1710313320011
2020
1. Bapak Budi seorang pedagang pengumpul hasil panen terbesar di Desa Kosambi. Dikenal
para petani sebagai pedagang yang sholeh dan baik hati. Kebaikan Bapak Budi dikenal luas
karena selalu membeli dengan harga baik untuk kualitas yang baik. Di saat sulit pun Bapak
Budi selalu membantu petani dengan membeli ijon untuk hasil pertanian yang belum dapat
dipanen. Alasan Bapak Budi melakukan hal tersebut adalah untuk membantu petani disaat
kesulitan dana. Disamping itu, ia selalu memberikan harga yang tinggi untuk pembelian
ijon tersebut sesuai dengan informasi dan pengalamannya atas hasil pertanian milik petani
yang bersangkutan. Pembelian ijon tersebut juga dilakukan dengan saling rela dan tanpa
ada unsur paksaan. Bapak Budi memang orang yang selalu berusaha untuk menjalankan
syariat Islam dengan benar. Namun ia kaget ketika dijelaskan oleh seorang mahasiswa
yang sedang KKN bahwa apa yang dilakukannya tersebut tidak sesuai dengan syari’at
Islam.
https://pengusahamuslim.com/1288-transaksi-ijon-dalam-pandangan-syariat.html
2) Jelaskan pendapat Saudara dilihat dari aspek terpenuhinya rukun dan syarat
sahnya suatu akad!
Jawab:
Rukun akad islam yang sah adalah adanya;
Pihak yang bertrasaksi, adanya penjual dan pembeli.
Barang, dapat berupa barang atau jasa,biayanya obyek jual berupa barang namun
bisa juga jasa yang berupa sewa-menyewa.
Harga, kesepakatan nilai tukar,harga bisa berupa senilai barang dan senilai uang.
Serah Terima, adanya penyerahan uang dari pembeli dan penyerahan barang dari
penjual.
Barang Sudah dimiliki, penjual sudah memiliki hak menjual barang tersebut, baik
barang tersebut sudah dibeli dari produsen atau pun telah memproleh izin menjual
barang dari pemilik barang.
Ijab dan qabul transaksi harus saling berhubung, tidak terpisah meski berbeda
tempat
Lapadz dan perbuatan harus jelas, pengucapan menjual dan membeli harus jelas
agar tidak ada kekeliruan.
https://www.kompasiana.com/karinawati/5b3c9341bde57553b74a0f72/rukun-dan-
syarat-transaksi-jual-beli-dalam-islam?page=1
Pendapat:
Menurut saya transaksi jual beli pada kasus diatas tidak sah, karena transaksi yang
benar sesuai syariat islam pihak pembeli dan penjual harus memenuhi empat rukun dan
sembilan syarat jual beli diatas. Apabila salah satu rukun jual beli diatas tidah terpenuhi
maka transaksi tersebut tidak boleh dilalukan, namun jika sudah dilakukan maka transaksi
tersebut menjadi batal. Sedangkan pada kasus diatas banyak meninggalkan rukun dan
syarat sah suatu transaksi jual beli sesuai syariat islam, antara lain:
Tidak adanya barang yang diserahkan kepada pembeli atau dalam kata lain
barang tidak dapat diserahterimakan, artinya tidak ada kejelasan tentang kualitas barang
tersebut hal ini berpotensi merugikan salah satu pihak. Dalam syarat sah jual beli juga
terdapat poin Mengetahui artinya para pihak harus mengetahui kejelasan barang dan
harga jualnya. Pada kasus diatas Bapak Budi dan petani tidak mengetahui kejelasan
barang tersebut, apakah sesuai dengan standar tahun lalu atau bahkan berada jauh
dibawah standar. Oleh karena itu menurut saya dilihat dari kurangnya kelengkapan atas
rukun dan syarat sah jual beli suatu akad maka kasus diatas tidak dibenarkan dan
dianggap batal.
3) Jelaskan pendapat Saudara dilihat dari aspek jenis transaksi yang dilarang!
Jawab:
Jawaban dari soal ini menurut saya memiliki kaitan dengan jawaban soal kasus no
1 point 1, yaitu membahas tentang gharar dan sistem ijon. Transaksi yang dilarang pada
kasus diatas jelas karena adanya transaksi gharar atau ketidak jelasan dari hasil panen
yang akan dibeli Bapak Budi. Dan juga transaksi dengan sistem ijon, yang jelas dilarang
dalam islam. Karena dikhawatirkan gharar menimbulkan persengketaan dan permusuhan.
Sahabat Abu Hurairah radhiallahu’anhu meriwayatkan:
“Bahwasannya Nabi shallallahu’alaihi wa sallam melarang jual-beli yang
mengandung unsur ketidak jelasan (gharar).” (Riwayat Muslim)
Kemudian , diantara bentuk jual-beli yang mengandung gharar dan yang nyata
telah dilarang oleh Nabi shallallahu’alaihi wa sallam ialah: jual-beli dengan sistem ijon.
Hal ini akan saya perjelas dengan sabda Rasulullah:
َ َك رضي هللا عنه أَ َّن َرسُو َل هَّللا ِ صلى هللا عليه و سلم نَهَى ع َْن بَي ِْع الثَّ َم َر ِة َحتَّى تُ ْز ِه َى قَالُوا َو َما تُ ْز ِه َى ق
ال ِ ع َْن أَن
ٍ َِس ْب ِن َمال
متفق عليه.ك؟ َ فَقَا َل إِ َذا َمنَ َع هَّللا ُ الثَّ َم َرةَ فَبِ َم تَ ْستَ ِحلُّ َما َل أَ ِخي. ُّتَحْ َمر
Dari sahabat Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu bahwasannya Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam melarang penjualan buah-buahan (hasil tanaman) hingga menua? Para
sahabat bertanya: “Apa maksudnya telah menua?” Beliau menjawab: “Bila telah
berwarna merah.” Kemudian beliau bersabda: “Bila Allah menghalangi masa penen
buah-buahan tersebut (gagal panen), maka dengan sebab apa engkau memakan harta
saudaramu (uang pembeli)?” (Muttafaqun ‘alaih)
Dan pada riwayat lain sahabat Anas bin Malik juga meriwayatkan:
ب َحتَّى يَس َْو َّد َوع َْن بَي ِْع ْال َحبِّ َحتَّى يَ ْشتَ َّد
ِ َى صلى هللا عليه و سلم نَهَى ع َْن بَي ِْع ْال ِعن
َّ ِأَ َّن النَّب.
“Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang penjualan anggur hingga berubah
menjadi kehitam-hitaman, dan penjualan biji-bijian hingga mengeras.” (Riwayat Abu
Dawud dan lainnya)
Dengan demikian, jelaslah bahwa sistem ijon adalah penjualan yang terlarang dalam
syari’at islam, baik sistem ijon yang hanya untuk sekali panen atau untuk berkali-kali
hingga beberapa tahun lamanya. Jadi kesimpulannya, niat baik Bapak Budi tidak salah,
akan tetapi membeli dengan sistem ijon untuk hasil pertanian yang belum dapat dipanen
termasuk perbuatan yang dilarang (gharar). Memberikan harga yang tinggi untuk
pembelian ijon sesuai dengan informasi dan pengalamannya atas hasil pertanian milik
petani yang bersangkutan dari tahun sebelumnya, juga termasuk perbuatan yang dilarang,
karena belum tentu hasil panen tahun ini lebih bagus atau sama dengan kualitas hasil panen
sebelumnya. Untuk menghindari terjadinya persengketaan, permusuhan dan kerugian salah
satu pihak maka hal ini sangat dilarang dalam prinsip utama dalam syari’at perniagaan.
https://pengusahamuslim.com/1288-transaksi-ijon-dalam-pandangan-syariat.html
2. Apakah perbedaan mendasar antara PSAK Syari’ah dan AAOIFI dalam kerangka
dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan syari’ah?
Jawab :
Auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun sesuai
dengan prinsip akuntansi syariah yang berlaku umum.
Para pemakai laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standard akuntansi keuangan syariah.
Dapat digunakan sebagai panduan bagi dewan standar untuk menghasilkan standar yang
konsisten.
Tujuan akan membantu bank dan lembaga keuangan syariah untuk memilih berbagai
alternatif metode akuntansi pada saat standar akuntansi belum mengatur.
Penetapan tujuan yang mendukung penyusunan standar akuntansi yang konsisten. Ini
seharusnya dapat meningkatkan kepercayaan pengguna laporan keuangan.
https://katapenagoresanku.wordpress.com/2012/11/26/belajar-laporan-keuangan-
bank-syariah-psak-101/
Bentuk laporan keuangan yang diminta AAOIFI pada prinsipnya sama dengan
yang terdapat dalam PSAK, tetapi AAOIFI secara tegas menyatakan bahwa laporan
keuangan yang dimaksud adalah laporan keuangan untuk perbankan syariah. Laporan
keuangan yang diminta oleh AAOIFI antara lain sebagai berikut :
https://www.academia.edu/23306377/Nama_Fitri_Dwi_Utami_NPM_12_11_0068
https://brainly.co.id/tugas/19662201