TUGAS: Menganalisis 2 (dua) contoh studi kasus mengenai moralitas dan etika bisnis
NAMA : Aditya Wahyu Rezandani
NIM : 161011331 SEMESTER : 8.A. MATA KULIAH : Etika Bisnis Pelabuhan JAWAB: 1. Berdasarkan kasus yang dialami oleh Bapak Andra, dapat disebut juga etis dikarenakan menurut saya, dalam masa kerja yang sudah cukup lama yaitu 20 tahun memang sangat baik untuk dapat berbisnis dengan mendirikan perusahaan sendiri karena dirasa telah menguasai banyak keahlian tentang dunia otomotif. Terlebih juga Bapak Andra telah dapat dengan baik mengelola keuangannya sendiri sehingga dapat membuahkan hasil yang sangat baik. Keberhasilan Bapak Andra dalam membuka cabang dirasa juga langkah yang baik demi tingkat citra dan kepopuleran nama perusahaan. Dan untuk PT Motor Dunia Abadi seharusnya dapat lebih giat lagi untuk mencari SDM seperti Bapak Andra yang di mana dapat menunjukkan perkembangan keahlian yang baik secara signifikan serta tentunya dapat memberikan kenyamanan lingkungan kerja yang baik pula. Serta untuk perebutan customer saya rasa hal tersebut sangatlah wajar untuk saling berkompetisi demi mendapatkan pelanggan yang loyalitas. Hal tersebut kembali lagi bagaimana bagian atau divisi pemasaran bekerja semaksimal mungkin untuk keuntungan perusahaan, untuk profit yang naik setiap tahunnya. Kemampuan yang digunakan oleh Bapak Andra adalah Physical Quotient yaitu fisik yang masih kuat dalam bekerja dan berusaha dan daya Intelligent Quotient yang bagaimana Bapak Andra sanggup untuk berpikir secara matang dan memantapkan strateginya untuk terus berkembang. 2. Berdasarkan apa yang telah dilakukan Bapak Teteng merupakan kesalahan yang fatal karena menurut saya penambahan bahan yang bukan sewajarnya dalam pembuatan makanan adalah hal yang buruk, baik di dunia ini dan dunia yang “selanjutnya”. Seharusnya demi profit yang banyak Bapak Teteng harus lebih giat lagi dalam berjualan seperti contohnya lebih bangun awal dan segera mengolah lalu segera berjualan sehingga pelanggannya akan bertambah, menambah pelanggan baru dengan menawarkan jualannya ke relasi-relasi pelanggan setianya, dan jika Bapak Teteng sudah mengerti teknologi dapat menggunakan jejaring media sosial untuk promosi dan menawarkan jualannya kepada influencer atau reviewer makanan untuk dapat meliput makanannnya sehingga secara otomatis banyak pengikut dari influencer tersebut akan mencari keberadaan Bapak Teteng untuk bisa merasakan makanannya. Langkah tersebut seharusnya dapat dilakukan oleh Bapak Teteng dari pada menambahkan bahan pengawet ke makanannya. Bapak Teteng melupakan kemampuan dalam berbisnis yaitu Emotional Quotient karena tidak memikirkan perasaan orang lain yang membeli makanannya dan Spiritual Quotient karena tidak mengedepankan akhlak dan keikhlasan hati dalam berjualan makanan dan lebih mengedepankan perbuatan yang dirasa berdosa karena kecurangan dalam berbisnis.