Anda di halaman 1dari 9

AKUNTANSI SYARI’AH

Ujian Tengah Semester

Dosen Pengampu : Diah Fitriaty, SE, M.Si

DESSY AMELIA RAHMAN

1710313320011

Ganjil (S1 Akuntansi)

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

2020
1. Bapak Budi seorang pedagang pengumpul hasil panen terbesar di Desa Kosambi. Dikenal
para petani sebagai pedagang yang sholeh dan baik hati. Kebaikan Bapak Budi dikenal luas
karena selalu membeli dengan harga baik untuk kualitas yang baik. Di saat sulit pun Bapak
Budi selalu membantu petani dengan membeli ijon untuk hasil pertanian yang belum dapat
dipanen. Alasan Bapak Budi melakukan hal tersebut adalah untuk membantu petani disaat
kesulitan dana. Disamping itu, ia selalu memberikan harga yang tinggi untuk pembelian
ijon tersebut sesuai dengan informasi dan pengalamannya atas hasil pertanian milik petani
yang bersangkutan. Pembelian ijon tersebut juga dilakukan dengan saling rela dan tanpa
ada unsur paksaan. Bapak Budi memang orang yang selalu berusaha untuk menjalankan
syariat Islam dengan benar. Namun ia kaget ketika dijelaskan oleh seorang mahasiswa
yang sedang KKN bahwa apa yang dilakukannya tersebut tidak sesuai dengan syari’at
Islam.

Berdasarkan ilustrasi di atas, menurut Saudara:

1) Apakah pendapat mahasiswa yang sedang KKN itu benar?


Jawab :
Pendapat mahasiswa yang sedang KKN itu benar. Meskipun Bapak Budi dengan senang
hati membeli hasil panen para petani tanpa ada paksaan sedikitpun, tetap saja perniagaan
tersebut tidak sesuai syariat islam. Karena, transaksi jual beli seperti yang dijelaskan diatas
termasuk gharar. Islam mensyari’atkan agar senantiasa membangun perniagaan di atas
kejelasan dan juga mensyari’atkan kita menjauhkan perniagaan yang kita jalin dari segala
hal yang bersifat untung-untungan atau ketidakjelasan status yang dikenal dengan gharar.
Karena dikhawatirkan gharar menimbulkan persengketaan dan permusuhan. Islam juga
dengan jelas melarang transaksi jual beli dengan sistem ijon, baik sistem ijon yang hanya
untuk sekali panen atau untuk berkali-kali hingga beberapa tahun lamanya.
Sahabat Abu Hurairah radhiallahu’anhu meriwayatkan:
“Bahwasannya Nabi shallallahu’alaihi wa sallam melarang jual-beli yang
mengandung unsur ketidak jelasan (gharar).” (Riwayat Muslim)

https://pengusahamuslim.com/1288-transaksi-ijon-dalam-pandangan-syariat.html
2) Jelaskan pendapat Saudara dilihat dari aspek terpenuhinya rukun dan syarat
sahnya suatu akad!
Jawab:
Rukun akad islam yang sah adalah adanya;
 Pihak yang bertrasaksi, adanya penjual dan pembeli.
 Barang, dapat berupa barang atau jasa,biayanya obyek jual berupa barang namun
bisa juga jasa yang  berupa sewa-menyewa.
 Harga, kesepakatan nilai tukar,harga bisa berupa senilai barang dan senilai uang.
 Serah Terima, adanya penyerahan uang dari pembeli dan penyerahan barang dari
penjual.

Syarat Jual Beli dalam Islam:

 Berakal,sesorang yang bertransaksi harus baligh dan berkemampuan dalam


mengatur uang.

 Kehendak diri, melakukan transaksi harus sukarela tidak karena terpaksa.

 Mengetahui,para pihak harus mengetahui kejelasan barang dan harga jualnya.

 Suci barangnya, barang yang diperjualbelikan tidak mengandung najis dan bukan


barang yang haram.

 Barang bermanfaat, barang yang diperjualbelikan bermamfaat dan tidak mubazir.

 Barang Sudah dimiliki, penjual sudah memiliki hak menjual barang tersebut, baik
barang tersebut sudah dibeli dari produsen atau pun telah memproleh izin menjual
barang dari pemilik barang.

 Barang dapat diserahterimakan, jika barang tidak dapat diserahkan akan


menimbulkan kerugian salah satu pihak.

 Ijab dan qabul transaksi harus saling berhubung, tidak terpisah meski berbeda
tempat
 Lapadz dan perbuatan harus jelas, pengucapan menjual dan membeli harus jelas
agar tidak ada kekeliruan.

https://www.kompasiana.com/karinawati/5b3c9341bde57553b74a0f72/rukun-dan-
syarat-transaksi-jual-beli-dalam-islam?page=1

Pendapat:

Menurut saya transaksi jual beli pada kasus diatas tidak sah, karena transaksi yang
benar sesuai syariat islam pihak pembeli dan penjual harus memenuhi empat rukun dan
sembilan syarat jual beli diatas. Apabila salah satu rukun jual beli diatas tidah terpenuhi
maka transaksi tersebut tidak boleh dilalukan, namun jika sudah dilakukan maka transaksi
tersebut menjadi batal. Sedangkan pada kasus diatas banyak meninggalkan rukun dan
syarat sah suatu transaksi jual beli sesuai syariat islam, antara lain:

Tidak adanya barang yang diserahkan kepada pembeli atau dalam kata lain
barang tidak dapat diserahterimakan, artinya tidak ada kejelasan tentang kualitas barang
tersebut hal ini berpotensi merugikan salah satu pihak. Dalam syarat sah jual beli juga
terdapat poin Mengetahui artinya para pihak harus mengetahui kejelasan barang dan
harga jualnya. Pada kasus diatas Bapak Budi dan petani tidak mengetahui kejelasan
barang tersebut, apakah sesuai dengan standar tahun lalu atau bahkan berada jauh
dibawah standar. Oleh karena itu menurut saya dilihat dari kurangnya kelengkapan atas
rukun dan syarat sah jual beli suatu akad maka kasus diatas tidak dibenarkan dan
dianggap batal.

3) Jelaskan pendapat Saudara dilihat dari aspek jenis transaksi yang dilarang!

Jawab:

Jawaban dari soal ini menurut saya memiliki kaitan dengan jawaban soal kasus no
1 point 1, yaitu membahas tentang gharar dan sistem ijon. Transaksi yang dilarang pada
kasus diatas jelas karena adanya transaksi gharar atau ketidak jelasan dari hasil panen
yang akan dibeli Bapak Budi. Dan juga transaksi dengan sistem ijon, yang jelas dilarang
dalam islam. Karena dikhawatirkan gharar menimbulkan persengketaan dan permusuhan.
Sahabat Abu Hurairah radhiallahu’anhu meriwayatkan:
“Bahwasannya Nabi shallallahu’alaihi wa sallam melarang jual-beli yang
mengandung unsur ketidak jelasan (gharar).” (Riwayat Muslim)
Kemudian , diantara bentuk jual-beli yang mengandung gharar dan yang nyata
telah dilarang oleh Nabi shallallahu’alaihi wa sallam ialah: jual-beli dengan sistem ijon.
Hal ini akan saya perjelas dengan sabda Rasulullah:

َ َ‫ك رضي هللا عنه أَ َّن َرسُو َل هَّللا ِ صلى هللا عليه و سلم نَهَى ع َْن بَي ِْع الثَّ َم َر ِة َحتَّى تُ ْز ِه َى قَالُوا َو َما تُ ْز ِه َى ق‬
‫ال‬ ِ ‫ع َْن أَن‬
ٍ ِ‫َس ْب ِن َمال‬
‫ متفق عليه‬.‫ك؟‬ َ ‫ فَقَا َل إِ َذا َمنَ َع هَّللا ُ الثَّ َم َرةَ فَبِ َم تَ ْستَ ِحلُّ َما َل أَ ِخي‬. ُّ‫تَحْ َمر‬

Dari sahabat Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu bahwasannya Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam melarang penjualan buah-buahan (hasil tanaman) hingga menua? Para
sahabat bertanya: “Apa maksudnya telah menua?” Beliau menjawab: “Bila telah
berwarna merah.” Kemudian beliau bersabda: “Bila Allah menghalangi masa penen
buah-buahan tersebut (gagal panen), maka dengan sebab apa engkau memakan harta
saudaramu (uang pembeli)?” (Muttafaqun ‘alaih)

Dan pada riwayat lain sahabat Anas bin Malik juga meriwayatkan:

‫ب َحتَّى يَس َْو َّد َوع َْن بَي ِْع ْال َحبِّ َحتَّى يَ ْشتَ َّد‬
ِ َ‫ى صلى هللا عليه و سلم نَهَى ع َْن بَي ِْع ْال ِعن‬
َّ ِ‫أَ َّن النَّب‬.

“Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang penjualan anggur hingga berubah
menjadi kehitam-hitaman, dan penjualan biji-bijian hingga mengeras.” (Riwayat Abu
Dawud dan lainnya)

Dengan demikian, jelaslah bahwa sistem ijon adalah penjualan yang terlarang dalam
syari’at islam, baik sistem ijon yang hanya untuk sekali panen atau untuk berkali-kali
hingga beberapa tahun lamanya. Jadi kesimpulannya, niat baik Bapak Budi tidak salah,
akan tetapi membeli dengan sistem ijon untuk hasil pertanian yang belum dapat dipanen
termasuk perbuatan yang dilarang (gharar). Memberikan harga yang tinggi untuk
pembelian ijon sesuai dengan informasi dan pengalamannya atas hasil pertanian milik
petani yang bersangkutan dari tahun sebelumnya, juga termasuk perbuatan yang dilarang,
karena belum tentu hasil panen tahun ini lebih bagus atau sama dengan kualitas hasil panen
sebelumnya. Untuk menghindari terjadinya persengketaan, permusuhan dan kerugian salah
satu pihak maka hal ini sangat dilarang dalam prinsip utama dalam syari’at perniagaan.

https://pengusahamuslim.com/1288-transaksi-ijon-dalam-pandangan-syariat.html

2. Apakah perbedaan mendasar antara PSAK Syari’ah dan AAOIFI dalam kerangka
dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan syari’ah?

Jawab :

Kerangka dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah(PSAK) :

 Penyusunan standar akuntansi keuangan syariah, dalam pelaksanaan tugasnya.

 Penyusunan laporan keuangan, untuk menanggulangi masalah akuntansi syariah yang


belum diatur dalam standar akuntansi keuangan syariah.

 Auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun sesuai
dengan prinsip akuntansi syariah yang berlaku umum.

 Para pemakai laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standard akuntansi keuangan syariah.

Sedangkan, Kerangka dasar akuntansi AAOIFI mengeluarkan tujuan akuntansi keuangan


untuk lembaga keuangan syariah adalah:

 Dapat digunakan sebagai panduan bagi dewan standar untuk menghasilkan standar yang
konsisten.

 Tujuan akan membantu bank dan lembaga keuangan syariah untuk memilih berbagai
alternatif metode akuntansi pada saat standar akuntansi belum mengatur.

 Tujuan akan membantu untuk memandu managemen dalam membuat pertimbangan /


judgement pada saat akan menyusun laporan keuangan.
 Tujuan jika diungkapkan dengan baik akan meningkatkan kepercayaan pengguna serta
meningkatkan pemahaman informasi akuntansi sehingga akhirnya akan meningkatkan
kepercayaan atas lembaga keuangan syariah.

 Penetapan tujuan yang mendukung penyusunan standar akuntansi yang konsisten. Ini
seharusnya dapat meningkatkan kepercayaan pengguna laporan keuangan.

https://katapenagoresanku.wordpress.com/2012/11/26/belajar-laporan-keuangan-
bank-syariah-psak-101/

3. Jelaskan bentuk laporan keuangan syari’ah menurut PSAK dan AAOIFI!


Jawab:
Bentuk laporan keuangan syari’ah menuurt PSAK:
 Posisi keuangan entitas syariah, disajikan sebagai neraca. Laporan ini menyajikan
informasi tentang sumber daya yang dikendalikan, struktur keuangan, likuiditas dan
solvabilitas serta kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan.
 Informasi kinerja entitas syariah, disajikan dalam laporan laba rugi. Laporan ini
diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin
dikendalikan di masa depan.
 Informasi perubahan posisi keuangan entitas syariah, yang dapat disusun berdasarkan
definisi dana seperti seluruh sumber daya keuangan, modal kerja, aset atau kas. Kerangka
ini tidak mendefinisikan dana secara spesifik. Akan tetapi, melalui laporan ini dapat
diketahui aktivitas investasi, pendanaan dan operasi selama periode pelaporan.
 Informasi lain, seperti laporan penjelasan tentang pemenuhan fungsi sosial entitas
syariah.
 Catatan dan skedul tambahan, merupakan penampung dari informasi tambahan yang
relevan termasuk pengungkapan tentang risiko dan ketidakpastian yang mempengaruhi
entitas.

Bentuk laporan keuangan yang diminta AAOIFI pada prinsipnya sama dengan
yang terdapat dalam PSAK, tetapi AAOIFI secara tegas menyatakan bahwa laporan
keuangan yang dimaksud adalah laporan keuangan untuk perbankan syariah. Laporan
keuangan yang diminta oleh AAOIFI antara lain sebagai berikut :

 Laporan Perubahan Posisi Keuangan


 Laporan Laba Rugi
 Laporan Perubahan Ekuitas atau Perubahan Saldo Laba
 Laporan Arus Kas
 Laporan Perubahan Investasi yang Dibatasi dan Ekuivalennya
 Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat serta Dana Sumbangan
 Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Qard Hasan
http://tessaneechanekonomiislam.blogspot.com/2018/02/makalah-kerangka-dasar-
penyusunan-dan.html
https://www.coursehero.com/file/p68h1m3/4-Jelaskan-bentuk-laporan-keuangan-
syariah-menurut-PSAK-dan-AAOIFI-Jawab-Bentuk/

4. Bagaimana bentuk laporan keuangan syari’ah di masa depan menurut pemikir


akuntansi Islam?
Jawab:
Ada sebagian pemikir akuntansi Islam yang mengusulkan terobosan pemikiran
yang agak berbeda, diantaranya :
 Neraca yang menggunakan nilai saat ini, untuk mengatasi kelemahan dari historical cost
yang kurang cocok dengan pola perhitungan zakat yang mengharuskan perhitungan
kekayaan dengan nilai sekarang.
 Laporan nilai tambah sebagai pengganti laporan laba atau sebagai laporan tambahan atas
neraca dan laporan laba rugi

https://www.academia.edu/23306377/Nama_Fitri_Dwi_Utami_NPM_12_11_0068

5. Di pos manakah Dana Syirkah Temporer dilaporkan dalam Laporan Posisi


Keuangan Bank Syari’ah? Adakah perbedaan dengan pelaporan penerimaan dana
pihak ketiga (tabungan, deposito, dan giro) pada Laporan Posisi Keuangan Bank
Konvensional?

Dana Syirkah Temporer disajikan di kolom passiva pada neraca/laporan posisi


keuangan, terpisah dengan liabilitas (kewajiban) dan ekuitas (modal). Dana Syirkah
Temporer adalah dana yang diterima sebagai investasi dengan jangka waktu tertentu dari
individu dan pihak lainnya di mana entitas syariah mempunyai hak untuk mengelola dana
tersebut dan menginvestasikan dana syirkah tersebut dengan pembagian hasil investasi
berdasarkan kesepakatan yang telah disepakati dalam perjanjian atau akad.
Dana Syirkah temporer tidak dapat digolongkan liabilitas atau kewajiban karena
entitas syariah/pengelola dana tidak berkewajiban mengembalikan dana jika terjadi
kerugian, kecuali kerugian tersebut karena kelalaian dan wanprestasi entitas
syariah/pengelola dana. Sedangkan karakter liabilitas adalah kewajiban yang harus
dikembalikan dalam kondisi apapun, baik dalam kondisi untung atau rugi.
Dana syirkah temporer juga tidak dapat digolongkan ekuitas atau modal karena
memiliki jangka waktu/jatuh tempo dan pemiliknya tidak memiliki hak kepemilikan
seperti pemegang saham. Sedang karakter modal adalah tidak memiliki jatuh tempo dan
pemilik modal memiliki hak kepemilikan.

https://brainly.co.id/tugas/19662201

Anda mungkin juga menyukai