PENDAHULUAN
yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju
sukses. Sesuatu yang baru dan berbeda adalah nilai tambah barang dan jasa yang
Wiraswasta dihubungkannya dengan istilah Saudagar. Walaupun sama artinya dalam bahasa
Sansekerta, tetapi maknanya berlainan. Wiraswasta terdiri atas tiga kata: wira, swa dan sta, masing-
masing berarti; wira adalah manusia unggul, teladan, berbudi luhur, berjiwa besar, berani
pahlawan/pendekar kemajuan, dan memiliki keagungan watak; swa artinya sendiri; sta artinya
berdiri. Sedangkan Saudagar terdiri dari dua suku kata. Sau berarti seribu, dan dagar artinya akal.
Jadi, Saudagar berarti seribu akal.
Di Indonesia, kewirausahaan dipelajari baru terbatas pada beberapa sekolah atau perguruan tinggi
tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan tantangan seperti adanya krisis ekonomi,
pemahaman kewirausahaan baik melalui pendidikan formal maupun pelatihan-pelatihan di segala
lapisan masyarakat kewirausahaan menjadi berkembang.
BAB II
PEMBAHASAN
Wiraswasta terdiri dari tiga kata: wira, swa dan sta, masing-masing berarti, wira manusia unggul,
teladan, berbudi luhur, berjiwa besar, berani, pahlawan/pendekar kemajuan dan memiliki
keagungan watak ; swa artinya sendiri; dan sta artinya berdiri. Bertolak dari ungkapan etimologis
diatas, maka wiraswasta berarti keberanian, keutamaan, serta keperkasaan dalam memenuhi
kebutuhan serta memecahkan permasalahan hidup dengan kekuatan yang ada pada diri sendiri.[1]
Dengan melihat arti etimologis di atas bisa diambil pengertian wiraswasta ialah keberanian,
keutamaan, atau keperkasaan dalam berusaha dengan bersandar pada kekuatan sendiri. Di sini yang
perlu diperjelas adalah makna ‘kekuatan sendiri’. Makna dari ‘kekuatan sendiri’ bukanlah kegiatan
usaha yang dilaksanakan secara sendirian, melainkan lebih mengacu kepada sikap mental yang tidak
bergantung pada orang lain. Dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi, ia lebih
mengandalkan pada kekuatan sendiri daripada minta bantuan orang lain. Jadi, pengertian
‘menggunakan kekuatan sendiri’ bisa dikenakan pada usaha sendiri maupun bekerja sebagai
karyawan.
Istilah wirausaha merupakan terjemahan dari kata entrepreneur (Bahasa perancis), yang
diterjemahkan dalam bahasa inggris dengan arti between taker atau go-between, yaitu orang yang
berani bertindak mengambil peluang.[2]
Pengertian wirausaha di sini menekankan pada setiap orang yang memulai sesuatu bisnis yang baru.
Sedangkan proses kewirausahaan meliputi semua kegiatan fungsi dan tindakan untuk mengejar dan
memanfaatkan peluang dengan cara menciptakan suatu organisasi. Dalam tradisi peristilahan di
Indonesia, istilah wirausaha menurut Buchari Alma, pada dasarnya sama dengan istilah wiraswasta.
Walaupun rumusannya berbeda-beda tetapi isi dan karakteristiknya sama, yaitu memiliki sifat
perwira atau mulia dan mampu berdiri di atas kekuatan sendiri. Jadi, ia memiliki kemampuan untuk
berdikari, otonom, berdaulat. Atau menurut Ki Hajar Dewantoro, merdeka lahir batin.
Raymond W. Kao menyebut kewirausahaan sebagai suatu proses, yakni proses penciptaan sesuatu
yang baru (kreasi baru) dan membuat sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada (inovasi).[3]
Sedangkan menurut Peter F. Drucker sebagaimana dikutip oleh Kasmir, mengatakan bahwa
kewirausahaan merupakan kemampuan dalam menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Artinya
bahwa seorang wirausahawan adalah orang yang memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu
yang baru berbeda dengan yang lain atau mampu menciptakan sesuatu yang berbeda dengan yang
sudah ada sebelumnya.[4]
Jadi, seorang wirausaha adalah seorang usahawan yang di samping mampu berusaha dalam bidang
ekonomi umumnya dan niaga khususnya secara tepat guna (tepat dan berguna, efektif, dan efisien),
juga berwatak merdeka lahir batin serta berbudi luhur.[5] Selanjutnya, Alma juga memberikan
penekanan pengertian tersebut berdasarkan ciri-ciri wirausahawan versi Suparman Sumahamijaya,
bahwa, Seorang wirausaha adalah seseorang yang memiliki pribadi hebat, produktif, kreatif,
melaksanakan kegiatan perencanaan, bermula dari ide sendiri kemudian mengembangkan
kegiatannya dengan menggunakan tenaga orang lain dan selalu berpegang kepada nilai-nilai disiplin
dan kejujuran yang tinggi.
Sikap dan Perilaku sangat dipengaruhi oleh sifat dan watak yang dimiliki oleh seseorang. Sifat dan
watak yang baik, berorientasi pada kemajuan dan positif merupakan sifat dan watak yang
dibutuhkan oleh seorang wirausahawan agar wirausahawan tersebut dapat maju/sukses. Gooffrey
G. Meredith mengemukakan ciri-ciri dan watak kewirausahaan seperti berikut:
No
Ciri-Ciri
Watak
Percaya diri
Kebutuhan akan prestasi, berorientasi pada laba, memiliki ketekunan dan ketabahan, memiliki tekad
yang kuat, suka bekerja keras, energik dan memiliki inisiatif.
Pengambil resiko
Kepemimpinan
Bertingkah laku sebagai pemimpin, bergaul dengan orang lain, suka terhadap kritik dan saran yang
membangun.
5
Keorisinilan
Memiliki inovasi dan kreativitas tinggi, fleksibel, serta bias dan memiliki jaringan bisnis yang luas.
Persepsi dan memiliki cara pandang/ cara pikir yang berorientasi pada masa depan.
“Bagaimana caranya agar bisa menjadi seorang wirausaha yang sukses?”, itulah pertanyaan yang
seringkali ditanyakan oleh orang-orang yang ingin menjadi seorang wirausaha. Ada beberapa
kompetensi yang harus dimiliki dan dikembangkan oleh para wirausaha agar dapat membangun
sebuah usaha yang berhasil. Ada tiga kompetensi utama yang perlu dimiliki oleh seorang wirausaha,
yaitu:
Seorang yang ingin memulai usaha perlu mengembangkan beberapa bidang pengetahuan bisnis.
Pengetahuan adalah pemahaman tentang sebuah subjek yang diperoleh melalui pengalaman atau
melalui pembelajaran dan studi. Anda mungkin akan memperoleh pengetahuan melalui cara-cara
berikut ini:
· Belajar tentang komunitas. Seperti apa masyarakat yang tinggal di dalamnya, usia, menikah atau
lajang, jumlah anggota keluarga mereka dan tingkat pendapatan mereka.
· Mengetahui apa yang sedang terjadi. Gaya busana terkini, makanan, layanan yang banyak dicari,
jenis olahraga yang sedang populer. Pada dasarnya, seorang wirausaha selalu ingin mengetahui apa
yang baru dan berbeda.
· Memperoleh pengetahuan melalui pendidikan. Masing-masing pelajaran yang Anda pelajari akan
menjadi bekal penting bagi Anda ketika anda menjadi seorang wirausaha.
· Belajar dalam pekerjaan. Pekerjaan yang mungkin anda lakukan saat ini juga dapat memberikan
pengalaman dan pengetahuan praktis tiap hari sehingga dapat memberikan dasar dalam
mengembangkan kewirausahaan.
Tentunya, semua pengetahuan yang diperoleh setiap individu sepanjang hidupnya merupakan bekal
yang penting untuk menjadi seorang wirausaha dimana kewirausahaan menggabungkan semua
pengetahuan dan pengetahuan individu.[7]
Untuk menjadi manusia wiraswasta diperlukan beberapa keterampilan seperti yang dikemukakan di
bawah ini:
Keputusan merupakan suatu hasil penilaian. Keputusan juga merupakan hasil pemilihan alternatif-
alternatif. Proses pembuatan keputusan, keragu-raguan dan ketidak setujuan diperlukan, karena
keraguan dan ketidak setujuan bermanfaat untuk :
c. Keraguan merangsang daya imajinasi untuk mendapatkan jawaban yang benar terhadap suatu
masalah. Daya imajinasi bekerja bersama pikiran untuk menelaah masalah dalam situasi baru
sehingga diperoleh pengenalan dan pengertian.[9]
Kepemimpinan ialah kualitas tingkah laku seseorang yang mempengaruhi tingkah laku orang lain
atau kelompok orang sehingga mereka bergerak kearah tercapainya tujuan bersama. Manusia
wiraswasta diharapkan memiliki keterampilan untuk memimpin diri sendiri dan orang lain. Manusia
wiraswasta menghendaki kerja sama dengan orang lain hendaknya memiliki keterampilan
kepemimpinan.[10]
· Keterampilan Manajerial
a. Seorang wiraswasta harus terampil dalam perencanaan. Setiap usaha atau kegiatan mempunyai
tujuan yang harus dirumuskan dengan jelas, setelah itu dipersiapkan dengan kegiatan-kegiatan
untuk mencapai tujuan. Selain berorientasi pada tujuan, berorientasi pada biaya, tenaga, dan waktu.
Penyusunan hal ini memerlukan perencanaan yang cermat.
c. Seorang wiraswasta harus dapat memberikan dorongan dan motivasi kerja pada orang lain yang
diajak bekerja sama
d. Seorang wiraswasta harus mengkoordinir pelaksanaan tugas dan pekerjaan orang lain sehingga
tidak terjadi kesimpangsiuran.
Communication skill, yaitu kemampuan untuk berkomunikasi, bergaul, dan berhubungan dengan
orang lain.[12] Hal ini sangat penting karena dalam kegiatan wirausaha ataupun wiraswasta pastinya
akan berhubungan dengan orang lain, untuk mencapai kesuksesan dalam berwirausaha ataupun
berwiraswasta keterampilan ini sangat dibutuhkan.
3. Sifat
Sifat telah dijabarkan diatas sebagai sekumpulan kualitas atau kompetensi yang membentuk
kepribadian seorang individu. Dalam sebuah studi antar budaya di India, Malawi, Equador, telah
diidentifikasi sebanyak 14 sifat pribadi kewirausahaan (PECs=Personal Entrepreneurial
Characteristic) yang menunjukkan perilaku wirausaha yang sukses. Penelitian ini dilakukan oleh
McBer & Co dan Management System Internasional. Adapun ke empat belas PECs tersebut adalah:
1. Berinisiatif
2. Teguh
7. Persuasif
13. Tegas
Seseorang yang tidak memiliki ketiga kompetensi tersebut dalam bisnisnya, kemungkinan besar akan
menghadapi kesulitan dalam mengelola bisnis yang dimilikinya. Apa yang akan terjadi bila seseorang
wirausaha memiliki:
Seseorang dengan pengetahuan dan keahlian (keterampilan) saja kemungkinan tidak akan bertahan
lama, sekalipun ia dapat memulainya dengan baik. Sebagai contoh, tanpa sifat, ia mungkin akan
menunjukkan keputusasaan bila menghadapi hambatan besar; atau orang tersebut tidak akan
melihat atau bertindak apabila terdapat peluang; atau ia tidak akan mau mengambil resiko dalam
menerjuni dunia bisnis sejak awal.
Seseorang hanya memiliki pengetahuan dan sifat saja mungkin tidak akan menemukan sesuatu yang
bernilai untuk menerapkan kedua hal itu, tanpa kemampuan teknis. Atau mereka akan menemukan
bahwa mereka terlalu tergantung pada pihak lain dan karena itu, mungkin menjadi kurang kuat.
Solusinya mungkin dengan mencari mitra atau pegawai dengan keterampilan yang dibutuhkan
· Keterampilan dan Sifat Saja
Seorang calon wirausaha yang hanya memiliki keterampilan dan sifat kewirausahaan saja, tapi
memiliki pengetahuan yang minim, bisa saja memulai usahanya sendiri. Namun, dalam lingkungan
bisnis yang kompetitif, minimnya pengetahuan atau ketidaktahuan mengenai pelanggan atau pasar
misalnya, dapat mengakibatkan kegagalan dalam mengembangkan bisnisnya. Oleh karena itu,
pengetahuan atau informasi merupakan sesuatu yang penting bagi bisnis, dalam bentuk apapun
untuk dapat meraih keberhasilan.[13]
Lumpkin dan Dess mendefinisikan proses entrepreneurial sebagai proses dalam mengupayakan
sebuah usaha baru, baik itu berupa produk baru yang akan diluncurkan kedalam pasar, memasuki
pasar baru bagi produk yang telah ada saat ini, dan/atau penciptaan organisasi baru.
Masing-masing fase yang dijalani oleh wirausaha dalam proses entrepreneurial ini tidaklah bersifat
independen satu sama lainnya, bahkan tidak selalu fase berikutnya dimulai sebelum fase diawalnya
berakhir. Sebagai contoh, saat berada pada fase 1, seorang wirausaha akan sukses melakukan
identifikasi dan mengevaluasi peluang jika dia telah memiliki keinginan kuat tentang bentuk usaha
apa yang akan dikelolanya pada fase 4. Tabel 1.1 menggambarkan aspek-aspek proses
entrepreneurial yang dijalankan oleh wirausaha secara lebih rinci
Fase identifikasi dan evaluasi peluang merupakan fase yang sangat sulit dijalani oleh hampir setiap
wirausaha. Sering kali peluang usaha yang bagus tidak dapat diidentifikasi dengan mudah. Meskipun
hampir tidak ada wirausaha yang memiliki mekanisme formal dalam mengidentifikasi peluang usaha,
tetapi beberapa sumber informasi yang ada dilingkungan dapat menjadi kunci keberhasilannya
dalam menemukan peluang yang baik. Berbagai sumber informasi dapat diperoleh wirausaha dari
konsumen dan rekan usaha, anggota sistem distribusi, serta tenaga-tenaga teknis. Seluruh informasi
tentang peluang yang diidentifikasi oleh wirausaha selanjutnya perlu dievaluasi lebih lanjut untuk
menemukan peluang usaha yang terbaik dan layak diteruskan pada fase berikutnya.
Dalam fase pengembangan rencana bisnis, wirausaha harus mengembangkan rencana bisnis dengan
baik agar dapat menjelaskan peluang usaha secara jelas. Fase ini merupakan fase yang paling
memakan waktu selama proses entrepreneurial berlangsung. Wirausaha pada umumnya tidak
menyiapkan rencana bisnis terlebih dahulu dan tidak memiliki sumber daya yang memadai untuk
menyusun rencana bisnis ini.
Tahap selanjutnya pada proses entrepreneurial adalah fase menentukan sumber daya yang
diperlukan yang diawali dengan menilai sumber daya yang telah dimiliki wirausaha saat ini. Seluruh
sumber daya penting yang diperlukan dalam upaya pendirian usaha perlu diidentifikasi dengan jelas
dan dipisahkan dari sumber daya lain yang sifatnya kurang penting. Perlu diperhitungkan dengan
hati-hati jumlah kebutuhan sumber daya tersebut serta variasi yang diperlukan untuk tiap-tiap
sumber daya. Pada tahap ini, wirausaha juga harus mempertimbangkan risiko jika terjadi kekurangan
sumber daya. Sumber daya yang diperlukan harus diperoleh dalam waktu yang tepat agar keinginan
wirausaha untuk mendirikan usahanya dapat tercapai.
Fase terakhir dalam proses entrepreneurial adalah fase pengelolaan usaha. Setelah wirausaha
memperoleh sumber daya yang diperlukan maka selanjutnya wirausaha harus menggunakan sumber
daya tersebut untuk mengimplementasikan rencana bisnis yang telah disusunnya. Fase ini
melibatkan evaluasi masalah operasional dan implementasi gaya serta struktur pengelolaan usaha
dan penentuan variabel kunci kesuksesan. Untuk menghindari kendala karena munculnya
permasalahan maka wirausaha perlu menerapkan sistem kontrol agar seluruh permasalahan dapat
diidentifikasi dan diatasi dengan cepat.
Pengelolaan Usaha
· Evaluasi peluang
· Daftar isi
· Ringkasan eksekutif
· Bagian utama
1. Deskripsi usaha
2. Deskripsi industri
3. Rencana teknologi
4. Rencana pemasaran
5. Rencana keuangan
6. Rencana produksi
7. Rencana organisasi
8. Rencana operasional
9. Ringkasan
· Lampiran
Kembangkan gaya pengelolaan usaha pahami variabel kunci kesuksesan identifikasi permasalahan
dan potensi permasalahan kembangkan strategi pertumbuhan [14]
Secara umum orang mengenal istilah wiraswasta adalah pengusaha swasta, yang terkesan untuk
membedakan orang yang makan gaji dengan seseorang yang dapat menggaji dirinya sendiri. Namun
demikian ada istilah lain yang mungkin dianggap secara tegas berbeda istilahnya dengan wiraswasta
yaitu wirausaha. Wirausaha sering diartikan sebagai seorang yang mengerti dan dapat membedakan
antara tantangan dan peluang lalu memanfaaatkannya untuk keuntungan meeka.[15]
Wiraswasta adalah keinginan untuk terlibat dalam petualangan inovatif, kemauan untuk menerima
tanggungjawab pribadi dalam mewujudkan suatu peristiwa dengan cara yang dipilih dan keinginan
berprestasi yang tinggi, sikap optimis dan kepercayaan terhadap masa depan. Wiraswasta berasal
dari kata wira dan swasta, wira berarti berani, utama atau perkasa. Swasta merupakan paduan dari
dua kata yaitu swa dan sta, swa artinya sendiri sedangkan sta artinya berdiri. Maka swasta dapat
diartikan kekuatan sendiri. Wiraswsata sering juga diartikan dengan wirausaha. Wirausaha berasal
dari kata wira dan usaha, wira berarti berani, utama dan berdiri sendiri. Kata usaha berarti kegiatan
untuk memenuhi kebutuhan. Maka istilah wirausaha dalam arti luas dimaksudkan keberanian dalam
mememuhi kebutuhan serta memecahkan permasalahan hidup dengan kekuatan yang ada pada diri
sendiri.[16]
Di dalam banyak literatur, antara istilah wiraswasta dengan wirausaha sering berganti tempat alias
artinya dianggap sama. Memang ada sebagian ahli membedakan pengertian kedua istilah tersebut.
Tetapi pembedaan itu tidaklah terlalu signifikan.
Istilah wiraswasta atau wirausaha merupakan terjemhan dari kata entrepreneur. Entrepreneur
sendiri berasal dari bahasa prancis yang kemudian diterjemahkan dalam bahasa inggris dengan arti
between taker atau go-between.
Secara umum wiraswasta dan wirausaha adalah mempunyai arti yang sama yaitu seseorang yang
memenuhi kebutuhan serta memecahkan permasalahan hidup dengan kekuatan yang ada pada
dirinya sendiri, yang membedakan adalah hanya istilahnya saja.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa definisi wirausaha adalah orang yang memiliki ide-ide
kreatif dan inovatif dalam menemukan dan menciptakan suatu barang dengan menggunakan
sumber daya yang ada dan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dirinya dan nilai
tambah bagi masyarakat.
Dapat disimpulkan bahwa persamaan dari wiraswasta dan wirausaha adalah seseorang yang mampu
melihat peluang dengan menggunakan sumber daya yang gunanya memperoleh keuntungan,
dengan melalui tindakan yang tepat guna meraih sukses.
Ketika seseorang bekerja (berusaha) sendiri, tidak menjadi pegawai baik negeri maupun swasta, baik
pada usaha produksi, perdagangan ataupun jasa maka dia akan disebut sebagai wiraswasta. Itu
terjadi di Indonesia sekitar sepuluh tahun yang lalu atau sebelumnya. Tetapi sepuluh tahun terakhir
maka orang-orang seperti itu akan disebut sebagai wirausahawan atau istilah kerennya adalah
entrepreneur.
Menurut kamus Bahasa Indonesia, wiraswasta berarti “jenis usaha berdikari atas dasar percaya pada
diri sendiri (tanpa mengharapkan belas kasihan orang lain)”. Sedangkan wirausaha berarti, “usaha
yang digerakkan oleh semangat keberanian dan kejujuran”. Dari definisi diatas jelaslah bahwa
keduanya memang berbeda. Akan tetapi dalam pemaknaan sehari-hari tentu saja agak sulit untuk
membedakan secara hitam dan putih.
Walaupun kalau kita berbicara asal katanya dari Bahasa Inggris yaitu entrepreneur, tidak ada
bedanya dengan capitalist, industrialist, businessman, businesswoman, atau factory owner. Kembali
kepada definisi menurut kamus Bahasa Indonesia diatas, sekarang ini orang lebih merasa “keren”
dan percaya diri dengan menyandang sebutan wirausaha, bahkan ada juga orang yang menyebut
wirausaha mandiri daripada disebut sebagai wiraswasta.
Tentu saja bukan tanpa alasan kalau saat ini orang yang mempunyai usaha lebih merasa nyaman
disebut sebagai wirausaha daripada wiraswasta, selain karena tren yang berlaku global di seluruh
belahan dunia ini. Ada satu gerakan (atau budaya) baru dalam dunia usaha yang mulai mengarah
kepada spiritualisasi usaha. Hal ini terkait dengan kecenderungan secara umum manusia dewasa ini
yang sudah mulai jenuh dengan segala sesuatu yang hanya bersifat materialistis, dan terbukti tidak
mampu memberikan ketenangan kepada jiwa mereka.
Nilai-nilai agama (spiritual) menjadi semangat baru dalam dunia usaha, sehingga kejujuran menurut
pakar marketing Indonesia dari MarkPlus and Co, Hermawan Kertajaya adalah sebuah keunggulan
kompetitif di tengah dunia usaha yang menghalalkan segala macam cara. Jadi keberanian dan
kejujuran lebih tepat menjadi semangat baru dunia usaha selain tentu saja kreativitas, yang akhir-
akhir ini pun banyak disebut orang. Apalagi berkaitan dengan isu pembangunan berkelanjutan
(sustainable development).
Selama ini pelaku usaha konvensional yang sering disebut wiraswasta atau pengusaha biasa, di
dalam operasinya melakukan berbagai tindakan yang seringkali tidak mengindahkan keberlanjutan,
kelestarian lingkungan, kejujuran, dan persaingan sehat berbasis kreativitas apalagi keadilan.
Mereka lebih banyak mencari keuntungan dengan menghalalkan berbagai cara dan menindas yang
lemah, walaupun pada akhirnya mereka akan sampai pada suatu titik di mana keuntungan materi
berupa uang dan barang berharga tidak mampu memenuhi batinnya.
Sehingga sangat wajar jika pelaku usaha (apalagi usaha kecil menengah) lebih suka disebut
wirausaha daripada wiraswasta. Tentu saja bagi yang mengetahui definisi diatas, dan mungkin saja
karena pengaruh tren yang sedang berkembang. Akan tetapi yang lebih penting bagi kita semua
adalah mengembangkan segala bentuk usaha kecil dan menengah di negeri ini untuk
membangkitkan perekonomian nasional yang memang sedang terpuruk ini. Tetapi ingatlah satu hal,
apa pun nama, istilah, atau sebutannya, tetapi semangat keberanian, kejujuran dan kreativitas harus
menjadi dasarnya. Dan tidak cukup hanya sekadar percaya pada diri sendiri.
Jadi perbedaan antara wirausaha dan wiraswasta terletak pada sikap mental dan suatu bentuk gerak
usaha dari perwujudan sikap itu sendiri. Jelas bahwa wirausaha merupakan suatu bentuk usaha
sendiri. Artinya, orang yang berwirausaha pasti bekerja sendiri, bukan bekerja pada orang lain.
Sedangkan wiraswata merupakan suatu sikap mental yang berani berdiri diatas kekuatan sendiri.
Sikap ini bisa digunakan bagi seorang karyawan yang bekerja ‘ikut orang’ atau bagi yang punya usaha
sendiri.[17]
Sebagian ahli mambedakan kedua istilah wirausaha dengan wiraswasta, tetapi perbedaan itu dinilai
tidaklah terlalu signifikan. Sehingga dalam banyak literatur, antara istilah wiraswasta dan wirausaha
sering berganti tempat alias artinya dianggap sama. Bahkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
kedua istilah tersebut tidak dibedakan artinya atau dianggap sama. Perbedaan lain yang hampir
mirip dengan contoh diatas adalah kewirausahaan, wirausahawan, pengusaha dan swasta.
Wiraswasta
Wirausaha
§ Orientasi produk
§ Apa adanya
§ Dapur ngebul
§ Orientasi pasar
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
2. Wirausaha di sini menekankan pada setiap orang yang memulai sesuatu bisnis yang baru.
Sedangkan proses kewirausahaan meliputi semua kegiatan fungsi dan tindakan untuk mengejar dan
memanfaatkan peluang dengan cara menciptakan suatu organisasi
3. Tiga kompetensi utama yang perlu dimiliki oleh seorang wirausaha, yaitu:
Wiraswasta
Wirausaha
§ Orientasi produk
§ Apa adanya
§ Dapur ngebul
§ Orientasi pasar
DAFTAR PUSTAKA
Dwi Riyanti, Benedicta. Kewirausahaan dari sudut psikologi kepribadian, Jakarta : grasindo, 2003.
Rasyid Sudradjat, Kewirausahaan Santri Bimbingan Santri Mandiri, Jakarta: PT Citrayudha Alamanda
Perdana, 2005.
Slamet, Franky, dkk. Dasar-Dasar Kewirausahaan TEORI & PRAKTIK. Jakarta : PT. Indeks, 2014
Soemanto, Wasty. Sekuncup Ide Operasional Pendidikan Wiraswasta. Malang: Bina Aksara, 1984.
[6] Geoffrey G. Meredith, et. Al., Kewirausahaan Teori dan Praktek (Terjemahan), (Jakarta: PT.
Pustaka Binawan Prasindo, 1996), hlm. 5-6
[8]Drs. Wasty Soemanto, Sekuncup Ide Operasional Pendidikan Wiraswasta, (Malang: Bina Aksara,
1984), hlm. 63.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=312557&val=7488&title=KETERAMPILAN
%20DALAM%20BERWIRASWASTA, Diakses pada tanggal 27 September 2015 pukul 13.07 WIB.
[14] Franky S., Hetty K.T., Mei le. Dasar-Dasar Kewirausahaan TEORI & PRAKTIK. (Jakarta : PT Indeks.
2014). Hlm. 5-7
[15]Alam S, Ekonomi Islam SMA Kelas 2, (Jakarta, eksisi, 1999) hal. 337
[16]Dwi Riyanti Benecdita. Kewirausahaan dari sudut psikologi kepribadian, (Jakarta, grasindo, 2003)
hal. 21