Anda di halaman 1dari 4

STUDI KASUS FRAUD DI INDONESIA

TUGAS:
Mencari 5 contoh kasus fraud beserta artikel bersangkutan dan menganalisis kasus tersebut.
STIAMAK BARUNAWATI SURABAYA
NAMA : Aditya Wahyu Rezandani
NIM : 161011331
SEMESTER : 8.A.
MATA KULIAH : Etika Bisnis Pelabuhan

JAWAB:

1. Kasus Fraud Facebook dan Google


Esvaldas Rimasauskas, didakwa melakukan tindak kejahatan pencurian identitas,
penipuan finansial, dan pencucian uang sepanjang 2013-2015. Pria asal Lithuania itu
melakukan penipuan terhadap dua perusahaan teknologi raksasa asal Amerika Serikat
(AS), Facebook dan Google. Pria berusia 50 tahun tersebut melakukan penipuan dengan
total kerugian mencapai US$ 122 Juta. Masing-masing Facebook US$ 99 Juta dan
Google US$ 23 Juta. Esvaldas melancarkan aksinya dengan metode Business Email
Compromise (BEC). Ia mengirimkan tagihan kepada kedua perusahaan menggunakan
email beridentitas Quanta Computer, perusahaan manufaktur di Taiwan, lengkap dengan
dokumen dan surat kontrak yang dipalsukan.
Facebook dan Google percaya tagihan itu dan mengirimkan uang. Namun pada 2017, aksi
itu ketahuan dan Esvaldas akhirnya dijatuhi hukuman. Fraud dengan metode BEC ini
disebut-sebut tak hanya dialami oleh Facebook dan Google. Berdasarkan data FBI, total
kerugian yang dialami perusahaan di sleuruh dunia melalui penipuan BEC mencapai US$
125 Miliar. Modus operandi yang dilakukan umumnya ialah membajak email dan
mengirimnya seakan asli dari mitra bisnis perusahaan.
Analisis:
Pelaku yang bernama Esvaldas Rimasauskas merupakan seseorang yang dibilang ahli di
bidang informasi dan teknologi karena dalam melakukan penipuan tersebut perlu
diketahui metode Business Email Compromise (BEC) adalah metode dengan meretas
seluruh data pribadi dari pihak yang digunakan dia sebagai atas nama penipuan, dan
Quanta Computer termasuk perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur yang cukup
mempunyai kinerja baik di Taiwan, pembobolan yang kerap terjadi seperti ini diperlukan
keahlian khusus karena dia akan melakukan pencarian identitas hingga ke rahasia
perusahaan, terlebih yang digunakan untuk penipuan adalah sekelas Google dan
Facebook, dia akan melakukan penipuan atas nama Quanta Computer dengan serapa dan
sebaik mungkin untuk mengelabuhi perusahaan raksasa asal Amerika tersebut. Kasus
fraud yang dialami Facebook dan Google ini merupakan salah satu contoh kasus fraud
jenis Aset Misappropriation.
2. Kasus Laporan Keuangan oleh PT Garuda Indonesia (Persero)
PT Garuda Indonesia (Persero) mengklaim mencatatkan kinerja keuangan cemerlang
pada 2018 lalu, dengan laba bersih US$ 809 Ribu atau sekitar Rp 11,33 Miliar. Namun
dua komisaris perusahaan menolak menandatangani laporan menduga ada kejanggalan
pencatatan transaksi demi memoles laporan keuangan tahunan 2018. Dua komisaris tak
sepakat dengan salah satu transaksi kerja sama dengan PT Mahata Aero Teknologi,
perusahaan rintisan (startup) penyedia teknologi wifi on board, yang dibukukan sebagai
pendapatan oleh manajemen.
Kronologinya, Mahata bekerja sama secara langsung dengan PT Citilink Indonesia, anak
usaha Garuda Indonesia yang dianggap menguntungkan hingga US$ 239,9 Juta. Dalam
kerja sama itu, Mahata berkomitmen menanggung seluruh biaya penyediaan,
pemasangan, pengoperasian, dan perawatan pelayanan layanan konektivitas.
Pihak Mahata sebenarnya belum membayar sepeserpun dari total kompensasi yang
disepakati hingga akhir 2018, namun manajemen tetap mencatat laporan itu sebagai
pendapatan kompensasi atas hak pemasangan peralatan layanan konektivitas dan hiburan
dalam pesawat. Sampai pada akhirnya, laporan keuangan Garuda Indonesia menorehkan
laba bersih. Namun, hal itu terendus oleh pihak regulator. Pada akhirnya, Bursa Efek
Indonesia (BEI) memberikan peringatan tertulis III dan mengenakan denda sebesar Rp
250 Juta kepada Garuda Indonesia, serta menuntut perusahaan untuk memperbaiki dan
menyajikan laporan keuangan.
Tak hanya itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengenakan denda masing-masing sebesar
Rp 100 Juta kepada Garuda Indonesia dan seluruh anggota direksi. OJK juga mewajibkan
peusahaan untuk memperbaiki dan menyajikan kembali laporan keuangan 2018. Bagi
Kantor Akuntan Publik (KAP), OJK membekukan Surat Tanda Terdaftar (STTD) selama
1 tahun kepada KAP Kasner Sirumapea. Di sisi lain, Kementerian Keuangan juga
membekukan izin terhadap KAP Kasner Sirumapea selama 12 bulan.
Analisis:
Kasus seperti yang dialami oleh PT Garuda Indonesia diatas adalah kasus skandal yang di
mana kesepakatan antara perusahaan terkait dengan sub-kontraktornya haruslah benar-
benar clear atau jelas asal-usulnya, seperti pengeluaran yang dibelanjakan untuk
keperluan apa saja meskipun untuk keperluan dengan nominal kecil di lapangan. Sangat
diharuskan juga hal seperti itu diketahui oleh jajaran direksi atau tingkat manajerial. Dan
serta laporan keuangan alangkah baiknya untuk diteliti dan dirinci dengan sebaik-baiknya
perusahaan yang telah menjadi perusahaan penerbangan raksasa di Indonesia ini. Skandal
keuangan yang dialami PT Garuda Indonesia ini merupakan contoh kasus fraud jenis
Fradulent Statements.

3. Kasus “Sinergi BUMN” Berujung Korupsi


Fraud melalui tindak korupsi juga terjadi di 2 perusahaan pelat merah nasional, yakni PT
Angkasa Pura II (Persero) dan PT Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero). Kedua
perusahaan milik negara ini memutuskan untuk bersinergi dalam menggarap proyek
pengadaan baggage handling system (BHS) seniali Rp 86 Miliar. Dalam prosesnya,
Direktur Keuangan AP II diduga meneriman suap sebesar 96.700 dollar Singapura dari
Direktur Utama PT INTI sebagai hadiah terima kasih atas proyek tersebut. dalam
prosesnya, transaksi suap dilakukan melalui perantara dari pihak PT INTI, dan diduga
berlangsung dengan sepengetahuan Direktur Utama AP II.
Pada akhirnya, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menangkap Direktur Keuangan
AP II, Direktur Utama PT INTI, dan perantara dari PT INTI, serta menjadikan mereka
tersangka.
Analisis:
Pada kasus diatas merupakan kasus yang dianggap dengan sangat sengaja dilakukan
dengan atas nama keuntungan pribadi. Karena demi suatu kelancaran proyek pekerjaan
dengan nominal yang besar memang diperlukan hal-hal khusus untuk melancarkan
operasinya, proyek dengan dana atau nominal besar untuk di negara Indonesia sendiri
memang sangat-sangat riskan dengan penyalahgunaan jabatan dan akan menghalalkan
segala cara. Sudah sangat sering terjadi untuk kasus tersebut di tanah air ini, terlebih
dengan melibatkan perusahaan-perusahaan yang dipandang mata masyarakat adalah
perusahaan yang bersih, transparan, dan bebas dengan hal-hal yang berbau KKN tersebut,
akan tetapi kenyataannya apa yang terjadi sangatlah berbeda. Kasus tersebut merupakan
contoh fraud jenis Corruption.

4. Kasus PT SNP Finance


Pada Mei 2018, PT Sunprima Nusantara Pembiayaan (SNP Finance) menjadi sorotan
otoritas keuangan dan publik. Kondisi keuangan perusahaan menjadi berubah drastis dari
stabil menjadi idSD (selective default) pada 9 Mei 2018 lantaran salah satu kupon
Medium Term Notes (MTN) yang diterbitkan SNP gagal bayar. Imbasnya, Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) membekukan kegiatan usaha SNP karena perseroan gagal membayar
bunga MTN senilai Rp 6,75 Miliar pada 14 Mei 2018. Diduga pihak SNP Finance tidak
menyampaikan laporan keuangan dengan benar alias fiktif, sehingga perusahaan
pemeringkat dan auditor tidak mengeluarkan peringatan atau warning sebelum gagal
bayar terjadi. Persoalan laporan keuangan ini sangat vital dan seringkali menjadi
keruwetan bagi sebuah perusahaan bila tidak dikelola dengan baik.
Analisis:
Laporan keuangan memanglah sangat riskan untuk dikerjakan, karena laporan tersebut
sangat menyangkut erat dengan pengeluaran dan pemasukan perusahaan, terlebih untuk
perusahaan yang bergerak pada bidang keunagan juga. Laporan keuangan fiktif atau
laporan keuangan palsu merupakan satu-satunya jalan yang ditempuh untuk mengelabuhi
badan OJK yang bertugas mengawasi hal tersebut. Akan tetapi badan OJK tersebut telah
memiliki sistem tersendiri untuk mengawasi hal tersebut dengan dibantu kondisi SDM
yang sangat terampil didalamnya, dan mereka juga mempunyai wewenang untuk
membekukan jika suatu kasus tersebut telah mencapai nominal standar yang telah
ditetapkan badan OJK tersebut. Untuk SNP Finance sendiri alangkah baiknya bekerja
dengan kinerja yang baik, sehingga akan menjadikan perusahaan tersebut aman dan terus
berkembang, dengan laporan keuangannya sendiri haruslah menggunakan jasa tersendiri
atau diwajibkan mempunyai tenaga SDM yang teramil di bidang tersebut.
5. Kasus Bank BTN
Mabes Polri menyebut, dana nasabah BTN sebanyak Rp 255 Miliar telah dibobol oleh
oknum bank. Kasus pembobolan bank ini bermodus pemalsuan deposito. Sejumlah
nasabah bank korporasi diberikan tanda terima deposito palsu setelah menempatkan
danaya di BTN. Polisi kini menangkap dan menahan sejumlah pelaku di kasus ini.
Beberapa korban antara lain PT Surya Artha Nusantara (SAN) Finance, PT Asuransi Jiwa
Mega Indonesia, Asuransi Umum Mega serta Global Index Investindo.
Direktur Keuangan SAN Finance, Andrijanto bertutur, pihaknya mengetahui kasus ini
sejak November 2016, kala itu Kepala Kantor BTN Cabang Cibubur menyatakan, dana
SAN Finance yang tersimpan di Kantor Kas BTN Cikeas hanya Rp 140 Miliar dari total
dana yang ditempatkan sebesar Rp 250 Miliar. Tidak puas dan menilai tidak ada itikad
baik BTN, SAN Finance pun melaporkan kasus itu sebagai tindakan pidana ke Polda
Metro Jaya pada 31 Januari 2017.
Analisis:
Pada kasus seperti diatas merupakan kasus yang sudah sangat terjadi juga di negara
Indonesia, dengan menggunakan dalih suatu program tertentu akan tetapi berujung pada
keuntungan pribadi yang akan dinikmati secara pribadi pula. Bank-bank dengan nama
besar kerap kali melakukan kecurangan dan penipuan dengan atas nama bantuan kepada
bank-bank yang lebih kecil dibawahnya atau badan-badan asuransi yang berharap penuh
dana dari kliennya terkelola baik di bank yang dipercayakannya tersebut. Terlebih dengan
nominal sebesar itu memang sangatlah riskan untuk tidak menggunakannya dalam jumlah
yang besar pula. Penipuan dengan kasus seperti ini sangat-sangat disengaja oleh para
bagian directorial atau manajerial yang berwenang dalam mengetahui nominal-nominal
yang fantastis tersebut. Maka untuk para korban alangkah baiknya langsung melaporkan
hal tersebut ke pihak berwajib agar segera terselesaikan dan untuk Bank BTN diwajibkan
merompak struktur organisasinya dengan menempatkan SDM yang bersih dalam akal dan
pikiran, transparan dan terampil demi memperbaiki citra nama baik perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai