Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

SOCIAL DISTANCING
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata kuliah : Bahasa Indonesia
Dosen pengampu : Atrianing Yessi Wijayanti, S.pd., M.Pd

Disusun oleh :
Puji Retnowati ( 18110008 )

KELAS C
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS DARUL ULUM ISLAMIC CENTER SUDIRMAN GUPPI
( UNDARIS )

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami hanturkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan kami
kesehatan serta kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Tak lupa shalawat serta salah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa kita dari alam gelap gulita menuju alam terang benderang.

Pada kesempatan kali ini kami membahas tentang social distancing atau menjaga
jarak yang dimaksudkan untuk menghentikan atau memperlambat penyebaran penyakit menular.

Kami juga berterima kasih kepada orang tua yang telah memberikan dukungan baik
dukungan materi dan moral, serta kami berterima kasih kepada dosen pengampu,

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 2

DAFTAR ISI ............................................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 4

A. Latar belakang ......................................................................................................... 4

B. Rumusan masalah .................................................................................................... 5

C. Tujuan penulisan ..................................................................................................... 5

D. Manfaat …………………………………………………………………………... 5

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................... 6

A. Social distancing sebagai pencegahan virus covid-19 ........................................... 6

B. Upaya yang dilakukan pemerintah dalam menangani kasus COVID-19 .............. 7

C. Polemik Lock down dengan Social Distancing …….............................................. 8

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 10

A. Kesimpulan ........................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 11

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Social distancing merupakan strategi kesehatan publik yang direkomendasikan publik


untuk mencengah, melacak dan menghambat penyebaran virus.

Caranya dengan menjaga jarak dengan mereka yang sedang sakit. Termasuk tidak
menghadiri pertemuan dengan jumlah banyak seperti konser, festival, konferensi, ibadah
atau acara olahraga. Tujuannya agar virus tersebut tidak tertular ke orang yang sehat.

Menurut WHO dalam kasus corona, masyarakat harus menjaga jaga minimal 2 meter dari
orang lain ketika berinteraksi dan Jangan bersentuhan

Bagi mereka yang merasa terinfeksi dan sudah terinfeksi harus mengisolasi diri secara
mandiri.

"Pemerintah tidak menempatkan lockdown sebagai satu opsi, karena ini tidak sejalan
dengan upaya kita untuk mengurangi sebaran [virus corona].

"Yang harus kita lakukan adalah secara masif secara aktif mencari siapa sih yang positif
di masyarakat. cari, temukan, kemudian isolasi supaya tidak menyebar bagi yang lain. Ini
kuncinya," tambahnya.
Agar memudahkan pemerintah mencari siapa saja yang terkena kasus positif dan
penyebaran virus corona juga tidak melebar, menurutnya, social distancing cara yang
paling tepat.

implikasi social distancing yang dilakukan secara massal adalah gerakan bekerja,
belajar, dan beribadah di rumah yang diserukan oleh Presiden Jokowi dan
didukung oleh berbagai pihak. Hal ini mungkin lebih tepat disebut sebagai
physical social distancing. Akan tetapi, pembatasan jarak dan perjumpaan tatap
muka dengan orang lain dapat berdampak negatif bagi sebagian orang. Perasaan
kesendirian dan kesepian menjadi ancaman nyata yang kita hadapi. Celakanya,

4
perasaan ini dapat berkembang menjadi perasaan depresif, bahkan mungkin pula
berkembang menjadi gangguan depresi atau masalah kesehatan mental yang lain.

B. Rumusan Masalah :
1. Apa itu yang dimaksud dengan Emotional distancing ?
2. Apa yang dimaksud dengan Social Media Distancing ?
3. Bagaimana Dampak dari Social Distancing bagi masyarakat Indaonesia ?
C. Tujuan :
1. Untuk mengetahui tentang apa itu pentingnya Social Distancing bagi masyarakat
Indonesia
2. Untuk memahami tentang apa saja pengaruh yang timbul dalam Social
Distancing
3. Untuk mengetahui tentang pencegahan penyebaran virus COVID-19
D. Manfaat :
1. Untuk mengedukasi diri tentang penyebaran & penanganan penyebaran virus
COVID-19
2. Untuk lebih memprotect diri terhadap penyebaran virus COVID-19
3. Untuk mengetahui apa saja langkah & tindakan pemerintah dalam menangani
penyebaran virus COVID-19

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Emotional distancing : Secara logika, orang dengan kecenderungan


ekstrover cenderung lebih riskan mengalami perasaan tidak nyaman akibat
kebijakan-kebijakan dalam upaya social distancing. Orang-orang ekstrover
adalah mereka yang mendapatkan energi dari luar dirinya, dalam interaksi
dengan banyak orang. Hari-hari ini, karena interaksi tatap muka dikurangi
bahkan dinihilkan, kesempatan para ekstrover untuk “mengisi energi”
mereka pun semakin sedikit. Meski demikian, mereka yang introver pun
dapat mengalami perasaan tidak nyaman akibat social distancing ini.
Walaupun mereka cenderung mendapatkan energi dari waktu menyendiri,
namun informasi yang bertubi-tubi, dan situasi yang terjadi akhir-akhir ini
dapat menimbulkan perasaan mencekam, tidak aman, bahkan terancam.
Perasaan tidak aman, kecemasan, dan perasaan terancam dapat dikatakan
wajar dialami oleh setiap orang di tengah pandemi seperti ini. Ada yang
cemas karena tetap harus bekerja di luar rumah demi sesuap nasi, ada yang
cemas karena tetangganya sakit dan dikhawatirnya sudah terinfeksi virus,
ada yang cemas karena orang terkasihnya tenaga kesehatan yang bisa
sewaktu-waktu terinfeksi dan kekurangan alat perlindungan diri. Ada yang
cemas karena orang tuanya memiliki penyakit bawaan sehingga lebih
rentan terinfeksi virus ini, ada yang cemas karena penghasilannya
berkurang, ada yang cemas karena terlalu lama berada di rumah sendirian,
ada yang cemas tidak memiliki bahan pokok untuk kebutuhan hidupnya.
Semua orang cemas, semua orang khawatir, semua orang panik, meski
dengan berbagai alasan yang berbeda. Satu hal yang perlu diingat: bukan
hanya Anda yang cemas. Saya juga, dan banyak orang lain demikian.
Salah satu hal yang bisa dilakukan untuk membantu mengurangi perasaan
tidak nyaman di tengah pandemi ini adalah dengan tidak melakukan
emotional distancing. Jika (physical) social distancing diartikan sebagai
menjaga jarak fisik, maka bolehlah kita mengartikan emotional distancing
sebagai jarak emosional antara satu orang dengan orang yang lain. Kita
disarankan untuk menjaga jarak sosial secara fisik dengan orang lain
6
sejauh minimal 1 meter, namun sebaliknya, kita perlu mendekatkan jarak
emosional kita dengan orang lain. Kita bisa menyapa, menanyakan kabar,
bahkan berbagi kecemasan dengan keluarga, sahabat, teman, kolega, atau
kenalan. Jika dengan pesan teks dirasa kurang, kita bisa menelepon atau
melakukan panggilan video sehingga kehadiran orang lain terasa lebih
nyata bagi kita. Hal sederhana semacam ini membuat kita dan orang yang
kita sapa merasa tidak sendiri. Setidaknya kita merasa punya teman dalam
menghadapi masa sulit ini. Lebih lagi, kita merasa punya teman senasib
sepenanggungan yang juga merasa tidak aman dan cemas. Perasaan lega
karena tahu bahwa tidak sendiri ini dapat menimbulkan ketenangan.

B. Social media distancing : Bagi sebagian orang, informasi yang riuh dan
bertubi-tubi di media sosial adalah salah satu faktor yang memicu
kecemasan dan kelelahan mental. Untuk itu, konsep social distance perlu
juga kita terapkan ketika menggunakan media sosial. Dengan kata lain,
kita perlu melakukan social media distance. Salah satu cara yang paling
efektif adalah dengan berusaha menyaring informasi apa saja yang ingin
kita ketahui. Kita juga bisa membatasi waktu-waktu tertentu yang ingin
kita gunakan untuk mengakses media sosial. Selain itu, kita bisa mencari
alternatif media atau kegiatan lain yang bisa memberikan hiburan
sekaligus ketenangan, misalnya membaca buku, menonton film,
mendengarkan musik, memasak, membersihkan rumah, berolahraga, atau
melakukan hobi. Ada banyak hal yang masih bisa kita lakukan di tengah
imbauan untuk social distance. Perlebar jarak sosial secara fisik. Perlebar
jarak dengan sosial media. Persempit jarak emosional dengan orang lain,
khususnya orang-orang terkasih. Mari memperlebar empati dan belarasa.
Semoga akal budi dan hati nurani kita tetap jernih dan tidak terinfeksi.

C. Dampak Yang Ditimbulkan Social Distancing Bagi Masyarakat Indonesia

Di Amerika Serikat, jumlah kasus COVID-19 lebih banyak lagi. Para


peneliti khawatir, jika jumlah kasus terus meningkat, sekitar dua kali lipat
setiap tiga hari, maka diperkirakan 100 juta orang di Amerika Serikat
terpapar virus corona pada Mei 2020. Ini juga berlaku di Indonesia.

7
Pernyataan tersebut bukan sebatas ramalan belaka, tetapi ini berdasarkan
hitungan matematika dalam memprediksi kemungkinan yang terjadi
dengan menggunakan sebuah simulasi sederhana.

Kendati begitu, bukan berarti tidak bisa dicegah. Menurut para ahli
kesehatan, penyebaran bisa diperlambat jika orang-orang mulai melakukan
“social distance”, yakni menghindari ruang publik dengan membatasi
ruang gerak, tak melakukan kontak fisik, hingga menjaga jarak dengan
manusia lain.

Tanpa adanya langkah-langkah tersebut, maka ledakan wabah di


masyarakat akan sangat mungkin terjadi, menyebar secara eksponensial
selama berbulan-bulan. Untuk melihat hal tersebut, peneliti lantas
melakukan simulasi sederhana, membandingkan dampak ketika social
distance diterapkan.

D. Tidak diterapkan protokol pencegahan

Ilmuwan lantas membuat sebuah simulasi sederhana tentang penyakit


menular, di mana penyakit yang disimulasikan memiliki tingkat penularan
lebih tinggi ketimbang COVID-19, dengan penekanan:

“Kapanpun orang sehat bersentuhan dengan orang sakit, maka orang sehat
menjadi sakit. Orang yang sakit kemudian akan pulih dan memiliki sistem
kekebalan tubuh baru. Tapi, dia tidak bisa menularkan sistem imun itu ke
orang lain, terutama kepada orang sehat. Sebaliknya, orang sembuh
berpotensi sakit lagi ketika bersentuhan dengan orang sakit”.

Dalam penelitiannya, tim ilmuwan memasukkan satu orang yang terinfeksi


virus ke dalam sebuah populasi penduduk berjumlah 200 orang. Semua
orang di dalamnya bergerak bebas, tidak ada protokol pencegahan apapun.
Hasilnya, virus menyebar dengan sangat masif, ditularkan dari orang ke
orang, terutama ketika orang terinfeksi bersentuhan dengan orang sehat.

Imbasnya adalah, pasien yang harus ditangani membeludak. Rumah sakit


penuh dan kewalahan mengatasi jumlah pasien yang tumbang secara
bersamaan. Akibatnya, banyak orang sakit yang terlantar.

E. Lockdown atau Karantina Paksa

Peneliti kemudian membuat sebuah percobaan baru dengan tujuan


memperlambat laju penyebaran. Dalam populasi tersebut, mereka
memberlakukan lockdown atau karantina paksa, seperti yang dilakukan
oleh pemerintah China di Provinsi Hubei, Wuhan, tempat pandemi
dimulai.

Hasilnya, kendati tidak sepenuhnya dapat memutus mata rantai


penyebaran, lockdown terbukti dapat membantu memperlambat laju
penularan, sehingga memberikan lebih banyak waktu bagi pasien untuk
sembuh.

8
Meski begitu, Leana Wen, mantan komisioner kesehatan untuk kota
Baltimore menyebut, upaya karantina paksa masih kurang efektif untuk
mencegah penyebaran virus.

“Banyak orang bekerja di kota dan tinggal di negara tetangga, atau


sebaliknya. Apakah orang akan dipisahkan dari keluarga mereka?
Bagaimana setiap jalan akan diblokir? Bagaimana persediaan bahan baku
makanan untuk penduduk?” ujarnya kepada The Washington Post.

F. Social Distance

Menurut peneliti, ada cara yang lebih jitu untuk menekan angka
penyebaran virus, yakni dengan mendorong orang-orang untuk tinggal di
dalam rumah, menjaga jarak dengan orang lain, dan menghindari
pertemuan publik. Ketika orang-orang mengurangi interaksi di fasilitas
umum, seperti kantor, mall, dan ruang publik lainnya, maka peluang virus
untuk menyebar akan semakin sedikit.

Terbukti, ketika social distance diberlakukan dalam populasi berpenduduk


200 orang, penyebaran virus di lingkup tersebut jauh lebih lambat
ketimbang karantina paksa. Kendati beberapa orang mungkin masih
tertular karena urusan pekerjaan atau kewajiban lain yang membuat
mereka keluar rumah.

Dalam hal ini, Work From Home atau kerja dari rumah akan sangat
membantu memutus laju penyebaran virus. Langkah tersebut membuat
orang yang terdampak lebih sedikit, dan meminimalisir lonjakan pasien
yang tidak terkendali.

G. Extreme social distance

Semakin ekstrem social distance diterapkan, semakin banyak orang yang


sehat. Ketika diberlakukan jam malam, larangan keluar rumah, dan lain
sebagainya, maka yang terjadi adalah laju penularan akan sangat lambat,
membuat orang-orang yang terinfeksi semakin sedikit.

9
BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN

Social distancing merupakan strategi kesehatan publik yang direkomendasikan publik


untuk mencengah, melacak dan menghambat penyebaran virus.

Caranya dengan menjaga jarak dengan mereka yang sedang sakit. Termasuk tidak
menghadiri pertemuan dengan jumlah banyak seperti konser, festival, konferensi, ibadah
atau acara olahraga. Tujuannya agar virus tersebut tidak tertular ke orang yang sehat.

Menurut WHO dalam kasus corona, masyarakat harus menjaga jaga minimal 2 meter dari
orang lain ketika berinteraksi dan Jangan bersentuhan

Bagi mereka yang merasa terinfeksi dan sudah terinfeksi harus mengisolasi diri secara
mandiri.

"Pemerintah tidak menempatkan lockdown sebagai satu opsi, karena ini tidak sejalan dengan
upaya kita untuk mengurangi sebaran virus COVID-19.

B. SARAN

Berdasarkan data diatas bahwa Makalah yang berjudul “SOCIAL DISTANCING’


menggunakan bahasa baku dengan Bahasa Indonesia sebagai penulisannya. Kemudian dapat
disimpulkan bahwa social distancing adalah upaya pemerintah dalam menangani penyebaran virus
COVID-19 di Indonesia.
pada saat pembuatan makalah Penulis menyadari bahwa banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan.  dengan sebuah pedoman yang bisa dipertanggungjawabkan dari banyaknya sumber
Penulis akan memperbaiki makalah tersebut . Oleh sebab itu penulis harapkan kritik serta sarannya
mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.
Terimakasih.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompas.tv/article/71848/apa-dampak-bagi-masyarakat-terkait-langkah-pemerintah-
untuk-atasi-corona
https://www.ayobandung.com/read/2020/03/22/83418/serba-serbi-social-distancing
https://www.wartaekonomi.co.id/read276628/apa-itu-social-distancing
https://news.detik.com/berita/d-4948692/gugus-tugas-covid-19-social-distancing-terkini-adalah-
physical-distancing

11

Anda mungkin juga menyukai