STUDY LITERATUR
Disusun oleh :
SHELA RAHAYU PUTRI
NIM : P00340217042
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
lemahnya daya tahan tubuh bayi dan anak balita. Angka kesakitan tersebut
juga dapat dipengaruhi oleh status gizi, jaminan pelayanan kesehatan anak,
perlindungan kesehatan anak, faktor sosial anak, dan pendidikan ibu. Salah
satu penyakit tersering yang di derita oleh anak adalah penyakit kejang
negara miskin dan 3,5-10,7% terjadi di negara maju. Kejang demam terjadi 2-
lebih tinggi dan sekitar 80 sampai 90% dari seluruh kejang demam sederhana.
Pada tahun 2012-2013 di Indonesia dilaporkan 3-4% dari anak yang berusia 6
usia, genetik, prenatal dan perinatal. Demam sering disebabkan oleh infeksi
saluran kemih. Pada penelitian yang dilakukan oleh wegman dan Millichap
2
Kejang demam berpotensi untuk terjadinya kejang demam berulang,
beberapa faktor penyebab terjadinya kejang demam pada anak yaitu riwayat
kejang dalam keluarga, usia kurang dari 12 bulan, temperature yang rendah
saat kejang dan cepatnya kejang setelah demam. Selain itu faktor jenis
kelamin, epilepsi dalam keluarga dan kejang demam kompleks pada kejang
kecacatan lebih parah, hal ini akibat bangkitan kejang yang sering. Di
mungkin orang tua bersikap tenang karena jika panik hanya akan membuat
ibu tidak tau harus berbuat apa yang mungkin saja akan membuat penderita
anak tambah parah. Dalam hal ini pengetahuan dan peran ibu sangat berperan
demam (Purwanto,dkk.2015).
Kejang demam merupakan salah satu kelainan saraf yang paling sering
dijumpai pada bayi dan anak. Sekitar 2,2% hingga 5% anak pernah
demam adalah kejang yang terjadi pada anak berusia 6 bulan sampai dengan 5
tahun dan berhubungan dengan demam serta tidak didapatkan adanya infeksi
pada anak. Hal ini diduga dapat dipengaruhi oleh kadar hemoglobin.
kejang ( Dasmayanti,dkk.2015).
Berdasarkan data dari RSUD Curup pada tahun 2018 Kejang Demam
pada tahun 2019 pada bulan Januari dan Februari angka kejadian Kejang
kasus (Profil RSUD Curup, 2019). Maka dari itu kejang demam sangat perlu
dikaji agar tenaga kesehatan dapat memberikan asuhan yang cepat dan tepat
B. Identifikasi Masalah
Curup pada tahun 2019, tingginya angka kejadian Kejang Demam Pada
4
tahun 2019 bulan Januari dan Februari yaitu Kejang Demam Kompleks
dari itu penulis tertarik untuk membuat laporan tugas akhir studi literature
C. Rumusan Masalah
masalah yang dapat diambil adalah Apakah ada kesenjangan hasil penelitian
Kejang Demam?
D. Batasan Masalah
E. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja asuhan kebidanan pada anak dengan kejang
dengan teori
F. Manfaat Penulisan
1. Bagi Akademik
5
Laporan tugas akhir ini dapat menjadi salah satu referensi yang
2. Lahan Praktik
Laporan tugas akhir ini dapat menjadi salah satu referensi sebagai
secara optimal.
a. Institusi pendidikan
BAB II
6
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kejang Demam
1. Pengertian
(Wardiyah,dkk.2016).
berulang dari sel otak.Sel saraf menjadi sangat mudah dirangsang dan
dari 1 bulan, berhubungan dengan kenaikan suhu tubuh lebih dari 38oC
yang tidak disebabkan oleh infeksi sistem saraf pusat (SSP), tanpa
terdapat dua jenis kejang demam, yaitu kejang demam sederhana (KDS),
yang mencakup hampir 80% kasus dan kejang demam kompleks (KDK).
Kejang demam merupakan jenis kejang yang paling banyak terjadi pada
7
Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang
Kejang demam adalah serangan kejang yang terjadi pada anak berusia
umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal, Kejang demam
lamanya lebih dari 15 menit, kejang fokal / parsial atau fokal / persial
8
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang menderita
( Arifuddin, 2016)
dan melalui ketiak 37,2℃. yang perlu diwaspadai para orang tua
suhu tubuh 38℃ pun sudah bisa membuatnya kejang. Sementara pada
c. Jenis Kelamin
perempuan adalah 1:6 pada kejang pertama dan pada kejang demam
bahwa anak laki laki lebih banyak mengalami kejang demam pertama
e. BBLR
Bayi dengan berat lahir rendah yaitu bayi lahir kurang dari
2500 gram. Risiko terjadinya kejang demam pada bayi berat lahir
kurang dari 2500 gram sebesar 3,4% dan bayi berat lahir diatas 2500
kepala selama melahirkan pada bayi dengan BBLR < 2500 gram dapat
dan infeksi saluran kemih.Kejang juga dapat terjadi pada bayi yang
1) Umur
3) Faktor Genetic
11
4) Gangguan system saraf pusat sebelum dan sesudah lahir
(Krisanti dkk,2016).
dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membrane yang terdiri
dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionic. Dalam
keadaan normal membrane sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh
ion Kalium (k+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium(Na+) dan
dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah,sedang diluar sel
keturunan.
12
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1℃ akan mengakibatkan
membrane sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion
muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel
hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh
perbedaan potensial membrane terganggu akan jadi lebih besar pada anak
13
metabolisme.Dampak dari terganggunya potensial membrane akan
dkk,:220-221).
kuat ( kelojotan)
bersama dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat dapat
dewasa ke otak adalah 18% sedangkan pada anak sebesar 65% dari
14
mengurangi sebagian besar suplai darah ke otak pada anak-anak,sehingga
Lumbantobing, 2007).
berat.Demam adalah suatu keadaan saat suhu tubuh melebihi 37℃ yang
berhenti, anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak tetapi setelah
beberapa detik atau menit anak terbangun dan sadar kembali tanpa adanya
jatuh kelantai atau tanah, kaku, lengan fleksi, kaki/ kepala/ leher
15
2) Klonik: Gerakan menyentak kasar pada saat tubuh dan ekstremitas
a. Epilepsi
c. Apnea
d. Penurunan kecerdasan ( IQ )
36).
16
10. Penatalaksanaan Kejang Demam
b. Pengobatan profilaksis
1) Profilaksis interitoen
3) Pengobatan pemeliharaan
diantaranya:
berulang.
18
4.) Jika diazepam tidak tersedia,langsung pakai fenobarbital
pengobatan pemeliharaan.
(Lestari,2016: 51).
b. Pemeriksaan darah
19
3) Dipertimbangkan pada anak dengan kejang disertai demam
d. Pemeriksaan EEG
d. Pemberian Oksigen
f. Pemberian antipiretik
20
B. Manajemen Asuhan Kebidanan
1) Keluhan klien
pengkajian.
potensial
kebidanan, seperti pada saat terjadi kejang demam pada anak bila
diazepam
22
e. Langkah 5 (kelima) : Merencanakan asuhan yang komprehensif/me
nyeluruh
dari kondisi klien atau setiap masalah yang berkaitan, tetapi dilihat
aman dan efisien. Kegiatan ini bisa di lakukan oleh bidan atau
anggota tim kesehatan lain. Jika bidan tidak melakukan sendiri, bidan
2. Pendokumentasian Soap
yaitu:
a. S = DATA SUBYEKTIF
b. O = DATA OBYEKTIF
d. P = PLANNING
pasien. Rencana asuhan ini harus bisa mencapai kemjauan dan harus
dokter.
BAB III
KONSEP KEBIDANAN
A. Kerangka Konseptual
25
An…. Dengan kejang demam Manajemen asuhan Hasil asuhan kebidanan
Ds :Ibu mengatakan anaknya kebidanan VII langkah 1. Kejang demam teratasi
demam varney pada pasien kejang 2. Keadaan umum baik dan
Ibu mengatakan anaknya
demam : stabil
kejang
1. Pengkajian 3. Tonus otot kuat
Do :
2. Interpretasi data 4. TTV dalam batas normal
1. Keadaan umum lemah
3. Masalah potensial N : 70 – 120 x/m
2. Tonus otot lemah
3. TTV : 4. Tindakan segera P : 20 – 50 x/m
ASUHAN KEBIDANAN
26
DENGAN KEJANG DEMAM
1. PENGKAJIAN
A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
a. Anak
b. Orang Tua
Suku/Bangsa : Indonesia
27
Agama : Untuk mengetahui tingkat kepercayaan pasien
2. Anamnesa
a. Keluhan Utama
b. Riwayat Kesehatan
28
ibu mengatakan baik dari pihak ibu maupun suami tidak ada
4) Riwayat Imunisasi
Dilaksanakan
Jenis Imunisasi
BCG …hari/bulan
HB 2-6 Bulan
CAMPAK 9 Bulan
5) Riwayat Intranatal
Penyulit : Ada/Tidak
PB Lahir : 48 – 52 Cm
1) Pola Nutrisi
a) Makan
29
Jenis : Mp Asi/Tim/Nasi
Masalah : Ada/Tidak
b) Minum
Masalah : Ada/Tidak
2) Aktivitas
3) Istirahat/Tidur
4) Eliminasi
a) BAK
Warna : Kuning/Jernih/Keruh
Masalah : Ada/Tidak
b) BAB
Frekuensi : ± 1 kali/hari
Masalah : Ada/Tidak
30
5) Personal Hygiene
6) Riwayat Psikososial
Pola Asuh
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Somnolen/Apatis/Delirium/Sopor
TTV
2. Pemeriksaan Fisik
Bentuk : Simetris/tidak
31
Kebersihan Rambut : Bersih/tidak
Kerontokan : Ada/tidak
Masalah : Ada/tidak
b. Muka
Bentuk : Simetris/tidak
Oedema : Ada/Tidak
Sianosis : Ada/Tidak
c. Mata
Konjungtiva : An anemis/anemis
Sklera : An ikterik/ikterik
d. Hidung
Bentuk : Simetris/tidak
e. Telinga
Kebersihan : Bersih/tidak
Kelainan : Ada/tidak
32
Scorbut : Ada/tidak
Lidah : Bersih/tidak
g. Leher
h. Dada
Bentuk : Simetris/Tidak
i. Ekstremitas
1) Atas
Bentuk : Simetris/tidak
Pergerakan : kaku
Jari : Menggenggam
Kelainan : Ada/tidak
2) Bawah
Bentuk : Simetris/tidak
Pergerakan : kaku
Jari : menekuk
Kelainan : Ada/tidak
3. Pemeriksaan Penunjang
b. Pemeriksaan darah : Hb : gr
A. Diagnosa
Data Dasar
1. Data Subyektif
2. Data Obyektif
b. Kesadaran : Apatis/Somnolen/Delirium/Sopor
c. TTV
34
Nadi : <70x/Menit
Pernafasan : <20x/Menit
Suhu : >38℃
1) Muka
Warna : Pucat/Tidak
2) Mata
3) Mulut
4) Ekstermitas
Atas
Pergerakan : kaku
Jari : Menggenggam
Kelainan : Ada/tidak
Bawah
Pergerakan : kaku
Jari : menekuk
Kelainan : Ada/tidak
B. Masalah
C. Kebutuhan
5. Pemberian Oksigen
1. Kejang Berulang
2. Apnea
2. Pemberian Oksigen
V. INTERVENSI
36
1. Keadaan berpengaruh pada
2. Kesadaran: tua dapat berperilaku
Composmentis negative dalam melakukan p
kuat ( Rofiqoh,2014)
37
Konjungti mencegah jangan sampai
va : timbul kejang
kering melakukan mekanisme
38
tidak mengikat terlalu kencang
5. Berikan bernafas
liter/menit disertai apnea, meningkatn
6. Pemberian hipoksemia.
7. Lakukan peraw panas.
39
pada anak dimiringkan untuk mencegah
oksigenasi terjamin,
demam ( Arifianto,2017:38)
40
tampak lebih juga dapat berpengaruh pada
tenang aspek
Perilaku, orang tua dapat
berperilaku negative
dalam melakukan perawatan
pada
anaknya peran orang tua
sangat Penting dalam perawa
pendidikan ( Rofiqoh,2014)
41
tua perlu diajari bagaimana
(Marwan,2017)
120x/m
RR : 20-23x/m
Suhu : 36,5℃
2) Ekstremitas
kebiruan
42
tidak terjadi memberikan panas tubuh bisa keluar
36,5℃ suhu tubuh, sehingga tubuh
4. Kejang melakukan mekanisme
penurunan suhu tubuh
43
nafas pada anak pernafasan,nadi frekuensi pernafasan, nadi,
hipoksemia.
VI. IMPLEMENTASI
VII. EVALUASI
diberikan
BAB IV
METODE PENELITIAN
relevan dan mendukung dalam konsep asuhan kebidanan pada anak dengan
Kejang Demam.
44
Studi literature adalah uraian tentang teori, temuan, dan bahan
penelitian lainnya yang diperoleh dari bahan acuan untuk dijadikan landasan
buku, slide, informasi dari internet dan lain lain) tentang topik yang di bahas.
Studi literature yang baik harus bersifat relevan, mutakhir, dan memadai.
( Erlinda, 2015).
BAB V
PEMBAHASAN
A. STUDY LITERATUR
Dalam studi literatur berikut akan dibahas beberapa penelitian yang
relevan dengan asuhan kebidanan pada anak dengan kejang demam,
ditampilkan dalam tabel berikut ini :
45
No Nama Tahun Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian
Peneliti Penelitian
46
kurang yaitu sebanyak
36 orang (72%), ibu
yang berpengetahuan
cukup yaitu sebanyak
13 orang (26%), dan
ibu yang
berpengetahuan baik
yaitu sebanyak 1
orang (2%). Secara
umum tingkat
pengetahuan ibu
tentang kejang demam
pada anak adalah
kurang.
3 Fadli dan Vol.7, Pengaruh Jenis Hasil penelitian
Akmal No. 2 kompres hangat Penelitian menunjukkan bahwa
Hasan 2018 terhadap Ini Adalah adanya pengaruh
perubahan suhu Jenis kompres hangat
tubuh pada pasien Penelitian terhadap perubahan
febris Kuantitatif suhu tubuh pasien
Experiment febris di ruangan
al, Dengan instalasi gawat darurat
Desain puskesmas Tanru
Quasi Tedong Kabupaten
Eksperimen Sidrap
4 Adhar Vol. 2, Analisis Faktor Jenis Hasil penelitian
Arifudin No. Risiko Kejadian penelitian menunjukkan bahwa
22016 Kejang Demam ini adalah jenis kelamin
Di Ruang survei terbanyak adalah laki-
Perawatan Anak analitik laki sebanyak 88
47
Rsu Anutapura dengan (57,5%) dan terendah
Palu pendekatan adalah jenis kelamin
case control perempuan sebanyak
(kasus 65 (42,5%), anak yang
kontrol) mempunyai riwayat
kejang keluarga
(risiko tinggi) lebih
banyak menderita
Kejang Demam yaitu
sebanyak 31 anak
(60,8%) dibanding
anak yang tidak
menderita Kejang
Demam yaitu
sebanyak 29 anak
(28,4%). Sedangkan
anak yang tidak
mempunyai riwayat
kejang keluarga
(risiko rendah) lebih
banyak yang tidak
menderita Kejang
Demam yaitu
sebanyak 73 anak
(71,6%) dibanding
anak yang tidak
mempunyai riwayat
kejang keluarga yang
menderita Kejang
demam, yaitu
48
sebanyak 20 anak
(39,2%), pada faktor
resiko suhu tubuh
menunjukkan bahwa
anak yang mempunyai
suhu tubuh tinggi ≥
37,8° C berisiko 87,8
kali lebih besar untuk
menderita Kejang
Demam dibandingkan
anak yang mempunyai
suhu tubuh rendah <
37,8° C. maka suhu
tubuh merupakan
faktor risiko terhadap
kejadian Kejang
Demam.dan pada
faktor resiko BBLR
menunjukkan bahwa
anak yang mengalami
BBLR beresiko
mengalami kejang
pada saat demam
dibandingkan dengan
anak yang tidak
mengalami BBLR
pada saat lahir
5 Wahid Vol. 1, Hubungan Jenis Hasil Analisis Bivariat
Tri Dkk No.1 Pengetahuan Dan penelitian Diperoleh Terdapat
2019 Sikap Ibu Dengan ini adalah Hubungan
49
Penanganan kuantitatif. Pengetahuan Ibu
Kejang Demam Rancangan Dengan Penanganan
Pada Balita penelitian Kejang Demam Pada
Sebelum Dirawat survey Balita Sebelum
Di Rumah Sakit analitik Dirawat Di Rumah
Ahmad Yani dengan Sakit Ahmad Yani
Metro pendekatan Metro Tahun 2017
cross
sectional.
6 Pasti Vol. 2 , Analisis Perbe Jenis Hasil penelitian
Kurnia No. 2 daan Faktor- penelitian mendapatkan 86 anak
50
Berkurang jumlah nya
7 Rosi Dkk Vol. 2, Hubungan Antara penelitian Hasil penelitian ini
No. 2
2013 Tingkat
analitik menunjukan semakin
Kecemasan Orang
Tua Ketika Balita dengan rendah tingkat
Demam Dengan
rancangan kecemasan ibu maka
Pemberian Obat
Penurun Panas cross semakin besar
Antipiretik Di
sectional.. kemungkinan ibu
Desa Cihideunghi
lir Kecamatan memberikan obat
Cidahu
penurun panas
Kabupaten
Kuninga (antipiretik) pada
balita, karena pada
saat balita demam ibu
menganggap hal yang
biasa dan tidak perlu
melakukan tindakan
yang serius maka ibu
memberikan obat
penurun panas
(antipiretik). Alasan
ibu memberikan obat
penurun panas
(antipiretik) pada saat
demam karena
sebelumnya ibu
pernah memberikan
pbat penurun panas
(antipiretik) pada saat
balita demam dan
hasilnya cocok maka
pada saat balita
51
mengalami demam
kembali ibu langsung
memberikan obat
penurun panas
(antipiretik)
8 Sunarsih Vol.4, Model Pendidikan Penelitian Hasil penelitian
No.1
Rahayu 2015 Kesehatan Dalam ini menggu menunjukkan ada
nakan perbedaan yang
Menigkatkan
metode signifikan antara
Pengetahuan quasi pengetahuan pre test
Tentang eksperimen dan post test pada
dengan responden kelompok
Pengelolaan
desain pre intervensi maupun
Kejang Demam test-post kelompok kontrol.
Pada Ibu Balita test yang Pada kelompok
mengguna kontrol terjadi
Di Posyandu
kan peningkatan
Balita kelompok pengetahuan 5.46
eksperimen point dengan tingkat
dan korelasi rendah yaitu
kelompok tingkat korelasi 0.505.
kontrol. Sedangkan pada
kelompok perlakuan
mengalami
peningkatan
pengetahuan 14.96
point dengan tingkat
korelasi lebih baik
yaitu tingkat korelasi
0.207.
9 Vivit Vol. 5, Gambaran Faktor Penelitian 1. Hasil penelitian
erdina No. 3
Dkk 2016 yang ini menunjukkan
Berhubungan merupakan frekuensi pasien
dengan deskriptif kejang demam
Timbulnya dengan berulang
Kejang Demam tinjauan berdasarkan usia
Berulang pada retrospektif pasien ketika
Pasien yang dengan mengalami kejang
52
Berobat di mengguna demam pertama
Poliklinik Anak kan disain pada penelitian ini
RS. DR. M. penelitian ditemukan hampir
Djamil Padang cross separuh kejang
sectional demam berulang
terjadi pada pasien
yang mengalami
kejang demam
pertama pada usia 11
– 20 bulan, yaitu
sebanyak 19 orang
(47,5%).
2. Distribusi frekuensi
pasien kejang
demam berulang
berdasarkan jenis
kelamin Pada
penelitian ini
didapatkan bahwa
lebih dari separuh
kejang demam
berulang terjadi pada
pasien perempuan
yaitu sebanyak 25
orang (62,5%).
3. Distribusi frekuensi
pasien kejang
demam berulang
berdasarkan riwayat
kejang demam
dalam keluarga
Penelitian ini
menemukan bahwa
lebih dari separuh
kejang demam
berulang terjadi pada
pasien yang
memiliki riwayat
kejang demam
53
dalam keluarga yaitu
sebanyak 29 pasien
(72,5%).
4. Distribusi frekuensi
pasien kejang
demam berulang
berdasarkan riwayat
epilepsi dalam
keluarga pada
penelitian ini
ditemukan lebih dari
separuh kejang
demam berulang
terjadi pada
kelompok pasien
yang tidak memiliki
riwayat epilepsi
dalam keluarga yaitu
sebanyak 39 orang
(97,5%).
5. Distribusi frekuensi
pasien kejang
demam berulang
menurut tipe kejang
demam pertama
yang dialami pasien
Pada penelitian ini
didapatkan bahwa
lebih dari separuh
kejang demam
berulang terjadi pada
pasien yang
mengalami kejang
demam sederhana
pada kejang demam
pertama yaitu
sebanyak 24 pasien
(60%).
54
10 Susiana Vol.08, Perbandingan Penelitian Hasil penelitian
tendean No.4 Efektivitas uji klinis menunjukkan
2015 acak efektivitas lorazepam
dkk pengobatan
terbuka bukal sama dengan
lorazepam bukal diazepam rektal,
dengan Diazepam Lorazepam bukal
dapat menghentikan
Rektal dalam
kejang demam yaitu
tatalaksana awal sebanyak 15 pasien
kejang pada anak dan pada kasus kejang
lain yang bukan
kejang demam hanya
berhasil menghentikan
kejang pada 3 dari 7
pasien dan Diazepam
rektal dapat
menghentikan kejang
pada seluruh pasien
yaitu pada 15 pasien
dan pada kasus kejang
lain berhasil
menghentikan 5 dari 7
pasien, untuk lama
penghentian kejang
yang dinilai sejak obat
diberikan sampai
kejang berhenti
didapatkan bahwa
diazepam rektal lebih
cepat dalam
menghentikan kejang.
B. Pembahasan
kecemasan.
55
Perlunya pemberian support mental pada ibu dan keluarga karena
perawatan yang tepat untuk anak. Padahal menurut Supartini (2010) peran
orang tua sangat penting dalam perawatan untuk kesembuhan anak yang
mengurangi masalah cemas sangat dibutuhkan orang tua pada anak kejang
demam, sehingga orang tua dapat mengambil keputusan yang rasional dan
besar (84,9%) ibu pada anak kejang demam mengalami cemas berat.
Hanya sebagian kecil (15,1%) ibu yang mengalami cemas sedang serta
tidak satupun ibu yang mengalami cemas ringan. Sehingga bagi pelayanan
terkait masalah cemas berat yang dialami ibu pada anak yang mengalami
kejang demam.
Anak
demam karena kejang pada anak terutama pada balita sering kali tidak
dimengerti oleh para orang tua. Akibatnya, orang tua kerap menjadi panik
dan menangani anak yang kejang demam adalah kematangan atau sifat
hangat yang dibawa oleh darah ini akan menuju area hipotalamus
Hal ini sesuai dengan hasil Penelitian Fadli dan Akmal Hasan ( 2018 )
hangat termasuk tindakan mandiri yang harus diketahui oleh semua tenaga
kesehatan begitupun dengan orang tua. Maka dari itu diharapkan bagi
oksigen
kira-kira 7%. Sirkulasi otak anak usia 3 tahun adalah 65%, pada anak
kejang demam.
namun dalam pemberian obat antipiretik ini harus sesuai dengan dosis
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Rosi Dkk (2013) menunjukkan
Kejang demam merupakan kejang yang paling sering terjadi pada anak.
Secara umum kejang demam memiliki prognosis yang baik, namun sekitar
Pentingnya perawatan tindakan kejang yang tepat hal ini sesuai dengan
kepentingan tatalaksana.
itu penghentian kejang harus dilakukan segera mungkin, maka dari itu
yang lebih lipolifik sehingga lebih mudah menembus sawar darah otak
Hal ini didukung oleh hasil penelitian Susiana tendean Dkk ( 2015 )
sebanyak 15 pasien dan pada kasus kejang lain yang bukan kejang demam
pasien dan pada kasus kejang lain berhasil menghentikan 5 dari 7 pasien,
untuk lama penghentian kejang yang dinilai sejak obat diberikan sampai
menghentikan kejang.
61
BAB VI
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan dari studi literatur dari berbagai jurnal yang telah
ditulis peneliti tentang Asuhan Kebidanan Pada Anak dengan Kejang Demam
B. SARAN
1. Bagi Akademik
Diharapkan laporan tugas akhir ini dapat menjadi satu referensi yang
62
Diharapkan dengan adanya laporan tugas akhir ini dapat menjadi
63