian

Pada waktu pengkajian pada kenyataannya lebih mudah melaksanakan pengkajian secara
head tu-toe daripada melakukan pengkajian per sistem. Pada saat mengakaji riwayat
kesehatan klien, peran keluarga klien lebih dominan daripada klien sendiri, perankeluarga
sangatkooperatif dalam memberikan berbagai informasi yang dibutuhka untuk menegakkan
diagnosa, disamping itu berbagai dukungan penulis dikatakan baik dari perawat ruangan,
dokter, maupun petugas kesehatan yang lainya yang bekerja di Ruang Melati.

B.     Diagnosa Keperawatan

Diagnose keperawatan menurut Doenges, 1999 tentang cardiovascular/ hipertensi adalah


sebagai berikut:

1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan


afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
2. Gangguan rasa nyaman : nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan
peningkatan tekanan vaskuler serebral.
3. Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan
dengan gangguan sirkulasi

 
Dari diagnose penulis didapatkan berdasarkan pengakajian adalah sebagai berikut:

1. Peningkatan TD berhubungan dengan penurunan curah jantung


2. Nyeri/sakit kepala berhubungan dengan peningkatan vascular serebral
3. Insomnia berhubungan dengan ketidakmampuan mengatasi nyeri
4. Nyeri abdomenalis berhubungan dengan tidak terpenuhinya kebutuhan nutrisi

Sedangkan beberapa diagnose yang ada di lapangan tetapi tidak terdapat di buku acuan
penulis antara lain:

1. Insomnia berhubungan dengan ketidakmampuan mengatasi nyeri


2. Nyeri abdomenalis berhubungan dengan tidak terpenuhinya kebutuhan nutrisi

C.    Perencanaan

Patokan penulis dalam tahap perencananan adalah sesuai teori Doenges pada tahun 1999.

D.    Implementasi

Setelah perencanaan penulis mengacu pada tahap implementasi.Pada tahap ini penulis
melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun
sebelumnya.

Banyak faktor yang mendukung terlaksananya implementasi keperawatan dianatranya: peran


keluarga yang mendukung, tersedianya alat-alat serta adanya bimbingan dari perawat
ruangan, CI ruangan, pembimbing dari akademik, serta adanay peran dokter yang
menentukan diagnosa menurut medis.

E.     Evaluasi

Dari hasil diagosa didapatkan ternyata ada kesenjangan antara teori dan kenyataan di
lapangan, hal ini dapat dilihat dari perbandingan antara diagnosa teori dan diagnosa yang ada
di lapangan.

 
 

BAB IV

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Dalam pelaksanaan asuhan keperawaan yang penulis laksanakan pada Ny, U dengan
gangguan sistem kardiovaskular : hipertensi di Ruang Melati YARSI Tasikmalaya diperoleh
kesimpulan bahwa dalam proses asuhan keperawatan dengan gangguan sistem kardiovaskular
: hipertensi dibutuhkan suatu koordinasi yang tepat serta menunjang ke arah tercapainya
tujuan. Salah satu koordinasi ini merupakan bentuk kerjasama tim antara perawat, dokter, staf
ruangan, demi peningakatan status kesehatan klien disertai dengan dukungan penuh dari
keluarga.

B.     Saran

1. Untuk Klien dan Keluarga

 Diharapkan klien mau memotivasi dirinya sendiri untuk pola hidup yang menuju ke
arah berulangnya hipertensi, misalnya hinadri konsumsi garam berlebih, hindari
stress, jangan banyak pikiran, dan olah raga teratur. Anjurkan untuk selalu cek status
kesehatan ke tempat pelayanan kesehatan terdekat.
 Diharapkan keluarga memberikan support yang positif bagi klien demi peningakat
status kesehatan klien dan diharapkan keluarga ikut waspada terhadap resiko pada
keluarga klien sendiri.

1. Untuk Siswa

 Diharapkan siswa dapat lebih mempersiapkan diri baik dari segi teori, skill, amupun
mental dalam menghadapi klien agar dapat memberikan kontribusi yang maksimal
bagi peningkatan status kesehatan klien.
 Memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif bagi klien dengan melihat aspek
bio-psiko-sosio-spiritual

1. Untuk Rumah Sakit

 Diharapkan adanya penambahan personil perawat di Ruangan Melati demi


meningakatkan kinerja dan pelayanan yang lebih maksimal.
 Diharapkan pemeriksaan laboratorium pada klien hipertensi dapat lebih dilengakapi.

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan


Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, 2000
Gunawan, Lany. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi , Yogyakarta, Penerbit Kanisius, 2001
Sobel, Barry J, et all. Hipertensi : Pedoman Klinis Diagnosis dan Terapi, Jakarta, Penerbit
Hipokrates, 1999
Kodim Nasrin. Hipertensi : Yang Besar Yang Diabaikan, @ tempointeraktif.com, 2003
Smith Tom. Tekanan darah Tinggi :Mengapa terjadi, Bagaimana mengatasinya ?, Jakarta,
Penerbit Arcan, 1995
Semple Peter. Tekanan Darah Tinggi, Alih Bahasa : Meitasari Tjandrasa Jakarta, Penerbit
Arcan, 1996
Brunner & Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC, 2002
Chung, Edward.K. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler, Edisi III, diterjemahkan oleh
Petrus Andryanto, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1995
Marvyn, Leonard. Hipertensi : Pengendalian lewat vitamin, gizi dan diet, Jakarta, Penerbit
Arcan, 1995
Tucker, S.M, et all . Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, diagnosis dan
evaluasi , Edisi V, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1998

Anda mungkin juga menyukai