Anda di halaman 1dari 34

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN SEMUSIM

Oleh:

Roby Arya P Manik 165040200111032

Gian Efrinda Ath T 165040200111065

Muhammad Rafly Riyanda L 165040200111135

Ferdin Imadudidin Z 165040201111153

Fathul Hidayat Banurea 165040201111124

Mariyanti Panduwinata 165040201111276

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN HORTIKULTURA
Pada Ensiklopedia Internasional (1996), yang dimaksud dengan
hortikultura adalah budidaya tanaman pertanian, khususnya tanaman buah -
buahan, sayuran, bunga, dan tanaman hias. Menurut Deptan tanaman yang terdiri
atas tanaman sayuran, tanaman buah-buahan, dan tanaman obat merupakan
kelompok komoditas pertanian yang mempunyai arti dan kedudukan tersendiri
dalam proses pembangunan pertanian nasional. Hortikultura berasal dari bahasa
latin, “hortus”, yang berarti tanaman kebun dan “cultura” yang berarti budidaya.
Hortikultura secara luas dapat diartikan sebagai budidaya tanaman kebun. Cabang
ilmu hortikultura dapat dibedakan berdasarkan jenis tanaman yang dibudidayakan,
yaitu:
1.Olerikultura: yaitu cabang ilmu hortikultura yang berkaitan tentang budidaya
tanaman sayur-sayuran.
2.Pomologi: yaitu cabang ilmu hortikultura yang berkaitan tentang budidaya
tanaman buah-buahan.
3.Florikultura: yaitu cabang ilmu hortikultura yang berkaitan tentang budidaya
tanaman hias.
4.Hortikultura Lanskap: yaitu cabang ilmu hortikultura yang berkaitan dengan
pemanfaatan tanaman hortikultura dalam penataan lingkungan
5.Apikultura: yaitu cabang ilmu hortikultura yang berkaitan tentang budidaya
lebah madu (dengan memanfaatkan tanaman hortikultura).
Membudidayakan tanaman Hortikultura memiliki beberapa tahapan dan
persiapan tentunya, diantaranya :

1. Persiapan lahan
Tahap awal dari proses budidaya Hortikultura adalah hal yang terpenting
karena tanaman yang dihasilkan akan bergantung pada :
 Jenis tanaman yang akan di kembangankan, dari ukuran tanaman
tersebut, dan usia memanennya haruslah di ketahui.
 Teknik atau cara budidaya apa yang akan dilakukan, apakah dengan
menggunakan sistem hidroponik, organik atau mungkin dengan teknik
konvensional.
 Luas Bidang tanah atau lahan yang akan dipakai
Persiapan lahan bisa juga menggunakan cara yang moderen atau
konvensional, tentu saja ada kelebihan dan kekurangannya.

2. Bahan Tanam dalam Produksi Tanaman Hortikultura


Benih hortikultura, yang selanjutnya disebut benih, adalah tanaman
hortikultura atau bagian darinya yang digunakan untuk memperbanyak dan
atau mengembangbiakan tanaman hortikultura. Benih hortikultura da[at
dibagi menjadi :
a. Biji: benih dapat berupa biji maupun tumbuhan kecil hasil
perkecambahan, atau perbanyakan aseksual dan disebut juga bahan
tanam.
b. Bibit: benih atau bahan tanam yang bukan berupa biji atau yang
telah disemaikan dapat disebut sebagai bibit.
3. Proses Pembibitan
Pembibitan dilakukan ketika ingin mendapatkan tanaman yang akan
dibudidayakan biasanya disebut juga perbanyakan tanaman. memperbanyak
tanaman memiliki dua cara yakni generatif dan vegetatif, generatif dilakukan
dengan penggunaan biji dan vegetatif dilakukan dengan tangan manusia.
Teknik penanaman hortikultura khusunya tanaman semusim (sayuran) dapat
dilakukan dengan system TABELA (Tanam benih langsung) atau
menggunakan tanaman yang tidak bias di transplanting (pindah tanam)
karena sifat fisiologis tanaman tersebut yang sulit pulih jika mengalami
kerusakan akar. Tanaman yang termasuk sangat cepat pulih adalah tanaman
kelompok kubis – kubisan, bawangan – bawangan, tomat dan kangkung. Ada
berbagai Teknik pembibitan yang dapat dilakukan, yaitu:
a. Bibit cabutan (Bare root transplant): adalah bibit yang ditanam di
bedeng dan dicabut tanpa menyertakan media pembibitannya
ketika dipindah tanam.
b. Bibit berbumbungan (celled transplant): bibit yang memiliki media
tanam di perakarannya ketika dipindah tanam.
4. Penanaman Bibit
Apabila proses pembibitan sudah selesai maka langkah selanjutnya adalah
penanaman baiknya penanamanan dilakukan di pagi hari atau disore hari
ketika terik matahari tidak terlalu panas.
5. Pemeliharaan Tanaman
Peliharaan yang dilakukan pada tanaman Hortikultura haruslah lebih
ekstra dan membutuhkan perhatian lebih yakni dalam hal pemupukan,
penyiangan dan mecegak serangan hama penyakit, tentunya berbeda tanaman
akan berbeda pulsa cara pemeliharaannya.
6. Panen
Proses terakhir yang selalu dinantikan oleh seorang petani, dimana hasil
panen sesuai dengan apa jenis tanamannya bisa saja berupa umbi, buah, daun
dan lain lain.
Teknologi Budidaya Tanaman Melon

1.1 Klasifikasi Tanaman Melon


Menurut Soedarya (2010), klasifikasi tanaman melon yaitu:
Kingdom: Plantae
Subkingdom: Tracheobionta
Superdivisio: Spermatophyta
Divisio: Magnoliophyta/Spermatophyta
Subdivisi: Angiospermae
Kelas: Magnoliopsida/Dicotyledoneae
Subkelas: Dilleniidae
Ordo: Violales
Familia: Cucurbitaceae
Genus: Cucumis
Spesies: Cucumis melo L.
1.2 Budidaya Tanaman Melon
Tanaman melon baik ditanam pada tanah liat berpasir yang memiliki lapisan
bunga tanah yang tebal, selain itu dibutuhkan pula tanah yang mengandung
banyak bahan organik agar akar mudah tumbuh. Tanah yang terlalu basah tidak
cocok terhadap tanaman melon. Tanaman melon lebih peka terhadap air tanah
yang menggenang atau pada kondisi aerasi tanah kurang baik. Pada kelembapan
udara rendah atau kering dan ternaungi tanaman melon sulit untuk berbunga.
Tanaman melon akan lebih cepat tumbuh pada daerah terbuka dengan sinar
matahari yang tidak terlalu terik kisaran penyinaran 70% (Buditjahjono, 2007
dalam Kristianingsih, 2010).
Tanaman melon dapat beradaptasi pada berbagai macam iklim, akan tetapi
tidak tahan terhadap angin kencang karena tangkai daun, batang dan buah akan
mudah patah. Apabila tanaman melon terjadi kekurangan air pada saat
pembungaan akan menyebabkan bunga berguguran sehingga tidak terdapat
pembuahan. Pada daerah beriklim kering dan lahan yang tidak mempunyai
sumber air tanaman melon dapat ditanam pada akhir musim kemarau atau awal
musim penghujan (Soedarya, 2010).
1.3 Penyerbukan Tanaman Melon
Tanaman melon memiliki jumlah bunga yang banyak. Hal tersebut dapat
menjadikan tanaman melon menghasilkan buah yang banyak pula (Simanungkalit.
dkk, 2013). Sehingga perlu dilakukan seleksi bunga melon yang akan diserbukkan
dalam pembentukan buah. Jumlah bunga yang terserbuki juga akan
mempengaruhi hasil tanaman melon baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
Secara alami penyerbukan melon terjadi dengan bantuan serangga dan angin.
Jika tidak ada serangga atau cuaca sedang buruk seperti intensitas hujan yang
tinggi atau sedang musim hujan dimana populasi serangga biasanya berkurang,
maka perlu dilakukan penyerbukan buatan. Penyerbukan buatan pada melon dapat
dilakukan pagi hari sebelum matahari terik yaitu sekitar jam 7 – 9. Caranya
dengan menempelkan atau mengoleskan serbuk sari bunga bunga jantan ke kepala
putik. Satu bunga jantan dapat digunakan untuk 2-3 bunga betina atau bakal buah.
Kemudian pilih bakal buah yang diserbuki pada ruas yang disarankan, atau
biasanya pada ruas 8, 9, 10. Hal ini dikarenakan untuk buah yang terbentuk
sebelum ruas 8 biasanya sulit besar dan cepat matang. Sedangkan buah yang
berasal dari ruas diatas 10 umurnya bisa lebih panjang. Oleh sebab itu disarankan
pemilihan bakal buah pada ruas optimal.
Untuk penanaman melon di dalam ruangan seperti green house, dimana
kondisi tertutup tanpa ada bantuan serangga ataupun angin, penyerbukan tidak
dapat terjadi tanpa penyerbuakan secara manual. Kecuali di dalam ruangan dilepas
serangga seperti lebah yang dapat membantu penyerbukan.
1.4 Hama dan penyakit Tanaman Melon
Serangan hama dan organisme penyebab penyakit pada melon dapat terjadi
sejak benih, pembibitan, penanaman, hingga penyimpanan di dalam gudang. Agar
mendapatkan kriteria buah unggul yang terbebas dari hama dan penyakit, maka
perlu dilakukan pengendalian terpadu terhadap penggangu tanaman, baik hama
dan penyakit tanaman lainnya. Menurut Tangkebatu (2019), beberapa hama
tanaman melon antara lain yaitu Lalat Buah (Dacus cucurbitae), Ulat Daun
(Palpita sp.), Aphids (Myzus persicae), Tungau (Tetranichus sp.), Thrips (Thrips
tabacci), dan Oteng-oteng (Aulacophora similis). Pengendalian hama maupun
penyakit tanaman dilakukan melalui pengendalian secara fisik atau mekanik,
kimiawi, dan biologis. Cara fisik atau mekanik misalnya dengan penggunaan
perangkap serangga, pembungkus buah, serta pemangkasan bagian yang terserang
dan membakarnya. Cara lainnya yaitu dengan pengendalian cara kimia, dengan
penyemprotan pestisida kontak maupun sistemik baik insektisida dan fungisida,
dan cara biologis yaitu dengan menggunakan musuh alami dan pestisida nabati.
Berbagai cara pengendalian ini dapat dikombinasikan untuk pembersihan yang
optimal terhadap serangan hama dan penyakit.
1.5 Panen Tanaman Melon

Buah melon dapat dipetik saat tidak terlalu matang, misalnya sekitar 3-7 hari
sebelum matang sepenuhnya (matang 90%). Hal ini berguna untuk memberikan
waktu lebih pada distribusi. Melon mulai dipanen pada umur 61 HST dengan
tujuan agar kualitas melon tetap baik dan tidak mudah rusak sehingga dapat dijual
dengan cepat (Anang,2018). Panen melon dapat dilakukan dengan cara memotong
tangkai buah dengan pisau atau gunting. Tangkai dipotong seperti huruf T, dan
bagian yang dipotong adalah yang mengarah ke daun.
Teknologi Budidaya Tanaman Semangka

1.1 Klasifikasi
Tanaman semangka tergolong tanaman labu-labuan, seperti melon,
blewah, dan timun. Taksonomi tanaman semangka dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
Kingdom: Plantae
Superdivisio : Spermatophyta
Divisio : Magnoliophyta / Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Magnoliopsida / Dicotyledoneae
Subkelas : Cucurbitales
Ordo : Cucurbitales
Familia : Cucurbitaceae
Genus : Citrulus
Spesies : Citrulus lanatus
(Sharma, 1993).

1.2 Syarat Tumbuh


Syarat tumbuh dari tanaman semangka yaitu : Curah hujan ideal 40-50
mm/bulan. Seluruh areal pertanaman perlu sinar matahari sejak terbit sampai
tenggelam, suhu optimal untuk tanaman semangka yaitu ± 250 C. Semangka
cocok ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 600 m dpl. Kondisi tanah
cukup gembur, kaya bahan organik, bukan tanah asam dan tanah
kebun/persawahan yang telah dikeringkan. Cocok pada jenis tanah geluh berpasir.
Keasaman tanah (pH) 6 - 6,7 (Yusuf, 2011)
Tanaman semangka menghendaki tempat yang tidak ternaungi atau
mendapat sinar matahari penuh. Tanaman ini tidak tahan terhadap hujan yang
terus-menerus. Tanaman menghendaki penyiraman 80% lebih (berada ditempat
terbuka). Tujuannya agar matahari menyinari penuh tanaman semangka (tidak ada
naungan) (Sunarjono, 2006)

1.3 Hama Penyakit


Penyemprotan campuran obat (fungisida, insektisida dan pupuk daun)
dilakukan rutin setiap minggu, untuk tindakan pencegahan. Jika terdapat serangan
hama atau penyakit, maka waktu penyemprotan ditingkatkan menjadi 3 hari sekali
dengan bahan yang sesuai dengan hama atau penyakit tersebut. Adapun jenis
hamadan penyakit yang sering menyerang yaitu Thrips (Thrips parvispinus
Karny), Layu (Fusarium ),Bercak daun, Busuk buah,Ulat perusak daun
(Spodoptera litura), Tungau merah merah (Tetranychus cinnabarinus) dan Ulat
tanah (Agrotis ipsilon Hufn).
1.5 Penyerbukan
Penyerbukan buatan hanya dilakukan kalau semangka yang ditanam
sebagian besar merupakan jenis tidak berbiji. Penyerbukan buatan dilakukan pada
pagi hari yaitu pukul 06.00-10.00, saat bunga betina dalam kondisi mekar. Umur
tanaman yang dapat dilakukan penyerbukan buatan sekitar 21-28 hari setelah
tanam. Untuk penanaman sistem turus, penyerbukan hanya dilakukan pada
bunga betina yang berada pada ruas ke-13 dan ke 20, hal ini disebabkan bunga
pada ruas-ruas tersebut yang kelak menjadi buah dapat pas dengan para-paranya.
Sedangkan penanaman tanpa turus tidak ada ketentuan tersebut. Cara
penyerbukan buatan ini diawali dengan pengambilan dan pengumpulan bunga
jantan dari semangka berbiji. Selanjutnya, dipilih bunga betina yangakan
diserbuki, yaitu bentuknya sempurna dan tidak cacat. Setelah dipilih, oleskan
bunga jantan pada putik bunga betina.

1.6 Panen dan Pasca Panen


Menentukan saat panen dapat melaui tiga cara yaitu pengamatn visual,
pengamatan dari suara saat buah diketuk, dan umur tanaman. Secara visual, buah
semangka yang sudah siap panen dicirikan oleh warna kulit buah yang terang,
bentuk buah bulat berisi, dan sulur di belakang tangkai buah sudah berubah warna
menjadi coklat tua. Warna buah menjadi terang karena lapisan lilin yang
menyelimuti kulit buah sudah hilang. Suara buah dapat digunakan sebagai tanda
tingkat ketuaan buah. Suara buah ini muncul setelah buah diketuk. Bila nyaring,
buah tersebut masih muda. Sebaliknya, bila agak berat dan sedikit bergetar, buah
tersebut sudah masak atau tua.

Varietas tanaman dan ketinggian tempat mempengaruhi umur panen


tanaman. Pada ketinggian tempat antara 700-900 m dpl, semangka dapat dipanen
pada umur 90-100 hari setelah tanam. Sementara di dataran rendah buah dapat
dipanen pada umur 85 hari. Cara panen buah semangka adalah dengan memotong
tangaki buah. Setelah dipotong, buah dapat diangkat dan diletakkan langsung ke
dalam keranjang. Pemetikan buah sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah dan
tidak berawan sehingga permukaan kulit buah dalam kondisi kering, agar tahan
selama dalam penyimpananan. Kemudian masuk dalam tahap pasca panen dimana
buah hasil panen melalui beberapa proses seleksi sebelum buah di jual kepasaran
karena adanya buah yang tercampur dalam buah baik dapat menurunkan nilai jual
dari buah tersebut proses ini disebut sortasi.kemudian yang terakhir proses
penyimpanan buah semangka di tingkat pedagang besar (sambil menunggu harga
lebih baik) dilakukan sebagai berikut: Penyimpanan pada suhu rendah sekitar
4oC, dan kelembaban udara antara 80-85%; Penyimpanan pada atmosfir
terkontrol (merupakan cara pengaturan kadar O2 dan kadar CO2) dengan asumsi
oksigen atau menaikan kadar karbon dioksida (CO2), dapat mengurangi proses
respirasi.

Teknologi Budidaya Tanaman Labu


1.1 Klasifikasi Tanaman
Tanaman Labu Kuning memiliki klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Rosanae
Famili : Cucurbitales
Genus : Cucurbitaceae
Spesies : Cucurbita moschata Duch
1.2 Budidaya Tanaman Labu
Labu kuning tumbuh baik di daerah tropis dari dataran rendah hingga 1500 m
dpl. Beradaptasi dengan baik pada kondisi hangat dengan temperatur 18-27 °C.
Namun tanaman ini cukup sensitif terhadap lama penyinaran yang dapat
mempengaruhi perbandingan antara jumlah bunga betina dan jantan. pH tanah
yang di butuhkan sekitar 5,5-6,8. Radiasi matahari yang diperlukan sekitar 30%,
serta curah hujan yang di kehendaki untuk penanaman labu kuning rata-rata 500-
2500 mm pertahun, dengan kelembaban 60 - 90%.
Labu kuning tumbuh merambat, sehingga membutuhkan penyangga seperti
tralis atau para-para setinggi 2-3 m. Diperbanyak secara generatif, tetapi bisa juga
melalui perbanyakan vegetatif. Jarak tanam labu kuning 1-1.5 m antar baris dan
60-120 cm antar tanaman dalam baris. Dosis pupuk yang direkomendasikan
adalah 100 kg/ha N, 40 kg/ha P, dan 80 kg/ha K.
1.3 Cara Penyerbukan
Tanaman labu mengeluarkan bunga betina sedikitnya setelah mengeluarkan 7-
10 bunga jantan. Pembukaan bunga betina mekar sempurna yaitu pada pagi hari
sekitar jam 06-10. Pada waktu ini bunga sudah membuka sempurna dan waktunya
penyerbukan, penyerbukan dapat terjadi secara alami, dengan bantuan serangga
maupun dengan bantuan manusia. Penyerbukan bantuan manusia dilakukan
dengan mengambil bunga jantan dan ditaruh ke bunga betina, sehingga putik
bunga betina tertutupi oleh bunga jantan. Setelah itu bunga betina yang tertutupi
bunga jandan di bungkus dengan plastik agar terhindar dari kontak lain seperti
angin dan serangga lain.
1.4 Hama dan penyakit
Penyakit yang sering menyerang labu kuning adalah antraknos, penyakit
embun tepung, bercak daun, scab, serta virus seperti CMV, WMV-2,PRSV-W,
ZYMV, dan SLCV. Sedangkan hama yang sering menyerang tanaman ini adalah
hama pemakan daun (Epilachna) dan hama penggerek batang.
1.5 Panen dan Pasca Panen
Panen pertama dapat dimulai pada 50-60 hari setelah tanam. Panen buah labu
kuning dilakukan terus menerus dengan interval 2-3 kali per minggu. Buah labu
kuning yang telah matang memiliki ciri warna kuning dengan tangkai buh yang
telah mengering.
Dalam penyimpanannya buah waluh setelah dipanen sebaiknya diangin-
anginkan ditempat terbuka agar kulit buah lebih mengeras, setelah itu disimpan
pada tempat yang kering dan terhindar dari air. Buah labu yang utuh dan sehat
tanpa ditandai dengan adanya kerusakan dapat disimpan hingga 6-9 bulan.
Sedangkan buah yang retak ataupun rusak tidak akan tahan lama oleh karena itu
buah-buah yang demikian harus cepat diolah.
Teknologi Budidaya Tanaman Stroberi

1.1 Klasifikasi Tanaman Stroberi


Stroberi merupakan tanaman buah berupa herba yang ditemukan pertama
kali di Chili, Amerika. Salah satu spesies tanaman stroberi yaitu Fragaria
chiloensis menyebar ke berbagai negara Amerika, Eropa dan Asia. Selanjutnya
spesies lain, yaitu F. vesca L. lebih menyebar luas dibandingkan spesies lainnya.
Jenis stroberi ini pula yang pertama kali masuk ke Indonesia. Morfologi tanaman
stroberi terdiri dari akar, batang, daun, bunga, dan buah. Klasifikasi botani
tanaman stroberi menurut Lawrence (1960) adalah sebagai berikut:
Divisi: Spermatophyta
Sub divisi: Angiospermae
Kelaa: Dicotyledonae
Keluarga: Rosaceae
Genus: Fragaria
Spesies: Fragaria spp
Batang tanaman stroberi beruas-ruas pendek dan berbuku-buku, banyak
mengandung air, serta tertutupi pelepah daun, sehingga seolah-olah tampak seperti
rumpun tanpa batang. Buku-buku batang yang tertutup oleh sisi daun mempunyai
kuncup (gemma). Kuncup ketiak dapat tumbuh menjadi anakan atau stolon.
Stolon biasanya tumbuh memanjang dan menghasilkan beberapa calon tanaman
baru (Adanikid, 2008). Akar tanaman stroberi terdiri atas pangkal akar (collum),
batang akar (corpus), ujung akar (apeks), bulu akar (pilus radicalis), dan tudung
akar (calyptras). Tanaman stroberi berakar tunggang (radix primaria), akarnya
terus tumbuh memanjang dan berukuran besar. Panjang akarnya mencapai 100
cm, namun akar tersebut hanya menembus lapisan tanah atas sedalam 15-45 cm,
tergantung jenis dan kesuburan tanahnya (Kurnia, 2005) Daun tanaman stroberi
tersusun pada tangkai yang berukuran agak panjang. Tangkai daun berbentuk
bulat serta seluruh permukaannya ditumbuhi oleh bulu-bulu halus. Helai daun
bersusun tiga (trifoliate). Bagian tepi daun bergerigi, berwarna hijau, dan
berstruktur tipis. Daun dapat bertahan hidup selama 1-3 bulan, kemudian daun
akan kering dan mati (Gunawan, 2005).
Bunga stroberi berbentuk klaster (tandan) pada beberapa tangkai bunga.
Biasanya bunga mekar tidak bersamaan, bunga yang terbuka awal biasanya lebih
besar ukurannya. Bunga berwarna putih, berdiameter 2,5-3,5 cm, terdiri dari 5–10
kelopak bunga berwarna hijau, 5 mahkota bunga, sejumlah tangkai putik dan 2–3
lusin benang sari. Benang sari tumbuh pada 3 lingkaran kedudukan. Jika benang
sari berisi tepung sari fertile, benang sari tersebut berwarna kuning emas.
Sementara itu, cairan nectar dihasilkan di daerah tangkai buah, bagian dasar
benang sari atau disebelah luar bunga betina (Gunawan 2005). Buah stroberi
berwarna merah. Buah yang biasanya dikenal adalah buah semu, yang sebenarnya
merupakan receptacle yang membesar. Buah sejati yang berasal dari ovul yang
diserbuki berkembang menjadi buah kering dengan biji keras. Struktur buah keras
ini disebut achene yang terbentuk ditentukan oleh jumlah pistil dan keefektifan
penyerbukan. Bunga primer mempunyai pistil terbanyak yaitu lebih dari 400
buah, jumlah pistil pada bunga sekunder antara 200-300 buah, sedangkan pada
bunga tersier hanya 50-150 buah (Kurnia, 2005).
1.2 Syarat Tumbuh
1.2.1 Iklim
Suhu yang cukup dingin di malam hari dibutuhkan untuk memicu proses
inisiasi bunga, sedangkan di siang hari tanaman stroberi, membutuhkan cukup
cahaya matahari untuk proses fotosintensis dan pematangan buah (Gusyana,
2009). Tanaman stroberi dapat tumbuh dengan baik di daerah dengan curah hujan
600-700 mm/tahun dengan lama penyinaran cahaya matahari yang dibutuhkan
yaitu sekitar 8–10 jam setiap harinya. Stroberi adalah tanaman subtropis yang
dapat beradaptasi dengan baik di dataran tinggi tropis yang memiliki temperatur
17-20°C dengan kelembaban udara antara 80-90% (Prihartman, 2006).
1.2.2 Tanah
Tempat yang cocok untuk bertanam stroberi adalah lahan berpasir yang
mengandung tanah liat, subur dan gembur, serta mengandung banyak bahan
organik, tata air dan udara yang baik. Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang
ideal untuk budidaya stroberi adalah sekitar 6.5-7.0 dengan ketinggian tempat
sekitar 1000-1.300 mdpl (Gusyana, 2009). Tinggi tempat dari permukaan laut
menentukan suhu udara dan intensitas sinar yang diterima oleh tanaman. Semakin
tinggi suatu tempat, semakin rendah suhu tempat tersebut. Demikian juga
intensitas matahari semakin berkurang. Suhu dan penyinaran inilah yang nantinya
akan digunakan untuk menggolongkan tanaman apa yang sesuai untuk dataran
tinggi atau dataran rendah . Ketinggian tempat dari permukaan laut juga sangat
menentukan pembungaan tanaman. Tanaman berbuah yang ditanam di dataran
rendah berbunga lebih awal dibandingkan dengan yang ditanam pada dataran
tinggi. Faktor lingkungan akan mempengaruhi proses-proses fisiologi dalam
tanaman. Semua proses fisiologi akan dipengaruhi oleh suhu dan beberapa proses
akan tergantung dari cahaya. Suhu optimum diperlukan tanaman agar dapat
dimanfaatkan sebaik-baiknya. Suhu yang terlalu tinggi akan menghambat
pertumbuhan tanaman bahkan akan dapat mengakibatkan kematian bagi tanaman,
demikian juga sebaliknya suhu yang terlalu rendah. Sedangkan cahaya merupakan
sumber tenaga bagi tanaman (Gusyana, 2009).
1.2.3 Penyerbukan Tanaman
Tanaman stroberi dapat melakukan penyerbukan sendiri (self pollination)
dan penyerbukan silang (cross pollination) yang dibantu oleh serangga dan angin.
Penyerbukan sendiri terjadi ketika serbuksari dari anther mencapai kepala putik
dalam bunga yang sama. Penyerbukan silang terjadi ketika serbuk sari mencapai
kepala putik dari bunga yang berbeda. Setelah terjadi fertilisasi, diikuti dengan
perkembangan achene. Jaringan dasar (receptacle) sekitar acheneakan membesar
dan membentuk bakal buah (Demchack, 2012). Beberapa kultivar tanaman
stroberi dapat melakukan penyerbukan sendiri secara optimal. Penyerbukan oleh
angin dan serangga, terutama lebah madu dipengaruhi oleh cuaca dan populasi
lebah tersebut (Delaplane & Mayer, 2000).
Pada bunga stroberi, kematangan serbuksari, diikuti membukanya kepala
anther dan serbuk sari. Getaran bunga stroberi yang terjadidiakibatkan oleh angin
dan hujanmembantu proses menempelnya serbuk sari di kepala putik. Namun,
penyebukan sendiri atau yang dibantu oleh angin menyebabkan tanaman stroberi
mengalami penyerbukan tidak sempurna, sehingga menghasilkan buah berukuran
kecil dan berbentuk tidak sempurna. Dengan demikan, perpindahan serbuksari ke
kepala putik lebih efektif dibantu oleh serangga (Demchack, 2012).
1.3 Teknik Budidaya
Teknik budidaya tanaman melon meliputi beberapa hal yaitu:

1.3.1 Pembibitan yaitu melakukan perbanyakan dengan biji, langkah – langkah


yang dilakukan meliputi:
a. Benih dibeli dari toko pertanian, rendam benih di dalam air selama 15 menit
lalu keringanginkan.
b. Kotak persemaian berupa kotak kayu atau plastik, diisi dengan media berupa
campuran tanah, pasir dan pupuk kandang (kompos) halus yang bersih (1:1:1).
Benih disemaikan merata di atas media dan tutup dengan tanah tipis. Kotak
semai ditutup dengan plastik atau kaca bening dan disimpan pada temperatur
18-20oC.
c. Persemaian disiram setiap hari, setelah bibit berdaun dua helai siap
dipindahtanam ke bedeng sapih dengan jarak antar bibit 2-3 cm. Media tanam
bedeng sapih sama dengan media persemaian. Bedengan dinaungi dengan
plastik bening. Selama di dalam bedengan, bibit diberi pupuk daun. Setelah
berukuran 10 cm dan tanaman telah merumpun, bibit dipindahkan ke kebun.
1.3.2 Penanaman
a. Siram polybag berisi bibit dan keluarkan bibit bersama media tanamnya dengan
hati-hati.
b. Tanam satu bibit di lubang tanam dan padatkan tanah di sekitar pangkal batang.
c.Untuk tanaman tanpa mulsa, beri pupuk dasar sebanyak 1/3 dari dosis pupuk
anjuran (dosis anjuran 200 kg/ha Urea, 250 kg SP-36 dan 150 kg/ha KCl). Pupuk
diberikan di dalam lubang sejauh 15 cm di kiri-kanan tanaman.
d. Sirami tanah di sekitar pangkal batang sampai lembab.
1.3.3 Pemeliharaan Tanaman
a. Penyulaman: Penyulaman dilakukan sebelum tanaman berumur 15 hari
setelah tanam. Tanaman yang disulam adalah yang mati atau tumbuh
abnormal.
b. Penyiangan: Penyiangan dilakukan pada pertanaman stroberi tanpa ataupun
dengan mulsa plastik. Mulsa yang berada di antara barisan/bedengan
dicabut dan dibenamkan ke dalam tanah. Waktu penyiangan tergantung dari
pertumbuhan gulma, biasanya dilakukan bersama pemupukan susulan.
c. Perempelan/Pemangkasan: Tanaman yang terlalu rimbun, terlalu banyak
daun harus dipangkas. Pemangkasan dilakukan teratur terutama membuang
daun-daun tua/rusak. Tanaman stroberi diremajakan setiap 2 tahun.
d. Pemupukan pemupukan dapat dilakukan dengan tig acara:
 Pertanaman tanpa mulsa: Pupuk susulan diberikan 1,5-2 bulan setelah
tanam sebanyak 2/3 dosis anjuran. Pemberian dengan cara ditabur dalam
larikan dangkal di antara barisan, kemudian ditutup tanah.
 Pertanaman dengan mulsa: Pupuk susulan ditambahkan jika pertumbuhan
kurang baik. Campuran urea, SP-36 dan KCl (1:2:1,5) sebanyak 5 kg
dilarutkan dalam 200 liter air. Setiap tanaman disiram dengan 350-500 cc
larutan pupuk.
e. Pengairan dan Penyiraman Sampai tanaman berumur 2 minggu,
penyiraman dilakukan 2 kali sehari. Setelah itu penyiraman dikurangi
berangsur-angsur dengan syarat tanah tidak mengering. Pengairan bisa
dengan disiram atau menjanuhi parit antar bedengan dengan air.
f. Pemasangan Mulsa Kering Mulsa kering dipasang seawal mungkin setelah
tanam pada bedengan/ guludan yang tidak memakai mulsa plastik. Jerami
atau rumput kering setebal 3–5 cm dihamparkan di permukaan
bedengan/guludan dan antara barisan tanaman.
1.4 Hama dan Penyakit
1.4.1 Hama

1. Kutu daun (Chaetosiphon fragaefolii)


Kutu berwarna kuning-kuning kemerahan, kecil (1-2 mm), hidup
bergerombol di permukaan bawah daun. Gejala: pucuk/daun keriput,
keriting, pembentukan bunga/buah terhambat. Pengendalian: dengan
insektisida Fastac 15 EC dan Confidor 200 LC.
2. Tungau (Tetranychus sp. dan Tarsonemus sp.)
Tungau berukuran sangat kecil, betina berbentuk oval, jantan berbentuk
agak segi tiga dan telur kemerah-merahan. Gejala: daun berbercak kuning
sampai coklat, keriting, mengering dan gugur. Pengendalian: dengan
insektisida Omite 570 EC, Mitac 200 EC atau Agrimec 18 EC.
3. Kutu putih (Pseudococcus sp.)
Gejala: bagian tanaman yang tertutupi kutu putih akan menjadi abnormal.
Pengendalian: kimia dengan insektisida Perfekthion 400 EC atau Decis 2,5
EC. 5) Nematoda (Aphelenchoides fragariae atau A. ritzemabosi) Hidup di
pangkal batang bahkan sampai pucuk tanaman. Gejala: tanaman tumbuh
kerdil, tangkai daun kurus dan kurang berbulu. Pengendalian: dengan
nematisida Trimaton 370 AS, Rugby 10 G atau Nemacur 10 G.
1.4.2 Penyakit

1. Kapang kelabu (Botrytis cinerea)


Gejala: bagian buah membusuk dan berwarna coklat lalu mengering.
Pengendalian: dengan fungisida Benlate atau Grosid 50 SD.
2. Busuk buah matang (Colletotrichum fragariae Brooks)
Gejala: bah masak menjadi kebasah-basahan berwarna coklat muda dan
buah dipenuhi massa spora berwarna merah jambu. Pengendalian: dengan
fungisida berbahan aktif tembaga seperti Kocide 80 AS, Funguran 82 WP,
Cupravit OB 21.
3. Busuk rizopus (Rhizopus stolonifer).
Gejala: (1) buah busuk, berair, berwarna coklat muda dan bila ditekan akan
mengeluarkan cairan keruh; (2) di tempat penyimpanan, buah yang
terinfeksi akan tertutup miselium jamur berwarna putih dan spora hitam.
Pengendalian: membuang buah yang sakit, pasca panen yang baik dan
budidaya dengan mulsa plastik.
4. Empulur merah (Phytophthora fragariae Hickman)
Gejala: jamur menyerang akar sehingga tanaman tumbuh kerdil, daun tidak
segar, kadang-kadang layu terutama siang hari.
5. Embun tepung (Sphaetotheca mascularis atau Uncinula necator).
Gejala: bagian yang terserang, terutama daun, tertutup lapisan putih tipis
seperti tepung, bunga akan mengering dan gugur. Pengendalian: dengan
fungisida Benlate atau Rubigan 120 EC.
1.5 Panen
Tanaman asal stolon dan anakan mulai berbung ketika berumur 2 bulan
setelah tanam. Bunga pertama sebaiknya dibuang. Setelah tanaman berumur 4
bulan, bunga dibiarkan tumbuh menjadi buah. Periode pembungaan dan
pembuahan dapat berlangsung selama 2 tahun tanpa henti. Ciri dan Umur Panen:
1. Buah sudah agak kenyal dan agak empuk.
2. Kulit buah didominasi warna merah: hijau kemerahan hingga kuning
kemerahan.
3. Buah berumur 2 minggu sejak pembungaan atau 10 hari setelah awal
pembentukan buah.
1.6 Cara Panen dan Pasca Panen
Panen dilakukan dengan menggunting bagian tangkai bunga dengan
kelopaknya. Panen dilakukan dua kali seminggu. Untuk pasca panen sendiri
dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Pengumpulan: Buah disimpan dalam suatu wadah dengan hati-hati agar tidak
memar, simpan di tempat teduh atau dibawa langsung ke tempat
penampungan hasil. Hamparkan buah di atas lantai beralas terpal/plastik.
Cuci buah dengan air mengalir dan tiriskan di atas rak-rak penyimpanan.
2. Penyortiran dan Penggolongan: Pisahkan buah yang rusak dari buah yang
baik. Penyortiran buah berdasarkan pada varietas, warna, ukuran dan bentuk
buah. Terdapat 3 kelas kualitas buah yaitu: a) Kelas Ekstra: (1) buah
berukuran 20-30 mm atau tergantung spesies; (2) warna dan kematangan
buah seragam. b) Kelas I: (1) buah berukuran 15-25 mm atau tergantung
spesies; (2) bentuk dan warna buah bervariasi. c) Kelas II: (1) tidak ada
batasan ukuran buah; (2) sisa seleksi kelas ekstra dan kelas I yang masih
dalam keadaan baik.
3. Pengemasan dan Penyimpanan Buah dikemas di dalam wadah plastik
transparan atau putih kapasitas 0,25-0,5 kg dan ditutup dengan plastik lembar
polietilen. Penyimpanan dilakukan di rak dalam lemari pendingin 0-1 °C.
Teknologi Budidaya Tanaman Nanas

1.1 Klasifikasi Tanaman Nanas


Tanaman nanas (Ananas comosus(L.) Merr.) merupakan salah satu
tanaman paling popular di dunia. Nanas juga menjadi salah satu tanaman buah
yang banyak dibudidayakan di daerah tropis maupun subtropis. Volume ekspor
nanas begitu besar sehingga Indonesia menjadi negara pengekspor nanas terbesar
di dunia hingga awal tahun 2012. Berdasarkan data Indonesian Trade Promotion
Center, nilai ekspor tersebut mencapai 139 juta US dolar.
Bagi masyarakat Indonesia, nanas merupakan bagian dari kehidupannya,
karena semua bagian tanaman tersebut dapat dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan ekonomi. Disamping itu, sisi penting lainnya adalah luas areal
perkebunan rakyat tanaman nanas yang mencapai 47% dari 3,74 juta ha dan
melibatkan lebih dari tiga juta rumah tangga petani. Pengusahaan nanas juga
membuka tambahan kesempatan kerja dari kegiatan pengolahan produk turunan
dan hasil samping yang sangat beragam jenisnya (Tarmansyah, 2007).

Tanaman nanas termasuk dalam golongan tanaman fotosintesis CAM


(Crassulacean Acid Metabolism). Tanaman yang termasuk golongan ini lebih
adaptif di daerah kering dan panas. Tanaman ini mengambil CO2 pada malam hari
dan menggunakannya untuk fotosintesis pada siang harinya. Meski tidak
mengeluarkan oksigen di malam hari, namun dengan memakan CO2 yang beredar
di lingkungan sekitarnya, tanaman ini sudah membantu membersihkan udara, jadi
cocok untuk ditaruh di tempat tidur.

Tanaman pada kelompok CAM ini penambatan CO2 seperti pada tanaman
C4, tetapi dilakukan pada malam hari dan dibentuklah senyawa dengan gugud 4-
C. Pada siang hari berikutnya, pada saat stomata dalam keadaan tertutup terjadi
dekarboksilase senyawa C4 tersebut dan penambatan kembali CO2 melalui
kegiatan RUDP karboksilase. Jadi tanaman CAM mempunyai beberarapa
persamaan dengan kelompok C4 yaitu adanya dua tingkat sistem penambatan
CO2.

Klasifikasi tanaman nanas adalah:


Kingdom: Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Kelas : Angiospermae (berbiji tertutup)
Ordo : Farinosae (Bromeliales)
Famili : Bromiliaceae
Genus : Ananas
Spesies :Ananas comosus (L.) Merr.
Kerabat dekat spesies nanas cukup banyak, terutama nanas liar yang biasa
dijadikan tanaman hias, misalnya A. braceteatus (Lindl) Schultes, A. fritzmuelleri,
A. erectifolius L.B. Smith dan A. ananassoides (Bak) L.B. Smith.
1.2 Syarat Tumbuh

Daerah penyebaran nanas ialah 300 LU dan 300 LS dari khatulistiwa.


Tanaman nanas memerlukan beberapa persyaratan iklim yang harus dipenuhi agar
dapat tumbuh baik. Faktor iklim ini mencakup curah hujan, ketinggian,
kelembapan, suhu dan cahaya matahari.Pada umumnya tanaman nanas ini toleran
terhadap kekeringan serta memiliki kisaran curah hujan yang luas sekitar 1000-
1500 mm/tahun. Akan tetapi tanaman nanas tidak toleran terhadap hujan salju
karena rendahnya suhu oC. Nanas tumbuh pada daerah dataran rendah dengan
ketinggian 100-200 m di atas permukaan laut. Di daerah dataran tinggi, tanaman
ini masih dapat tumbuh sampai ketinggian 1200 m dpl. Pertumbuhan optimum
tanaman nanas antara 100-700 m dpl.

Kelembapan tanah yang berlebihan pada awal pembungaan dapat


menghambat pertumbuhan buah dan menghasilkan daun yang berlebihan.
Sedangkan kelembapan yang berlebihan pada saat pembungaan akan menurunkan
mutu. Suhu yang sesuai untuk budidaya tanaman nanas adalah 29-32 0C, tetapi
juga dapat hidup di lahan bersuhu rendah sampai 10. Tanaman nanas dapat
tumbuh dengan baik dengan cahaya matahari rata-rata 33-71% dari kelangsungan
maksimumnya, dengan angka tahunan rata-rata 2000 jam.

1.3 Teknik Perbanyakan Tanaman


Teknik perbanyakan tanaman nanas dapat dilakukan dengan cara vegetatif
dan generatif. Cara vegetatif dapat digunakan adalah tunas akar, tunas batang,
tunas buah, mahkota buah, stek batang dan dengan cara kultur in vitro. Cara
kultur in vitro biasanya digunakan untuk memproduksi bibit tanaman yang
seragam dalam jumlah besar. Sedangkan cara generatif dengan biji yang
ditumbuhkan dengan persemaian.Kualitas bibit yang baik harus berasal dari
tanaman yang pertumbuhannya normal, sehat serta bebas dari hama dan penyakit.
Cara perbanyakan bibit tanaman nanas yang akan ditulis disini adalah dari bibit
tunas batang dan dari stek. Adapun cara pembibitan dari tunas batang adalah
sebagai berikut :
a. Memilih tunas batang yang akan digunakan untuk pembibitan. Tanaman nanas
dalam keadaan sedang berbuah atau telah dipanen. Tunas batang yang baik
adalah panjang 30-35 cm.
b. Kemudian memotong daun-daun dekat pangkal pohon, untuk mengurangi
penguapan dan mempermudah pengangkutan, setelah itu biarkan selama
beberapa hari di tempat teduh dan bibit siap angkut ke tempat penanaman
langsung segera ditanam.
c. Bibit Nanas dari Stek.
Adapun cara pembibitan dari stek adalah sebagai berikut :
a. Memotong batang nanas yang sudah dipanen buahnya sepanjang 2,5 cm.
b. Membelah potongan menjadi 4 bagian yang mengandung mata tunas.
c. Potongan-potongan tersebut disemaikan dalam media pasir bersih.
d. Setelah 3,5 bulan, bibit akan mencapai ketinggian 25-35 cm. maka bibit
bisalangsung ditanam di kebun.

1.4 Teknik Budidaya Tanaman Nanas

1.4.1 Pembiakan Tanaman Nanas dan Pembibitan

Keberhasilan penanaman nanas sangat ditentukan oleh kualitas bibit. Nanas


dapat dikembangbiakan dengan cara vegetatif, yakni menggunakan tunas akar,
tunas batang, tunas buah, mahkota buah dan stek batang, dan cara generatif,
dengan biji yang ditumbuhkan dengan persemaian, akan tetapi ini jarang
digunakan. Kualitas bibit yang baik harus berasal dari tanaman yang
pertumbuhannya normal sehat serta bebas dari gangguan hama dan penyakit.

1. Persyaratan Benih: Bibit yang baik harus mempunyai daun-daun yang nampak
tebal-tebal penuh berisi, bebas hama dan penyakit, mudah diperoleh dalam
jumlah banyak, pertumbuhan relatif seragam serta mudah dalam pengangkutan
terutama untuk bibit stek batang.
2. Penyiapan Benih: Benih nanas dari biji (generatif) jarang digunakan karena
membutuhkan teknikkhusus dan beberapa jenis nanas tidak dapat melakukan
penyerbukan sendiri dantidak menghasilkan biji. Cara perbanyakan secara
vegetatif (tunas akar)mempunyai ciri khusus: tunas yang tumbuh dari bagian
batang yang terletak didalam tanah, jumlah tunas akar per rumpun relatif
sedikit, bentuk daun lebih langsing, masa remaja tunas akar relatif pendek.
Cara vegetatif lain (tunas batang) mempunyai ciri-ciri tunas yang tumbuh
dari batang dan jumlah tunas perrumpun relatif sedikit. Tunas buah mempunyai
ciri-ciri tunas yang tumbuh di bawah tangkai buah dan di atas tunas batang,
jumlah tunas buahper tanaman relatif banyak hingga mencapai 10 tunas dan
ukuran tunas yangbervariasi tergantung dari pertumbuhan tanaman. Untuk cara
vegetatif dengan mahkota buah ciri-cirinya adalah tunas yang ditumbuhkan
dari mata tunas yangnon-aktif pada batang, kemudian disemaikan dalam media
steril dengan perlakuan khusus serta jumlah bibit yang dihasilkan banyak,
seragam, dan mudah dalam pengangkutan.
Penyiapan benih (bibit) untuk tanaman nanas dibedakan menjadi bibit
tunas batang dan bibit nanas dari stek. Penyiapan bibit tunas batang: memilih
tunas batang pada pohon induk yang sedang berbuah/setelah panen. Tunas
batang yang baik mempunyai panjang 30-35 cm. Daun-daun dekat pangkal
pohon dipotong untuk mengurangi penguapan dan mempermudah
pengangkutan, setelah itubiarkan selama beberapa hari di tempat teduh dan
bibit siap angkut ke tempat penanaman langsung segera ditanam.
Untuk penyiapan bibit nanas dari stek, langkah pertama yang dilakuakan
adalah memotong batang nanas yang sudah dipanen buahnya sepanjang 2,5
cm,kemudian potongan dibelah menjadi 4 bagian yang mengandung mata
tunas.Media semai berupa pasir bersih dalam bak tanam. Bibit yang dihasilkan
dengantinggi 25-35 cm atau berumur 3-5 bulan dicabut, ditanam di kebun. Bila
bibit akan diangkut dalam jarak jauh, akar-akarnya dibungkus dengan humus
lembab.
Benih yang disiapkan harus disesuaikan dengan luas areal
penanaman.Kepadatan tanaman yang ideal berkisar antara 44.000-77.000 bibit
tanaman per hektar, tergantung jarak tanam, jenis nanas, kesuburan tanah,
sistem tanam dan jenisbibit. Penanaman dengan sistem persegi (jarak tanam
150 x 150 cm) membutuhkan sekitar 3556 bibit bila lahan yang mangkus
ditanami 80%. Atau 12.698-15.875 bibit pada sistem tanam kereta api dengan
jarak tanam 60 x 60cm dan jarak antar barisan sebelah kanan/kiri dari kereta
api adalah 150 cm.
3. Teknik Penyemaian: Persemaian untuk nanas memerlukan perlakuan khusus.
Langkah dalammenyiapkan media semai dalam bak persemaian berupa tepung
(misalnyaRootone) pada permukaan belahan batang untuk mempercepat
pertumbuhanakar. Belahan batang pada bak persemaian disemaikan sedalam
1,5-2,5 cm danjarak tanam 5-10 cm. Kondisi media persemaian dijaga agar
tetap lembab dan sirkulasi udara baik, dengan menutup bak persemaian dengan
lembar plastic tembus cahaya (bening). Stek batang nanas dibiarkan bertunas
dan berakar. Tempat persemaian baruyang medianya disuburkan dengan pupuk
kandang disiapkan. Campuran mediaberupa tanah halus, pasir dan pupuk
kandang halus (1:1:1) atau pasir dengan pupuk kandang halus (1:1). Langkah
terakhir adalah memindah tanamkan bibit nanas dari persemaian
perkecambahan ke persemaian pembesaran bibit.
4. Pemeliharaan Pembibitan: Pemeliharaan pembibitan/persemaian penyiraman
dilakukan secara berkala dan dijaga agar kondisi media tanam selalu lembab
dan tidak kering supaya bibit tidak mati. Pemupukan dilakukan dengan
pemberian pupuk kandang dengan perbandingan kadar yang sudah ditentukan.
Penjarangan dan pemberian pestisida dapat dilakukan jika diperlukan.
5. Pemindahan Bibit: Pemindahan bibit dapat dilakukan jika ukuran tinggi bibit
mencapai 25-30 cm atau berumur 3-5 bulan.

1.4.2 Penyiapan Lahan

1. Persiapan: Penanaman nanas dapat dilakukan pada lahan tegalan atau


ladang. Waktupersiapan dan pembukaan lahan yang paling baik adalah
waktu musimkemarau, dengan membuang pepohonan yang tidak
diperlukan. Pengolahantanah dapat dilakukan pada awal musim hujan.
Derajat keasaman tanah perludiperhatikan karena tanaman nanas dapat
tumbuh dengan baik pada pH sekitar 5,5. Jumlah bibit yang diperlukan
untuk suatu lahan tergantung dari jenis nanas, tingkat kesuburan tanah dan
ekologi pertumbuhannya.
2. Pembukaan Lahan: Untuk membuka suatu lahan, perlu dilakukan
pembuangan dan pembersihan pohon-pohon atau batu-batuan dari sekitar
lahan kebun ke tempat penampungan limbah pertanian. Mengolah tanah
dengan dicangkul/dibajak dengan tractor sedalam 30-40 cm hingga gembur,
karena bisa berakibat fatal pada produksi tanaman. Biarkan tanah menjadi
kering minimal selama 15 hari agar tanah benar-benar matang dan siap
ditanami.
3. Pembentukan Bedengan: Pembentukan bedengan dapat dilakukan
bersamaan dengan pengolahan tanahuntuk kedua kalinya yang sesuai
dengan sistem tanam yang dipakai. Sistempetakan cukup dengan cara
meratakan tanah, kemudian di sekelilingnya dibuatsaluran pemasukan dan
pembuangan air. Sistem bedengan dilakukan dengancara membuat
bedengan-bedengan selebar 80-120 cm, jarak antar bedengan 90- 150 cm
atau variasi lain sesuai dengan sistem tanam. Tinggi petakan ataubedengan
adalah antara 30-40 cm.
4. Pengapuran: Derajat kemasaman tanah yang sesuai untuk tanaman nanas
adalah 4,5-6,5. Pengapuran tanah dilakukan dengan Calcit atau Dolomit
atau Zeagro atau bahankapur lainnya dengan cara ditaburkan merata dan
dicampurkan dengan lapisantanah atas terutama tanah-tanah yang bereaksi
asam (pH dibawah 4,5). Dosiskapur disesuaikan dengan pH tanah, namun
umumnya berkisar antara 2-4 ton/ha.Bila tidak turun hujan, setelah
pengapuran segera dilakukan pengairan tanah agarkapur cepat melarut.
5. Pemupukan: Dalam penanaman nanas dilakukan pemberian pupuk kandang
dengan dosis 20 ton per hektar. Cara pemberian: dicampurkan merata
dengan lapisan tanah atas atau dimasukkan per lubang tanam. Juga
digunakan pupuk anorganik NPK dan urea. Nitrogen (N) sangat diperlukan
untuk pertumbuhan tanaman, fosfor diperlukan selama beberapa bulan pada
awal pertumbuhan sedangkan Kaliumdiperlukan untuk perkembangan buah,
khususnya nanas. Pupuk ureapenggunaannya dikombinasikan dengan
perangsang pembungaan.

1.4.3 Penanaman dan Sistem Tanam

1. Penentuan Pola Tanam


Pola tanam merupakan pengaturan tata letak tanaman dan urutan jenis
tanaman dengan waktu tertentu, dalam kurun waktu setahun. Dalam teknik
penanamannanas ada beberapa sistem tanam, yaitu: sistem baris tunggal
atau persegidengan jarak tanam 150 x 150 cm baik dalam maupun antar
barisan; 90 x 30 cmjarak dalam barisan 30 cm, dan jarak antar barisan
adalah 90 cm. Sistem barisrangkap dua dengan jarak tanam 60 x 60 cm, dan
jarak antar barisan sebelah kiridan kanan dari 2 barisan adalah 150 cm dan
jarak tanam 45 x 30 cm, dan jarakantar barisan tanaman sebelah kiri dan
kanan dari 2 barisan tanaman adalah 90cm. Sistem baris rangkap tiga
dengan jarak tanam 30 x 30 cm membentuksegitiga sama sisi dengan jarak
antar barisan sebelah kiri/ kanan dari 3 barisantanaman: 90 cm dan jarak
tanam 40 x 30 cm dengan jarak antar barisan sebelahkiri/kanan dari 3
barisan adalah 90 cm serta sisitem baris rangkap empat denganjarak 30 x 30
cm dan jarak antar barisan sebelah kiri/kanan dari 4 barisantanaman 90 cm.
2. Pembuatan Lubang Tanam
Pembuatan lubang tanam pada jarak tanam yang dipilih sesuai dengan
sistem tanam. Ukuran lubang tanam adalah 30 x 30 x 30 cm. Untuk
membuat lubang tanam digunakan cangkul, tugal atau alat lain.
3. Cara Penanaman
Penanaman yang baik dilakukan pada awal musim hujan. Langkah-langkah
yang dilakukan: (1) membuat lubang tanam sesuai dengan jarak dan sistem
tanamyang dipilih; (2) mengambil bibit nanas sehat dan baik dan menanam
bibit padalubang tanam yang tersedia masing-masing satu bibit per lubang
tanam; (3) tanahditekan/dipadatkan di sekitar pangkal batang bibit nanas
agar tidak mudah robohdan akar tanaman dapat kontak langsung dengan air
tanah; (4) dilakukanpenyiraman hingga tanah lembab dan basah; (5)
penanaman bibit nanas janganterlalu dalam, 3-5 cm bagian pangkal batang
tertimbun tanah agar bibit mudahbusuk.

1.4.4 Pengairan
Sekalipun tanaman nanas tahan terhadap iklim kering, namun untuk
pertumbuhantanaman yang optimal diperlukan air yan cukup.
Pengairan/penyiraman dilakukan1-2 kali dalam seminggu atau tergantung keadaan
cuaca. Tanaman nanas dewasa masih perlu pengairan untuk merangsang
pembungaan dan pembuahansecara optimal. Pengairan dilakukan 2 minggu sekali.
Tanah yang terlalu keringdapat menyebabkan pertumbuhan nanas kerdil dan
buahnya kecil-kecil. Waktupengairan yang paling baik adalah sore dan pagi hari
dengan menggunakanmesin penyemprot atau embrat.

1.4.5 Pemupukan
Pemupukan dilakukan setelah tanaman berumur 2-3 bulan dengan pupuk
buatan.Pemupukan susulan berikutnya diulang tiap 3-4 bulan sekali sampai
tanamanberbunga dan berbuah. Jenis dan dosis pupuk yang digunakan adalah:
Pupuk NPK tablet (Pamafert): Komposisi kandungan N-P2O5-K2O-MgO-CaO
adalah 17-8-12-0-2+mikro. Bentuk pupuk berupa tablet, berat 4 gram setiap
tablet. Dosisi anjuran satu tablet tiap tanaman. Pupuk tunggal berupa campuran
ZA, TSP, atau SP-36 dan KCl. Dosis anjuran 1: ZA 100 kg + TSP atau SP-36 60
kg + KCl 50 kg per hektar.Pupuk susulan diulang setiap 4 bulan sekali dengan
dosis yang sama. Dosis anjuran 2: mulai umur 3 bulan setelah tanam dipupuk
dengan ZA 125kg atau urea 62,5 kg + TSP atau SP-36 75 kg/ha. Pada umur 6
bulandipupuk kandang 10 ton/ha. Cara pemberian pupuk adalah dengan
dibenamkan/dimasukkan ke dalam parit sedalam 10-15 cmdiantara barisan
tanaman nanas, kemudian tutup dengan tanah. Cara lain dengan disemprotkan
pada daun terutama pupuk nitrogen dengan dosis 40 gram ureaper liter atau ± 900
liter larutan urea per hektar.

1.4.6 Teknik Pemangkasan


Penjarangan atau pemangkasan pada nanas tidak dilakukan karena
tanaman nanas spesifik dan tidak berbentuk pohon.

1.4.7 Pengendalian OPT


Untuk pengendalian OPT, pada bagian Hama dan Penyakit telah
dijelaskan. Pada intinya, pengendalian OPT dilakukan dengan dua cara, yakni non
kimiawi dan kimiawi. Untuk non kimiawi, dilakukan dengan beberapa cara; (1)
secara mekanis dengan membunuh langsung hama yang ditemui dan (2) dengan
penerapan sanitasi yang teratur, artinya kebersihan kebun dijaga secara tertib,
ranting dan daun-daun yang berserakan dibersihkan. Kemudian untuk cara
kimiawi adalah dengan mengaplikasikan pestisida sintetik.
1.5 Panen dan Penanganan Pasca Panen (Umur Panen, Kriteria Panen, Waktu
Panen, Cara Panen, Penanganan Pasca Panen)
Kriteria dan Umur Panen: Panen buah nanas dilakukan setelah nanas
berumur 12-24 bulan, tergantung darijenis bibit yang digunakan. Bibit yang
berasal dari mahkota bunga berbuah padaumur 24 bulan, hingga panen buah
setelah berumur 24 bulan. Tanaman yangberasal dari tunas batang dipanen setelah
umur 18 bulan, sedangkan tunas akarsetelah berumur 12 bulan. Ciri-ciri buah
nanas yang siap dipanen: Mahkota buah terbuka, tangkai buah mengkerut, mata
buah lebih mendatar, besar dan bentuknya bulat, warna bagian dasar buah kuning,
timbul aroma nanas yang harum dan khas, waktu Panen

Tanaman nanas dipanen setelah berumur 12-24 bulan. Pemanenan buah


nanasdilakukan bertahap sampai tiga kali. Panen pertama sekitar 25%, kedua
50%, danketiga 25% dari jumlah yang ada. Tanaman yang sudah berumur 4-5
tahun perludiremajakan karena pertumbuhannya lambat dan buahnya kecil. Cara
peremajaanadalah membongkar seluruh tanaman nanas untuk diganti dengan bibit
yang baru.Penyiapan lahan sampai penanaman dilakukan seperti cara bercocok
tanam padalahan yang baru.

1.6 Cara Panen


Tata cara panen buah nanas adalah dengan memilih buah nanas yang
menunjukkan tanda-tandasiap panen. Kemudian pangkal tangkai buah dipotong
secara mendatar/miring dengan pisautajam dan steril. Pemanenan dilakukan
secara hati-hati agar tidak rusak dan memar.

1.7 Penanganan Pasca Panen


Buah nanas termasuk komoditi buah yang mudah rusak, susut dan cepat
busuk. Oleh karena itu, setelah panen memerlukan penanganan pascapanen yang
memadai.

a. Pengumpulan: Setelah panen dilakukan pengumpulan buah di tempat


penampungan hasil atau gudang sortasi.
b. Penyortiran dan Penggolongan: Kegiatan sortasi dimulai dengan memisahkan
buah yang rusak, memar, busuk, atau mentah secara tersendiri dari buah yang
bagus dan normal. Klasifikasi buah berdasarkan bentuk dan ukuran yang
seragam, jenis maupun tingkat kematangannya.
c. Penyimpanan: Penyimpanan dilakukan jika harga turun, untuk menunggu
harga naik kembali. Buah nanas biasanya disimpan dalam peti kemas bersuhu
dingin yang angkanya sekitar 5oC.
d. Pengemasan dan Pengangkutan: Kegiatan pengemasan dimulai dengan
mengeluarkan buah nanas dari lemari pemeraman, lalu dipilih (sortasi)
berdasarkan tingkat kerusakannya agar seragam. Kemudian buah nanas
dibungkus dengan kertas pembungkus lalu dikemas dalam keranjang bamboo
atau perti kayu atau dos karton bergelombang. Ukuran wadah pengemasan
adalah 60 x 30 x 30 cm yang diberi lubang ventilasi. Proses pengangkutan
dimulai dengan memasukkan peti kemas secara teratur pada alat
pengangkutan, lalu buah nanas diangkut dan akhirnya dipasarkan di tempat
pemasaran.
e. Produk Olahan: Nanas dapat diproduksi menjadi berbagai macam produk
olahan. Mulai dari sirup, selai, koktail, keripik, dodol dan masih banyak yang
lainnya.

1.7 Hama dan Penyakit

A. Hama
1. Penggerek buah (Thecla basilides Geyer)
Ciri-ciri dari penggerek buah ini yaitu: Kupu-kupu berwarna coklat
dan kupu-kupu betina meletakkan telurnya pada permukaan buah,
kemudian menetas menjadi larva; bentuk larva pada bagian tubuh atas
cembung, bagian bawah datar dan tubuh tertutup bulu-bulu halus pendek.
Gejala: Menyerang buah dengan cara menggerek/melubangi
daging buah; buah nanas yang diserang hama ini berlubang dan
mengeluarkan getah, kemudian membusuk karena diikuti serangan
cendawan atau bakteri.
Pengendalian:
1. Non kimiawi dengan menjaga kebersihan kebun serta membuang bagian
tanaman yang terserang hama;
2. Kimiawi dengan menyemprot insektisida yang mangkus dan sangkil,
seperti Basudin 60 EC atau Thiodan 35 EC pada konsentrasi yang
dianjurkan.
2. Kumbang (Carpophilus hemipterus L.)
Ciri-ciri berupa kumbang kecil, berwarma coklat/hitam; larva
berwarna putih kekuningan, berambut tipis, bentuk langsing berkaki 6.
Gejala yang menyerang tanaman nanas yang gluka sehingga bergetah dan
busuk oleh mikroorganisme lain (cendawan dan bakteri). Pengendalian
dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan kebun dan pemberian
insektisida.
3. Lalat buah (Atherigona sp.)
Ciri-ciri lalat berukuran kecil, meletakkan telur pada bekas luka
bagian buah, kemudian menjadi larva berwarna putih. Untuk gejalanya
biasanya merusak/ memakan daging buah hingga menyebabkan busuk
lunak. Pengendalian dapat dilakukan secara non kimiawi dengan menjaga
kebersihan kebun, membuang buah yang terserang lalat buah sedangkan
dengan cara kimiawi dengan cara disemprot insektisida yang mangkus dan
sangkil, seperti Thiodan 35 EC atau Basudin EC pada konsentrasi yang
dianjurkan.
4. Thrips (Holopothrips ananasi Da Costa Lima)
Ciri-ciri tubuh thrips berukuran sangat kecil panjang sekitar 1,5
mm, berwarna coklat, dan bermata besar. Terdapat gejala biasanya
menyerang tanaman dengan cara menghisap cairan sel daun sehingga
menimbulkan bintik-bintik berwarna perak; pada tingkat serangan yang
berat menyebabkan pertumbuhan tanaman muda terhambat. Untuk
pengendalian dapat dilakukan secara non kimiawi dapat dilakukan dengan
menjaga kebersihan kebun dan mengurangi ragam tanaman inang dan
secara kimiawi dilakukan dengan penyemprotan insektisida: Mitac 200 EC
atau Dicarol 25 SP pada konsentrasi yang dianjurkan.
5. Sisik (Diaspis bromeliae Kerne)
Ciri-ciri terserang serangga berukuran kecil diameter ± 2,5 mm,
bulat dan datar, berwarna putih kekuningan/keabu-abuan, bergerombol
menutupi buah dan daun, sehingga menyebabkan ukuran buah kecil dan
pertumbuhan tanaman terhambat. Untuk pengendalian dapat disemprot
dengan insektisida Decis 2,5 EC atau Curacron 500 EC pada konsentrasi
yang dianjurkan.
6. Ulat buah (Tmolus echinon L)
Ciri-ciri terserang yaitu serangga muda/dewasa berupa kupu-kupu
berwarna coklat serta larva/ulat tertutup rambut halus dan kepalanya kecil.
Untuk gejala sendiri biasanya menyerang buah nanas dengan cara
menggerek dan membuat lubang yang menyebabkan buah berlubang,
bergetah dan sebagian buah memotong bagian tanaman yang terserang
berat. Pengendalian dilakukan dengan mengumpulkan/membunuh ulat
secara mekanis, serta disemprot insektisida: Buldok 25 EC atau Thiodan
35 EC pada konsentrasi yang dianjurkan
7. Hama lain
Rayap, tikus, nematoda, bintil akar dan kutu tepung jeruk juga
kadang- kadang menyerang tanaman nanas.
B. Penyakit
1. Busuk hati dan busuk akar
Penyebab adanya penyakit ini ialah Cendawan Phytophthora parasitica
Waterh dan P. cinnamomi Rands.Penyakit busuk hati disebut hearth rot,
sedangkan busuk akar dinamakan root rot.Penyebaran penyakit dibantu
bermacam-macam tanaman inang, air yang mengalir, alat-alat pertanian,
curah hujan tinggi, tanah yang mengandung bahan organik dan
kelembaban tanah tinggi antara 25-35 derajat C. Gejala yang ditimbulkan
pada daun terjadi perubahan warna menjadi hijau belang-belang kuning
dan ujungnya nekrotis; daun-daun muda mudah dicabut bagian pangkalnya
membusuk dengan bau busuk berwarna coklat, dan akhirnya tanaman
mati; pembusukan pada system perakaran. Pengendalian biasanya
dilakukan secara non kimiawi dengan cara perbaikan drainase tanah,
mengurangi kelembapan sekitar kebun, dan memotong/mencabut tanaman
yang sakit dan kimiawi dengan pencelupan bibit dalam larutan fungisida
sebelum tanam, seperti Dithane M-45 atau Benlate.
2. Busuk pangkal
Penyebab penyakit ini yaitu Cendawan Thielaviopsis paradoxa (de Seyn)
Hohn atau Ceratocystisparadoxa (Dade) C. Moreu. Penyakit ini sering
disebut base rot. Penyebaran penyakit dibantu tanaman inangnya, adanya
luka-luka mekanis pada tanaman, angin, hujan dan tanah. Gejala yang
timbul pada bagian pangkal batang, daun, buah dan bibit menampakkan
gejala busuk lunak berwarna coklat atau hitam, berbau khas, atau bercak-
bercak putih kekuning-kuningan. Pengendaliannya secara non kimiawi
dengan melakukan penyimpanan bibit sementara sebelum tanamn agar
luka cepat sembuh, menanam bibit pada cuaca kering, dan menghindari
luka-luka mekanis. Sedangkan secara kimiawi dengan perendaman bibit
dalam larutan fungisida Benlate.
3. Penyakit Lain
Penyakit adalah busuk bercak gabus pada buah disebabkan oleh
cendawan Pinicillium funiculosum Thom, busuk bibit oleh cendawan
Pythium sp., layu dan bercak kuning oleh virus yang belum diketahui
secara pasti jenisnya. Pengendalian harus dilakukan secara terpadu,
meliputi penggunaan bibit yangsehat, perbaikan kultur teknik budidaya
secara intensif, pemotongan/pencabutandan pemusnahan tanaman yang
sakit.
Daftar pustaka

Adanikid. 2008. Bertanam Strawberrie. http://www.feedmap.net/. Diakses 21


Desember 2015
Anang F.M., dkk. 2018. Pengaruh Varietas dan Paket Pemupukan pada Fase
Produktif terhadap Kualitas Melon (Cucumis melo L.) di
Quartzipsammen. Jurnal Hortikultura Indonesia, 9(2): 93-102
Delaplane, K. S., and D. F Mayer. 2000. Crop pollination by bees. CAB1
Publishing. New York.
Demchak, K. 2012. The Mid-Atlantic Berry Guide for Commercial Growers
2013- 1014. Senior Extension Associate. Department of Horticulture.
Pennsylvania.
Gunawan, 2003. Stroberi. Penebar Swadaya, Jakarta
Hadiati, S. 2004. Nenas Komersial Berdaun Tanpa Duri. Warta Penelitian dan
Pengembangan Pertanian 26 (2): 13-14.
Hadiati, S., I. Sukmayadi, Edison, Kartono dan H. Handayani. 2004. Seleksi dan
Karakterisasi Nenas Rendah Oksalat. Laporan Hasil Penelitian Balai
Penelitian Tanaman Buah. Solok. Belum dipublikasi.
Hadiati, S., S. Yuliati dan Jumjunidang. 2011. Evaluasi pertumbuhan dan hasil
beberapa kandidat varietas nenas rendah oksalat dan manis tanpa
duri. Jurnal Hortikultura 21 (4): 315-323, 2011.
Hartmann, H. T., D. E. Kester, F. T. Davies dan R. L. Geneve. 1997. Plant
Propagation: Principles and Practices, 6th ed. New York: Prentice Hall.
Kirana, Rinda. 2015. Budidaya Dan Produksi Benih Labu Kuning. Tanggal
diakses 17 februari 2020.
http://hortikultura.litbang.pertanian.go.id/teknologi-detail-32.html.
Kristianingsih, I. D. 2010. Produksi Benih Melon (Cucumis melo L.) Unggul di
Multi Global Agrindo (mga), Karangpandan, Karanganyar. Tugas Akhir
Universitas Sebelas Maret.
Kurnia, A 2005. Petunjuk Praktis Budidaya Stroberi. PT Agro Media Pustaka.
Jakarta.
Lakitan, Benyamin. 2007. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Maulidi, dan Elly Mustamir. 2012. Upaya peningkatan hasil tanaman nenas di
lahan gambut. Jurnal Perkebunan dan Lahan Tropika, Vol. 2, No. 2,
Desember 2012.
Prihartman, K., 2006. Teknologi Budidaya Tanaman Pangan Arbei (Stroberi).
http://www.IPTEK net.go.id/BAPPENAS/2000/2 htm. Diakses tanggal 21
Agustus 2016.
Pusat Kajian Buah Tropika. 2005. Pengembangan Buah-Buahan Unggulan
Indonesia Komoditas Nenas. Laporan Akhir Riset Unggulan Strategis
Nasional. Bogor.
Rugayah, Itha Anggalia dan Yohannes Cahya Ginting. 2012. Pengaruh
konsentrasi dan cara aplikasi IBA (Indole Butyric Acid) terhadap
pertumbuhan bibit nanas (Ananas comosus [L.] Merr.) asal tunas
mahkota. Jurnal Agrotropika 17 (1): 35-38, Januari-Juni 2012.
Sabari, S.D., Suyanti dan Sunarmani. 2006. Tingkat kematangan panen buah
nenas Sampit untuk konsumsi segar dan selai. Jurnal Hortikultura 16
(3): 258-266, 2006.
Salisbury, Frank B. dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Bandung:
Penerbit ITB.
Samson, J. A. 1986.Tropical Fruits. 2nd ed. Longman Scientific and Technical.
Simanungkalit, P., J. Ginting, T. Simanungkalit. 2013. Respon pertumbuhan dan
produksi tanaman melon (Cucumis melo L.) terhadap pemberian pupuk
NPK dan pemangkasan buah. J. Agroekotek. 1(2): 238-248.
Soedarya, A.P. 2010. Agribisnis Melon. CV Pustaka Grafika
Tangkebatu Y.B. 2019. Hama Tanaman Buah Melon Serta Cara Pengendaliannya.
Cybex Pertanian.
Wudianto, R. 1999. Membuat Stek, Cangkok dan Okulasi. Jakarta: Penebar
Swadaya.

Anda mungkin juga menyukai