91-Article Text-503-1-10-20190328
91-Article Text-503-1-10-20190328
1, Maret 2019
Satria Bhirawa Anoraga1,*), Sri Wijanarti1, Iman Sabarisman1, Anjar Ruspita Sari1
1
Program Studi Agroindustri, Departemen Teknologi Hayati dan Veteriner, Sekolah Vokasi
Universitas Gadjah Mada, Jl. Yacaranda, Sekip, Yogyakarta
Email*): satriabhirawa@ugm.ac.id
ABSTRACT
Mechanical pressure system was a process to extract cocoa liquor for cocoa powder
production. The objective of this study was to determine the optimum extraction time and
temperature to obtain cocoa powder which accord to standard. Observed parameter were
moisture content, fat content, color and sensory test. Optimization was applied using 2
factors, i.e. X1 (time, minute) and X2 (temperature, oC) with minitab program. The result
showed that extraction time and temperature affected the brightness of cocoa powder
significantly. The optimum extraction process to get a brightness quality as well as industrial
product could be conducted at 70oC for 30.114 minutes.
ABSTRAK
Pengepresan merupakan proses pemisahan lemak kakao dari pasta hingga batas tertentu
dengan menggunakan alat pengepres hidrolis. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan
suhu dan waktu pengepresan yang optimal untuk memperoleh bubuk kakao yang standar.
Parameter yang diamati adalah rendemen, kadar air, kadar lemak dan warna (kecerahan)
bubuk kakao. Optimasi dilakukan dengan dua faktor, waktu (X1) dan suhu (X2) menggunakan
minitab. Hasil optimasi menunjukkan suhu dan lama pengepresan mempengaruhi kecerahan
warna bubuk kakao secara signifikan, namun tidak berpengaruh terhadap kadar air, kadar
lemak, dan rendemen. Pengepresan paling optimal dilakukan pada suhu 70oC dengan waktu
waktu 30,114 menit untuk memperoleh kecerahan warna bubuk kakao yang beredar di
pasaran.
85
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol. 7, No. 1, Maret 2019
86
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol. 7, No. 1, Maret 2019
(2018) melakukan optimasi ekstraksi pektin warna dan muncul aroma cokelat. Setelah
dari sekam kulit biji kakao dengan asam keluar dari penyangrai dan tidak terlalu
askorbat menggunakan RSM, dimana panas, biji kakao dikupas kulit arinya untuk
kondisi ekstraksi optimum pada pH 2,5, memperoleh nib kakao. Nib tersebut dipasta
suhu 95°C, dan waktu 45 menit. V.B. Shet, dan selanjutnya dilakukan pengepresan.
et al., (2018) melakukan optimasi hidrolisis Pasta tersebut dimasukkan kedalam kain
asam dari kulit biji kakao menggunakan saring sebanyak 200 gr, dan dimasukkan
RSM untuk produksi etanol, dengan hasil dalam alat pengepres. Proses pengepresan
kondisi yang optimum adalah 8,36% (berat menggunakan variasi suhu 70oC, 100oC, dan
per volume) CPS, 3,6 N konsentrasi HCl 100oC, dengan variasi waktu lama
dengan 7,36 jam hidrolisis asam yang pengepresan selama 20 menit, 30 menit, 45
menghasilkan gula pereduksi 4,09 g/L. Dari menit. Bungkil kakao dari pengepresan
beberapa pengamatan mengenai optimasi dihaluskan dan dilakukan pengukuran
pengolahan kakao tersebut belum ada proses kecerahan warna (nilai L*), kadar air, kadar
optimasi pada proses pengepresan atau lemak, dan randemen.
ektraksi lemak kakao. Hal ini perlu
dilakukan untuk mengetahu kondisi Analisis Data
optimum dalam pembuatan bubuk kakau Data pengujian diolah dengan
yang sesuai standar. program microsoft office excel, dan
dimasukkan kedalam program minitab 17
Tujuan untuk dioptimasi. Dari hasil analisis
Penelitian ini bertujuan untuk diperoleh persamaan model untuk setiap
menentukan suhu dan waktu pengepresan parameter yang ditentukan dengan melihat
yang optimal untuk memperoleh bubuk besarnya nilai Adj-R square. Nilai R2
kakao yang standar. digunakan untuk melihat seberapa besar
pengaruh kedua faktor tersebut terhadap
METODE PENELITIAN masing-masing parameter. Tingkat
signifikansi untuk masing-masing variabel
Alat dan Bahan diuji dengan menggunakan uji p
Bahan utama yang digunakan adalah (probability). Jika nilai p kurang dari 0,05
biji kakao terfermentasi dari Desa Kakao maka variabel dapat dikatakan berpengaruh
Banjaroya, Kulonprogo. Alat yang secara signifikan terhadap variabel yang
digunakan antara lain: alat sangrai kapasitas lain. Semakin kecil nilai p maka semakin
5 kg tipe batch, alat pemasta tipe ulir besar tingkat signifikansinya
kapasitas 5 kg, alat pengepres mekanis
kapasitas 5 kg, timbangan analitik Fujitsu HASIL DAN PEMBAHASAN
FS- AR210 Japan, oven Memmert UN 55
Germany, soxhlet iwaki Thailand, Pengaruh Suhu dan Waktu Pengepresan
erlenmeyer iwaki Thailand, refractometer Kakao terhadap Warna (kecerahan)
Atago Japan, dan peralatan pendukung Bubuk Kakao
lainnya seperti kertas saring, kain, nampan, Pada pengamatan ini terdapat dua
dan gelas ukur. Penelitian dilakukan pada faktor yang dibuat bervariasi untuk
bulan Juni-Juli 2018 di Pusat Inkubasi dioptimalkan, yaitu suhu (X) dan waktu (X2).
Pengolahan Kakao, Program Studi Dari hasil analisis model diperoleh nilai R2
Agroindustri, Sekolah Vokasi Universitas sebesar 95,08%, artinya waktu dan suhu
Gadjah Mada. pengepresan memberikan pengaruh sebesar
95,08% terhadap kecerahan warna bubuk
Metode kakao. Model yang disarankan adalah full
Biji kakao disangrai selama 10-15 quadratic dengan nilai Adj-R Square
menit pada suhu 100oC hingga berubah 86,88%, hal ini mengidentifikasikan bahwa
87
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol. 7, No. 1, Maret 2019
model matematis memiliki signifikansi yang p-nya di atas 0,05. Hubungan kuadratik
tinggi dan dapat digunakan (available) untuk suhu dan waktu menunjukkan hasil
untuk memprediksi kecerahan warna bubuk yang tidak signifikan dengan nilai 0,07,
kakao. waktu pengepresan (X12) dengan nilai
Tabel 1 menunjukkan hasil anova dan 0,105, dan suhu pengepresan (X22) dengan
tabel 2 merupakan tabel koefisien nilai 0,361. Sedangkan pada Tabel 2
terestimasi untuk kecerahan warna bubuk menunjukkan bahwa pada tabel tersebut
kakao. Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa terdapat persamaan regresi koefisien
model memiliki nilai f-value 11,6 dengan terestimasi yaitu dengan nilai awal intercept
nilai p-value 0,035 yang menunjukkan 49,798.
model signifikan. Tabel 1 menunjukkan Setelah dilakukan analisis sidik ragam
bahwa waktu pengepresan (X1) berpengaruh diperoleh koefisien terestimasi, maka dapat
secara signifikan terhadap kecerahan warna diperoleh persamaan regresi untuk
bubuk kakao karena nilai p-nya di bawah kecerahan warna bubuk kakao:
0,05. Namun tingkat suhu (X2) tidak Kecerahan warna (Y) = 49,798 2,312X1 +
berpengaruh secara signifikan terhadap 0,541X2
kecerahan warna bubuk kakao karena nilai
Model matematis yang terbentuk dari terbentuk pada suhu dan waktu pengepresan,
rancangan percobaan tabel 2 secara umum karena nilai F-nya sebesar 11,6 dan nilai P-
memiliki tingkat signifikan yang tinggi, nya 0,035. Hal ini berarti peluang terjadinya
artinya model tersebut dapat digunakan noise (pengaruh faktor pengganggu) pada
untuk memprediksikan berapa besar penelitian tersebut hanya 3,5%. Model
kecerahan warna bubuk kakao yang matematis tersebut menunjukkan bahwa
88
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol. 7, No. 1, Maret 2019
89
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol. 7, No. 1, Maret 2019
Bubuk kakao yang dihasilkan dari rendah untuk dapat digunakan memprediksi
beberapa perlakuan pengepresan ini masih kadar air bubuk kakao.
memiliki kadar lemak yang tinggi. Tabel 5 menunjukkan hasil anova dan
Kandungan lemak tersebut masih sangat tabel 6 merupakan tabel koefisien
jauh jika dibandingkan dengan bubuk kakao terestimasi untuk kadar air bubuk kakao.
yang beredar dipasaran, yaitu sekitar 10- Pada tabel 5 dapat dilihat bahwa model
22% (Mulato, dkk., 2005). Proses memiliki nilai f-value 0,39 dengan nilai p-
pengepresan menggunakan alat pengempa value 0,829 yang menunjukkan model tidak
hidrolis memang menghasilkan bubuk kakao signifikan. Tabel 5 menunjukkan bahwa
dengan kandungan lemak yang tinggi. Oleh waktu pengepresan (X1) tidak berpengaruh
karena itu dibutuhkan alat pengepres dengan signifikan terhadap kadar air bubuk kakao
tekanan diatas 40 MPa untuk mengeluarkan karena nilai p-nya diatas 0,05. Tingkat suhu
lemak agar sesuai dengan standar yang ada (X2) juga tidak berpengaruh secara
dipasaran. Selain itu, untuk mengurangi signifikan terhadap kadar air bubuk kakao
kadar lemak yang belum mampu karena nilai p-nya di atas 0,05. Hubungan
dikeluarkan oleh alat pengepres, dapat juga kuadratik untuk suhu dan waktu
dilakukan ekstraksi lemak kakao menunjukkan hasil yang tidak signifikan
menggunakan pelarut. Salah satu yang biasa yaitu waktu dan suhu (X1*X2) dengan nilai
digunakan adalah pelarut heksan, yang 0,461, waktu pengepresan (X12) dengan nilai
mampu menurunkan kandungan lemak 0,514, dan suhu pengepresan (X22) dengan
bubuk kakao sebesar 28% (Widayat, 2013). nilai 0,796. Sedangkan pada Tabel 6
menunjukkan bahwa pada tabel tersebut
Pengaruh Suhu dan Waktu Pengepresan terdapat persamaan regresi koefisien
Kakao terhadap Kadar Air Bubuk Kakao terestimasi yaitu dengan nilai awal intercept
Hasil analisis model diperoleh nilai R2 4,78.
sebesar 39,68%, artinya waktu dan suhu Setelah dilakukan analisis sidik ragam
pengepresan memberikan pengaruh sebesar diperoleh koefisien terestimasi, maka dapat
39,68% terhadap kadar air bubuk kakao. diperoleh persamaan regresi untuk kadar air
Model memiliki nilai Adj-R Square sangat bubuk kakao:
rendah yang menunjukkan bahwa model Kadar air (Y) = 4,78 – 0,097X1 + 0,247X2
matematis memiliki signifikansi yang
90
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol. 7, No. 1, Maret 2019
Bubuk kakao yang dihasilkan dari rendah untuk dapat digunakan memprediksi
beberapa perlakuan pengepresan ini masih rendemen bubuk kakao.
memiliki kadar air yang belum sesuai Tabel 7 menunjukkan hasil anova dan
standar. Kandungan kadar air tersebut masih tabel 8 merupakan tabel koefisien
berada diatas batas minimum jika terestimasi untuk rendemen bubuk kakao.
dibandingkan dengan kualitas bubuk kakao Pada tabel 7 dapat dilihat bahwa model
sesuai SNI, yaitu 5%. Bahkan bubuk kakao memiliki nilai f-value 2,69 dengan nilai p-
yang dipres menggunakan suhu 130, 150 value 0,18 yang menunjukkan model tidak
dan 170oC juga masih memiliki kadar air signifikan. Tabel tersebut menunjukkan
tinggi dan tidak sesuai SNI (Chatib, dkk., bahwa waktu pengepresan (X1) tidak
2015). Ada beberapa faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap
menyebabkan hal tersebut. Salah satunya rendemen bubuk kakao karena nilai p-nya di
adalah kualitas bahan baku biji kakao atau diatas 0,05. Tingkat suhu (X2) juga tidak
nib yang mengandung kadar air tinggi. Hal berpengaruh secara signifikan terhadap
ini tentu saja cukup berbahaya karena kecerahan warna bubuk kakao karena nilai
tingginya kadar air pada bubuk kakao bisa p-nya di atas 0,05. Hubungan kuadratik
menjadi media hidup bagi mikroorganisme. untuk waktu pengepresan (X12)
Dengan kata lain, kualitas produk akan menunjukkan hasil yang signifikan, yaitu
menurun dan umur simpan bubuk kakao 0,038, sedangkan suhu pengepresan (X22)
akan lebih singkat. tidak signifikan dengan nilai 0,325. Pada
Tabel 8 menunjukkan bahwa pada tabel
Pengaruh Suhu dan Waktu Pengepresan tersebut terdapat persamaan regresi
Kakao terhadap rendemen Bubuk Kakao koefisien terestimasi yaitu dengan nilai awal
Hasil analisis model diperoleh nilai R2 intercept 62,85.
sebesar 72,93%, artinya waktu dan suhu Setelah dilakukan analisis sidik ragam
pengepresan memberikan pengaruh sebesar dan diperoleh koefisien terestimasi, maka
72,93% terhadap rendemen bubuk kakao. dapat diperoleh persamaan regresi untuk
Model yang disarankan adalah linear square rendemen bubuk kakao:
dengan nilai Adj-R Square 45,87%. Hal ini Rendemen (Y) = 62,85 0,83X1 + 1,17X2
mengidentifikasikan bahwa model
matematis memiliki signifikansi yang cukup
91
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol. 7, No. 1, Maret 2019
92
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol. 7, No. 1, Maret 2019
54
warna L* observasi
52
R² = 0.9535
50
48
46
44
44 46 48 50 52 54
warna L* prediksi
93
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol. 7, No. 1, Maret 2019
Studi Kasus di Luwu Sulsel. Majalah pectin from cocoa pod husks
Ilmiah Pengkajian Industri, 11 (1), 51- (Theobroma cacao L.) with ascorbic
60. acid using response surface
Mine, Gültekin-Özgüven, İjlal Berktaş, & methodology. Journal of
Beraat Özçelik. 2016. Influence of Carbohydrate Polymers, 202: 497-
processing conditions on procyanidin 503. DOI:
profiles and antioxidant capacity of 10.1016/j.carbpol.2018.08.103.
chocolates: Optimization of dark Rocha, I.S., Santana, L.R.R., Soares, S.E.,
chocolate manufacturing by response & Bispo, S.S. (2017). Effect of the
surface methodology. Journal of roasting temperature and time of
Food Science and Technology, 66: cocoa beans on the sensory
252-259. DOI: characteristics and acceptability of
10.1016/j.lwt.2015.10.047. chocolate. Journal of Food Science
Misnawi, Mulato, S., Widyotomo, S., and Technology, 37 (4): 522-530.
Sewet, A., dan Sugiyono. (2005). SNI. (2009). SNI 3747 tentang Kakao
Optimasi Suhu dan lama Bubuk. Badan Standardisasi Nasional.
Penyangraian Biji Kakao Jakarta
Menggunakan Penyangrai Skala Supriyanto dan Marseno, D.W. (2010).
Kecil Tipe Silinder. Pelita Penyangraian Hancuran Nib Kakao
Perkebunan, 21 (3): 169-183. dengan Enerji Gelombang Mikro
Mulato, S., Widyotomo, S., dan Nuraini, H. untuk Menghasilkan Cokelat Bubuk.
(2004). Kinerja Alat Penghalus Pasta Agritech, 30 (4): 243-249.
Cokelat Tipe Silinder Berputar. Pelita B.Shet, V., Nishasanil, Bhat, M., Naik, M.,
Perkebunan, 20: 37-53. Mascarenhas, L.N., Goveas, L.C.,
Mulato, S., Widyotomo, S., Misnawi dan Rao, C.V., Ujwal, P., Sandesh, K.,
Suharyanto, E. (2005). Pengolahan Aparna, A. (2018). Acid hydrolysis
Produk Primer dan Sekunder Kakao. optimization of cocoa pod shell using
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao response surface methodology
Indonesia, Jember. approach toward ethanol production.
Mulato, S., Widyotomo, S., dan Purwadaria, Journal of Agriculture and Natural
H.K. (2008). Kinerja Alat Kempa Resources, 52: 581-587. DOI:
Hidrolik Sistem Terputus untuk Proses 10.1016/j.anres.2018.11.022.
Ektraksi Lemak Kakao. Pelita Widayat, H.P. (2013). Perbaikan Mutu
Perkebunan, 24 (1), 62-79. Bubuk Kakao Melalui Proses
Permana, Mayun, I.D.G., Indriati, R., & Ekstraksi Lemak dan Alkalisasi.
Hastuti, P. (2012). Optimasi Isolasi Jurnal Teknologi dan Industri
Lipase Indigenous Biji Kakao Pertanian Indonesia, 5 (2): 12-16.
(Theobroma cacao L.). Jurnal Widya, Alawiya. (2016). Optimasi Proses
Agritech, 32 (1). DOI: Ekstraksi Pektin dari Kulit Kakao
10.22146/agritech.9653. (Theobroma cacao, L) Menggunakan
Priyangini, F., Walde, S.G., & Asam Sitrat dengan Variasi Suhu, pH
Chidambaram, & Ramalingam. Pelarut dan Lama Reaksi. Diploma
(2018). Extraction optimization of thesis. UNIVERSITAS ANDALAS
94