Propos Fix
Propos Fix
DOSEN PENGASUH
Dra. Nor Hikmah M. S. A.
DISUSUN OLEH :
MUHAMMAD ARIEF SURACHMAN
NIM. 1710313210035
DAFTAR PUSTAKA
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
Sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi PT. Banua Lima
Sejurus tentunya memiliki beberapa persediaan yang terdiri atas persediaan bahan baku,
persediaan barang setengah jadi ( barang dalam proses) dan persediaan barang jadi.
Dalam hal ini perusahaan mengalami beberapa hambatan diantaranya lambatnya
perputaran persediaan di gudang yang diakibatkan lesunya permintaan konsumen/ pasar,
produk kurang diminati dan munculnya pesaing.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Modal Kerja terhadap Profitabilitas pada PT
Banua Lima Sejurus”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “Apakah Modal Kerja Berpengaruh terhadap Profitabilitas
Pada Profitabilitas pada PT Banua Lima Sejurus?
1.3 Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah yang diatas, maka yang menjadi tujuan
dalam penelitian ini yaitu “Untuk mengetahui pengaruh modal kerja terhadap
profitabilitas pada PT Banua Lima Sejurus”.
1.4 Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai
berikut :
1. Manfaat bagi perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan
bagi PT Banua Lima Sejurus dalam nengambil keputusan
terutama mengenai modal kerja perusahaan di masa akan datang.
2. Manfaat bagi penulis
Sebagai perbandingan praktis antara teori yang diperoleh di bangku kuliah dengan
praktek penyelenggaraan dilapangan.
3. Manfaat bagi Dunia Akademis
Sebagai bahan referensi dan studi pustaka bagi pihak-pihak luar yang
ingin mengadakan penelitian sehubungan dengan modal kerja dan
profitabilitas
2
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS
3
Dari pengertian yang dikemukakan para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa modal kerja
adalah aktiva lancar atau dana yang digunakan untuk membiayai kegiatan operasi
perusahaan sehari- hari dalam rangka menghasilkan pendapatan.
2.1.2 Fungsi Modal Kerja
Tunggal (2000 : 91) mengemukakan fungsi modal kerja adalah sebagai berikut :
1. Modal kerja itu menampung kemungkinan buruk yang ditimbulkan karena
penurunan nilai aktiva seperti penurunan nilai piutang yang diragukan dan yang tidak
dapat ditagih atau penurunan nilai persediaan.
2. Modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk membayar semua
utang lancarnya tepat pada waktunya dan akan memanfaatkan potongan tunai, dengan
menggunakan potongan tunai maka jumlah yang akan dibayarkan untuk pembelian
barang menjadi berkurang.
3. Modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk memelihara “credit
standing” perusahaan yaitu penilaian pihak ketiga, misalnya Bank dan para kreditor
akan kelayakan perusahaan untuk memelihara kredit. Disamping itu modal kerja yang
mencukupi memungkinkan perusahaan untuk menghadapi situasi darurat seperti dalam
hal terjadi : pemogokan, banjir dan kebakaran.
4. Memungkinkan perusahaan untuk memberikan syarat kredit kepada para pembeli.
Kadang-kadang perusahaan harus dapat memberikan kepada para pembelinya syarat
kredit yang lebih lunak dalam usaha membantu para pembeli yang baik untuk
membiayai operasinya.
5. Memungkinkan perusahaan untuk menyesuaikan persediaan pada suatu jumlah
yang mencukupi untuk melayani kebutuhan para pembeli dengan lancar.
6. Memungkinkan pemimpin perusahaan untuk menyelenggarakan perusahaan lebih
efisien dengan jalan menghindarkan kelambatan dalam memperoleh bahan, jasa dan
alat-alat yang disebabkan karena kesulitan kredit.
7. Modal kerja yang mencukupi.
8. Memungkinkan pula perusahaan untuk menghadapi masa resesi dan depresi
dengan baik.
2.1.3 Sumber Modal Kerja
Tunggal (2000 : 104) mengemukakan sumber modal kerja meliputi hal-hal sebagai
berikut :
1. Operasi rutin perusahaan.
2. Laba yang diperoleh dari penjualan surat-surat berharga dan penanaman
sementara lainnya.
3. Penjualan aktiva tetap, penanaman jangka panjang/ aktiva tak lancar dan lain-
lainnya.
4. Pengembalian pajak dan keuntungan luar biasa lainnya.
4
5. Penerimaan yang diperoleh dari penjualan obligasi dan saham dan penyetoran
oleh para pemilik perusahaan.
6. Penerimaan pinjaman jangka panjang dan jangka pendek yang diperoleh dari
Bank atau pihak lain.
7. Pinjaman yang dijamin dengan hipotek atas aktiva tetap atau aktiva tak lancar.
8. Penjualan piutang dengan jalan penjualan biasa/ dengan “factoring” (penjualan)
dengan cara penjualan faktur, pembelian kredit, diserahkan pada lembaga keuangan.
2.1.4 Jenis - Jenis Modal Kerja
Taylor dalam Sawir (2005 : 132) mengemukakan modal kerja dapat digolongkan
dalam beberapa bagian sebagai berikut :
a. Modal kerja permanen (permanent working capital) yaitu modal kerja yang harus
tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya atau dengan kata lain
modal kerja yang secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Modal kerja
permanen dapat dibedakan dalam :
1. Modal kerja primer (primary working capital) yaitu jumlah modal kerja
sminimum yang harus ada dalam perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya.
2. Modal kerja normal (normal working capital) jumlah modal yang diperlukan
untuk penyelenggaraan luas produksi yang normal.
b. Modal kerja variabel (variable working capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya
berubah-ubah dengan perubahan keadaan. Modal kerja ini dibedakan atas :
1. Modal kerja musiman (seasonal working capital) yaitu modal kerja yang
jumlahnya berubah -ubah disebabkan karena fluktuasi musim.
2. Modal kerja siklus (cyclical working capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya
berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi konyungtur.
3. Modal kerja darurat (emergency working capital) yaitu modal kerja yang
jumlahnya berubah-ubah karena adanya kegiatan darurat yang tidak diketahui
sebelumnya, misalnya adanya pemogokan buruh.
2.1.5 Elemen-Elemen Modal Kerja
Soeprihanto dalam Ponggiliu (2004 : 12) mengemukakan elemen-elemen modal kerja
sebagai berikut :
1. Uang kas atau yang ada di Bank
Setiap perusahaan industri ataupun perusahaan jasa dalam menjalankan usahanya
selalu membutuhkan uang kas. Uang kas adalah yang dimiliki atau yang dibawah
kemana-mana baik lembaran ribuan, lima ratusan atau recehan.
2. Surat-surat berharga yang cepat dapat dijadikan uang kas
Pengaturan penanaman modal dalam surat-surat berharga dimaksudkan agar
perusahaan dapat menggunakan kelebihan dananya atau saldo kasnya, dengan maksud
5
untuk penjagaan likuiditas ataupun dengan tujuan untuk mendapatkan pendapatan dari
dana yang ditanamkan dalam surat berharga.
3. Piutang dagang
Piutang dagang timbul karena perusahaan menjual kredit. Penjualan kredit
dilaksanakan dalam rangka memperbesar volume penjualan. Penjualan kredit tidak
segera menghasilkan penerimaan kas, tetapi menimbulkan piutang, kemudian pada
hari jatuhnya pembayaran piutang tersebut terjadilah penerimaan kas.
4. Persediaan barang dagang
Persediaan barang dagangan merupakan persediaan yang selalu dalam perputaran,
yang selalu dibeli dan dijual lagi tanpa mengalami proses lebih lanjut didalam
perusahaan, yang mengakibatkan perubahan bentuk dari barang yang bersangkutan.
2.1.6 Perputaran Modal Kerja
Riyanto (2001 : 62) mengemukakan pada dasarnya modal kerja selalu dalam
keadaan operasi atau berputar yang selama perusahaan dalam keadaan usaha. Periode
perputaran modal kerja (working capital turnover) dimulai saat kas diinvestasikan dalam
komponen-komponen modal kerja sampai saat dimana kembali lagi menjadi kas.
Selanjutnya, Soeprihanto dalam Ponggiliu (2004 : 14) mengemukakan bahwa
arus dana dari kas pertama melalui beberapa tahapan dan ksembali menjadi kas kedua
disebut perputaran modal kerja (working capital turnover). Panjangnya waktu rata-rata
yang dibutuhkan untuk berputarnya satu unit modal kerja disebut periode perputaran
modal kerja (working capital turnover period).
Ahmad (2002 : 7) menyatakan semakin pendek periode tersebut berarti makin
cepat perputarannya. Atau makin tinggi perputarannya (turnover rate) atau makin tinggi
tingkat perputaran. Lamanya periode perputaran tergantung sifat atau kegiatan operasi
suatu perusahaan.
Ahmad (1997 : 7) mengemukakan periode perputaran modal kerja adalah jarak
antara saat dikeluarkan uang tunai atau kas untuk membayar atau membeli persediaan
atau bahan baku atau biaya lainnya dengan saat diterimanya hasil penjualan atau suatu kas
diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai kembali lagi menjadi kas.
Dari pengertian yang dikemukakan para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
perputaran modal kerja adalah waktu atau masa mulai dari saat kas dikeluarkan untuk
membiayai operasi perusahaan sampai kembali lagi menjadi kas.
2.1.7 Rasio Perputaran Modal Kerja Dan Profitabilitas
Berikut ini adalah beberapa rasio perputaran modal kerja dan rasio profitabilitas :
1. Perputaran modal kerja (working capital turnover)
Rasio ini menunjukkan banyaknya penjualan (dalam rupiah) yang dapat diperoleh
perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja. Formulasi dari working capital turnover
(WCT) adalah sebagai berikut :
WCT X100% (Sawir, 2005 : 16)
6
2. Perputaran Persediaan (Inventory turnover)
Rasio ini mengukur efisiensi pengelolaan persediaan barang dagang.Rasio ini
merupakan indikasi yang cukup popular untuk menilai efisiensi operasional, yang
memperlihatkan seberapa baiknya manajemen mengontrol modal yang ada pada
persediaan . Formulasi dari Inventory turnover (IT) adalah sebagai berikut :
IT C= X 100%
3. Perputaran piutang (Receivable turnover)
Rasio ini menunjukkan efisiensi pengelolaan piutang perusahaan. Semakin tinggi rasio
menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang rendah. Formulasi dari
Receivable turnover (RT) adalah sebagai berikut :
RT = X 100%
4. Gross profit margin
Rasio ini berguna untuk mengetahui keuntungan kotor perusahaan dari setiap barang
yang dijual. Formulasi Gross profit margin (GPM) adalah sebagai berikut :
GPM = X 100%
5. Net profit margin
Rasio ini menggambarkan besarnya laba bersih yang diperoleh perusahaan pada setiap
penjualan yang dilakukan. Dengan kata lain, rasio ini mengukur laba bersih setelah
pajak. Formulasi dari Net profit margin adalah sebagai berikut :
NPM = X 100%
6. Return on invesment
Rasio ini dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan
keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi
perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Sebutan lain untuk Return on investment
(ROI) adalah “Net operating profit rate of return” atau “Operating earning power”
(Munawir, 2007 : 89). Formulasi ROI adalah sebagai berikut :
ROI = X 100%
2.1.8 Faktor-Faktor Yang Menentukan Jumlah Modal Kerja
Tunggal (2000 : 96-101) mengemukakan kebutuhan modal kerja tergantung pada faktor -
faktor sebagai berikut :
1. Sifat atau jenis perusahaan.
Kebutuhan modal kerja tergantung pada jenis dan sifat dari usaha yang dijalankan
perusahaan.
2. Waktu yang diperlukan untuk memproduksi dan memperoleh barang yang akan
dijual.
Ada hubungan langsung antara jumlah modal kerja dan jangka waktu yang diperlukan
untuk memproduksi barang yang akan dijual pada pembeli. Makin lama waktu yang
7
akan diperlukan untuk memperoleh barang, atau makin lama waktu yang diperlukan
untuk memperoleh barang dari luar negeri, jumlah modal kerja yang akan diperlukan
semakin besar.
3. Cara-cara atau syarat-syarat pembelian dan penjualan.
Kebutuhan modal kerja perusahaan dipengaruhi oleh syarat pembelian dan penjualan.
Makin banyak diperoleh syarat kredit untuk membeli bahan dari pemasok maka makin
lebih sedikit modal kerja yang ditanamkan dalam persediaan. Sebaliknya, semakin
longgar syarat kredit yang diberikan pada pembeli maka akan lebih banyak modal
kerja yang ditanamkan dalam piutang.
4. Perputaran persediaan.
Makin cepat persediaan berputar maka makin kecil modal kerja yang diperlukan.
Pengendalian persediaan yang efektif diperlukan untuk memelihara jumlah, jenis dan
kualitas barang yang sesuai dan mengatur investasi dalam persediaan. Disamping itu,
biaya yang berhubungan dengan persediaan juga berkurang.
5. Perputaran piutang.
Kebutuhan modal kerja juga mempengaruhi jangka waktu penagihan piutang. Apabila
penagihan piutang dilakukan secara efektif maka tingkat perputaran piutang akan
tinggi sehingga modal kerja tidak akan terikat dalam waktu yang lama dan dapat
segera digunakan dalam siklus usaha perusahaan.
6. Siklus usaha (konjungtur)
Dalam masa “prosperity” (konjungtur tinggi) perusahaan akan berupaya untuk
membeli barang mendahului kebutuhan untuk memperoleh harga yang rendah dan
memastikan adanya persediaan yang cukup, sehingga dalam masa tersebut diperlukan
modal kerja yang besar.
Sebaliknya, dalam masa “depresi” (konjungtur menurun) maka volume usaha turun
dan banyak perusahaan harus menukar persediaan dan piutang menjadi uang.
7. Musim
Apabila perusahaan tidak dipengaruhi musim, maka penjualan tiap bulan rata-rata
sama. Tetapi juga dipengaruhi musim, perusahaan memerlukan sejumlah modal kerja
yang maksimum untuk jangka relatif pendek.
Ada 2 macam musim :
a. Musim dalam hal produktif hanya dilakukan dalam bulan-bulan tertentu saja
sedangkan dalam bulan lain tidak ada produksi atau sedikit produksinya.
b. Musim dalam hal penjualan, yaitu penjualan hanya dilakukan dalam bulan-bulan
tertentu saja, sedangkan dalam bulan lain penjualan tidak begitu banyak.
Martono dan Harjito (2003 : 80) mengemukakan bahwa besarnya kebutuhan modal kerja
ditentukan oleh perputaran dari komponen-komponen atau (elemen-elemen) modal kerja
yaitu perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan.
8
Soeprihanto dalam Ponggiliu (2004 : 15) mengemukakan hal yang serupa bahwa
penetapan kebutuhan modal kerja dipengaruhi oleh faktor yaitu :
1. Periode perputaran modal kerja
2. Pengeluaran kas setiap harinya
Sedangkan Kartadinata (1999 : 151) mengemukakan kebutuhan akan modal kerja suatu
perusahaan dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut :
1. Besarnya perusahaan
2. Kegiatan perusahaan
3. Tersedianya kredit
4. Sikap terhadap laba
5. Sikap terhadap resiko
2.1.9 Profitabilitas
Munawir (2007 : 33) mengemukakan rentabilitas atau profitabilitas adalah
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Profitabilitas suatu perusahaan dapat
diukur dengan menghubungkan antara keuntungan atau laba yang diperoleh dari kegiatan
pokok perusahaan dengan kekayaan/ asset yang digunakan untuk menghasilkan
keuntungan tersebut (operating assets).
Selanjutnya, Syamsudin (2007 : 59) mengemukakan beberapa pengukuran
terhadap profitabilitas mengevaluasi earning dalam hubungannya dengan volume
penjualan, total aktiva dan modal sendiri.
Untuk kelangsungan hidup usaha, maka suatu perusahaan haruslah berada dalam
keadaan menguntung atau profitable. Tanpa adanya keuntungan akan sulit bagi
perusahaan untuk menarik modal dari para kreditur, pihak pemilik dan pihak manajemen
perusahaan akan selalu berusaha dalam meningkatkan keuntungan ini, karena disadari
betul betapa pentingya keuntungan bagi masa depan perusahaan
Sementara itu, Sutojo (2000 : 56) secara tersirat mengungkapkan pengertian dan
pentinganya profitabilitas bagi perusahaan dengan menyebutkan bahwa operasi bisnis
perusahaan dapat dikatakan berhasil apabila dari masa kemasa dapat mengumpulkan
keuntungan secara memadai. Dengan jumlah dan tingkat keuntungan yang memadai
manajemen perusahaan dapat meningkatkan kepercayaan para pemilik serta para investor
yang berminat membeli saham baru. Disamping itu, perusahaan juga dapat membina
kepercayaan para kreditur untuk menyediakan fasilitas pinjaman yang dibutuhkan.
Sedangkan Machfoedz (2000 : 106) mengemukakan profitabilitas atau
profitability adalah keuntungan atau tingkat laba yang diperoleh perusahaan untuk
mengukur seberapa efektif perusahaan beroperasi sehingga menghasilkan keuntungan
pada perusahaan.
Erat hubungannya dengan masalah penggunaan dana (modal kerja perusahaan)
Kuswadi (2005 : 75) menuliskan bahwa besarnya laba bersih operasi perusahaan
dipengaruhi oleh perputaran dana yang ditanamkan. Makin cepat dana itu berputar maka
9
makin efektif penggunaan dananya sehingga makin besar pula laba perusahaan atas dana
yang ditanamkan tersebut.
Dari pengertian yang dikemukakan para ahli diatas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau
keuntungan untuk mengukur efektifitas perusahaan.
2.2 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
2.2.1 Kerangka Berpikir
Kegiatan usaha perusahaan tidak bisa terlepas dari adanya modal kerja, sebab
modal kerja merupakan salah satu faktor yang sangat finansial dalam kelangsungan usaha
tersebut. Riyanto (2001 : 62) mengemukakan modal kerja (kas, piutang dan persediaan)
selalu dalam keadaan operasi atau berputar selama perusahaan dalam keadaan usaha.
Periode perputaran modal kerja (working capital turnover period) dimulai sejak dari saat
dimana kas diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai pada saat
kembali menjadi kas. Dan lamanya periode perputaran masing-masing elemen modal
kerja tersebut .
Terkadang tidak semua modal yang besar akan menghasilkan profitabilitas yang
tinggi, begitu pula sebaliknya. Untuk itu dibutuhkan kemampuan dalam melakukan
managing serta penetapan strategi yang tepat terhadap modal kerja akan mempercepat
proses perputaran modal kerja. Sebagaimana dikemukakan Husnan (2002 : 98) bahwa
indikasi pengelolaan modal kerja yang baik adalah adanya efisiensi modal kerja yang
dilihat dari perputaran modal kerja. Makin pendek periode perputarannya, makin cepat
perputarannya sehingga perputaran modal kerja makin tinggi dan perusahaan makin
efisien yang pada akhirnya rentabilitas semakin baik.
Selanjutnya, Munawir (2007 : 85) mengemukakan bahwa profitabilitas suatu
perusahaan dapat diukur dengan menghubungkan antara keuntungan atau laba yang
diperoleh dari kegiatan pokok perusahaan dengan kekayaan/ asset yang digunakan untuk
menghasilkan keuntungan (operating assets). Model pengukuran yang dipakai yaitu
return on invesment (ROI).
2.2.2 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan
penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul, (Arikunto 2006 : 94).
Bertitik tolak dari rumusan diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini yaitu
terdapat pengaruh perputaran modal kerja terhadap tingkat profitabilitas PT Banua Lima
Sejurus.
10
BAB III
METODE PENELITIAN
X Y
Keterangan:
X= Perputaran modal kerja
Y= Tingkat profitabilitas
11
Variabel merupakan indikator terpenting yang menentukan keberhasilan
penelitian. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Variabel Independent (Variabel Bebas) adalah variabel yang
mempengaruhi variabel terikat dan menjadi penyebab atas sesuatu hal
atau timbulnya masalah lain. Sesuai dengan pengertian tersebut, maka
dalam penelitian ini yang merupakan variabel bebas adalah Modal
Kerja.
b. Variabel Dependent (Variabel Terikat) adalah variabel yang
dipengaruhi oleh variabel bebas. Sesuai dengan pengertian tersebut,
maka yang menjadi variabel terikat adalah Profitabilitas (Net Profit
Margin).
12
menggunakan data-data yang sudah ada. Alasan menggunakan regresi sederhana
adalah untuk mendapatkan tingkat akurasi dan dapat mengetahui apakah terdapat
pengaruh yang signifikan antara variabel independent (modal kerja) terhadap
variabel dependent (Profitabilitas).
1. Metode regresi linear sederhana adalah suatu metode analisis yang
dipergunakan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen. Dengan persamaan umum Regresi Linear
Sederhana sebagai berikut :
Y = a + bx
Dimana :
Y = Profitabilitas
a = Konstanta
b = Koefisien Regresi
X = Modal Kerja
2. Uji Hipotesis
a. Uji t
Pengujian t statistik adalah pengujian terhadap masing-masing variabel
independen. Uji t (cofficient) akan dapat menunjukkan pengaruh masing- masing
variabel independent terhadap variabel dependen.
Hipotesisnya yang digunakan :
1) Jika t tabel > t hitung maka HO diterima, modal kerja tidak berpengaruh
signifikan terhadap profitabilitas
2) Jika t tabel < t hitung maka HO ditolak, modal kerja berpengaruh signifikan
terhadap profitabilitas
Dalam pengelolaan uji t statistik bertujuan melihat seberapa besar
pengaruh masing–masing variabel independen (modal kerja) terhadap variabel
dependen (profitabilitas).
13
sumbangan atau kontribusi variabel independen (modal kerja) terhadap variabel
dependen (profitabilitas). Besar koefisien determinasi (R2) didapat dari
menguadratkan koefisien korelasi (r). koefisien Determinasi dapat dilambangkan
dengan (R2). Dengan rumus :
R2 = r 2 x 100 %
Dimana :
R2 = Koefisien Determinasi
r = Koefisien Korelasi
14
DAFTAR PUSTAKA
15
2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Usaha Edisi IV cetakan 7 : BPFE, Yogyakarta.
Yogyakarta
Sutojo, Siswanto. 2000. Mengenali Arti Dan Neraca Perusahaan. Yogyakarta : Andi
16