Anda di halaman 1dari 69

MANUAL

PENGGUNAAN
Si-INTAN Ver. 2.0
Revisi Maret 2018

Pusat Pengkajian Sistem dan Teknologi Pengawasan


Fasilitas Radiasi dan Zat Radioaktif (P2STPFRZR)
BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR (BAPETEN)
Jl. Gajah Mada No. 8 Jakarta 10120
Telp/Fax. 021 – 630 2131
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul
Daftar Isi…………………………………………………………………………….. 1
I Dasar hukum…………………………………………………………….… 2
II Pendahuluan …………………………………………………….………… 2
III Petunjuk Sebelum Pendaftaran / Registrasi……………………………… 4
IV Panduan Input Data Dosis …………………………………………………. 7
V Registrasi/Daftar…………………………………………………………….. 8
VI Input data atau Mulai Survei…………………………………….…………. 13
VI.A. SURVEY INPUT DATA DOSIS CT SCAN……………………… 14
VI.B. SURVEY INPUT DATA DOSIS FLUOROSKOPI………………. 27
VI.C. SURVEY INPUT DATA DOSIS PADA RADIOGRAFI UMUM. 36
VI.D. SURVEY INPUT DATA AKTIVITAS RADIOFARMAKA
PADA KEDOKTERAN NUKLIR DIAGNOSTIK………………. 47
VII Hasil Survei…………………………………………………………………... 54
VIII Manajemen Dosis Pasien……………………………………………………. 58
IX Hubungi Kami (Contact Us)……………………………….. ……………… 61
Lampiran
DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABANNYA TERKAIT
APLIKASI Si-INTAN………………………..………………………………. 63

1
I. Dasar Hukum
1. PP No. 33 Tahun 2007 Tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan
Sumber Radioaktif.
2. Peraturan Kepala (Perka) BAPETEN No. 8 Tahun 2011 tentang Keselamatan
Radiasi Dalam Penggunaan Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik dan
Intervensional.
3. Peraturan Kepala (Perka) BAPETEN No. 17 Tahun 2012 tentang Keselamatan
Radiasi Dalam Kedokteran Nuklir.
4. Rekomendasi IAEA dan WHO TAhun 2012 hasil “International Conference on
Radiation Protection in Medicine: Setting the Scene for the Next Decade” yang
diberi nama "Bonn Call-for-Action".
5. Rekomendasi IAEA dalam Basic Safety Standard (BSS), General Safety
Requirements (GSR) Part 3 Tahun 2014; dan
6. Hasil “Technical Meeting on Patient Dose Monitoring and the Use of
Diagnostic Reference Levels for the Optimization of Protection in Medical
Imaging”, IAEA, Juni 2016.

II. Pendahuluan
Pemanfaatan radiasi untuk kesehatan di Indonesia menunjukkan adanya
peningkatan yang signifikan, hal tersebut dapat diketahui dari semakin
banyaknya modalitas sumber radiasi pengion yang digunakan dan jenis tindakan
medis yang dilakukan dengan bantuan radiasi. Penggunaan radiasi tersebut harus
dilakukan pengawasan untuk menjamin proteksi dan keselamatan pekerja, pasien,
dan masyarakat.
Pada Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2007 (PP 33/2007) yang
mengatur keselamatan radiasi terhadap pekerja, masyarakat dan lingkungan
hidup, dapat diketahui bahwa salah satu syarat proteksi yang harus dipenuhi
dalam pemanfaatan radiasi adalah optimisasi proteksi dan keselamatan radiasi.
Maksud dari optimisasi ini adalah suatu upaya untuk membuat dosis yang
diterima serendah mungkin yang dapat dicapai dengan mempertimbangkan
2
faktor sosial dan ekonomi. Pada radiologi diagnostik dan intervensional,
optimisasi dapat dimaknai sebagai suatu usaha untuk membuat dosis yang
diterima oleh pasien serendah mungkin dengan tetap menjaga kualitas citra
seoptimal mungkin.
Bagaimana menjaga dosis radiasi yang diterima pasien seminimal
mungkin? Salah satu jawabnya adalah diperlukan pemantauan dosis pasien.
Apa pentingnya pemantauan dosis pasien? Sebagai upaya optimisasi,
untuk kajian potensi risiko radiologik, penyusunan reference level, sebagai
indikator jaminan mutu radiologi, audit klinik dan medico legal.
Sesuai dengan Perka BAPETEN No. 8 Tahun 2011, pemegang izin harus
membuat dan menyampaikan laporan program proteksi dan keselamatan radiasi
yang salah satunya adalah hasil pemantauan dosis pasien.
Pada Tahun 2014, P2STPFRZR - BAPETEN menyediakan sebuah aplikasi
database berbasis web untuk inputan data dosis tiap pemeriksaan CT Scan via
online yang disebut dengan Si-INTAN (Sistem Informasi Data Dosis Pasien).
Portal Si-INTAN digunakan sebagai sarana untuk melakukan pemantauan
dosis pasien dan untuk penyusunan Diagnostic Reference Level (DRL) lokal maupun
nasional. Portal Si-INTAN dibuat dan dikembangkan dari adaptasi portal sejenis
yang dimiliki oleh ARPANSA Australia maupun IAEA dalam Radiation Protection
Of Patients (RPOP).
Pada tahap awal, pemantauan dosis pasien dilakukan pada pemeriksaan
CT Scan. Pada tahap selanjutnya akan dikembangkan pemantauan untuk dosis
pasien radiologi intervensional (fluoroskopi intervensional dan kardiologi
intervensional), kedokteran nuklir, radiografi umum, mamografi dan radiologi
gigi.
Kami mohon kerja sama dan peran aktif dari pihak rumah sakit atau
institusi pelayanan kesehatan yang memiliki fasilitas CT Scan, radiologi
intervensional, kedokteran nuklir, radiografi umum, mamografi dan radiologi gigi
untuk berkontribusi terhadap upaya pemantauan dosis pasien ini.

3
Pengembangan selanjutnya, kami membuka kerja sama dengan berbagai
pihak / institusi yang berkepentingan dengan sistem manajemen dosis pasien
(pemantauan dosis pasien) dan Diagnostic Reference Level (DRL).
Rintisan kerjasama telah dilakukan bersama KEMENKES dan Aliansi
Fisikawan Medik Indonesia (AFISMI) untuk upaya optimisasi proteksi dan
keselamatan radiasi dengan sistem manajemen dosis.
Outcome dari sistem aplikasi Si-INTAN adalah:
1. Indonesia memiliki sebuah profil dosis pasien untuk tiap jenis
pemeriksaan radiologi diagnostik dan intervensional sebagai bahan
kebutuhan untuk pengawasan yang lebih baik.
2. Rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan memiliki tool untuk upaya
optimisasi proteksi dan keselamataan radiasi bagi pasien dan sebagai
upaya pelaporan pemantauan dosis pasien (manajemen dosis pasien).
3. Rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan memiliki DRL lokal.
4. Indonesia memiliki DRL Nasional sesuai dengan sumber dayanya.

III. Petunjuk Sebelum Pendaftaran / Registrasi


Registrasi diperlukan untuk dapat berpartisipasi dalam program database
nasional untuk pemantauan dosis pasien. Silakan isi data-data yang diminta, jika
ada pertanyaan terkait pengisian data dapat kirim pertanyaan ke Hubungi Kami.

Berikut ini adalah beberapa informasi yang kami perlukan dalam proses
registrasi:
1. Data Institusi / Rumah Sakit

Nama institusi Diisi dengan nama rumah sakit atau klinik

Nama Sub Diisi dengan nama sub institusi, misalnya departemen radiologi
Institusi atau paviliun atau departemen di rumah sakit yang memiliki
fasilitas modalitas sumber radiasi pengion secara mandiri.

Kode Institusi Di isi dengan kode rumah sakit atau nomor registrasi atau

4
/Kode rumah nomor izin pelayanan klinik sesuai SIRS.
sakit Nomor kode rumah sakit dapat diperoleh di:
http://sirs.yankes.kemkes.go.id/rsonline/report/src.php
atau jika kode RS atau klinik belum ada atau tidak ditemukan,
maka dapat mencari di URL link berikut:
http://sirs.yankes.kemkes.go.id/registrasi/data_list.php

Jenis Institusi Silakan pilih jenis rumah sakit atau klinik:


1. Public /Government Hospital
(Rumah Sakit Pemerintah)
2. Private Clinic in a Public Hospital
(Rumah Sakit Swasta Pemerintah)
3. Private Clinic / Hospital
(Rumah Sakit / Klinik Swasta)

Alamat Institusi Di isi dengan alamat rumah sakit atau klinik.

2. Data Radiolog
Bagian ini di isi dengan data dokter spesialis radiologi (radiolog) yang bertugas di
pelayanan pada modalitas sumber radiasi pengion (CT Scan, fluoroskopi
intervensional, dll) atau yang bertindak sebagai kepala departemen radiologi.
Identitas radiolog berupa nama, nomor telepon kantor/radiologi, dan email
radiolog atau email radiologi.

3. Data Akun User atau Kontak Person (Fisikawan Medik/PPR)


Bagian ini di isi tentang data personil untuk kontak person yang mewakili
instansinya dan yang bertugas untuk melakukan updating data yang diinput ke
aplikasi Si-INTAN sebagai sistem manajemen dosis pasien (manajemen dosis)
secara berkala. Personil tersebut dapat berupa fisikawan medik atau PPR.
Diharapkan personil-personil tersebut dapat bekerja sama dan berkolaborasi
untuk sistem manajemen data dosis pasien.

5
4. Data Modalitas Sumber Radiasi Pengion
Pada aplikasi Si-INTAN 2.0 ini sudah menyediakan sistem pemantauan dosis
untuk 4 (empat) modalitas sumber radiasi pengion, yaitu: CT Scan, fluoroskopi
intervensional, diagnostic kedokteran nuklir, dan radiografi umum. Data
modalitas yang perlu disiapkan adalah:
a. Merk,
b. Model,
c. Lokasi ruang penempatan modalitas, seperti: radiologi 1, cathlab 1, dan
lainnya, dan
d. Data hasil uji kesesuaian khususnya uji dosimetri (CTDI, KAP, kerma udara,
akurasi kVp, dan radiation output).

Data-data tersebut digunakan untuk registrasi. Setelah proses registrasi selesai,


maka seorang yang menjadi kontak person dari institusi akan menerima akun
username dan password sementara yang akan dikirim ke email yang tercantum di
data kontak person.
 Seorang yang bertindak sebagai kontak person, dapat melakukan
perubahan password dan edit data yang telah di masukkan jika terjadi
perubahan.
 Seorang yang bertindak sebagai kontak person bertugas memasukkan data-
data survei dosis sebagaimana yang ada di bagian pengisian data survei.
 Jika terdapat perubahan akun maka harus diberitahukan ke admin.

Penting untuk diperhatikan sebelum input data dosis pasien.

6
IV. Panduan Input Data Dosis
Penting untuk diperhatikan hal-hal berikut ini sebelum memasukkan data survei.
Pasien dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok umur, yaitu:
1. Bayi (Baby/Infant, 0–4 tahun)
2. Anak-anak (Child, 5–14 tahun)
3. Dewasa (Adult, >= 15 tahun)

Pada aplikasi Si-INTAN 2.0 disediakan beberapa jenis protokol modalitas yang
digunakan, misalnya untuk CT Scan, yaitu:
1. Head
2. Neck
3. Chest
4. Pelvis/Hip
5. AbdoPelvis
6. ChestAbdoPelvis
7. Ekstremeties
8. Cardiac Studies
9. Lumbar Spine

Sedangkan untuk fluoroskopi intervensional, disediakan 5 jenis protokol, yaitu:


1. Coronary Angiogram “normal” (penyempitan < 50%)
2. Cerebral Angiogram (1-3 vessels)
3. Cerebral Angiogram (>= 4 vessels)
4. Abdominal Angiogram
5. Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography (ERCP)
Apabila dibutuhkan penambahan protocol penyinaran maka dapat menghubungi
Admin dengan mengklik “Request”.
Selain itu, inputan data dosis pasien juga membutuhkan identifikasi pasien
berupa berat badan (kg), dan jenis kelamin (laki-laki dan perempuan).

7
V. Registrasi / Daftar
1. Buka web idrl di alamat http://idrl.bapeten.go.id
2. Atau buka web BAPETEN www.bapeten.go.id pada panel bagian kiri ada logo

. Silakan di klik logo tersebut.

3. Akan keluar jendela Si-INTAN versi 2.0. untuk registrasi maka klik tab
“LOGIN / DAFTAR”

8
4. Setelah diklik tab LOGIN / DAFTAR maka muncul jendela baru mengenai
LOGIN jika sudah memiliki akun atau klik tombol DAFTAR jika belum punya
akun dan ikuti langkah-langkah pendaftaran.
5. Ada 1 (satu) tahapan dalam registrasi yaitu: mengisi data Informasi Institusi,
Radiolog, dan Kontak akun user.
6. Pada saat daftar, beberapa informasi yang diperlukan adalah:
a. Data Institusi atau Rumah Sakit / Institution details
b. Data Radiolog / Radiologist details
c. Data Kontak PIC / Contact details

9
Isikan data institusi, alamat, radiolog dengan lengkap, kemudian lanjutkan
dengan mengisi data profil akun user. Pastikan data yang dimasukkan sudah
benar.

7. Setelah itu klik ‘Submit’. Rregistrasi telah selesai dan dapat klik tombol
“Selesai”.

8. Setelah di klik tombol “Selesai” maka pengguna akan dibawa kembali ke


halaman LOGIN.
9. Selanjutnya, buka email PIC atau kontak person. Akan ada pemberitahuan
terkait hasil registrasi.

10
10. Setelah registrasi disetujui oleh Admin, maka akan menerima email kembali
dengan judul “ Informasi Akun Aplikasi SiINTAN”.

11. Selanjutnya klik “Activation Link” untuk melakukan proses aktivasi akun.
Setelah teraktivasi maka dapat login dengan menggunakan username dan
password yang ada pada email. Klik “Start Login”.

11
12. Setelah login berhasil, maka akan masuk ke kotak dialog “Form Edit Kata
Sandi”, silakan ganti password yang awal dengan password baru yang mudah
diingat dan digunakan. Klik tombol “Update”.

13. Setelah itu, silakan logout dan login lagi dengan password baru.
 Setelah login berhasil, maka silakan mengecek
kembali data yang telah dinputkan saat
registrasi, kalau belum lengkap maka dapat
dilengkapi.
 Cek kembali Profil Institusi, Profil Radiolog,
Info Akun (untuk Kontak Person).
 Klik data Modalitas, untuk memasukkan data
modalitas radiasi pengion yang dimiliki dan
yang akan digunakan untuk pemantauan dosis
pasien.

14. Seorang yang bertindak sebagai contact person, dapat melakukan perubahan
password dan edit data yang telah di masukkan jika terjadi perubahan.
15. Seorang yang bertindak sebagai contact person bertugas memasukkan data-data
survei dosis sebagaimana yang ada di bagian pengisian data survei. Jika ada
perubahan akun maka harus diberitahukan ke admin yang ada pada
“Hubungi Kami”.

12
VI. Input Data atau Mulai Survei
1. Buka halaman web http://idrl.bapeten.go.id
2. Masukkan username dan password, kemudian klik “Login”.
3. Masuk halaman utama PANEL PESERTA.

4. Jika menginginkan melakukan update data maka dapat melakukannya pada


panel profil peserta yang berisi profil institusi, radiolog, info akun untuk PIC.
5. Setelah itu, klik panel “Modalitas”untuk memasukkan modalitas sinar-X yang
dimiliki. Yang diinputkan ke dalam aplikasi Si-INTAN untuk modalitas adalah
pesawat sinar-X yang digunakan untuk pemeriksaan pasien dan data
pemeriksaan pasien tersebut diinput di aplikasi ini.
6. Setelah isi data modalitas,maka dapat memulai input data dosis pasien dalam
panel survey dengan meng-klik modalitasnya.
7. Pilih Modalitas yang akan digunakan untuk survey yaitu:
a. CT Scan,
b. IR Fluoroskopi,
c. Radiografi Umum
d. Kedokteran Nuklir Diagnostik.
8. Setelah itu klik ‘Survey Baru’.
9. Kemudian ikuti langkah selanjutnya sesuai fitur yang tersedia.
13
VI.A. SURVEY INPUT DATA DOSIS CT SCAN

1. Klik pada panel SURVEY, tab CT SCAN.


2. Setelah itu muncul jendela “DATA SURVEY CT SCAN”

3. Klik tab “SURVEY BARU” sehingga muncul FORM SURVEY CT SCAN.

4. Pada HEAD INFO, silakan pilih scanner yang dimiliki.


5. Kemudian, Pilih kelompok umur (Age Group) dari data yang akan
dimasukkan dengan mengklik kotak pilihan “Kelompok Umur”. Misal, akan
memasukkan data untuk anak-anak maka pilih Children (5-14 years).

14
6. Pilih Jenis Pemeriksaan dari data yang tersedia. Jika belum ada jenis
pemeriksaan sesuai data dosis yang dimiliki, maka klik “Belum ada? Klik
Request”. Admin akan menambahkan request yang masuk.
7. Pilih Periode Data. Misal data bulan Februari 2018. Jika memiliki data bulan
Januari 2018 maka periode dipilih Januari 2018, meskipun diinput pada bulan
Maret 2018.
8. Klik ‘Simpan”.
9. Setelah itu, kita akan diarahkan menuju jendela “SETTING”. Jendela ini
berfungsi untuk input data parameter penyinaran sesuai pemilihan Jenis
Penyinaran.

10. Pada jendela SETTING, terdapat pilihan ‘Import Data Survey”. Ini berfungsi
untuk input data setting dan data dosis melalui mekanisme import dari file
yang berekstensi excel.
11. Pada kolom kVp diisi nilai kV setting yang digunakan. Jika nilai kVnya
bervariasi, ada yang 100 dan ada 120 maka ditulis 100 – 120. Nilai kV yang

15
dimasukkan tidak termasuk kV yang digunakan untuk scan proyeksi
radiografi (Scout, Scano, Surview, atau Topogram).
12. Isi kolom mAs dengan mAs setting. Jika nilai mAs bervariasi maka ditulis nilai
rentangnya sebagaimana nilai kV di atas.
13. Isi kolom pitch yang dipilih saat setting akuisisi.
14. Pilih data pasien yang akan diinput adalah pasien yang menggunakan kontras
atau tidak selama prosedur CT.
15. Pilih Dose Modulation di gunakan atau tidak selama proses scanning. Apakah
dose modulation diaktifkan? Yes/no. Dose Modulation juga dikenal dengan
nama Automatic Dose Modulation atau Automatic Exposure Control atau
Tube Modulation. Istilah tersebut merujuk ke istilah yang digunakan pabrikan
CT seperti: Smart-mA, AutomA, DoseRight, D/Z-DOM, Care Dose, dan
lainnya. Artinya, apakah fitur itu diaktifkan atau di non aktifkan saat setting
parameter akuisisi sebelum Scanning.
16. Pilih jenis CTDI yang disediakan di fitur CT Scan, apakah CTDIvol (Volume
CTDI) atau Weighted CTDI (CTDIw).
17. Isi kolom rotation time dalam orde detik. Misal waktu rotasi tabung (tube
rotation time) adalah 2 detik, maka diinput 2. Tulisan detik tidak usah ditulis.
18. Pilih mode scanning yang digunakan, apakah helical/spiral/volume atau
axial/sequence/scan & view/scan & scan/normal atau gabungan keduanya.
19. Isi konfigurasi detektor (detector configuration) yang dipilih untuk akuisisi.
Konfigurasi jumlah dan lebar detector atau sering disebut dengan lebar
kolimasi N x T.

16
20. Pilih Iterative Reconstruction aktif atau tidak. Apakah CT Scan yang
digunakan memiliki fitur iterative reconstruction? dan diaktifkan? Yes/no.
fitur ini memberikan informasi yang digunakan selama scanning dan
rekonstruksi citra sehingga diperoleh citra dengan noise yang rendah atau
mutu citra lebih baik dibandingkan dengan rekonstruksi standar. Pada
pabrikan istilah fiturnya bermacam-macam. Siemens : IRIS (Iterative
Reconstruction in Image Space), dan SAFIRE (Sinogram-Affirmed Iterative
Reconstruction). Thosiba: AIDR 3D (Adaptive Iterative Dose Reduction 3D).
GE: ASIR (Adaptive Statistical Iterative Reconstruction), dan MBIR (Model-
Based Iterative Reconstruction). Philips: iDose4.
21. Isi Slice Widht Reconstruction. Lebar slice untuk rekonstruksi dalam satuan
mm. Lebar nominal citra yang direkonstruksi sepanjang sumbu z. Jika
bervariasi, ada yang 2, ada 5 dan ada juga yang 10 maka dapat diisi dengan 2,
5, 10 atau jika hanya 1 nilai misal 2 mm maka cukup diisi dengan 2. Istilah
Slice Width reconstruction ini juga tergantung pabrikan. GE : Thickness (mm),
Philips: Thickness (mm), Siemens: Slice (mm), Toshiba: Image Thickness (mm).
22. Isi kolom Reconstruction Alghoritm Kernel. Fitur rekonstruksi yang
menentukan ketajaman (sharpness) dan kehalusan (smoothness) citra dalam
bidang x,y. Istilah tiap pabrikan dapat berbeda. GE: Algorithm, Philips: Recon
Filter, Siemens: Kernel, Toshiba: Filter Convolution (FC).

17
23. Isi kolom Scan Field of View (FOV). Diameter bidang pandang yang dapat
discan. Umumnya bernilai angka yang bersatuan cm. Namun ada juga yang
menggunakan istilah, seperti Small, Medium, Large. Tiap pabrikan dapat
berbeda. GE: Scan Field of View (SFOV, cm), Philips & Siemens: Not determined
by tech; built into protocol, Toshiba: CFOV (Calibrated Field of View). SFOV
biasanya berupa:
 Small – Ped Head, Ped Body, Small Head, Small Body, Cardiac Small
 Medium – Head, Medium Body, Cardiac Medium
 Larbge – Large Body, Cardiac Large
Beberapa sistem menggunakan 2 istilah bowtie:
 Small itu untuk Ped Head, Ped Body, Head, Small Body, Cardiac Small
 Large itu untuk Large Body, Cardiac Large.
24. Isi kolom Beam Shaping Filter. Filter yang digunakan untuk membentuk sinar-
X sesuai dengan bentuk target tubuh. Nilai 0 (nol) jika tidak menggunakan
beam shaping filter, dan nilai 1 (satu) jika menggunakan beam shaping filter.
Bentuk filter yang digunakan juga dapat digunakan untuk isian, misal: bowtie,
large bow, dan lainnya.

25. Isi kolom Noise Index. Merupaan parameter untuk dose modulation, yaitu
image quality reference. Sering dikenal dengan Reference Image (Philips),
Quality Reference mAs (Siemens), Standard deviation (%), dan low-dose or
high quality (Toshiba). Diisi dengan angka 0 – 999. Jika tidak diketahui
datanya maka dapat di kosongkan.
26. Kolom Keterangan, dapat disisi dengan hal-hal yang perlu diidentifikasi
namun belum tercakup dalam list parameter penyinaran.

18
27. Jika mengalami kesulitan mengisi, diutamakan yang kolom bertanda * yang
wajib diisi.
28. Jika sudah diisi semua, maka klik “Simpan” untuk melanjutkan isian data
dosis. Jika belum sempat isi data dosis, maka dapat di klik “Lanjutkan nanti”.
File akan tersimpan, dan dapat dilanjutkan lagi jika sudah siap data dosisnya
atau ada kesempatan untuk mengisi.
29. Misal punya Patient Dose Protocol sebagai berikut:

Maka, kV 130, mAs 110, Contrast No, Dose Modulation Yes, Rotation Time 1,
No of Phases 1, Helical, Comment diisi dengan CTDIvol. Upayakan yang
diberi tanda * untuk diisi.
30. Jika patient protocol dose-nya seperti ini:

19
Maka, kV 130, mAs 80, Contrast yes, Dose Modulation Yes, Rotation Time 1,
No of Phases 5, Helical, Comment diisi dengan CTDIvol. Upayakan yang
diberi tanda * untuk diisi.
31. Setelah di klik “Simpan”, maka kita akan dibawa ke jendela “DATA SURVEY”.

32. Cara input data dosis ada 2 (dua) yaitu lewat import data atau input data satu
per satu. Import data dapat dilakukan jika sudah memiliki data yang banyak
dan akan diinput bersamaan.
33. Pertama, dimulai dari input data yang satu per satu, klik +TAMBAH DATA.
Akan keluar kotak dialog sebagai berikut:

34. Kolom kode pasien dan nama pasien dapat diisi jika ingin digunakan untuk
rekam data dosis untuk tiap pasien. Jika tidak maka dapat dikosongkan.
35. Pilih gender dari data pasien, male (laki-laki) atau female (perempuan).

20
36. Masukkan umur pasien, jika di setting awal untuk pasien dewasa (adult) maka
data pasien yang dimasukkan diatas 15 tahun. misal, umur pasien 21 tahun
maka cukup diisi dengan 21.
37. Masukkan berat badan pasien dalam kg. misal berat badan 65 kg maka
dimasukkan nilai 65. Jika belum ada informasi berat badan maka diisi dengan
0 (nol).
38. Pilih jumlah fase scanning. Misal: gambar pada langkah 29. Itu jumlah fasenya
1. Untuk gambar pada langkah 30, jumlah fasenya 5 (4).
39. Jadi perhitungan number of Phase dilakukan tanpa menyertakan fase
Scanogram atau Topogram atau Scout View.
40. Pada kolom Average CTDI diisi dengan nilai rata-rata CTDI, jika ada beberapa
fase pemeriksaan. Untuk nilai DLP dan CTDI pada saat Scanogram atau
Topogram atau Scout View tidak perlu dimasukkan.

41. Pada kolom Total DLP, diisi nilai DLP totalnya dari seluruh fase pemeriksaan.

42. Setelah itu klik “Simpan”. Tampilan data dosis yang kita input seperti gambar
di bawah ini. Selanjutnya kita dapat input data lagi dengan klik +TAMBAH
DATA.

21
43. Kedua, input data dosis secara bersamaan dengan menggunakan fasilitas
“Import Data Survey”. Klik kotak di samping import data survey,
kemudian akan muncul informasi untuk DOWNLOAD FORMULIR.
Silakan di download formulir isian data untuk pemeriksaan CT Scan dalam
bentuk file excel.

44. Setelah didownload, buka file FORM_DATA_SURVEY_CT.xls

22
45. Formulir tersebut diisi sesuai yang di contohkan sebelumnya. Data dosis dapat
diisi sesuai dengan banyaknya data. Minimal data adalah 20 buah. Jika
memiliki data lebih dari 20 buah sesuai dengan banyaknya beban kerja per
bulan maka boleh diinputkan.
46. Setelah diisi kemudian disimpan file tersebut dalam nama file yang dapat
diidentifikasi isi filenya. Misal file tersebut berisi jenis pemeriksaan head CT
untuk dewasa. File dapat ditulis
FORM_DATA_SURVEY_CT_head_dewasa.xls.
47. Kemudian file tersebut diupload ke aplikasi dengan meng-klik “Browse”.

48. Cari file yang akan di upload, setelah ketemu dan ditandai, kemudian klik
Open.

23
49. Selanjutnya klik “IMPORT”. Sehingga akan muncul di kotak DATA SURVEY,
sebagai berikut:

24
50. Kemudian klik “Submit Survey”. Namun, apabila data dipandang belum
cukup dan akan dilanjut untuk diinput data pada kesempatan lain maka dapat
mengklik “Lanjutkan Nanti”.
51. Setelah submit survey maupun lanjutkan nanti maka kita akan di bawa ke
kotak dialog:

52. Dari gambar di atas dapat diketahui ada beberapa STATUS data yang berbeda,
yaitu:
a. New: data inputan baru yang hanya mengisi head info dan setting,
belum input data dosis.
b. In Progress: sudah input data dosis tetapi masih kurang dari
persyaratan minimal.

25
c. Completed: sudah input data dan memenuhi syarat minimal tetapi akan
ditambah lagi datanya sesuai beban kerja di fasilitasnya.
d. Finished: sudah input data dan memadai serta sudah di klik submit
survey. Pada tahap status ini akan muncul Report. Report tersebut
dapat di export atau di download untuk disimpan dan dimanfaatkan
sesuai kebutuhan.

26
VI.B. SURVEY INPUT DATA DOSIS FLUOROSKOPI

1. Klik pada panel SURVEY, pilih tab IR Fluoroskopi.


2. Setelah itu muncul jendela “DATA SURVEY IR FLUOROSKOPI”

3. Klik tab “SURVEY BARU” sehingga muncul FORM SURVEY IR


FLUOROSKOPI.

4. Pada HEAD INFO, silakan pilih Merk Sinar-X fluoroskopi yang dimiliki.

27
5. Kemudian, Pilih kelompok umur (Age Group) dari data yang akan
dimasukkan dengan mengklik kotak pilihan “Kelompok Umur”. Misal, akan
memasukkan data untuk anak-anak maka pilih Children (5-14 years).
6. Pilih Jenis Pemeriksaan dari data yang tersedia. Jika belum ada jenis
pemeriksaan sesuai data dosis yang dimiliki, maka klik “Belum ada? Klik
Request”. Admin akan menambahkan request yang masuk.
7. Pilih Periode Data. Misal data bulan Februari 2018. Jika memiliki data bulan
Januari 2018 maka periode dipilih Januari 2018, meskipun diinput pada bulan
Maret 2018.
8. Klik ‘Simpan”.
9. Setelah itu, kita akan diarahkan menuju jendela “SETTING”. Jendela ini
berfungsi untuk input data parameter penyinaran sesuai pemilihan Jenis
Penyinaran.

10. Pada Mode Fluoroskopi, kolom kV diisi nilai kV setting yang digunakan. Jika
nilai kV-nya bervariasi, ada 70 sampai 90 kV maka ditulis rentang 70 – 90.
11. Isi kolom mA dengan mA setting. Jika nilai mA bervariasi maka ditulis nilai
rentangnya sebagaimana nilai kV di atas.
12. Isi kolom FOV yang digunakan saat fluoroskopi.

28
13. Pada Mode Sine/Radiografi, kolom kV diisi nilai kV setting yang digunakan
untuk sine. Jika nilai kV-nya bervariasi, ada yang 80 sampai 100 kV maka
ditulis rentang 80 – 100.
14. Isi kolom mA atau mAs setting atau yang muncul di monitor konsol. Jika nilai
mA bervariasi maka ditulis nilai rentangnya sebagaimana nilai kV di atas
15. Isi waktu sine yang digunakan, dalam orde ms (miliseken).
16. Kolom Keterangan, dapat disisi dengan hal-hal yang perlu diidentifikasi
namun belum tercakup dalam list parameter penyinaran.
17. Jika sudah diisi semua, maka klik “Simpan” untuk melanjutkan isian data
dosis. Jika belum sempat isi data dosis, maka dapat di klik “Lanjutkan nanti”.
File akan tersimpan, dan dapat dilanjutkan lagi jika sudah siap data dosisnya
atau ada kesempatan untuk mengisi.
18. Setelah di klik “Simpan”, maka kita akan dibawa ke jendela “DATA SURVEY”.

19. Cara input data dosis ada 2 (dua) yaitu lewat import data atau input data satu
per satu. Import data dapat dilakukan jika sudah memiliki data yang banyak
dan akan diinput bersamaan.
20. Pertama, dimulai dari input data yang satu per satu, klik +TAMBAH DATA.
Akan keluar kotak dialog sebagai berikut:

29
21. Kolom kode pasien dan nama pasien dapat diisi jika ingin digunakan untuk
rekam data dosis untuk tiap pasien. Jika tidak, maka dapat dikosongkan.
22. Pilih gender dari data pasien, male (laki-laki) atau female (perempuan).
23. Masukkan umur pasien, jika di setting awal untuk pasien dewasa (adult) maka
data pasien yang dimasukkan diatas 15 tahun. Misal, umur pasien 21 tahun
maka cukup diisi dengan 21.
24. Masukkan berat badan pasien dalam kg. misal berat badan 65 kg maka
dimasukkan nilai 65. Jika belum ada informasi berat badan maka diisi dengan
0 (nol).
25. Pada kolom Fluoro Total (detik), isikan waktu fluoroskopi total.
26. Pada kolom laju frame (fr/s), diisi laju frame saat sine/perekaman radiografi.
Jika tidak ada datanya dapat diisi dengan 0 (nol).
27. Pada kolom Jumlah Frame atau Citra, diisikan jumlah frame atau jumlah citra
yang diambil selama tindakan fluoroskopi. Jika tidak ada data maka dapat
diisi dengan 0 (nol).
28. Pada kolom DAP (Gy.cm²), diisi dengan nilai DAP total selama tindakan
fluoroskopi yang dibutuhkan untuk fluoros maupun untuk sine dalam satuan
Gy.cm². Nilai konversi 1 Gy.cm² = 100 µGy.m².
29. Pada kolom Laju Kerma Udara (air kerma rate), diisikan nilai laju kerma udara
dalam satuan mGy/hour atau mGy/jam.
30. Pada kolom Kerma Total, diisikan nilai kerma total yang diperoleh selama
tindakan, dalam satuan mGy.

30
31. Jika tindakan fluoroskopi menggunakan kateter, maka kolom kateter masuk
via, diisi dengan informasi sesuai pilihan:
a. Radial (R)
b. Femoral (F)
c. Other (O)
32. Untuk tindakan fluoroskopi yang tidak menggunakan kateter maka dapat diisi
dengan pilihan Other (O).

33. Setelah itu klik “Simpan”. Tampilan data dosis yang kita input seperti
gambar di bawah ini. Selanjutnya kita dapat input data lagi dengan klik
+TAMBAH DATA.

34. Kedua, input data dosis secara bersamaan dengan menggunakan fasilitas
“Import Data Survey”. Klik kotak di samping import data survey,
kemudian akan muncul informasi untuk DOWNLOAD FORMULIR.
Silakan di download formulir isian data untuk pemeriksaan CT Scan dalam
bentuk file excel.

31
35. Setelah didownload, buka file FORM_DATA_SURVEY_IR.xls

36. Formulir tersebut diisi sesuai yang di contohkan sebelumnya. Data dosis dapat
diisi sesuai dengan banyaknya data. Minimal data adalah 20 buah. Jika
memiliki data lebih dari 20 buah sesuai dengan banyaknya beban kerja per
bulan maka boleh diinputkan.

32
37. Setelah diisi kemudian disimpan file tersebut dalam nama file yang dapat
diidentifikasi isi filenya. Misal, file tersebut berisi jenis pemeriksaan angiogram
normal untuk dewasa. File dapat ditulis
FORM_DATA_SURVEY_IR_angiogram_normal_dewasa.xls.
38. Kemudian file tersebut diupload ke aplikasi dengan meng-klik “Browse”.

39. Cari file yang akan di upload, setelah ketemu dan ditandai, kemudian klik
Open.

33
40. Selanjutnya klik “IMPORT”. Sehingga akan muncul di kotak DATA SURVEY,
sebagai berikut:

41. Kemudian klik “Submit Survey”. Namun, apabila data dipandang belum
cukup dan akan dilanjut untuk diinput data pada kesempatan lain maka dapat
mengklik “Lanjutkan Nanti”.
42. Setelah submit survey maupun lanjutkan nanti maka kita akan di bawa ke
kotak dialog:

34
43. Dari gambar di atas dapat diketahui ada beberapa STATUS data yang berbeda,
yaitu:
a. New: data inputan baru yang hanya mengisi head info dan setting,
belum input data dosis.
b. In Progress: sudah input data dosis tetapi masih kurang dari
persyaratan minimal.
c. Completed: sudah input data dan memenuhi syarat minimal tetapi akan
ditambah lagi datanya sesuai beban kerja di fasilitasnya.
d. Finished: sudah input data dan memadai serta sudah di klik submit
survey. Pada tahap status ini akan muncul Report. Report tersebut
dapat di export atau di download untuk disimpan dan dimanfaatkan
sesuai kebutuhan.

35
VI.C. SURVEY INPUT DATA DOSIS PADA RADIOGRAFI UMUM

1. Sebelum input data dosis pada radiografi umum, maka perlu dipastikan

apakah modalitas sudah diinput. Klik , kemudian


akan keluar kotak dialog disampingnya, sebagaimana gambar berikut.

2. Pilih merk sinar-X, kemudian pilih model sinar-X. Jika tidak ada model yang
dicari, maka klik Request, pada link “Merk Sinar-X tidak ada? Klik Request”.

3. Setelah Klik Request, Isikan merk sinar-X dan modelnya, kemudian klik
Submit. Admin akan menindaklanjuti dengan mengecek dan menyetujui
request tersebut. Setelah disetujui oleh admin, maka ulang kembali langkah
nomor 1.
4. Masukkan merk dan model sinar-X pada kolom yang tersedia.
5. Isi tanggal uji kesesuaian dan hasil uji akurasi kV pada kolom yang tersedia,
kemudian klik “Tabahkan”.

36
6. Setelah di klik “Tambahkan” maka akan masuk ke daftar sinar-X pada table di
bawahnya.

7. Klik Detail Info pada kolom Radiation Output.

8. Isikan kolom Filtrasi Total dalam satuan mmAl. Data ini diperoleh dari data
teknis hasil uji kesesuaian. Setelah diisi kemudian klik Save.

9. Klik +Add Radiation Output, untuk isi data keluaran radiasi. Data ini
diperoleh saat uji akurasi kV pada uji kesesuaian.

37
10. Setelah di klik +Add Radiation Output, akan keluar kotak dialog:

11. Setelah diisi dengan nilai kV dan kerma (Gy/mAs), maka klik “Save”.
Kemudian klik lagi “+Add Radiation Output”untuk input data selanjutnya.
Ulangi langkah ini sampai data selesai.

12. Setelah selesai input data keluaran radiasi, maka klik “Calculate INAK”. INAK
kepanjangannya adalah Incident Air Kerma, kerma yang diukur di udara tanpa
hamburan balik. Muncul grafik dengan dilengkapi persamaan keluaran

38
radiasi. Inilah identitas sebuah pesawat sinar-X yang unik dan berbeda untuk
tiap pesawat.

13. Kemudian klik link “Back” dan klik link “Back” lagi, untuk menuju ke panel
dashboard.
14. Setelah ini menuju jendela SURVEY.

15. Klik pada panel SURVEY, pilih tab Radiografi Umum.

16. Setelah itu muncul jendela “DATA SURVEY RADIOGRAFI UMUM”

17. Klik tab “SURVEY BARU” sehingga muncul FORM SURVEY RADIOGRAFI
UMUM.

39
18. Pada HEAD INFO, silakan pilih Merk Sinar-X radiografi umum yang dimiliki.
19. Kemudian, Pilih kelompok umur (Age Group) dari data yang akan
dimasukkan dengan mengklik kotak pilihan “Kelompok Umur”. Misal, akan
memasukkan data untuk anak-anak maka pilih Children (5-14 years).
20. Pilih Jenis Pemeriksaan dari data yang tersedia. Jika belum ada jenis
pemeriksaan sesuai data dosis yang dimiliki, maka klik “Belum ada? Klik
Request”. Admin akan menambahkan request yang masuk.
21. Pilih Periode Data. Misal data bulan Februari 2018. Jika memiliki data bulan
Januari 2018 maka periode dipilih Januari 2018, meskipun diinput pada bulan
Maret 2018.
22. Klik ‘Simpan”.
23. Setelah di klik “Simpan”, maka kita akan dibawa ke jendela “DATA SURVEY”.

24. Cara input data dosis ada 2 (dua) yaitu lewat import data atau input data satu
per satu. Import data dapat dilakukan jika sudah memiliki data yang banyak
dan akan diinput bersamaan.

40
25. Pertama, dimulai dari input data yang satu per satu, klik +TAMBAH DATA.
Akan keluar kotak dialog sebagai berikut:

26. Kolom kode pasien dan nama pasien dapat diisi jika ingin digunakan untuk
rekam data dosis untuk tiap pasien. Jika tidak, maka dapat dikosongkan.
27. Pilih gender dari data pasien, male (laki-laki) atau female (perempuan).
28. Masukkan umur pasien, jika di setting awal untuk pasien dewasa (adult) maka
data pasien yang dimasukkan diatas 15 tahun. Misal, umur pasien 21 tahun
maka cukup diisi dengan 21.
29. Masukkan berat badan pasien dalam kg. Misal, berat badan 65 kg maka
dimasukkan nilai 65. Jika belum ada informasi berat badan maka diisi dengan
0 (nol).
30. Pada kolom Pilih Posisi, klik kemudian pilih posisi pasien saat menjalani
pemeriksaan dengan sinar-X, pilihannya: Standing dan Supine.
31. Pada kolom proyeksi, pilih proyeksi saat pasien diekspos dengan sinar-X,
seperti PA, AP, LAT, dll.
32. Pada kolom FDD (Focus Detector Distance), isikan jarak pasien dengan titik
focus pesawat sinar-X dalam satua cm (centimeter). Istilah detector yang
dimaksud disini adalah kulit pasien. Jadi jarak antara focus dengan kulit
terluar pasien.
33. Pada kolom kV, dimasukkan nilai kV setting.

41
34. Pada kolom mA dan s, dimasukkan nilai mA dan s. Pada kolom mAs
dikosongkan.
35. Apabila pesawat sinar-X tidak memisahkan setting mA dan s, artinya hanya
ada setting mAs, maka masukkan nilai mAs setting. Kolom mA dan kolom s
dikosongkan.
36. Pada kolom DAP (mGy.cm²), diisi dengan nilai DAP total selama penyinaran
berlangsung. Nilai konversi 1 mGy.cm² = 0,001 Gy.cm² = 0,1 µGy.m². Jika
pesawat sinar-X tidak dilengkapi dengan indikator dosis DAP maka kolom
DAP dikosongkan.

37. Setelah itu klik “Simpan”. Tampilan data dosis yang kita input seperti
gambar di bawah ini. Selanjutnya kita dapat input data lagi dengan klik
+TAMBAH DATA.

38. Kedua, input data dosis secara bersamaan dengan menggunakan fasilitas
“Import Data Survey”. Klik kotak di samping import data survey,
kemudian akan muncul informasi untuk DOWNLOAD FORMULIR.

42
Silakan di download formulir isian data untuk pemeriksaan CT Scan dalam
bentuk file excel.

39. Setelah didownload, buka file FORM_DATA_SURVEY_GR.xls

40. Formulir tersebut diisi sesuai yang di contohkan sebelumnya. Data dosis dapat
diisi sesuai dengan banyaknya data. Minimal data adalah 20 buah. Jika
memiliki data lebih dari 20 buah sesuai dengan banyaknya beban kerja per
bulan maka boleh diinputkan.

43
41. Setelah diisi kemudian disimpan file tersebut dalam nama file yang dapat
diidentifikasi isi filenya. Misal, file tersebut berisi jenis pemeriksaan angiogram
normal untuk dewasa. File dapat ditulis
FORM_DATA_SURVEY_GR_chest_PA_dewasa.xls.
42. Kemudian file tersebut diupload ke aplikasi dengan meng-klik “Browse”.

43. Cari file yang akan di upload, setelah ketemu dan ditandai, kemudian klik
Open.

44. Selanjutnya klik “IMPORT”. Sehingga akan muncul di kotak DATA SURVEY,
sebagai berikut:

44
45. Kemudian klik “Submit Survey”. Namun, apabila data dipandang belum
cukup dan akan dilanjut untuk diinput data pada kesempatan lain maka dapat
mengklik “Lanjutkan Nanti”.
46. Setelah submit survey maupun lanjutkan nanti maka kita akan di bawa ke
kotak dialog:

47. Dari gambar di atas dapat diketahui ada beberapa STATUS data yang berbeda,
yaitu:
a. New: data inputan baru yang hanya mengisi head info dan setting,
belum input data dosis.
b. In Progress: sudah input data dosis tetapi masih kurang dari
persyaratan minimal.

45
c. Completed: sudah input data dan memenuhi syarat minimal tetapi akan
ditambah lagi datanya sesuai beban kerja di fasilitasnya.
d. Finished: sudah input data dan memadai serta sudah di klik submit
survey. Pada tahap status ini akan muncul Report. Report tersebut
dapat di export atau di download untuk disimpan dan dimanfaatkan
sesuai kebutuhan.

46
VI.D. SURVEY INPUT DATA AKTIVITAS RADIOFARMAKA PADA
KEDOKTERAN NUKLIR DIAGNOSTIK

1. Sebelum input data aktivitas radiofarmaka pada kedokteran nuklir diagnostik,


maka perlu dipastikan apakah modalitas sudah diinput. Klik

, kemudian akan keluar kotak dialog disampingnya,


sebagaimana gambar berikut.

2. Masukkan modalitas yang digunakan untuk pencitraan di kedokteran nuklir


diagnostik. Kemudian klik Tambahkan.

3. Setelah ini menuju jendela SURVEY.

47
4. Klik pada panel SURVEY, pilih tab Kedokteran Nuklir Diagnostik.

5. Setelah itu muncul jendela “DATA SURVEY RADIOGRAFI UMUM”

6. Klik tab “SURVEY BARU” sehingga muncul FORM SURVEY KEDOKTERAN


NUKLIR.

7. Pada HEAD INFO, silakan pilih MODALITAS yang dimiliki.


8. Kemudian, Pilih kelompok umur (Age Group) dari data yang akan
dimasukkan dengan mengklik kotak pilihan “Kelompok Umur”. Misal, akan
memasukkan data untuk anak-anak maka pilih Children (5-14 years).
9. Pilih Jenis Prosedur dari data yang tersedia.
10. Pilih Periode Data. Misal data bulan Februari 2018. Jika memiliki data bulan
Januari 2018 maka periode dipilih Januari 2018, meskipun diinput pada bulan
Maret 2018.
11. Klik ‘Simpan”.
12. Setelah di klik “Simpan”, maka kita akan dibawa ke jendela “DATA SURVEY”.

48
13. Cara input data dosis ada 2 (dua) yaitu lewat import data atau input data satu
per satu. Import data dapat dilakukan jika sudah memiliki data yang banyak
dan akan diinput bersamaan.
14. Pertama, dimulai dari input data yang satu per satu, klik +TAMBAH DATA.
Akan keluar kotak dialog sebagai berikut:

15. Kolom kode pasien dan nama pasien dapat diisi jika ingin digunakan untuk
rekam data dosis untuk tiap pasien. Jika tidak, maka dapat dikosongkan.
16. Pilih gender dari data pasien, male (laki-laki) atau female (perempuan).
17. Masukkan umur pasien, jika di setting awal untuk pasien dewasa (adult) maka
data pasien yang dimasukkan diatas 15 tahun. Misal, umur pasien 21 tahun
maka cukup diisi dengan 21.
18. Masukkan berat badan pasien dalam kg. Misal, berat badan 65 kg maka
dimasukkan nilai 65. Jika belum ada informasi berat badan maka diisi dengan
0 (nol).
19. Pada kolom Nama Prosedur, diisi prosedur yang dijalani oleh pasien, seperti
Bone Scan, renogram, sidik onk paru, dll.

49
20. Setelah itu klik “Simpan”. Tampilan data dosis yang kita input seperti
gambar di bawah ini. Selanjutnya kita dapat input data lagi dengan klik
+TAMBAH DATA.

21. Kedua, input data dosis secara bersamaan dengan menggunakan fasilitas
“Import Data Survey”. Klik kotak di samping import data survey,
kemudian akan muncul informasi untuk DOWNLOAD FORMULIR.
Silakan di download formulir isian data untuk pemeriksaan CT Scan dalam
bentuk file excel.

50
22. Setelah didownload, buka file FORM_DATA_SURVEY_NM.xls

23. Formulir tersebut diisi sesuai yang di contohkan sebelumnya. Data dosis dapat
diisi sesuai dengan banyaknya data. Minimal data adalah 20 buah. Jika
memiliki data lebih dari 20 buah sesuai dengan banyaknya beban kerja per
bulan maka boleh diinputkan.
24. Setelah diisi kemudian disimpan file tersebut dalam nama file yang dapat
diidentifikasi isi filenya. Misal, file tersebut berisi jenis pemeriksaan angiogram
normal untuk dewasa. File dapat ditulis
FORM_DATA_SURVEY_NM_MARET_2018_dewasa.xls.
25. Kemudian file tersebut diupload ke aplikasi dengan meng-klik “Browse”.

51
26. Cari file yang akan di upload, setelah ketemu dan ditandai, kemudian klik
Open.

27. Selanjutnya klik “IMPORT”. Sehingga akan muncul di kotak DATA SURVEY,
sebagai berikut:

52
28. Kemudian klik “Submit Survey”. Namun, apabila data dipandang belum
cukup dan akan dilanjut untuk diinput data pada kesempatan lain maka dapat
mengklik “Lanjutkan Nanti”.
29. Setelah submit survey maupun lanjutkan nanti maka kita akan di bawa ke
kotak dialog:

30. Dari gambar di atas dapat diketahui ada beberapa STATUS data yang berbeda,
yaitu:
a. New: data inputan baru yang hanya mengisi head info dan setting,
belum input data dosis.
b. In Progress: sudah input data dosis tetapi masih kurang dari
persyaratan minimal.
c. Completed: sudah input data dan memenuhi syarat minimal tetapi akan
ditambah lagi datanya sesuai beban kerja di fasilitasnya.

53
d. Finished: sudah input data dan memadai serta sudah di klik submit
survey. Pada tahap status ini akan muncul Report. Report tersebut
dapat di export atau di download untuk disimpan dan dimanfaatkan
sesuai kebutuhan.

VII. Hasil Survei


1. Hasil survei inputan data dosis dan data aktivitas radiofarmaka dapat dilihat
dengan mengklik Klik tab modalitas yang ingin dilihat hasilnya pada panel

Survey sebelah kiri layar tampilan. .


2. Pada awal Tahun 2018, baru ada 4 (empat) modalitas yang difasilitasi untuk
rekam data dosis maupun aktivitas radiofarmaka, yaitu:
a. CT Scan
b. IR Fluoroskopi
c. Radiografi Umum
d. Kedokteran Nuklir Diagnostik
3. Klik modalits yang ingin dilihat hasilnya, setelah itu akan tempil jendela
DATA SURVEY sebagaimana gambar berikut:

54
4. Untuk inputan data yang sudah “Finished” maka kita dapat melihat hasilnya

dengan meng-klik maka akan terlihat tampilan sebagaimana


gambar berikut:

5. Untuk melihat diagram Scattergram dapat melakukan klik tombol Lihat


Grafik. Pada halaman Scattergram diperoleh informasi mengenai sebaran nilai
dosis atau aktivitas radiofarmaka yaitu nilai minimum, kuartil 1, kuartil 2
(median), kuartil 3, dan nilai maksimum.

6. Selanjutnya klik untuk kembali ke menu utama Survey Report.


7. Hasil survei juga dapat di ekspor ke dalam bentuk file excel. File yang di
ekspor dapat digunakan untuk analisis lain jika diperlukan.

55
8. Pilih Save File dan klik OK.
9. Isi dari file excel yang di ekspor adalah sebagai berikut:

56
File hasil eksport dapat digunakan sebagai bahan analisis lanjutan dan dapat
pula sebagai laporan ke manajemen, sebagai bukti atau rekaman untuk
evaluasi dan penilaian implementasi optimisasi proteksi pada pasien.

57
VIII. Manajemen Dosis Pasien
Setiap fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki modalitas CT Scan,
fluoroskopi, radiografi umum, kedokteran nuklir diagnostik, mamografi dan
radiografi gigi dapat membuat suatu program atau prosedur dalam rangka sistem
manajemen dosis pasien.
Dengan menggunakan aplikasi Si-INTAN, pengguna dapat membuat program
untuk mengetahui sebaran dosis pasien tiap periode. Periode yang dimaksud
dapat dalam jangka waktu 1 atau 2 tahun.
Misal, dibuat program sebaran data dosis pasien CT Scan tiap tahun. Program
yang dibuat adalah:
1. Dibuat prosedur sistem manajemen dosis pasien dalam sebuah SOP yang
disahkan oleh manajemen rumah sakit. Paling tidak di SOP tersebut
memuat program dan tugas tanggung jawab personil.
2. Program dimulai Bulan Januari dan ditutup Bulan Desember 2016.
3. Tiap bulan harus input data ke aplikasi Si-INTAN.
4. Data yang dimasukkan di aplikasi Si-INTAN tergantung banyaknya jenis
pemeriksaan. Contoh: untuk CT Scan Head tiap bulan ada lebih dari 250
pasien, CT Scan abdomen 50 pasien. Maka, data yang dimasukkan di
aplikasi Si-INTAN tiap bulan untuk CT Head adalah 60 data dan untuk CT
abdomen cukup 20 data.
5. Kalau tidak dapat diprediksi dari jumlah pasien, maka dibuat agenda tiap
bulan memasukkan data 20 pasien pada jenis pemeriksaan yang sering
terjadi.
6. Apabila ada pemeriksaan yang jarang terjadi, dapat dibuat sesuai
keberadaannya. Contoh: CT Scan Head untuk anak tiap bulan ada 2 pasien.
Maka tiap bulan pula dapat dimasukkan data tersebut ke aplikasi Si-
INTAN. Sehingga nanti dalam 1 tahun ada 24 data pasien CT Head untuk
anak.
7. Membuat formulir logbook data dosis pasien dengan mempertimbangkan
parameter jenis pemeriksaan, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien.

58
8. Pada Aplikasi SI-INTAN sudah difasilitasi input data satuan. Jika punya
data 1 dapat diinput, jika punya banyak juga dapat diinput.
9. Strateginya, jika kita input data dalam aplikasi Si-INTAN maka jangan lupa

tekan tombol . Jika kita tekan tombol itu artinya data yang
telah kita masukkan akan tersimpan dan dapat dilanjutkan menambah data
lagi nanti.
10. Namun apabila kita sudah merasa cukup, misal tiap bulan hanya input
untuk tiap jenis pemeriksaan sebanyak 20 data, maka jika sudah tercapai 20

data kemudian kita klik , artinya kita sudah selesai input data
untuk jenis pemeriksaan tertentu dengan usia pasien tertentu dan jumlah
data tertentu pada bulan tertentu.
11. Selanjutnya, jika dalam periode 1 tahun sudah tercapai, maka dapat dilihat
hasilnya di menu Survey Report di aplikasi SI-INTAN. Jika tiap bulan kita
input data maka tiap bulan kita dapat mengetahui sebaran datanya, dan
apabila ingin dikompilasi dalam jangka waktu setahun maka data dapat
diekspor kemudian digabung untuk jenis pemeriksaan dan kelompok
umur yang sama, dicari sebaran distribusinya dan dapat ditentukan nilai
DRL-nya.
12. Nilai DRL yang diperoleh dari hasil pemantauan dosis selama 1 tahun itu
kemudian ditetapkan sebagai nilai DRL lokal untuk pemeriksaan dan
kelompok usia tertentu.
13. Setelah ditentukan nilai DRL Lokal untuk tiap jenis pemeriksaan maka
dibuatkan suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa “RS X pada periode
2016 memiliki DRL Lokal sebagai berikut…” kemudian “DRL Lokal ini
berlaku selama 1 tahun kedepan mulai Januari – Desember 2017”. Begitu
seterusnya sehingga setiap tahun memiliki DRL lokal baru.
14. Selanjutnya, penerapan DRL setelah DRL itu ditetapkan:
a. nilai DRL di tempel di dekat monitor konsol CT Scan. Setiap
pemeriksaan pasien menggunakan protokol jenis pemeriksaan yang ada

59
nilai DRL-nya maka diperhatikan patient dose report-nya. Apabila
melebihi nilai DRL, maka lakukanlah pencatatan, identitas pasien, jenis
pemeriksaan, dan lainnya. Kemudian jika sudah diketahui alasannya
melebihi DRL, dapat dituliskan juga alasannya, misal:
1. ukuran pasien besar
2. membutuhkan kualitas citra yang bagus
3. jumlah fase atau seri penyinaran yang banyak
4. pengulangan karena citra kurang bagus
5. dan lainnya.
b. Pada beberapa CT Scan sudah difasilitasi menu Dose Notification. Nilai
DRL yang berupa CTDI atau DLP dimasukkan ke dalam kolom Dose
Notification. Setiap akan melakukan penyinaran ataupun setelah
melakukan penyinaran nilai CTDI/DLP prediksi atau CTDI/DLP hasil
penyinaran akan dibandingkan dengan nilai DRL yang dimasukkan ke
Dose Notification. Jika melebihi Dose Notification akan muncul dialog
untuk menuliskan alasannya (Diagnostic reason) dalam rangka meminta
konfirmasi.

60
15. Tiap bulan data yang melebihi DRL tersebut dievaluasi, dan dicarikan
solusi untuk tidak terulang lagi. Jika tidak dapat direduksi maka harus
dipastikan pasien memperoleh manfaat dari banyaknya penyinaran yang
dterima.
16. Pastikan, semua yang dilakukan ada catatan dan laporannya ke
manajemen.

IX. Hubungi Kami (Contact Us)


Apabila, ada hal yang belum dipahami ataupun ada yang ditanyakan terkait
dengan aplikasi I-DRL ini maka dapat menghubungi kami di “Contact Us”.

61
Bidang Pengkajian Kesehatan
Pusat Pengkajian Sistem dan Teknologi Pengawasan Fasilitas Radiasi dan Zat
Radioaktif (P2STPFRZR)
BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR (BAPETEN)
Telp 021 6385 8269-70 ext. 5117
Fax 021 6385 8275
HP 0812 9588 2597 (Jam Kantor 08.00 – 16.00 WIB)
Jl. Gajah Mada No. 8 Jakarta Pusat 10120
Alamat Kantor
Telp. (021) 6385 8269 - 70, Fax. (021) 6385 8275
Email idrl@bapeten.go.id

Tim I-DRL BAPETEN


1. Rini Suryanti, ST, M.Si. 5. Iswandarini, S.Kom.
2. Dra. Leily Savitri 6. Endang Kunarsih, S.Si., M.Si.
3. Wawan Susanto, SST 7. Rusmanto, ST
4. Intanung Syafitri, S.Si 8. IB Gede Putra Pratama, S.Si.

62
LAMPIRAN

DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABANNYA TERKAIT APLIKASI Si-INTAN

1. Apakah pengumpulan data dosis pasien itu merupakan kewajiban rumah sakit
atau fasilitas pelayanan kesehatan?
Ya, sesuai dengan PP No. 33 Tahun 2007 bahwa pemegang izin wajib memenuhi
optimisasi proteksi dan keselamatan radiasi.

2. Apa itu optimisasi proteksi dan keselamatan radiasi?


Pada PP No. 33 Tahun 2007 dijelaskan bahwa optimisasi proteksi dan
keselamatan radiasi adalah suatu upaya yang harus dilakukan agar besarnya
dosis yang diterima serendah mungkin yang dapat dicapai dengan
mempertimbangkan faktor sosial dan ekonomi.

3. Kenapa harus melakukan upaya optimisasi proteksi dan keselamatan radiasi?


Pada PP No. 33 Tahun 2007 tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan
Keamanan Sumber Radioaktif menyatakan bahwa setiap orang atau badan yang
akan memanfaatkan tenaga nuklir wajib memiliki izin pemanfaatan tenaga nuklir
dan memenuhi persyaratan keselamatan radiasi.
Pada UU No. 10 Tahun 1997, menyatakan bahwa yang dimaksud dengan
tenaga nuklir adalah tenaga dalam bentuk apapun yang dibebaskan dalam proses
transformasi inti, termasuk tenaga yang berasal dari sumber radiasi pengion.
Artinya pesawat sinar-X masuk dalam kategori sumber radiasi pengion. Sehingga
dapat dipahami bahwa seluruh rumah sakit atau pun fasilitas pelayanan
kesehatan yang memiliki pesawat sinar-X wajib memiliki izin pemanfaatan dari
BAPETEN dan memenuhi persyaratan keselamatan radiasi.
Salah satu persyaratan keselamatan radiasi yang harus dipenuhi oleh pihak
rumah sakit apabila menggunakan sumber radiasi pengion adalah persyaratan
proteksi radiasi.
Berdasarkan PP No. 33 Tahun 2007, pemegang izin dalam memanfaatkan
tenaga nuklir wajib memenuhi persyaratan proteksi radiasi yang meliputi :
a. justifikasi pemanfaatan tenaga nuklir;
b. limitasi dosis; dan
c. optimisasi proteksi dan keselamatan radiasi

63
Ilustrasi sederhana, jika rumah sakit memiliki izin pemanfaatan sumber radiasi pengion
dari BAPETEN maka rumah sakit wajib memenuhi optimisasi proteksi dan keselamatan
radiasi yaitu menjamin dosis yang diterima oleh pekerja dan pasien serendah
mungkin yang dapat dicapai.

4. apa yang dilakukan oleh rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan untuk
memenuhi optimisasi proteksi itu?
Pemilik fasilitas harus menjamin dosis yang diterima oleh pekerja dan pasien
serendah mungkin yang dapat dicapai dengan tetap memperhatikan faktor sosial
ekonomi dan kualitas citra.

5. bagaimana pihak fasilitas pelayanan kesehatan/rumah sakit menjamin dosis yang


diterima oleh pekerja dan pasien serendah mungkin yang dapat dicapai?
Tentu tidak dengan surat keterangan bermaterai.
Langkah-langkah yang harus ditempuh oleh pemilik fasilitas untuk melakukan
upaya optimisasi proteksi dan keselamatan radiasi adalah melaksanakan:
a. pertimbangan disain modalitas yang akan digunakan;
b. pertimbangan operasi;
c. kalibrasi;
d. dosimetri pasien (perhitungan atau pengukuran dosis pasien);
e. tingkat panduan atau diagnostic reference level (DRL);
f. program jaminan mutu untuk paparan medik; dan
g. pembatas dosis (dose constraint).

6. Untuk siapa optimisasi proteksi dan keselamatan radiasi diterapkan?


Optimisasi proteksi dan keselamatan radiasi diterapkan untuk pekerja dan
pasien.
Pada PP No. 33 Tahun 2007, diperoleh informasi bahwa penerapan optimisasi
proteksi dilaksanakan melalui:
a. pembatas dosis; dan
b. tingkat panduan untuk paparan medik.
Pembatas dosis digunakan untuk optimisasi dosis yang diterima oleh pekerja dan
anggota masyarakat. Sedangkan tingkat panduan paparan medik digunakan
untuk optimisasi dosis yang diterima oleh pasien dalam pemeriksaan radiologi
diagnostik dan intervensional dan kedokteran nuklir.
Pada PP No. 33 Tahun 2007, menyatakan bahwa praktisi medik wajib
menggunakan tingkat panduan untuk paparan medik pada saat melaksanakan
prosedur radiologi diagnostik dan intervensional, dan kedokteran nuklir untuk
mengoptimumkan proteksi terhadap pasien.

7. Khusus untuk pasien, langkah optimisasi yang dilakukan apa aja?

64
Pada jawaban no. 5 huruf a sampai dengan f merupakan langkah optimisasi
proteksi untuk pasien.
8. Apa hubungan antara pengumpulan data dosis pasien dengan langkah optimisasi
proteksi untuk pasien di atas?
Pengumpulan data dosis pasien dapat digunakan untuk membuat / menyusun
atau menetapkan tingkat panduan atau diagnostic reference level (DRL). Tingkat
panduan dapat dibuat ditingkat lokal oleh rumah sakit sendiri atau juga dapat
ditentukan secara nasional oleh BAPETEN. Tingkat panduan secara periodik
harus dievaluasi dan diperbaharui sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang berhubungan dengan proteksi dan keselamatan
radiasi.

9. Bagaimana cara fasilitas memperoleh nilai dosis radiasi pasien yang menjalani
pemeriksaan dengan modalitas radiasi pengion?
Nilai dosis radiasi tiap pasien yang menjalani pemeriksaan dengan modalitas
radiasi pengion diperoleh dari pengukuran dosis secara langsung maupun tidak
langsung. Pengukuran langsung menggunakan alat ukur dosis yang dapat dibaca
secara langsung hasilnya seperti menggunakan sistem TLD yang ditempelkan
pada pasien atau fantom, dan detektor solid state atau pun kamar ionisasi dengan
fantom. Sedangkan pengukuran tidak langsung menggunakan sistem perhitungan
dengan data keluaran radiasi (radiation output) dan parameter yang digunakan
untuk penyinaran (kondisi penyinaran atau faktor eksposi).
Selain itu seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pada
modalitas tertentu yang diperkirakan dapat memberikan dosis radiasi yang tinggi
bagi pasien sudah dilengkapi dengan indikator dosis. Indikator dosis pada
modalitas CT Scan adalah nilai CTDI dan DLP. Pada sistem radiografi dan
fluoroskopi menggunakan nilai Kerma Area Product (KAP) atau Dose Area Product
(DAP).
Sehingga dapat dipahami bahwa untuk memperoleh data dosis radiasi harus
dilakukan survei dosis radiasi. Survei dosis radiasi pasien dilakukan secara
kontinyu dan periodik. Kemudian hasilnya digunakan untuk menyusun tingkat
panduan baru atau dibandingkan ke tingkat panduan yang sudah ada.

10. Selain sebagai upaya optimisasi proteksi bagi pasien, apa outcome yang diperoleh
jika rumah sakit melakukan pengumpulan data dosis pasien?
Bagi rumah sakit, pengumpulan data dosis pasien dapat digunakan untuk :
a. bahan kajian risiko radiologik;
b. penyusunan tingkat panduan atau DRL secara lokal;
c. salah satu indikator jaminan mutu radiologi;
d. audit klinik; dan
e. medico legal.

65
11. Apa maksud dari dibuatnya Sistem Informasi Dosis Pasien Nasional (Si-Intan)
oleh BAPETEN?
Berdasarkan amanat UU No. 10 Tahun 1997, badan pengawas (BAPETEN)
melakukan pembinaan berupa bimbingan dan penyuluhan mengenai pelaksana
upaya yang menyakut keselamatan dan kesehatan pekerja dan anggota
masyarakat serta perlindungan terhadap lingkungan hidup.
Sehingga dapat dipahami bahwa BAPETEN sebagai badan pengawas memiliki
tugas melakukan pembinaan dengan untuk mendorong, mempromosikan,
memberi asistensi terhadap para pemegang izin dan jajarannya dalam
mewujudkan optimisasi proteksi dan keselamatan radiasi. Oleh karena itu,
BAPETEN membuat sebuah portal aplikasi pengumpulan data dosis pasien
berbasis web yang diberi nama Sistem Informasi Data Dosis Pasien Nasional (Si-
Intan). Portal web ini dapat di akses melalui situs http://idrl.bapeten.go.id.
Atau ke web www.bapeten.go.id pada menu Bapeten Link, pilih Sistem Informasi
Data Dosis Pasien (Si-Intan) pada panel sebelah kiri web.
Portal web tersebut dapat dimanfaatkan oleh pemegang izin sebagai sarana
untuk melakukan pengumpulan data dosis pasien.

Aplikasi Si-Intan

Klik disini….

12. Karena aplikasi Si-Intan yang membuat adalah BAPETEN, tentu ada yang
diharapkan selain memfasilitasi para pemegang izin untuk melakukan upaya
optimisasi. Artinya, informasi data dosis yang dikumpulkan oleh rumah sakit
masuk ke BAPETEN. Apa tujuannya?
Bagi BAPETEN:
a. Data dosis yang terkumpul digunakan untuk membuat profil atau
gambaran dosis radiasi yang diterima oleh pasien untuk tiap modalitas dan
jenis penyinaran dalam skala nasional.

66
b. Apabila diperlukan, untuk berkontribusi data dosis pasien ke UNSCEAR
(sebagai negara anggota) sebagai bahan untuk melakukan kajian
radiologik.
c. Untuk membuat profil paparan medik (data dosis pasien) di Indonesia
dikaitkan dengan prosedur penyinaran, umur, jenis kelamin, perawatan
kesehatan. Sebagai informasi mengenai sampai tahap mana capaian
outcome BAPETEN sebagai badan pengawas yang harus menjamin
keselamatan dan kesehatan pekerja dan anggota masyarakat serta
perlindungan terhadap lingkungan hidup.
d. Mengetahui kecenderungan penggunaan modalitas radiasi pengion; dan
e. Mengetahui tren kecenderungan arah perkembangan pengawasan yang
dilakukan oleh BAPETEN dari waktu ke waktu. Sebagai bahan evaluasi dan
pengembangan pengawasan.

13. Apakah rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan wajib mengisi dan
menggunakan aplikasi Si-Intan?
Sebagaimana disampaikan sebelumnya bahwa aplikasi Si-Intan dibuat untuk
memfasilitasi upaya pengumpulan data dosis pasien sebagai salah satu langkah
optimisasi dosis pasien.
Apabila pihak fasilitas pelayanan kesehatan atau rumah sakit sudah memiliki tool
lain sebagai upaya optimisasi proteksi maka penggunaan aplikasi Si-Intan sudah
tidak mandatori lagi.
Ilustrasi sederhananya, kita wajib berada di Jakarta dari semarang. Untuk
mencapai Jakarta dibutuhkan sarana untuk berpindah dari semarang ke Jakarta.
Sarana itu dapat berupa pesawat terbang, kereta, kapal laut, dan kendaraan
darat. Memilih dan menggunakan salah satu sarana menjadi wajib sehingga kita
dapat memenuhi kewajiban untuk berada pada suatu tempat.

14. Siapakah yang menggunakan tingkat panduan?


Pada Perka BAPETEN No. 8 Tahun 2011, yang menggunakan tingkat panduan
adalah praktisi medik khususnya dokter. Salah satu tugas dan tanggung jawab
dokter spesialis radiologi atau dokter yang berkompeten adalah menjamin
paparan pasien serendah mungkin untuk mendapatkan citra radiografi yang
seoptimal mungkin dengan mempertimbangkan tingkat panduan paparan medik.

15. Apa itu yang dimaksud dengan tingkat panduan atau diagnostic reference level
(DRL)?
Menurut PP No. 33 Tahun 2007, Tingkat Panduan (Guidance Level) adalah nilai
panduan yang hendaknya dicapai melalui pelaksanaan kegiatan medik dengan
metode yang teruji. Nilai panduan untuk kegiatan radiologi diagnostik dinyatakan
dalam nilai dosis atau laju dosis, sedangkan untuk kegiatan kedokteran nuklir
dinyatakan dalam aktivitas sumber radioaktif.

67
16. Bagaimana menggunakan tingkat panduan?
Tingkat panduan diidentifikasi dengan suatu nilai dosis radiasi, sehingga
bandingannya juga harus dengan data yang dikuantifikasi sebagai nilai dosis
radiasi.
Apabila suatu pemeriksaan CT Scan kepala diperoleh nilai CTDI 54 mGy dan nilai
tingkat panduan CT Scan kepala adalah 50 mGy, maka dosis untuk pemeriksaan
CT kepala melebihi tingkat panduan atau DRL.

17. Bagaimana jika nilai pemeriksaan CT Scan yang diperoleh melebihi nilai tingkat
panduan atau DRL?
Praktisi medik harus melakukan reviu dan melihat rekaman atau catatan yang
ada. Hal tersebut untuk mencari alasan kenapa dosisnya melebihi DRL, apakah:
a. Karena ukuran pasien yang besar;
b. Dibutuhkan kualitas citra yang bagus;
c. Fase yang dibutuhkan ada banyak (lebih dari 3 fase);
d. Pemilihan protokol yang tidak tepat;
e. Peralatan belum terkalibrasi;
f. Prosedur penyinaran tidak tepat;
g. Sumber daya manusia kurang kompeten;
h. Terjadi pengulangan penyinaran;
i. Dan lainnya.

18. Setelah reviu dan diidentifikasi penyebabnya, apa yang harus dilakukan oleh
praktisi medik?
Setelah direviu dan dapat diidentifikasi penyebabnya, tentunya harus dilakukan
langkah koreksi untuk mencegah hal itu terualng kembali pada pemeriksaan
selanjutnya. Misal diperoleh informasi bahwa terjadi pengulangan penyinaran
karena efek pergerakan pasien. Maka harus dilakukan pemilihan teknik
penyinaran lain sebagai alternatif untuk meminimalkan pergerakan.

68

Anda mungkin juga menyukai