Anda di halaman 1dari 24

REFERAT

HEPAR, PANKREAS, DAN LIMPA

Disusun oleh:

Dhimas Akbar Mulia

030.09.069

KEPANITERAAN KLINIK BEDAH

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BEKASI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA
TINJAUAN PUSTAKA

HEPAR

Anatomi Hepar
Hepar atau hati adalah organ terbesar yang terletak di sebelah kanan atas rongga
abdomen. Pada kondisi hidup hati berwarna merah tua karena kaya akan persediaan darah.
Beratnya 1200-1800 gram, dengan permukaan atas terletak bersentuhan dibawah diafragma,
permukaan bawah terletak bersentuhan diatas organ-organ abdomen. Batas atas hepar sejajar
dengan ruang interkosta V kanan dan batas bawah menyerong ke atas dari iga IX kanan ke
iga VIII kiri. Permukaan posterior hati berbentuk cekung dan terdapat celah transversal
sepanjang 5 cm dari sistem porta hepatis.
:

Nette
r, 2006
Hepar terbagi menjadi lobus kiri dan lobus kanan yang dipisahkan oleh ligamentum
falciforme, diinferior oleh fissura yang dinamakan dengan ligamentum teres dan diposterior
oleh fissura yang dinamakan ligamentum venosum. Lobus kanan hepar enam kali lebih besar
dari lobus kiri dan mempunyai 3 bagian utama yaitu : lobus kanan atas, lobus caudatus dan
lobus quadrates. Diantara kedua lobus terdapat porta hepatis, jalur masuk dan keluar
pembuluh darah, saraf dan duktus. Hepar dikelilingi oleh kapsula fibrosa yang dinamakan
kapsul glisson dan dibungkus peritoneum pada sebagian besar keseluruhan permukaannnya.
Hepar disuplai oleh dua pembuluh darah yaitu : vena porta hepatika yang berasal dari
lambung dan usus yang kaya akan nutrien seperti asam amino, monosakarida, vitamin yang
larut dalam air dan mineral dan arteri hepatika, cabang dari arteri koliaka yang kaya akan
oksigen. Pembuluh darah tersebut masuk hati melalui porta hepatis yang kemudian dalam
porta tersebut vena porta dan arteri hepatika bercabang menjadi dua yakni ke lobus kiri dan
ke lobus kanan. Darah dari cabang-cabang arteri hepatika dan vena porta mengalir dari
perifer lobulus ke dalam ruang kapiler yang melebar yang disebut sinusoid. Sinusoid ini
terdapat diantara barisan sel-sel hepar ke vena sentral. Vena sentral dari semua lobulus hati
menyatu untuk membentuk vena hepatika.
Selain cabang-cabang vena porta dan arteri hepatika yang mengelilingi bagian perifer
lobulus hati, juga terdapat saluran empedu yang membentuk kapiler empedu yang dinamakan
kanalikuli empedu yang berjalan diantara lembaran sel hati.
Plexus (saraf) hepaticus mengandung serabut dari ganglia simpatis T7-T10, yang
bersinaps dalam plexuscoeliacus, nervus vagus dexter dan sinister serta phrenicus dexter.

Anatomi Hepar berdasarkan hepatektomi segmental (1)

Delapan segmen hepar dibagi berdasarkan distribusi v. Hepatika dan sistem vena porta.
Setiap segmen hepar mempunyai drainase empedu dan pendarahan sendiri. Oleh karena itu,
sangat dimungkinkan untuk mengambil salah satu segmen tanpa mengganggu aliran darah
dan empedu pada segmen lainnya.

Berdasarkan Brisbane tahun 2000, Terminology of Hepatic Anatomy Resection. Hepar


dapat dibagi menjadi 4 bagian: Bagian anterior kanan (segmen V dan VIII), Bagian posterior
kanan (segmen VI dan VII), Bagian medial kiri (segmen IV) dan Bagian lateral kiri (segmen
II dan III)
Delapan segmen hepar ditemukan oleh Couniaud. Segmen I di bagian posterior dari
segmen IV.
The Brisbane 2000 Terminology of Hepatic Anatomy and Resection from the
Terminology

Committee of the International Hepato-Pancreato-Biliary Association


Terminology Segments
Right anterior section V, VIII
Right posterior section VI, VII
Left lateral section II, III
Left medial section IV
Left hepatic lobe II, III, IV
Right hepatic lobe V, VI, VII, VIII
From Terminology Committee of the International Hepato-Pancreato-Biliary
Association.
Nomenclature for Most Common Major Anatomic Hepatic Resections (2)
Fungsi Hepar
Hati adalah organ metabolik terbesar dan terpenting di tubuh. Organ ini penting bagi
sistem pencernaan untuk sekresi empedu. Hati menghasilkan empedu sekitar satu liter per
hari, yang diekskresi melalui duktus hepatikus kanan dan kiri yang kemudian bergabung
membentuk duktus hepatikus komunis. Selain sekresi empedu, hati juga melakukan berbagai
fungsi lain, mencakup hal-hal berikut :
1. Pengolahan metabolik kategori nutrien utama (karbohidrat, lemak, protein)
setelah penyerapan mereka dari saluran cerna.
2. Detoksifikasi atau degradasi zat-zat sisa dan hormon serta obat dan senyawa
asing lainnya.
3. Sintesis berbagai protein plasma, mencakup protein-protein yang penting untuk
pembekuan darah serta untuk mengangkut hormon tiroid, steroid dan kolesterol dalam
darah.
4. Penyimpanan glikogen, lemak, besi, tembaga dan banyak vitamin.
5. Pengaktifan vitamin D, yang dilaksanakan oleh hati bersama dengan ginjal.
6. Pengeluaran bakteri dan sel darah merah yang usang.
7. Ekskresi kolesterol dan bilirubin, yang merupakan produk penguraian yang
berasal dari pemecahan sel darah merah yang sudah usang.

Hati merupakan komponen sentral sistem imun. Tiap-tiap sel hati atau hepatosit mampu
melaksanakan berbagai tugas metabolik diatas, kecuali aktivitas fagositik yang dilaksanakan
oleh makrofag residen atau yang lebih dikenal sebagai sel Kupffer. Sel Kupffer, yang
meliputi 15% dari massa hati serta 80% dari total populasi fagosit tubuh, merupakan sel yang
sangat penting dalam menanggulangi antigen yang berasal dari luar tubuh dan
mempresentasikan antigen tersebut kepada limfosit.

Regenerasi Sel Hepar(3)

Saat perkembangan embrionik hepatoblas menghasilkan dua sel epitelial hepar, hepatosit
dan sel empedu. Epitel empedu berasal dari hepatoblas yang berlokasi di dekat saluran
vaskular, yang nantinya akan membentuk porta pada lobulus hepar dewasa. Turunan epitel
empedu pada area ini diperkirakan harus berkontak dengan hepatoblas yang mempunyai
komponen matriks ekstraseluer. Sel empedu yang terdekat dengan hepatoblas akan
mengekspresikan dua macam marker, seperti albumin dan alfafeto protein sebagai hepatosit
marker dan cytokeratins 7 dan 19 sebagai marker epitel kantong empedu.
Area yang menghubugkan segmen terminal dari sistem duktus biliaris dengan parenkim
hepatosit pada hepar dewasa disebut kanal Hering. Meskipun sel yang berasal dari kanal
Hering tersebut belum diisolasi dan dimurnikan, temuan eksperimen berdasarkan model dari
kerusakan hepar dan karsinogenesis memastikan adanya konsep bahwa sel ini berfungsi
sebagai stem sel pada hepar dewasa.

Stem sel ini bisa menghasilkan sel bulat kecil yang dikenal sebagai sel oval yang dapat
mengekspresikan marker hepatosit dan sel empedu janin dan dapat membuat hepatosit dan sel
kantong empedu. Karena kelebihan ini, sel oval dipertimbangkan sebagai bipotential
progenitor pada hepar dewasa.
Stem sel, oval sel dan sel epitelial pada hepar dewasa

Sel progenitor pada hepar dewasa sanggup untuk menghasilkan sel empedu dan hepatosit
mempunyai sejarah yang kontroversial. Fase baru pada studi ini di mulai oleh observasi Faber
pada sebuah sel epitelial kecil, yang dia beri nama sel oval, proliferasi pada stadium awal
karsinogenesis yang di rangsang oleh tiga bahan kimia yang berbeda.
Dia menjelaskan peralihan atau gabungnya sel oval menjadi hepatosit pada azo-dye
hepatokarsinogenesis tetapi tidak terangsang oleh karsinogenesis pada bahan kimia yang lain
memastikan bahwa proliferasi sel oval disebabkan oleh adanya racun yang secara tidak
langsung berhubungan dengan tumorigenesis (Faber dan Cameron, 1980).

Hepatosit regenerasi seteah hepatektomi dan kerusakan CCl4

Yang paling sering digunakan dan dipelajari adalah regenerasi hepar pasca hepatektomi.
Meskipun sering digunakan istilah regenerasi, sebenarnya itu adalah proses kompensasi.
Hepar yang direseksi ketika operasi (kurang lebih 68% pada operasi standar) tidak tumbuh
kembali. Malahan, ukuran hepar yang tersisa setelah 2/3 hepatektomi bertambah ukurannya
untuk mengkompensasi dari hilangnya jaringan dan berkembang sampai masa dari hepar
yang beregenerasi tersebut mencapai kurang lebih 10% dari masa hepar aslinya. Pada proses
akhir (sekitar 2 minggu pada hewan pengerat dan mungkin 1-2 buan pada manusia), masa
hepar pulih tetapi bentuk anatomis tidak menyusun kembali.

Bisakah progenitor dari hepatosit diaktifkan secara besar-besaran setelah hepatektomi


sebagian dan dengan cepat membangkitkan replikasi hepatosit? Meskipun ada kemungkinan
pada hipotesis ini, tetapi tidak ada bukti dari eksperimen yang mendukung. Di lain pihak,
data yang dipublikasi hampir 70 tahun secara tegas memperlihatkan bahwa hepatosit
merupakan sel yang bereplikasi dan bertanggung atas regenerasi hepar setelah hepatektomi.

Kesimpulan yang serupa juga terjadi pada model eksperimen lainnya, regenerasi hepar
dirangsang oleh karbon tetraklorida ( CCl4 ). Model ini berbeda dari hepatektomi sebagian
yang dimana proliferasi hepatosit ini distimulasi oleh nekrosis sel akibat dari kerusakan
kimia. Oleh sebab itu, masa hepar tidak berkurang, tetapi 50-60% hepatosit hilang
(tergantung dosis CCl4). Seperti nekrosis yang banyak dapat mendatangkan reaksi inflamasi
tapi tidak ada bukti sel progenitor aktif untuk membangkitkan replikasi hepatosit saat proses
pertumbuhan.
Tumor Ganas Primer(4)

Karsinoma hepatoseluler banyak didapati di Afrika, Asia Timur dan Asia Tenggara.
Frekuensi bergatung pada faktor sosio-ekonomi dan lebih banyak laki dari pada perempuan
dengan perbandingan 3:1

Etiologi

Ada hubungan yang erat dengan sirosis hati dan infeksi virus Hepatitis B dan C dengan
terjadinya karsinoma hepatoseluler. Infeksi akut Hepatitis B dan C dapat menjadi kronis dan
berkembang menjadi sirosis hepatis. Hepatitis kronik dan sirosis hepatis merukapan faktor
onkogenik bag sel hepar sehingga berubah menjadi ganas. Sekitar 4% sirosis berubah
menjadi karsinoma hepatoseluler. 60-90% penderita karsinoma hepatoseluler didapatka tanda
sirosis hati.

Aflatoksin merupakan karsinogen yang poten. Makanan yang banyak mengandung


aflatoksin adalah oncom yang diproduksi oleh jamur Aspergillus fumigatus. Semua kacang
dan biji-bijian berikut produknya mudah di tumbuhi jamur ini terutama bila lembab. Kadar
aflatoksin yang terkandung dalam jamu tradisional yang disimpan lama juga cukup tinggi.

Patologi

Gambaran makroskopis dibagi menjadi tiga macam, yaitu bentuk masif unifokal, bentuk
noduler multifokal dan bentuk difus dengan pertumbuhan infiltratif.

Bentuk masif unifokal juga banyak didapat, berupa tumor yang mungkin berukuran besar
menempati salah satu lobus. Jenis ini kadang menyebabkan perdarahan spontan karena
pecahnya simpai tumor sehingga menimbulakan perdarahan dalam rongga perut. Bentuk
difus sukar yag jarang didapat sukar dibedakan dengan gambaran sirosis makronoduler.

Gambaran mikroskopik karsinoma hepatoseluler kebanyakan berbentuk trabekuler atau


sinusoid sedangkan bentuk lain seperti pseudoglanduler atau asiner jarang ditemukan. Bentuk
fibrolameler biasanya ditemukan pada penderita muda dan tidak berhubungan dengan sirosis.

Gambaran Klinis

Gambaran umum berupa nyeri yang hebat dengan atau tanpa hepatomegali, perubahan
yang mendadak pada penderita sirosis berupa kegagalan faal hati, perdarahan varises, asites
yang hemoragis, perdarahan intraperitoneal mendadak tanapa trauma, sakit mendadak dengan
panas dan nyeri perut dan metastasis jauh dengan aau tanpa gejala klinis.

Pada umumnya ampak seperti benjolan pada perut bagian atas. Sering kali terasa nyeri
pada benjolan tersebut yang sifatnya terus menerus, menembus ke belakang atau ke daerah
bahu. Nyeri meningkat bila penderita menarik napas dalam karena rangsangan peritoneum
pada permukaan benjolan. Berat badan cepat turun. Kadang terdapat acites atau perdarahan
saluan cerna bagian atas karena varises esofagus. Keadaaan ini biasanya sudah masuk sampai
ke stadium lanjut. Mungkin bisa sampai timbul ikterus.

Sering didapati tanda-tanda sirosis seperti pembuluh darah kolateral di dinding perut,
spider nevi, splenomegali, eritema palmaris dan ginekomastia.

Pada pemeriksaan fisik umumnya didapatka pembesaran hati yang berbenjol, keras,
kadang nyeri tekan. Pada auskultasi bisa terdengar suara bising aliran darah karena
hipervaskularisasi tumor

Diagnosa

Untuk menegakan diagnosis diperukan anamnesa, pemeriksaan fisik, laboratorium dan


pencitraan seperti USG dan angiografi serta tumor marker seperti alfa-fetoprotein.

Penderita sirosis atau penderita dengan antigen HBs positif serta SGOT dan SGPT
meningkat dianjurkan melakukan pemeriksaan rutin Alfa-fetoprotein dan USG untuk
mencaritumor hati yang masih kecil. Pada tingkat dini dapat ditemukan kadar AFO yang
tinggi dan gambaran hipoekoik di hepar pada USG. Bila dapat ditemukan ada stadium dini,
pengobatan tuntas dapat dilaksanaka dengan hasil ketahanan hidup 40-60% selama lima
tahun.

Pencitraan

USG tumor masif unilokal menunjukan densitas meninggiang heterogen, sedangkan pada
jenis noduler dan jenis difus terlihat gambaran densitas rendah heterogen. Hasil pemeriksaan
USG dapat menemkan karsinoma hepatoseluler dalam stadium dini dengan diameter kurang
dari 5 cm sebanyak 60%.

Biopsi Hati
Dengan tuntunan USG, jarum khusus ditusukan melalui kulit mencapai tumor kemudian
dilakukan aspirasi

Tatalaksana

Pembedahan karsinoma hepatoseluler dapat berupa segmentektomi, lobektomi atau


lobektomi yang diperluas. Reseksi lobus atau segmen dilakukan berdasarkan percabangan
v.porta menurut Couniaud. Terdapat delapan segmen yang dapat direseksi. Hepar mempunyai
daya regenerasi yang besar sehingga walaupun separuh hepar direseksi, regenerasi terjadi
tanpa mengurangi faal.

Kriteria reseksi ialah tidak ada metastasis jauh, tumor terbatas di satu lobus atau satu
segmen dan pasca lobektomi sisa jaringan hati masih dapat memenuhi kebutuhan hidup.
Hasil pengobatan bedah tuntas mengecewakan karena biasanya timbul residif.

Pengobatan nonbedah

Dapat berupa kemoterapi intraarteri, embolisasi melalui arteri, radiasi, penyuntikan


alkohol 97% intrtumor, hipertermia dengan kombinasi kemoterapi. Embolisasi dilaukan
melalui a.hepatika atau cabang a.hepatika yang menuju tumor dengan kombinasi pemberiasn
sitostatik sisplastin, mitomisin, dan andrlamisin. Dengan car apaliatif ini tumor dapat
mengalami nekrosis dan mengecil
PANKREAS

Anatomi Pankreas

Pankreas adalah organ peritoneal dengan posisi obliq. Pad aorang dewasa, berat pankreas
antara 75-100g dan panjangnya antara 15-20cm. Letak pankreas tertutup retroperitonium
menjelaskan bahwa lokasi yang tidak spesifik. Oleh karena letaknya yang peritoneal, nyeri
pada pankreatitis mempunyai karakteristik seperti menembus ke punggung. (5)

Disebelah kiri ekor pankreas mencapai hilus limpa di arah kraniodorsal. Bagian atas kiri
kaput (hulu) pankreas dihubungkan dengan korpus pankreas oleh leher pankreas yaitu bagian
pankreas yang lebarnya biasanya tidak ebih dari 4 cm. Arteri dan vena mesenterika superior
berada di dorsal leher pankreas berjalan diventral duodenum III dan duodenum I, melingkari
arteri dan vena tadi.

Sistem sluran pankreas

Saluran Wirsung dimulai dari ekor pankreas sampai ke hulu pankreas bergabung dengan
saluran empedu di ampula hepatiko-pankreatika untuk selanjutnya bermuara pada papila
Vater. Saluran pankreas minor Santorini atau duktus pankreatikus asesorius bermuara di
papila minor yang terletak kira-kira 2 cm proksimal dari papila mayot. Ditemukan 60-70%
variasi dari anatomi normal. Kira-kira 30% saluran Santorini bergabung dan duktus Wirsung
menjadi saluran utama masuk ke papila mayor, atau saam sekali tidak ada saluran Santorini.

Peredaran darah pankreas

Hulu pankreas diperdarahi oleh legkungan anterior dan posterior yag berasal dari a.
Gastroduodenalis, korpus dan ekor diperdarahi oleh cabang a lienalis multipel.

Aliran Limfa dan saraf

Aliran limfa dari pankreas bagian kranial masuk ke kelenjar limfa di daerah hilus limpa,
ke kelenjar limfa yang terletak di alur ntara duodenum dan pankreas, dan kelenjar subpilorik.
Airan limfa dari bagian anterior masuk ke kelenjar limfa disekitar pembuuh pankreatika
superior, gastrka superior, dan kelenjar limfa masuk ke kelenjar limfa disekitar pembuluh
pankreatika.

Saraf simpatis ke pankreas berasal dari n. Splankinus mayor dan minor melalui pleksus
dan ganglion seliakus. Serabut saraf ini membawa serabut nyeri eferen dari pankreas.
Tindakan memius sementara pleksus seliakus atau memotong saraf splanikus ini membuat
nyeri yang disebabkan tumor pankreas atau pankreatitis kronik bisa hilang.

Eksokrin

Sel eksokrin pankreas mengeluarkan cairan elektrolit dan enzim sebayak 1500 sampai
2500 ml sehari dengan pH 8 sampai 8,3 dan mempunyai tekanan osmotik yang sama dengan
plasma.

Enzim pencernaan sangat dipengaruhi oleh asupan asam amino sehingga defisiensi
protein akan menyebabkan kurangnya fungsi eksokrin. Enzim proteolitik, lipolitik, amilolitik
dan nuklease juga terdapat dalam cairan pankreas.

Sekresi pankreas eksokrin diatur oleh mekanisme humoral dan neural. Asetilkolin yag
dibebaskan diujungn. Vagus merangsang sekresienzim pencernaan. Hormon kolisistokinin
juga merupakan perangsang yang sangat kuat terhadap sekresi enzim.

Endokrin
Sekresi hormon pankreas dihasilkan oleh pulau Langerhans, terdiri dari sel beta, sel alfa,
sel, delta dan beberapa sel C.

Sel alfa menghasilkan glukagon dan sel beta merupakan sumber insulin, sedangkan sel
delta mengeluarkan somatostastin gastrin dan polipeptida pankreas.

Pankreatitis Kronik(4)

Terjado kerusakan parenkim dan sistem duktus pankreas yang tak berpulih dan disertai
fibrosis. Patogenesisnya tidak jelas walau ketagihan alkohol sering berperan kausal.
Komponen obstruksi disertai dengan naiknya tekanan untraduktus juga sering ditemukan.

Yang khas adalah nyeri terus menerus atau berkala. Nyeri dirasakan di perut bagian atas
dan pinggang. Umumnya penderita duduk membungkuku dengan kedua lengan memeluk
lutut. Kadang ada tanda ikterus, obstruksi duodenum, kista semu, dan mungkin disertai
insufisiensi ekskresi endokrin maupun eksokrin dan hipertensi portal.
Pada pemeriksaan pencitraan dan endoskopi biasanya ditemukan saluran pankreas lebar
yang kadang mengandung batu dan pengapuran parenkim. Penyakit ini biasanya akan
menyurut dan hilang setelah delapan sampai sepuluh tahun disertai insufisiensi pankreas
total.

Tatalaksana

Ditangani secara konsrvatif, tndakan endoskopi, atau tindakan bedah.

Terapi konservatif bertujuan untuk mengurangi nyeri dan mengistirahatkan pankreas


dengan pemberian analgesikn anjurn diet dan pantan alkohol mutlak. Apa bila dengan terapi
konservatif nyeri tidak hilang dan mengganggu aktivitas pasien, sedangkan semua diagnosa
banding telah disingkirkan, pembedahan harus dilakukan.

Dengan terapi endoskopik dilakukan sfingterotomimuara duktus pankreas, ekstraksi batu


dan pemasangan pipa protesis. Batu, bila ada, juga dapat dihancurkan secar lipotripsi.
Endoprotesis dipasang bila ditemukan striktur duktus setempat.

Tindakan bedah terdiri atas pankretektomi pasrial atau total, bergantung pada letak
kelainannya.beberapa yang menjadi pertimbaga jenis tindakan bedah yang dipilih adalah
ukuran dan anatomi saluran pankreas, distribusi pankreatitis pada pankreas, ada tautidaknya
pseudokista atau striktura saluran empedu dan keadaan uum pasien. Jika dilatasi salur >6cm,
tindakan bedah berupa penyaliran interna adalah yang terbaik. Namun bilsa saluran pankreas
<6cm, bedah reseksilah yang terpilih. Hipertensi portal, ketagihan alkohol atau ketagihan
opiat merupakan tindakan bedah.

Melalui foto rontgen dengan kontras yang diberikan melalui endoskop, diperoleh gamba
kelainan seluruh duktus. Jika kelainan terutama terletak di hulu pankreas, dapat dilakukan
pankreo-duodenektomi menurut whipple.

Bila seluruh pankreas menunjukan kelainan dan duktus pankreastampak melebar,


biasanya dilakukan yeyunopankreatikostomi menurut Partington dan Rochelle. Pada operasi
ini, duktus pankreas dibuka sepanjang pankreas sejajar sumbu pankreas dan diadakan
anastomosis dengan yeyunum srcara Roux-en-Y sehingga penyaliran ekskresi eksokrin bebas
dan terjamin

Bila kelainan hanya terletak pada ekor pankreas dapat dipertimbagkan tindakan
panrkeatektomi parsial. Bila hulu pankreas rusak dan mengalami fibrosis, dapat dilakukan
autotransplantasi korpus dan ekor pankreas. Cangkokan ini ditempatkan di fosa iiaka melalui
anastomosis a. Lienalis pada a. Iliaka komunis atau pada a. Iliaka eksterna.

LIMPA

Anatomi

Limpa berasal dari diferensiasi jaringan mesenkimal medogastrium dorsale. Berat limpa
berkisar 75-100 gram. Biasanya sedikit mengecil dengan meningatnya usia sepanjang tidak
disertai patologi yang lain.

Organ initerletak di kuadran kiri atas dorsal abdomen, menempel pada permukaan bawah
diafragma , terlindung oleh lengkung iga.

Limpa terpancang pada tematnya oleh lipatan peritoneum yang diperkuat oleh beberapa
ligamen suspensoria. Ligamen gastrosplenik berisi semua v,gastrika.

Darah asteri berasal dari a.lienalis dan darah balik melalui v.lienalis yang
bergabungdengan v.mesenterika superior membentuk v.porta
Fisiologi

Pada janin usia 5-8 bulan, limpa berfungsi sebagai tempat pembentukan sel darahmerah
dan putih tetapitidak berlanjut saat beranjakdewasa. Selain itu limpa berfungsiuntuk
menyaring sel darah yang tidak normal atau tua, ditahan dan dirusak oleh sistem
retikuloendotelium di sana.

Ruptur Limpa(4)

Etiologi

1. Trauma tajam : akibat luka tembak, tusukan pisau dan benda tajam lainnya.
2. Trauma tumpul : bisa cedera langsung maupun tidak langsung karena
kecelakaan lalu lintas, jatuh dari tempa yang tinggi. Ruptur limpa yang lambat dapat
terjadi beberapa hari sampai beberapa minggu setelah kejadian. Masa laten
kebanyakan kurang dari 7 hari. Ini disebabkan karena adanya tamponade sementara
pada laserasi yang kecil atau ada hematom subkapsular
3. Trauma iatrogenik : saat operasi atau saat pungsi limpa
4. Ruptur spontan : disertai pembesaran limpa seperti gangguan hemolitik,
malaria kronik

Pemeriksaan fisik

Tergantung pada organ lain yang ikut terkena truma, banyaknya perdarahan, dan
terkontaminasinya rongga peritonium.

Pada ruptur lambat biasanya penderita dtang dalam keadaan syok , tanda perdarahan
intrabdomen, atau seperti gambaran ada tumor intrabdomen pada bagian kiri atas dan nyeri
tekan disertai tanda anemia sekunder.

Tanda Lokal

Mengeluh nyeri perut bagian atas tetapi sepertiga kasus mn=engeluh nyeri perut kuadran
kiriatas atau punggung kiri. Nyeri di daerah puncak bahu disebut tanda Kehr terdapat pada
kurang dari separuh kasus. Mungkin nyeri pada bahu kiri timbul pada posis Trendelberg.
Pada perkusi bisa di dapatkan pekakakibat adanya hematom ekstrakapsuler disebut tanda
Ballance

Pada gambaran foto abdomen mungkin tampak gambaran patah tulang iga sebelah kiri,
peninggian difragma kiri, bayangan limpa membesar adanya desakan terhadap lambung ke
arah garis tengah. Pemeriksaan CT scan, angiografi jarang berguna pada keadaan darurat.
Parasisntesis abdomen berguna sekali dan dapat dilakukan juka gejala klinis diragukan.

Tatalaksana

Splenorafi

Bertujuan mempertahankan limpa yang fungsional. Membuang jaringan non vital,


mengikat pembuluh darah yang terbuka, dan menjahit kapsul limpa yang terluka. Bla
penjahitan laserasi saja kurang memadai, dapat ditambahkan dengan pemasangan kantong
khusus dengan atau tanpa penjahitanomentum.

Splenektomi
Indikasi dilakukan tindakan jika terdapat kerusakan limpa yang tidak dapat diatasi
dengan splenorafi, splenektomi parsial atau pembngkusan. Splenektomi parsial yang bisa
terdiri dari eksisi satu segmen dilakukan jika ruptur limpa tidak mengenai hilus dan bagian
yang tidak cidera masih vital.

Spelnektomi total harus selalu diikuti degan reimplantasinlimpayang merupakan suatu


autotransplantasi. Caranya ialah dengan membungkus pecahan parenkim limpa dengan
omentum dal meletakannya di bekas tempat limpa atau menanamnya di pinggang di belakang
peritoneum degan harapan limpa dapat tumbuh dan berfungsi kembali.
KESIMPULAN

Hepar merupakan organ dengan tingkat regenerasi sel yang sangat tinggi. Sampai
sekarang masih bayak berdebatan mengenai sel oval sebagai sel progenitor pada hepar
dewasa yang dapat membangkitkan proliferasi heaptosit. Meskipun sering digunakan istilah
regenerasi, sebenarnya itu adalah proses kompensasi. masa hepar pulih tetapi bentuk
anatomis tidak menyusun kembali.

Reseksi lobus atau segmen dilakukan berdasarkan percabangan v.porta menurut


Couniaud. Terdapat delapan segmen yang dapat direseksi.

Pankreas dan Limpa tidak memiliki sel progenitor seperti sel oval pada hepar. Oleh
karena itu kedua organ tersebut tidak bisa mengalami regenerasi apabila sebagian organ
tersebut di reseksi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Liau K.H, Blumgart L.H, Dimatteo R.P. Segmented-Oriented Approach To Liver


Resetion. Surgical Clinics Of North America. New York. 2004. P: 543-61
2. Sabiston, Textbook of Surgery, 18th ed [Digital E-Book] The Liver : Neoplasma.
Elsevier. 2008.
3. Fausto N, Campbell J.S. The Role Of Hepatocytes And Oval Cell I Liver
Regeneration And Repopulation. Departement of Pathology University of
Washington. USA. 2002 P : 117-30
4. Sjamsuhidajat R, De Jong, W. Kolelitiasis. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta :
EGC, 2004. h : 589-612.
5. Schwartz, S. Principle of Surgery [Digital E-Book] Liver Anatomy. California
McGraw-Hill. 2010.

Anda mungkin juga menyukai