Anda di halaman 1dari 53

SKIM PENELITIAN MANDIRIPROPOSAL PENELITIAN

PERBANDINGAN TINGKAT STRES ANTARA

MAHASISWA UNSYIAH YANG MENGIKUTI PROSES

PEMBELAJARAN KONVESIONAL DENGAN KBK DENGAN

SISTEM DARING SELAMA PANDEMI

COVID-19

OLEH:

ISMI CICI PANDINI


1612101010004
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2020
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal

penelitian dengan judul “Gambaran Tingkat Stres Mahasiswa Unsyiah

Mengikuti Proses Perkuliahan Dengan Sistem Daring Selama Masa Wabah

Covid-19”. Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada Nabi Besar

Muhammad SAW, keluarga beserta sahabat beliau.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Ns. Sri Novitayani, MNS

selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran

untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan

proposal penelitian ini. Selanjutnya ucapan terima kasih penulis kepada semua

pihak yang telah memberikan kontribusi dalam menyelesaikan penulisan proposal

penelitian ini.

1. Dr. Hajjul Kamil, S.Kp., M.Kep selaku Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Syiah Kuala beserta jajarannya.

2. Bapak Teuku Tahlil, MS., Ph.D selaku Wakil Dekan I, Ns. Ardia Putra, MNS

selaku Wakil Dekan II, dan Ns. Sri Intan Rahayuningsih, M.Kep., Sp.Kep.An

selaku Wakil Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala

3. Ns. Hasmila Sari, M.Kep., Sp.Kep.J selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan Universitas Syiah Kuala

4. Ns. Arfiza Ridwan, MNS selaku Koordinator Skripsi Program Studi Ilmu

Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala


5. Ns. Martina, M.Kep., Sp. Kep. J selaku Sekretaris Pengurus Skripsi Program

Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala

beserta tim yang telah membantu kelancaran penyusunan proposal penelitian

ini.

6. Seluruh dosen dan staf Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala yang

ikut membantu peneliti dalam kelancaran penyusunan proposal penelitian ini.

7. Ayahanda Alm. Hasmi dan Ibunda Ismanidar, Kakak Ismi Ayu Wandira,

Abang tercinta Muhammad Azhari, Adik Ismi Nanda Anjela dan Ismi Cahya

Anjani serta seluruh keluarga tercinta yang selalu memberikan semangat,

bantuan moril, dan mendoakan keberhasilan serta keselamatan penulis selama

menempuh pendidikan.

8. Sahabat-sahabat tercinta, serta seluruh teman-teman angkatan 2016 Program

Reguler A Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala yang telah

memberikan do’a, dukungan, dan ikut berpartisipasi dalam penyusunan

proposal penelitian ini.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam proposal

penelitian ini. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun demi kesempurnaan proposal penelitian ini.

Banda Aceh, Mei 2020

Ismi Cici Pandini


DAFTAR ISI Halaman

LEMBAR JUDUL .................................................................................................i


PERNYATAAN PERSETUJUAN.......................................................................ii
KATA PENGANTAR ..........................................................................................iii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................v
DAFTAR SKEMA................................................................................................vi
DAFTAR TABEL…........................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................viiii
A.
B.
C.
D.
A.
B. Konsep Pembelajaran Konvensional
C. Konsep Tentang Stres
A.
B.
C.

A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
F.

DAFTAR PUSTAKA
BIODATA PENULIS
LAMPIRAN

DAFTAR SKEMA

Halaman

Tabel 3.1 Kerangka Konsep Penelitian............................................


DAFTAR TABEL

Halaman

Skema 3.2 Definisi Operasional...................................................


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rencana Jadwal Penelitian


Lampiran 2. Rencana Anggaran Penelitian
Lampiran 3. Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 4. Lembaran Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 5. Lembaran Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 6. Lembar Kuesioner Penelitian
Lampiran 7. Surat Pengantar Pengambilan Data Awal dari Fakultas Keperawatan
Universitas Syiah Kuala
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Korona virus atau disebut dengan Covid-19 adalah virus RNA-positif

non-segmented yang tergabung dalam keluarga Coronaviridae dan ordo

Nidovirales dan dapat menyebar secara luas pada manusia dan mamalia lainnya

(Huang, et al. 2020). Covid-19 merupakan virus yang menyerang sistem

pernapasan dengan gejala demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan, sesak napas,

letih dan lesu, sehingga pada kasus berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom

pernapasan akut, hingga kematian. Covid-19 tergolong virus corona jenis baru dan

berbeda dengan virus yang menyebabkan SARS (Meng, Hua & Bian, 2020; Aida,

2020).

Berdasarkan kasus korona di dunia 2 April 2020, dari 203 negara yang

terjangkit korona, kasus terkini telah mencapai 938.565 kasus diantaranya telah

mengalami penambahan sebanyak 77.000 kasus yang sebelumnya berjumlah

861.113. Dari kasus 203 negara tersebut ada sebanyak 47.303 meninggal dan

195.397 telah dinyatakan sembuh. Terdapat 10 negara didunia dengan jumlah

kasus terbesar yaitu: Amerika serikat 214.465 kasus (4.842 meninggal dan 8.805

sembuh), Italia 110.574 kasus (13.155 meninggal dan 16.847 sembuh), Spayol

104.118 kasus (9.387 meninggal dan 22.647 sembuh), China 81.554 kasus (3.312

orang meninggal dan 76.238 sembuh), Jerman 77.981 kasus (931 meninggal, dan

18.700 sembuh), Perancis 56.989 kasus (4.032 meninggal dan 10.934 sembuh),
Iran 47.593 kasus (3.036 meninggal dan 15.473 sembuh), Inggris 29.474 kasus

(2.352 meninggal dan 135 sembuh), Swiss 17.768 kasus (488 meninggal dan

2.967 sembuh) dan Turki 15.679 kasus (277 meninggal dan 333 sembuh) (Aida,

2020), sehingga dari data diatas dapat disimpulkan bahwa, pasien yang meninggal

diseluruh dunia mencapai 47.303 orang atau 4,69 persen, sedangkan pasien yang

sembuh diseluruh dunia mencapai 195.397 atau 20 persen.

Berdasarkan kasus korona di indonesia hingga 2 April 2020 terdapat 1.790

kasus positif, 170 orang meninggal dan 120 orang sembuh. Hingga hari ini 2 April

jumlah provinsi yang tercatat memiliki kasus positif Covid-19 di 32 daerah yaitu;

posisi pertama DKI Jakarta sebanyak 897 kasus (90 meninggal dan 52 sembuh).

Posisi kedua Jawa Barat memiliki 223 kasus (25 meninggal dan 21 sembuh).

Kemudian Banten sebanyak 164 kasus (14 meninggal dan 7 sembuh). Selanjutnya

Jawa Tengah memiliki 104 kasus (7 meninggal dan 7 sembuh). Terakhir Jawa

Timur memiliki 104 kasus (11 meninggal dan 22 sembuh) (Aida, 2020).

Sedangkan jumlah kasus Covid-19 di Aceh sampai dengan 2 April terdapat 5

kasus positif (1 meninggal dan 4 lainnya masih dalam perawatan) (Redaksi,

2020).

Penyakit infeksi pernapasan yang disebabkan oleh Covid-19 pertama

sekali muncul di Wuhan, Cina pada awal Desember 2019 (phelan, Katz, & Gostin,

2020). Penyebab adanya virus covid-19 ini diduga berhubungan dengan pasar

hewan dan makanan laut kota Wuhan. Sehingga hal ini menunjukkan adanya

penularan dari hewan ke manusia. Beberapa informasi menyebabkan bahwa virus

tersebut berasal dari ular atau kelelawar (media Indonesia, 2020). Adapun proses
penularan wabah Covid-19 dimulai dengan satu penularan dari hewan ke manusia

kemudian diikuti oleh penyebaran manusia ke manusia lainnya melalui kontak

atau percikan cairan dari penderita (Meng, Hua & Bian, 2020). Adapun gejala

utama klinis Covid 19 yaitu demam, batuk kering, dan sesak napas, (Chen et al.

2020; Guan et al. 2020). WHO juga telah mengumumkan bahwa wabah ini

merupakan masalah kesehatan masyarakat darurat yang menjadi perhatian

internasional (Mahase, 2020). Pada bulan Februari 2020 Covid-19 telah diakui di

34 negara dengan total 80.239 kasus yang di konfirmasi dan 2.700 kematian

(WHO, 2020).

Penyakit yang dikenal dengan nama Corona virus atau Covid-19 ini adalah

salah satu penyakit mematikan yang paling ditakutkan di abad 21 ini, berbagai

aktivitas dari seluruh negara terhenti dikarenakan virus mematikan ini. Begitu

pula dengan Indonesia, sebagian besar aktivitas dihentikan salah satunya bidang

pendidikan dikarenakan cepatnya penularan virus ini, sehingga pemerintah harus

membuat inisiatif baru untuk tetap terjalankannya aktifitas pendidikan di

Indonesia yaitu dengan menerapkan sebuah sistem pembelajaran baru dikalangan

masyarakat Indonesia yaitu sistem pembelajaran daring (Nathaniel, 2020). Begitu

juga di Aceh, Bapak Rektor Universitas Syiah Kuala telah mengeluarkan surat

edaran No.B/1669/UNII/KPII.00/2020 yang mengintruksikan bahwasanya segala

proses perkuliahan, praktikum, pembimbingan tugas akhir, seminar dan sidang

mahasiswa dilakukan dengan menggunakan aplikasi jaringan (daring), seperti

aplikasi e-learning unsyiah, aplikasi video conference, dan e-mail.


Daring merupakan bentuk singkatan dari dalam jaringan (online). Daring

adalah sebuah metode pembelajaran melalui jaringan web, yang mana setiap mata

kuliah atau pelajaran menyediakan materi dalam bentuk video atau slideshow,

dengan tugas mingguan yang harus dikerjakan dalam batas waktu pengerjaan yang

telah ditentukan dengan beragam system penilaian (Bilfaqih & Qomarudin, 2015).

Daring sendiri pada dasarnya sebuah sistem yang sudah pernah diterapkan di

Indonesia tetapi hanya di tempat dan kalangan tertentu, bagi mereka yang belum

terbiasa akan merasa tidak efektif terutama bagi kalangan menengah kebawah

(Melania, 2020). Berbagai macam keluhan para pendidik muncul akibat sistem

daring ini, seperti pembelian paket data, jaringan yang susah, hal ini tentunya

membuat para mahasiswa terkadang merasa susah, galau, dan putus asa yang

ujung-ujungnya akan berakhir kepada stres (Arsendy, Sukoco & Purba, 2020).

Stres menurut Lazarus dan Folkman (1984 dalam Potter & Perry, 2005),

stres merupakan suatu reaksi fisik dan psikologis terhadap tuntutan hidup yang

membebani kehidupan seseorang serta mengganggu kesejahteraan hidupnya.

Sedagkan menurut Neuman dan Fawcett (2011, dalam Potter, Perry, Stockert &

Hall, 2013), stres merupakan suatu reaksi rangsangan yang bisa menyebabkan

ketegangan yang beroperasi didalam tubuh pada sistem jaringan apapun.

Berdasarkan pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti dengan

metode wawancara pada 10 orang mahasiswa mengatakan stres mengikuti

pembelajaran daring, sehingga peneliti ingin melihat gambaran tingkat stres yang

dialami mahasiswa, diantara nya 5 orang mahasiswa yang mengikuti sistem

pembelajaran (KBK) dan 5 orang mahasiswa yang mengikuti sistem pembelajaran


(Konvensional). Mahasiswa KBK yang mengikuti proses pembelajaran dengan

sistem daring mengatakan bahwa pembelajaran daring kurang efektif untuk

mahasiswa KBK, dari segi tutorial mereka kurang menguasai materi secara online,

dari segi praktikum mereka tidak bisa melihat dan mempraktekkan secara

langsung, dan juga keterbatasan dana untuk membeli paket. Sedangkan 5 orang

mahasiswa konvensional yang mengikuti proses pembelajaran dengan sistem

daring mengatakan bahwa banyak habis kuota, jaringan tidak bagus, tugas banyak

dan menumpuk dibandingkan saat mengikuti kuliah di kampus, dan membuat

mereka jadi malas belajar karena pembelajaran daring bisa menemukan jawaban

di internet.

Berdasarkan hasil paparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

pembelajaran daring dapat menjadi salah satu faktor pemicu terjadinya stres pada

mahasiswa. Jika dikaitkan dengan konsep pembelajaran daring masa Covid-19

yang sedang marak di Indonesia belum ada penelitian mengenai ini. Sehingga

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang bertujuan untuk memberikan

gambaran bagaimana stres mahasiswa menggunakan daring. Maka peneliti ingin

melakukan penelitian ini dengan judul “Gambaran Tingkat Stres Mahasiswa

Unsyiah Mengikuti Proses Perkuliahan Dengan Sistem Daring Selama Masa

Wabah Covid-19”.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Gambaran Tingkat Stres Mahasiswa Unsyiah Mengikuti

Proses Perkuliahan Dengan Sistem Daring Selama Masa Wabah Covid-19”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

PERBANDINGAN TINGKAT STRES ANTARA MAHASISWA


YANG MENGIKUTI PROSES PEMBELAJARAN
KONVESIONAL DENGAN KBK DENGAN SISTEM DARING
SELAMA PENDEMI COVID-19

Untuk mengetahui Gambaran Tingkat Stres Mahasiswa Unsyiah

Mengikuti Proses Perkuliahan Dengan Sistem Daring Selama Masa Wabah

Covid-19

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran tingkat stres mahasiswa Unsyiah mengikuti


proses perkuliahan dengan sistem daring selama masa wabah Covid-19
D. Manfaat Penelitian

1. Pengembangan ilmu pengetahuan

Dari hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, diharapkan dapat

digunakan sebagai bahan kajian dan informasi tambahan untuk para praktisi

keperawatan mendatang dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teori

keperawatan terkait gambaran tingkat stres mahasiswa unsyiah menggunakan

pembelajaran sistem daring akibat Covid-19.


2. Pengembangan Masalah Praktik Keperawatan

Dari hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, diharapkan dapat

menjadi sumber referensi bagi mahasiswa dan instansi serta dapat

menyelesaikan masalah-masalah praktik khusus nya dibidang keperawatan

jiwa terkait gambaran tingkat stres mahasiswa Unsyiah mengikuti proses

perkuliahan dengan sistem daring selama masa wabah Covid-19

3. Pengembangan Metodologi Keperawatan

Dari hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, diharapkan dapat

memberikan manfaat dalam pengembangan riset-riset keperawatan khususnya

bagian keperawatan jiwa mengenai gambaran tingkat stres mahasiswa Unsyiah

mengikuti proses perkuliahan dengan sistem daring selama masa wabah Covid-

19
BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Konsep Pembelajaran Daring

1. Pengertian Pembelajaran Daring

Pembelajaran Daring merupakan program penyelenggaraan kelas

pembelajaran dalam jaringan untuk menjangkau kelompok target yang masif

dan luas (Bilfaqih & Qomarudin, 2015). Pembelajaran daring merupakan

pemanfaatan jaringan internet oleh mahasiswa dalam proses pembelajaran

(Isman, 2016). Sedangkan menurut Mustofa, Chodzirin dan Sayekti (2019),

pembelajaran daring adalah salah metode pembelajaran online atau dilakukan

melalui jaringan internet.

Sistem perkuliahan daring ini dikembangkan oleh Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia melalui Program Kuliah

Daring Indonesia Terbuka dan Terpadu (KDITT). KDITT merupakan

program pemerintah dalam menjangkau pelajar skala nasional (Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan RI, 2014). Jadi dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran daring merupakan suatu metode pembelajaran tanpa tatap muka

secara online melalui jaringan internet.

2. Manfaat Pembelajaran Daring

Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI (2014), ada

beberapa manfaaat dari sistem pembelajaran daring diantaranya:


a. Meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan

b. Meningkatkan keterjangkauan layanan pendidikan

c. Meningkatkan kualitas atau mutu dan relevansi layanan pendidikan

d. Meningkatkan kesamaan dalam mendapatkan mutu layanan pendidikan

e. Meningkatkan kepastian atau keterjaminan mendapatkan mutu layanan

pendidikan yang baik.

Bilfaqih & Qomarudin (2015), menyatakan bahwa manfaat lain dari

pembelajaran daring adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan mutu pendidikan dan pelatihan dengan memanfaatkan

multimedia secara efektif dalam pembelajaran.

b. Meningkatkan keterjangkauan pendidikan dan pelatihan yang bermutu

melalui penyelenggaraan pembelajaran dalam jaringan.

c. Menekan biaya penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan yang bermutu

melalui pemanfaatan sumber daya bersama.

Sedangkan manfaat pembelajaran daring menurut Isman (2016), yaitu:

a.Institusi dapat mengatasi keterbatasan kelas apabila kelas perkuliahan

kurang sekiranya perkuliahan dilaksanakan secara tatap muka. Keluhan

selama ini bisa teratasi dengan adanya pembelajaran daring.

b. Dosen dapat memanfaatkan waktu luang untuk melakukan penelitian dan

pengabdian kepada masyarakat. Kurangnya para dosen melakukan

penelitian dan pengabdian kepada masyarakat selama ini karena kurangnya

waktu. Dengan banyaknya waktu luang keluhan waktu selama ini dapat

teratasi.
c. Mahasiswa terutama mahasiswa yang kuliah sambil bekerja sangat sangat

terbantu sekali karena tidak perlu datang ke kampus untuk belajar cukup

melalui internet. Belajar melalui daring dapat dilakukan kapanpun dan

dimana saja. Disamping itu, juga dapat mengatasi keterbatasan biaya

karena pembelajaran daring lebih hemat biaya.

3. Karakteristik Pembelajaran Daring

Isman (2016), menyatakan bahwa pembelajaran daring memiliki

beberapa karakteristik diantaranya:

a. Menuntut pembelajaran untuk membangun dan menciptakan

pengetahuan secara mandir (constructivism).

b. Pembelajaran akan berkolaborasi dengan pembelajaran lain dalam

membangun pengetahuannya dan memecahkan masalah secara bersama

sama (social constructivism).

c. Membentuk suatu komunitas pembelajaran (community of learners) yang

inklusi.

d. Memanfaatkan media laman (website) yang bisa diakses melalui internet,

pembelajaran berbasis computer, kelas virtual, atau kelas digital.

e. Interaktivitas, kemandirian, aksesisibilitas, dan pengayaan.

Sedangkan menurut Bilfaqih dan Qomarudin (2015), pembelajaran

daring memiliki karakteristik yang utama sebagai berikut:


a. Daring

Pembelajaran Daring adalah pembelajaran yang diselenggarakan

melalui jejaring web. Setiap mata kuliah atau pelajaran menyediakan

materi dalam bentuk rekaman video atau slideshow, dengan tugas-tugas

mingguan yang harus dikerjakan dengan batas waktu pengerjaan yang

telah ditentukan dan beragam sistem penilaian.

b. Masif

Pembelajaran Daring adalah pembelajaran dengan jumlah partisipan

tanpa batas yang diselenggarakan melalui jejaring web. Kuliah perdana

edX diikuti oleh 370.000 siswa. Coursera yang diluncurkan Januari 2012,

pada November 2012 sudah memiliki murid lebih dari 1,7 juta tumbuh

lebih cepat dibanding Facebook.

c. Terbuka

Sistem Pembelajaran Daring bersifat terbuka dalam artian terbuka

aksesnya bagi kalangan pendidikan, kalangan industri, kalangan usaha, dan

khalayak masyarakat umum. Dengan sifat terbuka, tidak ada syarat

pendaftaran khusus bagi pesertanya. Siapa saja, dengan latar belakang apa

saja dan pada usia berapa saja, bisa mendaftar. Hak belajar tak mengenal

latar belakang dan batas usia.

4. Keunggulan Pembelajaran Daring

Menurut Mustofa, Chodzirin, & Sayekti (2019), ada beberapa

keunggulan pembelajaran daring yaitu:


a. Menggunakan teknologi yang murah dan tersedia saat ini. Teknologi yang

digunakan hanya menggunakan reader pdf dan flash reader karena file

yang disediakan berformat pdf.

b. Menggunakan teknologi yang memungkinkan interaksi langsung di laman

tersebut, dan merekam jejak penggunaan materi untuk dapat

membandingkan kemajuan pengguna dalam memahami materi yang

disampaikan.

c. Menggunakan teknologi yang bersifat device independent, sehingga dapat

diakses dengan perangkat PC, notebook, tablet, ataupun smartphone.

d. Menggunakan teknologi multimedia untuk memberikan ilustrasi yang

menarik sehingga dapat menggugah peserta didik agar tertarik mempelajari

materi.

e. Mendeskripsikan informasi tentang materi dalam bentuk metadata dalam

bahasa Extensible Markup Language (XML), sehingga materi lebih

diakses melalui internet.

f. Mengemas materi sehingga compliant terhadap ISO/IEC TR 29163 tentang

Sharable Content Object Reference Model. Sehingga materi yang

ditawarkan dapat diunduh oleh siapapun dimanampun dia berada.

5. Tahapan Pembelajaran Daring

Mustofa, Chodzirin & Sayekti (2019), menyatakan ada beberapa

tahapan pembelajaran daring sebagai berikut:


a. Inisiasi

Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan

dimulai dengan sebuah inverstigasi mendalam. Pertanyaan esensial

diajukan untuk memancing pengetahuan, tanggapan, kritik dan ide

mengenai tema proyek yang akan diangkat.

b. Perencanaan

Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang

dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial dengan cara

mengintegrasikan berbagai subyek, serta mengetahui alat dan berbagai

bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.

c. Penjadwalan

Pendidik dan mahasiswa secara kolaborasi menyusun jadwal

aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Jadwal ini disusun untuk

mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam pengerjaan proyek.

d. Pengawasan

Pendidik bertanggung jawab untuk melakukan monitor terhadap

aktivitas mahasiswa selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan

dengan cara memfasilitasi mahasiswa dalam setiap proses.

e. Penilaian

Penilaian dilakukan untuk membantu pendidik dalam mengukur

pancapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-

masing mahasiswa, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman


yang sudah dicapai mahasiswa, membantu pendidik dalam menyusun

strategi pembelajaran berikutnya.

f. Evaluasi

Pada akhir proses pembelajaran, pendidik dan mahasiswa melakukan

refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang telah dijalankan. Proses

refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini

mahasiswa diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamnnya

selama menyelesaikan proyek.

B. Konsep Pembelajaran Konvensional

1. Pengertian Pembelajaran Konvensional

Model pembelajaran konvensional merupakan model pembelajaran yang

hingga saat ini masih digunakan dalam proses pembelajaran, hanya saja model

pembelajaran konvensional saat ini sudah mengalami berbagai perubahan

karena tuntutan zaman. Meskipun demikian tidak meninggalkan keaslianya

(Ibrahim, 2017). Menurut Iswari, Sunarsih, dan Tamrin (2015), Pembelajaran

konvensional adalah suatu proses pembelajaran dimana guru atau dosen hanya

menerangkan materi pelajaran saja.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

konvensional merupakan model pembelajaran yang umum dilakukan dalam

proses pembelajaran keseharian yaitu dengan metode ceramah, dimana

mahasiswa secara pasif menerima informasi karena hanya melihat dan


mendengarkan, mengerjakan tugas yang diberikan dan mengisi latihan

(individual).

2. Ciri-ciri Pembelajaran Konvensional

Menurut Nasution (2009, dalam Zulyadaini, 2016), pembelajaran model

konvensional memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Tujuan tidak dirumuskan secara spesifik dalam bentuk kelakuan yang dapat

diamati dan diukur.

b. Bahan pelajaran disajikan kepada kelompok, kepada kelas sebagai

keseluruhan tanpa memperhatikan murid-murid secara individual. Pelajaran

diberikan pada jam-jam tertentu menurut jadwa.

c. Bahan pelajaran kebanyakan berbentuk ceramah, kuliah, tugas tertulis dan

media lain menurut pertimbangan guru.

d. Berorientasi pada kegiatan guru dengan mengutamakan proses mengajar.

e. Murid-murid kebanyakan bersikap “pasif”, karena terutama harus

mendengarkan uraian guru.

f. Murid semuanya harus belajar menurut kecepatan yang kebanyakan

ditentukan oleh kecepatan guru mengajar.

g. Penguatan biasanya baru diberikan setelah diadakannya ulangan atau ujian.

h. Keberhasilan belajar kebanyakan dinilai oleh guru secara subyektif.

i. Diharapkan bahwa hanya sebagian kecil saja akan menguasai bahan pelajaran

sepenuhnya, sebagian lagi akan menguasainya untuk sebagian saja dan ada

lagi yang akan gagal.


j. Pengajar terutama berfungsi sebagai penyebar atau penyalur pengetahuan.

k. Siswa biasanya menempuh beberapa test atau ulangan mengenai bahan yang

telah dipelajari dan berdasarkan beberapa angka itu ditentukan angka

rapornya untuk semester itu.

C. Konsep Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

1. Pengertian Pembelajaran KBK

KBK adalah seperangkat perencanaan dan pengaturan pembelajaran yang

sistematis guna mencapai kompetensi tertentu, dapat juga dikatakan bahwa

KBK merupakan kurikulum yang berisi sejumlah kompetensi yang dibutuhkan

dan perlu dikuasai oleh pembelajar untuk menjalani kehidupan mereka, baik

untuk mendapatkan pekerjaan, bekerja, melanjutkan studi, maupun belajar

sepanjang hayat. Kompetensi tersebut disusun dan dikemas sedemikian rupa

sehingga memungkinkan untuk dicapai dan dikuasai oleh siswa atau

mahasiswa (Rifai, 2016).

Menurut Suteja (2017), Kurikulum berbasis kompetensi adalah suatu

konsep kurikulum yang menekankan pada aspek pengembangan kemampuan

kompetensi tugas-tugas dengan standar tertentu sehingga hasilnya dapat

dirasakan oleh peserta didik berupa penguasaan terhadap seperangkat

kompetensi antara lain seperangkat pengetahuan, kemampuan, sikap dan minat

peserta didik agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran dalam

belajar dengan penuh tanggung jawab.


2. Manfaat Pembelajaran KBK
Adapun manfaat pembelajaran KBK menurut Firdaus (2017), yaitu
untuk meningkatkan kesadaran para pendidik dan tenaga kependidikan lainnya
akan pentingnya pengetahuan dan pemahaman yang benar terhadap KBK,
sehingga KBK dapat diimplementasikan sebagai upaya peningkatan mutu
pendidikan secara efisien dan efektif.

3. Prinsip Pembelajaran KBK


Menurut Rifai (2016), ada beberapa prinsip pembelajaran KBK diantara
nya yaitu:
a. Berpusat pada mahasiswa.
b. Belajar dengan berbuat dan melakukan.
c. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan menantang.
d. Mengembangkan beragam kemampuan yang bermuatan nilai.
e. Mengembangkan kemampuan sosial.
f. Mengembangkan keingintahuan, imajinasi, dan fitrah ber-Tuhan.
g. Mengembangakan keterampilan memecahkan masalah.
h. Mengembangkan kreativitas siswa/mahasiswa.
i. Mengembangkan kemampuan menggunakan ilmu dan teknologi.
j. Menumbuhkan kesadaran sebagai warga negara yang baik.
k. Belajar sepanjang hayat.

4. Karakteristik Pembelajaran KBK


Menurut Rifai (2016), ada beberapa karakterisitk pembelajara KBK
diantaranya;
a. Berbasis kompetensi dasar, bukan berbasis isi atau materi.
b. Bertumpu pada pembentukan kemampuan yang diperlukan oleh mahasiswa,
bukan penerusan materi belajar.
c. Berpendekatan atau berpusat pembelajaran, bukan pengajaran.
d. Berorientasi pada pemerolehan pengalaman belajar siswa mahasiswa yang
kaya, bukan perolehan pengetahuan semata.
e. Berpendekatan terpadu dan integratif, bukan diskret-analisis yang terpisah.
f. Mengutamakan kebermaknaan, keorisinilan, dan keontetikan proses
pembelajaran.
g. Bermuatan multi-kecerdasan, multi-strategi.
h. Menggunakan asas maju berkelanjutan dan belajar tuntas.
i. Berpusat pada mahasiswa, yang berati bahwa mahasiswa menjadi subyek
utama dalam pembelajaran, dan dosen menjadi fasilitator, pendamping, dan
sesama pembelajar.
j. Memberikan pengalaman belajar yang relevan dan kontekstual;
k. Membentuk mental yang mantap dan kaya akan pembelajaran;
l. Bersifat diversifikatif, pluralistik, dan multikultural.
Depdiknas (2002, dalam Suteja, 2017), mengemukakan bahwa kurikulum
berbasis kompetensi memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut :
a. Menekankan pada kecakapan kompetensi mahasiswa baik secara individu
maupun klasikal.
b. Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagamaan.
c. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode
yang bervariasi.
d. Sumber belajar bukan hanya dosen tetapi juga sumber lain yang memenuhi
unsur edukatif.
e. Penilaian penekanan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan
atau pencapaian suatu kompetensi.
Di samping itu Suteja (2017), juga menyatakan ada enam karakteristik
pembelajaran dalam kurikulum berbasis kompetensi, yaitu:
Sistem belajar dengan modul, menggunakan keseluruhan sumber belajar,
pengalaman lapangan, dan strategi belajar individual personal

D. Konsep Tentang Stres


1. Pengertian Stres
Menurut Varcarolis dan Halter (2010 dalam Potter, Perry, Stockert &
Hall, 2013), stres yaitu suatu reaksi fisik, tuntutan emosional atau psikologis
yang sering mengarah pada pertumbuhan dan dapat menyebabkan penyakit.
Pandangan dari Seyle (1976, dalam Potter & Pery, 2005), stres adalah segala
situasi dimana tuntutan non-spesifik mengharuskan seorang individu untuk
berespon atau melakukan tindakan.
Sedangkan menurut Videbeck (2011), stres adalah respon individu
terhadap kesulitan kesulitan dan masalah akibat perubahan fisik, mental,
maupun emosi yang dialaminya yang dapat menyebabkan tegangan emosi
atau fisik. Jadi dapat disimpulkan bahwa, stres adalah suatu reaksi tubuh yang
terjadi ketika seseorang menghadapi tekanan, ancaman, atau suatu perubahan
yang dapat menyebabkan penyakit pada seseorang.

2. Jenis Stres
Menurut Potter, Perry, Stockert, & Hall (2013), menyatakan bahwa
terdapat beberapa jenis stres diantara nya meliputi:
a. Stres pekerjaan, keluarga, penyakit kronis dan penyakit akut.
Ketika seseorang melihat stimulus sebagai suatau tantangan,
sehingga mengarkan nya kepada penguasaan dan perbaikan, lalu ketika
orang lain melihat hal yang sama, stimulus tersebut sebagai suatau
ancaman yang mengarah pada kerugian.
Individu dengan tanggung jawab keluarga dan pekerjaan penuh
waktu diluar rumah dapat mengalami stres kronis dapat mengalami stres
kronis,baik terjadi dalam kondisi stabil ataupun menegangkan.
b. Kesibukan harian
kesibukan harian juga dapat membuat seseorang stres dikarenakan
banyak nya aktivitas yang dilakukan setiap harinya, seperti pergi ke kantor,
berurusan dengan orang yang sulit, mengelola uang yang semakin rumit
c. Trauma
trauma pada kejadian-kejadian yang tidak diharapkan yang
mempengaruhi seseorang untuk stres.
d. Krisis
ketika ekonomi seseorang merosot jatuh sehingga dapat membuat
orang tersebut merasakan kepikiran terus-menerus untuk bisa memunuhi
kebutuhan hidupnya hingga akhir nya berdampak pada stres.

3. Model Stres
Model stres digunakan untuk mengidentifikasi stresor bagi individu
tertentu dan memprediksi respon individu tersebut terhadap stresor. Setiap
model menekankan aspek stres yang berbeda. Menurut Potter & Perry (2005),
terdapat beberapa model stres yaitu:
a. Model stres berdasar respons
Model berdasar respon berkaitan dengan mengkhususkan respon
atau pola respon tertentu yang mungkin menunjukkan stresor. Model stres
dari Selye (1976 dalam Potter & Perry, 2005), adalah model berdasarkan
respon yang mendifinisikan stres sebagai respon non-spesifik dari tubuh
terhadap setiap tuntutan yang ditimpakan padanya.
b. Model adaptasi
Model adaptasi menunjukkan bahwa empat faktor menentukan
apakah suatu situasi menegangkan (Mechanic, 1962 dalam Potter & Perry,
2005), sebagai berikut:
1) Faktor pertama, biasanya bergantung pada pengalaman seseorang
dengan stresor serupa, sistem dukungan, dan persepsi terhadap
keseluruhan.
2) Faktor kedua, biasanya berkenaan dengan praktik dan norma kelompok
sebaya individu, jika kelompok sebaya memandang sebagai normal
untuk membicarakan tentang stresor tertentu, klien mungkin berespon
dengan mengeluhkan tentang stresor tersebut atau mendiskusikannya.
Respon ini dapat membantu beradaptasi terhadap stres atau klien
meresponnya dengan cara yang sederhana untuk menyesuaikan diri
dengan perilaku kelompok sebaya.
3) Faktor ketiga, biasanya dampak dari lingkungan sosial dalam
membantu seorang individu untuk beradaptasi terhadap stresor.
4) Faktor terakhir, biasanya mencakup sumber yag dapat digunakan untuk
mengatasi stresor. Model adaptasi didasarkan pada pemahaman bahwa
individu mengalami ansietas dan peningkatan stres ketika mereka tidak
siap untuk menghadapi situasi yang menegangkan.
c. Model berdasar stimulus
Model berdasar stimulus berfokus pada karakteristik yang
mengganggu atau disruptif di dalam lingkungan. Model berdasarkan
stimulus memfokuskan pada asumsi berikut (MeNett, 1989 dalam Potter &
Perry, 2005);
1) Peristiwa perubahan dalam kehidupan adalah normal, dan perubahan
ini membutuhkan tipe dan durasi penyesuaian yang sama.
2) Individu adalah resipien pasif dari stres, dan persepsi mereka
terhadap peristiwa adalah tidak relevan.
3) Semua orang mempunyai ambang stimulus yang sama, dan penyakit
dapat terjadi pada setiap titik setelah ambang tersebut.
d. Model berdasar transaksi
Model berdasarkan transaksi memandang individu dan lingkungan
dalam hubungan yang dinamis, resiprokal, dan interaktif (Lazarus &
Folkman, 1984 dalam Potter & Perry, 2005). Model ini yang
dikembangkan oleh lazarus dan folkman, memandang stresor sebagai
respon perceptual individu yang berakar dari proses psikologis dan
kognitif. Stres berasal dari hubungan antara individu dan lingkungan.
Model ini berfokus pada proses yang berkaitan dengan stres seperti
penilaian kognitif dan koping (Monsen, Floyd, & Brookman, 1992 dalam
Potter & Perry, 2005).

4. Faktor Yang Mempengaruhi Respon Terhadap Stresor


Respon terhadap segala bentuk stressor bergantung pada fungsi
fisiologis, kepribadian, dan karakteristik perilaku. Seperti halnya juga sifat
dari stresor tersebut. Sifat stresor mencakup faktor-faktor seperti intensitas,
cakupan, durasi, serta jumlah dan sifat dari stresor. Setiap faktor
mempengaruhi respon terhadap stresor. Seseorang dapat saja menerapkan
intensitas atau besarnya stresor sebagai minimal, sedang, atau berat. Makin
besar stresor makin besar respon stres yang ditimbulkan. Begitupun halnya
cakupan dari stresor dapat digambarkan sebagai terbatas, sedang, atau luas.
Makin besar cakupan stresor, makin besar respon klien yang ditujukan
terhadap stresor tersebut (Lazarus & Folkman, 1984 dalam Potter & Perry,
2005).

5. Respon Terhadap Stres


Menurut Potter, Perry, Stockert & Hall (2013), menyatakan ada
beberapa respon terhadap stres diantaranya yaitu:
a. Medula oblongata
Medulla oblongata yang terletak dibagian bawah batang otak yang
berfungsi sebagai mengontrol detak jantung, detak jantung, dan
pernapasan. Impuls berpergian dari medulla oblongata untuk
meregulasikan control jantung.
b. Formasi reticular
Pembentukan reticular, sekelompok kecil neuron di batang otak, dan
sumsum tulang belakang, terus menerus memantau status fisiologis tubuh
melalui koneksi dengan sensori dan saluran motorik. Misalnya sel-sel
tertentu dalam formasi reticular yng menyebabkan seseorang tertidur,
namun untuk mendapatkan kembali kesadaran dari tidur nya dapat
dilakukan dengan meningkatakan kembali tingkat kesadaran ketika suatu
kebutuhan dibutuhkan.

c. Kelenjar hipofisis
Kelenjar hipofisis adalah kelenjar kecil tepat dibawah hipotalamus
yang berfungsi untuk menghasilkan hormon yang diperlukan untuk
adaptasi terhadap stres. Seperti hormon tiroid, gonad, dan paratiroid.
Ketika kadar hormon turun kelenjar hipofisis menerima pesan untuk
meningkatkan sekresi hormon.
d. General Adaption Syndrome (GAS)
GAS adalah respon fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stres.
Respon ini melibatkan beberapa sistem tubuh terutama sistem saraf
otonom dan sistem endokrin. Gas terdiri atas reaksi peringatan, tahap
resistensi dan tahap kehabisan tenaga.
Selama reaksi alarm naiknya kadar hormon menghasilkan
peningkatan volume darah, kadar glukosa darah, epinefrin, detak jantung,
aliran darah ke otot, oksigen asupan dan kewaspadaan mental. Pupil mata
melebar dikarenakan untuk menghasilkan bidang visual yang lebih besar.
Jika penyebab stres merupakan suatu ancaman yang ekstrem terhadap
hidup atau menetap untuk waktu yang lama, maka orang tersebut maju ke
tahap kedua yaitu tahap resistensi.
Selama tahap resistensi atau perlawanan tubuh kembali stabil dan
merespon cara yang berlawanan dengan reaksi alarm. Tingkat hormon,
denyut jantung, tekanan darah, dan curah jantung kembali normal sehingga
tubuh dapat memperbaiki kerusakan yang telah terjadi. Namun, jika respon
stres diaktifkan secara kronis keadaan allostatis terjadi. Gairah kronis ini
dengan kehadian hormon yang kuat menyebabkan kehausan berlebih pada
orang tersebut yang disebut sebagai beban allostatic. Jika beban allophatic
terus persisten maka individu memasuki tahap ketiga dari GAS yaitu tahap
kehabisan tenaga atau kelelahan.
Tahap kelelahan terjadi ketika tubuh tidak lagi mampu untuk
melawan efek dari stressor dan menghabiskan energi yang diperlukan
untuk mempertahankan adaptasi. Respon fisiologis menghebat tetapi
tingkat energi individu terganggu dan adaptasi terhadap stresor hilang.
Tubuh tidak mampu untuk mempertahankan dirinya terhadap dampak
stresor, regulasi fisiologis menghilang, dan jika stres berlanjut dapat terjadi
kematian.
6. Gejala Stres
Gejala stres juga dapat ditemukan dalam diri individu baik fisik, emosi,
interpersonal dan intelektual (Hardjana, 1994 dalam Aryani, 2016) yaitu:
a. Gejala fisik meliputi: tidur tidak teratur, tegang pada leher, sakit kepala,
tidak selera makan, sering gemetar, dan berkeringat.
b. Gejala emosional meliputi: gelisah, cemas, marah-marah, sedih, mood yang
berubah-ubah, gugup, dan harga diri yang rendah.
c. Gejala interpersonal meliput: egois, mudah menyalahkan orang lain, suka
mencari kesalahan orang lain, kesedihan karena merasa kehilangan orang
yang disayangi, dan sering “mendiamkan” orang lain. Adapun gejala
intelektual yang dialami meliputi, pelupa, sering melamun, sulit
konsentrasi, pikiran kacau, sulit mengambil keputusan, sulit mengingat
sesuatu, dan rendahnya motivasi dan prestasi belajar.

7. Faktor Predisposisi dan Presipitasi Stres


Menurut Stuart (2016), terdapat beberapa faktor predisposisi dan
presipitasi stres sebagi berikut:
a. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi merupakan sumber terjadinya stres yang
mempengaruhi tipe dan sumber dari individu untuk menghadapi stres baik
yang biologis, psikososial, dan sosiokultural. Adapun macam-macam
faktor predisposisi sebagai berikut.
1) Biologi: latar belakang genetik, status nutrisi, kepekaan biologis,
kesehatan umum, dan terpapar racun.
2) Psikologis: kecerdasan, keterampilan verbal, moral, kepribadian,
pengalaman masa lalu, konsep diri, motivasi, pertahanan
psikologis, dan lokus kendali yaitu pengendalian terhadap nasib diri
sendiri.
3) Sosial budaya: usia, gender, pendidikan, pendapatan, pekerjaan,
latar belakang budaya, keyakinan, politik, pengalaman sosial, dan
tingkatan sosial.
b. Faktor presipitasi
Presipitasi adalah stimulus yang mengancam,dan menuntut individu.
Adapun faktor presipitasi yang sering terjadi adalah sebagai berikut:
1) Peristiwa kehidupan yang menimbulkan stres
Ada tiga cara mengategorikan peristiwa kehidupan yang
menimbulkan stres, yaitu aktivitas sosial, lahan sosial, dan keinginan
sosial. Aktivitas sosial meliputi krisis keluarga, pekerjaan, pendidikan
sosial, kesehatan, keuangan. Lahan sosial didefinisikan sebagai pintu
masuk dan keluar. Keinginan sosial adalah keinginan secara umum
seperti pernikahan, pertunangan, atau secara umum tidak
menyenangkan seperti kematian, masalah financial, penceraian dan
dipecat.
2) Kesulitan hidup
Stres dapat timbul dari masalah hidup yang lebih kecil namun
kronik seperti kesulitan keluarga yang terus berlangsung,
ketidakpuasaan kerja, dan kesepian. Kesulitan kehidupan tersebut sering
terjadi dalam konflik perkawinan, isu yang berkaitan dengan orang tua
mengasuh anak, keuangan rumah tangga, ketidakpuasan dengan
pekerjaan.

8. Penilaian Terhadap Stresor


Penilaian adalah suatu evaluasi tentang kemaknaan suatu peristiwa
terkait dengan kesejahteraan seseorang. sedangkan stresor mengandung arti
intensitas dan penting dengan interprestasi yang unik dan bermakna yang
diberikan oleh seseorang yang beresiko sakit. Stuart (2016), menyatakan ada
beberapa respon penilaiaan terhadap stresor yaitu:
a. Respon kognitif
Respon kognitif merupakan bagian penting dari model ini (Monat &
Lazarus, 1991 dalam Stuart, 2016). Ada tiga jenis respons kognitif
terhadap stres yaitu bahaya yang sudah terjadi, ancaman tentang bahaya
yang akan terjadi, dan tantangan yang berfokus pada potensi pertumbuhan
atau penguasaan pada risiko yang mungkin terjadi.
b. Respon afektif
Respon afektif adalah suatu perasaan yang muncul. Pada penilaian
stresor, respon afektif yang utama adalah reaksi gembira, sedih, takut,
marah, menerima, tidak percaya, antisipasi atau takjub.
c. Respon fisiologis
Respon fisiologis merefleksikan interaksi dari beberapa akses
neuroendokrin yang melibatkan pertumbuhan hormone, prolactin, hormone
ACTH, hormone stimulasi folikel, insulin, epinefrin, dan berbagai
neurotransmitter lain di otak.
d. Respon perilaku
Caplan (1981 dalam Stuart, 2016), menguraikan empat fase respon
perilaku individu
terhadap peristiwa yang menimbulkan stres:
1) Fase pertama adalah perilaku yang mengubah lingkungan yang
menimbulkan stres atau memuungkinkan individu untuk
menghindarinya.
2) Fase kedua adalah perilaku yang memungkinkan individu untuk
mengubah lingkungan eksternal dan hasilnya.
3) Fase ketiga adalah perilaku intrapsikik yang berguna untuk
mempertahankan suasana emosi yang tidak menyenangkan.
4) Fase ke empat adalah perilaku intrapsikik yang membantu seseorang
untuk memahami kejadian melalui penyesuaian internal.
e. Respon sosial
terdapa tiga aktifitas respon sosial (Mechanic, 1977 dalam Stuart,
2016), yaitu:
1) Mencari makna, yaitu individu mencari informasi tentang masalah
mereka hal ini diperlukan untuk menyiapkan strategi koping, karena
hanya dengan memiliki pandangan tentang apa yang terjadi, seseorang
dapat berespon dengan cepat.
2)Atribusi sosial, yaitu dimana seseorang mencoba untuk
mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi pada situasi.
3) Perbandingan sosial, yaitu dimana orang membandingan
keterampilan dan kapasitas dengan orang lain yang mempunyai
masalah yang sama.

9. Faktor yang Mempengaruhi Stres


Menurut Potter, Perry, Stockert & Hall (2013), menyatakan ada
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi stres diantaranya:

a. Faktor situasional
Stres situasional muncul dari pribadi atau perubahan pekerjaan
keluarga yang ujungnya menyebabkan penyakit kronis. Ketidakpastian
terhadap penyakit dan pengobatan dapat memicu stres pada pasien dari
segala usia. Begitupun dari segi membayar untuk perawatan dan akses
terbatas ke penyedia layanan juga membuat seseorang stres.
b. Faktor kedewasaan
Stres bervariasi sesuai tahap kehidupan. anak-anak
mengidentifikasi stres yang berkaitan dengan penampilan fisik mereka,
keluarga mereka, teman-teman mereka, dan sekolah. Anak-anak remaja
mengalami stres terkait untuk masalah harga diri, mengubah struktur
keluarga sebagai akibat dari penceraian atau kematian orang tua.
Sehingga saat remaja mencari identitas dengan kelompok sebaya dan
terpisah dari keluarga mereka, sehingga mereka mengalami stres.
Kemudia stres untuk orang dewasa berpusat pada perubahan besar dalam
situasi kehidupan.
c. Faktor sosiokultural
Stresor lingkungan dan social sering menyebabkan msalah
perkembangan. Stresor potensial itu mempengaruhi semua kelompok
umur tetapi sangat menegangkan bagi kaum muda termasuk kemiskinan
yang berkepanjangan dan cacat fisik. Tetapi anak-anak menjadi rentan
ketika kehilangan orang tua dan pengasuh melalui penceraiaan, penjara
kematian atau ketika orang tua menderita penyakit mental.
Menurut Kozier (2010), terdapat beberapa indikator stres yaitu
fisiologis, psikologis, dan kognitif.
a. Indikator fisiologis
Respon terhadap stres bervariasi tergantung pada persepsi individu
terhadap peristiwa. Tanda dan gejala fisiologis stres muncul akibat
aktivitas sistem simpatetik dan sistem neuroeddokrin tubuh. Adapun
indikator fisiologis stres seperti, produksi keringat meningkat, frekuensi
jantung dan curah jantung meningkat, kulit pucat, mulut kering,
ketegangan otot meningkat, kecepatan dan kedalaman respirasi
meningkat.
b. Indikator psikologis
Adapun manifestasi psikologis stres mencakup ansietas seperti
kegelisahan mental, ketakutan, dan perasaan putus asa. Takut adalah
emosi atau rasa khawatir yang dibangkitkan oleh persepsi bahaya, nyeri,
atau ancaman lain yang akan terjadi., Marah baik dalam bentuk verbal
atau non verbal. Depresi seperti perasaan sdih, putus asa, kekesalan,
perasaan tak berharga, gangguan tidur, menarik diri, kesulitan dalam
membuat keputusan, ketidakmampuan untuk berkonsentrasi. dan
mekanisme pertahanan ego yang tidak disadari.
c. Indikator kognitif
indikator kognitif stres adalah respon berpikir yang mencakup
pemecahan masalah, penstruktural, control diri atau disiplin diri, supresi,
dan fantasi.
10. Tingkatan Stres
Menurut Selye (1976, dalam Potter & Perry (2005) mengelompokkan
tingkat stress menjadi tiga tingkatan yaitu:
a. Stres ringan
Terjadi pada kehidupan sehari-hari dimana individu menjadi
waspada dan mencegah berbagai kemungkinan yang akan terjadi. Gejala
yang dialami seperti gugup, gemetar, dan tegang yang dirasakan hingga
beberapa jam serta tidak menimbulkan penyakit.
b. Stres sedang
Individu lebih memfokuskan hal penting saat ini dan
mengesampingkan yang lain. Gejala yang dialami seperti, susah tidur,
sakit kepala, gelisah, mudah lelah, mudah tersinggung, mudah marah,
sulit beristirahat. Terjadi hingga beberapa jam sampai beberapa hari, serta
dapat berpengaruh pada kesehatannya.
c. Stres berat
Tahap ini persepsi individu mulai menurun dan cenderung
memusatkan perhatian pada hal-hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk
mengurangi stres. Hal ini terjadi hingga beberapa minggu sampai
beberapa tahun misalnya hubungan suami istri yang tidak harmonis,
kesulitan finansial, dan penyakit fisik yang lama.
Namun tingkat stres berdasarkan Psychology Foundation Of Australia
(2010 dalam Marziah, 2018) menjadi 5 tingkatan, yaitu:

a. Stres normal
Stres normal merupakan suatu reaksi alamiah yang terjadi dalam
kehidupan seseorang. Seperti merasakan detak jantung yang lebih keras
setelah beraktivitas, kelelahan setelah mengerjakan tugas, takut tidak lulus
ujian dan lain sebagainya (Crowford & Henry, 2003).
b. Stres ringan
Stres ringan merupakan stresor yang dihadapi yang bisa berlangsung
beberapa menit atau jam. Seperti dimarahi guru, kemacetan. Stresor ini
dapat menimbulkan gejala antara lain kesulitan bernafas, bibir kering,
lemas, keringat berlebihan ketika temperature tidak panas, takut tanpa
alasan yang jelas, merasa lega jika situasi berakhir.
c. Stres sedang
Stres sedang merupakan stres yang berlangsung beberapa jam
sampai beberapa hari. Seperti perselisihan yang tidak dapat diselesaikan
dengan seseorang. stresor ini dapat menimbulkan gejala seperti mudah
merasa lelah, mudah marah, sulit untuk beristirahat, mudah tersinggung
dan gelisah.
d. Stres parah
Stres parah merupakan situasi kronis yang dapat terjadi dalam
beberapa minggu, seperti perselisihan dengan guru atau teman secara terus
menerus, penyakit fisik jangka panjang dan kesulitan finansial. Stresor ini
dapat menimbulkan gejala seperti merasa tidak kuat lagi dalam melakukan
kegiatan, mudah putus asa, kehilangan minat akan segala hal, merasa tidak
dihargai, merasa tidak ada hal yang bisa diharapkan dimasa depan.
e. Stres sangat parah
Stres sangat parah merupakan situasi kronis yang dapat terjadi dalam
beberapa bulan dan dalam kurun waktu yang tidak dapat ditentukan.
Biasanya seseorang untuk hidup cenderung pasrah dan tidak memiliki
motivasi untuk hidup. Seseorang dalam tingkatan dalam stres ini biasanya
teridentifikasi mengalami depresi berat kedepannya.

11. Tahapan-tahapan Stres


Gejala stres pada seseorang seringkali tidak disadari karena berjalanan
secara lambat dan baru dirasakan saat tahapan gejala sudah lanjut serta
menggangu fungsi kehidupannya sehari-hari.
Hawari (2001 dalam Sumiati, 2010) membagi beberapa tahapan-
tahapan stres belajar sebagai berikut.
a. Stres tahap I
Tahapan stres yang paling ringan, disertai dengan perasaan
semangat bekerja besar, penglihatan menjadi “tajam”, merasa mampu
menyelesaikan pekerjaan/tugas sekolah lebih dari biasanya, rasa gugup
yang berlebihan, merasa senang dengan pekerjaan atau tugas .
b. Stres belajar tahap II
Stres yang semula menyenangkan mulai menghilang dan timbul
keluhan yang disebakan karena kurang istirahat, seperti lelah sesudah
makan, letih ketika bangun pagi, detak jantung lebih kuat, merasa capek
menjelang sore hari, otot-otot punggung tegang. dan tidak bisa santai.
c. Stres Tahap III
Terjadi apabila seseorang tetap memaksakan dirinya dalam pekerjaan
tanpa peduli terhadap keluhan pada stres tahap II, seperti gangguan pola
tidur, gangguan usus dan lambung yang semakin nyata, ketegangan otot-
otot, koordinasi tubuh terganggu. Pada tahapan ini, seseorang harus
berkonsultasi pada dokter dan beban stres hendaknya dikurangi dan tubuh
beristirahat.
d. Stres tahap IV
Tahap ini seseorang mulai memeriksakan diri ke dokter atas
keluhannya pada tahap III dan dinyatakan tidak sakit oleh dokter. gejala
stres tahap IV ini akan muncul bila orang tersebut tetap bekerja tanpa
mengenal istirahat. Gejalanya adalah ketidakmampuan melakukan
aktivitas sehari-hari, bosan terhadap aktivitas kerja, tidak bersemangat,
cemas, ketakutan, kosentrasi menurun, daya ingat menurun, gangguan
pola tidur.
e. Stres tahap V
Pada tahap ini gejala lanjutan ditandai dengan keadaaan kelelahan
fisik dan mental yang semakin mendalam, gangguan sistem pencernaan
semakin berat, ketidaksanggupan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-
hari yang ringan dan sederhana, serta timbul perasaan ketakutan dan
kecemasan yang semakin meningkat serta mudah bingung dan panik.
f. Stres tahap VI
Pada tahapan ini terjadi tahapan klimaks, seseorang akan mengalami
serangan panic (panic attack) dan perasaan takut mati. Ditandai dengan
debaran jantung kuat, sesak napas, badan gemetar.
BAB 111

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

A. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep dalam penelitian ini dikembangkan berdasarkan teori

dari Selye (1976 dalam Potter & Perry, 2005), tentang stres dapat dilihat dari

skema di bawah ini:

Tingkat Stres
menurut Selye
Pembelajarn Daring (1976 dalam Potter
& Perry, 2005):
Suatu metode
pembelajaran online atau 1. Stres Ringan
melalui internet 2. Stres Sedang
3. Stres Parah
4. Stres Sangat
Parah

Skema 3.1 Kerangka konsep penelitian gambaran tingkat stres mahasiswa

Unsyiah mengikuti proses perkuliahan dengan sistem daring

selama masa wabah Covid-19

B. Pertanyaan Penelitian

Adapun yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana gambaran tingkat stres mahasiswa mengikuti proses perkuliahan

dengan sistem daring selama masa wabah Covid-19


C. Definisi Operasional Penelitian

Untuk memudahkan pemahaman tentang variabel yang akan diteliti,

maka dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.2 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Skala Hasil Ukur


Operasional Ukur Ukur
1 Stres Suatu proses Kuesioner Angket Ordinal Normal: 0-14
mahasiswa pembelajaran DASS Ringan: 15-18
pembelajaran melalui online (Depression Sedang: 19-25
daring atau jaringan Anxienty Parah: 26-33
internet yang Stress Scale) Sangat parah:
dapat yang terdiri >34
menurunkan dari 14 item
kemampuan pertanyaan
belajar
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah descriptif

kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk melihat

gambaran dari suatu keadaan secara objektif. Desain yang digunakan dalam

penelitian ini adalah pendekatan cross sectional, yaitu cara pengumpulan data

yang dilakukan melalui pemberian kuisioner dan pengukuran variable yang

dilakukan sekaligus pada suatu saat. Tujuan metode penelitian ini agar diperoleh

data yang lengkap dalam waktu yang singkat. (Setiawan, 2010).

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi penelitian

Populasi merupakan seluruh objek yang menjadi sasaran dalam

sebuah penelitian, sehingga objek-objek tersebut menjadi sumber data

dalam penelitian (Siregar, 2013). Adapun yang menjadi populasi pada

penelitian ini adalah seluruh mahasiswa unsyiah sebanyak 3959 orang .

2. Sampel penelitian

Sampel merupakan sebagian dari populasi berdasarkan sifat dan ciri


yang sesuai dengan kriteria yang diinginkan (Siregar, 2013). Adapun teknik
pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan cara Snowball
Sampling. Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-
mula jumlahnya kecil, kemudian membesar (Sugiyono, 2010).
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah purposive sampling yaitu berdasarkan atas suatu pertimbangan tertentu
seperti sifat-sifat atau ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya
(Setiawan & saryono, 2013). Adapun syarat seseorang yang dapat dijadikan
sampel penelitian disebut sebagai kriteria inklusi (Dahlan, 2016) sebagai
berikut:
a. kriteria inklusi
1) Mahasiswa aktif unsyiah
2) Mahasiswa yang menggunakan pembelajaran daring
3) Mahasiswa di bawah leting 2016
4) Bersedia menjadi responden dengan menandatangani informed
consent
3. Besar sampel
Adapun besar sampel dalam penelitia ini sebanyak 320 orang, dengan
penentuan besar sampel menggunakan rumus Isaac dan Michael (Sugiyono,
2010).
s = λ2.N.P.Q
d2 (N-1) + λ2.P.Q
Keterangan :
λ2 dengan dk = 1, taraf kesalahan bisa 1%, 5%,10%.
P=Q=0,5
d = 0,05;
s = jumlah sampel

C. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat penelitian
Tempat dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan teknik
pengambilan sampel Probability Sampling dengan cara Cluster Random
Sampling yang digunakan saat populasi yang dipilih besar baik terdiri dari
banyak kelompok, group, atau cluster (Swarjana, 2012). Peneliti
menggunakan Cluster Random Sampling karena ingin memilih acak fakultas
yang ada di Unsyiah. Peneliti membuat daftar seluruh fakultas yang ada di
Unsyiah kemudian kertas digulung dan dimasukkan dalam botol dan dikocok
(acak), terpilhlah 4 kertas diantaranya 2 KBK dan 2 Konvensional yang
keluar terlebih dahulu dari botol yaitu fakultas kedokteran dan fakultas
keperawatan untuk KBK, kemudian fakultas MIPA dan fakultas Kelautan dan
perikana untuk Konvensional

2. Waktu penelitian
Penelitian mulai dilaksanakan pada bulan Februari 2020, sedangkan
pengumpulan data dilakukan pada bulan Juni 2020.

D. Pengumpulan Data
1. Alat pengumpulan data
Alat pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner
yang disusun peneliti atas tiga bagian yang terdiri dari:
a.Bagian A, meliputi data demografi responden yang dibuat oleh peneliti
sendiri yang
terdiri dari: usia, umur, dan jenis kelamin.
b. Bagian B, beberapa pertanyaan yang terdapat pada kuesiner DASS, berupa
kelelahan, dan emosional.
c..Bagian C, Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan kuesioner yang dikembangkan dari Depression Anxiety Stress
Scales (DASS), salah satu alat ukur yang di gunakan untuk mengukur
tingkat stres, alat ukur ini terdiri dari 14 item pertanyaan yang di
kembangkan oleh Lavibond pada tahun 1995 pada kuesioner nomor 1, 6,
8, 11, 12, 14, 18, 22, 27, 29, 32, 33, 35, dan 39, dengan 3 pilihan jawabann
yaitu 0 (nol) tidak sesuai dengan saya sama sekali atau tidak pernah, satu
(1) sesuai dengan saya sampai tingkat tertentu atau kadang-kadang, dua (2)
sering dan 3 (tiga) sagat sesuai dengan saya atau sering sekali. Adapun
hasil pengukuran Dass 14 adalah 0-14 Normal, 15-18 Ringan, 19-25
Sedang, 26-33 Parah, dan >34 Sangat Parah.

2. Uji Coba Instrumen


a. Validitas
Validitas merupakan suatu indeks yang menujukkan alat ukur itu
benar-benar mengukur apa yang seharusnya di ukur (Saryono &
Anggraeni, 2013). Pada penelitian ini tidak dilakukan pengujian validitas,
karena menggunakan kuesioner baku DASS. Instrument DASS memiliki
nilai validitas terendah 0,51 dan nilai validitas tertinggi adalah 0,65
(Kinantie, Hernawaty & Hidayati, 2012).
b. Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
ukur dapat dipercaya (reliablitas) atau diandalkan (Supardi & Rustika
2013). Kuesioner Depression Anxiety Stress Scales (DASS) ini memiliki
nilai reliabilitas dengan koefisien Cronbach Alpha yaitu sebesar 0,90
(Kinantie, Hernawaty & Hidayati, 2012).

E. Etika Penelitian
Etik merupakan nilai moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau
sekelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sedangkan etik penelitian
merupakan prinsip-prinsip moral yang diterapkan dalam penelitian (Supardi &
Rustika, 2013). Pada penelitian ini sangat menjungjung tinggi prinsip etika
penelitian yang merupakan standar etika dalam melakukan penelitian
sebagaimana dikemukakan oleh polit dan Beck (2006, dalam Setiawan &
Saryono, 2011) sebagai berikut:
1. Prinsip manfaat
Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa unsyiah sebagai responden
penelitian, yang mengandung konsekuen bahwa apapun yang dilakukan
adalah demi kebaikan dan memberikan manfaaat untuk kepentingan individu
atau masyarakat secara keseluruhan.
2. Prinsip menghormati martabat manusia
Dimana pada penelitian ini responden memiliki hak asasi manusia dan
kebebasan untuk mengikuti penelitian ini, responden berhak mendapatkan
informasi terkait penelitian yang dilakukan. Penelitian ini menggunakan
informed consent yang merupakan lembar persetujuan menjadi responden,
yang disetujui secara tertulis maupun verbal, dan peneliti tidak akan
memaksa, tidak akan merugikan baik dari segi fisik, mental, maupun
finansial, dan tidak juga dikenakkan biaya apapun.
3. Prinsip keadilan
Peneliti akan menjelaskan tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
prosedur terkait penelitian untuk memenuhi prinsip kejujuran keadilan,
keterbukaan, dan kehati-hatian agar menjamin seluruh responden dalam
penelitian mendapatkan perlakuan dan keuntungan yang sama tanpa
membedakan suku, budaya, agama dan jenis kelamin.
4. prinsip kerahasiaan
Kerahasiaan data pribadi milik responden dalam penelitian ini akan
dijaga sepenuhnya oleh peneliti, peneliti tidak akan mencantumkan nama
responden, dan semua data pribadi responden disimpan dengan aman, dan
akan menggunakan koding untuk menjaga privasi dan kerahasiaan identitas
responden.

F. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data akan dilaksanakan secara online menggunakan google
formulir terhadap mahasiswa Unsyiah yang menggunakan pembelajaran daring.
Adapun prosedur pengumpulan data dilakukan melalui beberapa tahap sebagai
berikut:
1. Tahap persiapan pengumpulan data
Persiapan pengumpulan data dilakukan setelah lulus etik oleh tim etik
Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala dan mendapatkan izin dari
ketua Jurusan Program Studi Ilmu Kedokteran, Keperawatan, Mipa dan
Kelautan Universitas Syiah Kuala.
2. Tahap pengumpulan data
Setelah peneliti sudah mendapatkan persetujuan, peneliti akan
melakukan pengumpulan data terhadap responden dengan tahapan sebagai
berikut:
a. Peneliti akan memberikan link kepada mahasiswa Unsyiah yang dikenal
sebelumnya (Fakultas Kedokteran, Keperawatan, Mipa dan Kelautan) dan
meminta kepada responden untuk menyetujui pengisian kuesioner yang
ada pada google form dan akan diisi oleh responden sendiri.
b. Peneliti kemudian meminta responden yang sudah mengisi untuk menyebar
link survey tersebut kepada teman mereka yang belum mengisi survey
tersebut.
c. Selanjutnya, nanti peneliti akan memeriksa kembali siapa yang sudah
mengisi survey, dan survey akan dihentikan jika responden yang mengisi
survey sudah memenuhi target.
d. Jika data sudah terkumpul, maka peneliti akan mengucapkan terima kasih
kepada responden atas waktu dan partisipasinya.
e. Selanjutnya data yang telah diperoleh akan dianalisa

G. Pengolahan Data dan Analisa Data


1. Pengolahan data
Sebelum dianalisis data yang terkumpul diolah terlebih dahulu secara
manual dengan langkah-langkah sebagai berikut (Notoatmodjo, 2010).
a. Editing
Peneliti melakukan pemeriksaan kembali terhadap jawaban pasien
yang tertera di kuesioner dan mengoreksi kesalahan-kesalahan dalam
pengisian atau pengumpulan data. Pada tahap ini data telah dikumpulkan
lalu dilakukan pengecekan identitas responden dan kelengkapan data
untuk mencegah hilangnya data dan memastikan seluruh kuesioner terisi.
Semua kuesioner terisi dengan lengkap sehingga dapat digunakan pada
penelitian ini.

b. Koding
Peneliti memberikan kode dalam bentuk angka pada data.
Pemberian kode dilakukan agar memudahkan peneliti saat melakukan
pengolahan data.
c. Transferring
Setelah data yang telah diberi kode disusun secara berurutan mulai
dari responden pertama sampai responden terakhir kemudian dimasukkan
ke dalam tabel dan data tersebut diolah sesuai dengan subvariabel yang
diteliti.
d. Tabulating
Merupakan proses dalam membuat tabel-tabel data sesuai dengan
tujuan penelitian. Jawaban responden berdasarkan kategori dikelompokkan
dan dimasukkan kedalam tabel distribusi frekuensi.
Variabel tingkat stres dikategorikan normal 0-14, ringan 15-18, sedang 19-
25, berat 26-33, dan sangat berat >34.

2. Analisa Data
a. Analisa Univariat
Analisa dalam penelitian ini menggunakan metode Statistik Deskriptif.
Analisa univariat digunakan untuk mendeskripsikan variabel penelitian
guna memperoleh gambaran atau karakteristik sebelum dilakukan analisa
bivariat (Ariani, 2014).
Hasil pengkategorian ditabulasi dalam tabel distribusi frekuensi ditentukan
presentase perolehan (p) untuk setiap kategori dengan menggunakan rumus
berikut:
ft
p= x 100 %
n
Keterangan:
p= Presentase
ft= Jumlah jawaban yang benar
n= Jumlah total pertanyaan
DAFTAR PUSTAKA

Ariani, A. P. (2014). Aplikasi Metodologi Penelitian Kebidanan dan Kesehatan


Reproduksi. Yogyakarta: Nuha Medika

Bilfaqih, Y. Qomarudi, M. N. (2015). Esensi Pengembangan Pembelajaran Daring


Panduan Berstandar Pengembangan Pembelajaran Daring untuk Pendidikan
dan Pelatihan. Yogyakarta: CV Budi Utama

Firdaus, T. (2017). Mengapa ada kurikulum berbasis kompetensi.

Huang, C., Wang, Y., Li, X., Ren, L., Zhao, J., Hu, Y., et al. (2020). Clinical features
of patients infected with 2019 novel coronavirus in Wuhan, China. L Meng, L.,
Hua, F., Bian, Z. (2020). Coronavirus disease 2019 (COVID-19): emerging and
future challenges for Dental and Oral Medicine. Journal Of Dental Researc, 1-7

https://www.kompas.com/tren/read/2020/04/02/074651765/update-virus-corona-
dunia-2-april-934245-kasus-193891-orang-sembuh-46923

https://waspadaaceh.com/2020/04/02/update-corona-aceh-odp-1-003-pdp-jadi-49-
positif-5-kasus/

https://muda.kompas.id/baca/2020/04/06/pembelajaran-daring-apakah-efektif-untuk-
indonesia/

https://theconversation.com/riset-dampak-covid-19-potret-gap-akses-online-belajar-
dari-rumah-dari-4-provinsi-136534

https://tirto.id/bagaimana-masyarakat-dunia-bertahan-hidup-di-tengah-lockdown-
eFFk

Ibrahim. (2017). Perpaduan model pembelajaran aktif konvensional dengan


kooperatif untuk meningkatkan hasil belajar pendidikan kewarganegaraan.
Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, Sains, Humaniora, 3(2)

Isman, M. (2016). Pembelajaran moda daring dalam jaringan. Jurnal Edukasi, 586-
588

Iswari, A. P., Sunarsih, E. S., Tamrin, A. G. (2015). Perbandingan hasil belajar


antara model pembelajaran konvensional dengan model pembelajaran kooperatif
tipe team accelerated instruction pada mata pelajaran mekanika teknik kelas x
TGB di SMK negeri 2 surakarta

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. (2014). Panduan Pengembangan dan


Penyelenggaraan KDITT. Jakarta: Kemendikbud

Kozier. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik.
Jakarta: EGC

Kinanti, O. A., Hermawaty, T., Hidayati, N. O. (2012). Gambaran tingkat stres siswa
aman 3bandung kelas x11 menjelang ujian nasional

Lazarus, R. S & Folkman, S. (1984). Stress, appraisal, and coping. New York
McGraw-Hill, Inc.

Mahase, E. (2020). China coronavirus: WHO declares international emergency as


death toll exceeds 200. BMJ, doi: 10.1136/bmj.m408 ancet, 395, 497–506.

Mustofa, M. I., Chodzirin, M., Sayekti, L. (2019). Formulasi model perkuliahan


daring sebagai upaya menekan disparitas kualitas perguruan tinggi. Journal Of
Information, 1(2), 151-160

Phelan, A. L., Katz, R., Gostin, L. O. (2020). The novel coronavirus originating in
Wuhan, China: challenges for global health. Jama, doi:10.1001/jama.2020.1097

Potter, P. A., Perry, A. G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,


Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC

Potter, P. A., Perry, A. G., Stockert, P. A., Hall, A. M. (2013). Fundamentals Of


Nursing

Marziah. (2018). Gambaran Tingkat Stres dan Mekanisme Koping Residen Yang
Mengikuti Rehabilitas Napza di Banda Aceh. http://www2.Psy.Unsw.Edu.au/gr
oups/dass

Rifai, M. (2016). Kurikulum berbasis kompetensi

Sumiati, dkk. (2010). Penanganan Stres Pada Penyakit Jantung Koroner. Jakarta:
CV. Trans Info Media
Saryono. Anggraeni, M. D. Metodologi penelitian kualitatif dan kuantitatif.
Yogyakarta: Nuha Medika

Setiawan, A., Saryono. (2011). Metodologi Penelitian Kebidanan D111, D1V, S1


dan S2. Yogyakarta: Nuha Medika

Stuart, G. W. (2016). Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart.


Singapura: Elsevier Inc

Suteja, J. (2017). Model-model pembelajaran dalam kurikulum berbasis kompetensi


kkni diperguruan tinggi. Jurnal Edueksos, 6 (1)

Swarjana, K. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: CV ANDI


OFFSET

Siregar, S. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi Perbandingan Manual


& Spss. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Supardi, S., Rustika. (2013). Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: CV. Trans Info
Media

Sugiyono. (2010). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Cv. Alfabeta

Videbeck, S. L. (2011). Psychiatric Mental Health Nursing. 5th edition. Wolters

Wijayaningsih, K. S. (2014). Psikologi Keperawatan. Jakarta: CV. Trans Info Media

World Health Organization. (2020). Coronavirus disease 2019 (COVID-19):


situation report-56.

Zulyadaini. (2016). Perbandingan hasil belajar matematika model pembelajaran


kooperatif tipe coop-coop dengan konvensional. Jurnal ilmiah universitas
Batanghari jambi, 16(1)

Anda mungkin juga menyukai