Anda di halaman 1dari 4

NAMA : MANGGALA RIZAL NURCHOLIS

NIM :170710101257
MATKUL : ADVOKATUR
KELAS :A

PEMBELAAN TERDUGA TERORIS JUALAN BAKSO KELILING

ISSUE / KRONOLOGI SINGKAT


M. Ridwan ditangkap oleh Densus 88 Anti Teror saat menjajakan baksonya di
Jalan Wahid Hasyim, sekitar Kantor Kemenag Jember pada Kamis 2, Agustus 2018.
Hal ini dibenarkan oleh Nur Cahyo yang merupakan Ketua RT Blok
Blambangan Perumahan Istana Tegal Besar. Sebab Kamis sorenya, dia didatangi
anggota Polres Jember. Diajak ikut menyaksikan penggeledahan di rumah Ridwan
yang ada di Blok Kutai A3.
Penggeledahan disaksikan oleh Cahyo serta ketua RT dari Blok Singosari.
Selain itu, istri terduga teroris dan tiga anaknya, Penggeledahan berlangsung sampai
1,5 jam. Namun tidak ditemukan alat peledak yang diamankan. Namun ada beberapa
barang milik Ridwan, dirampas petugas untuk kepentingan penyelidikan.
Sejumlah barang itu seperti benda tajam: pisau dan gunting. Selain itu, laptop,
HP, hingga setumpuk berkas. “Bukunya yang diamankan, seperti buku harian,”

RULES / LANDASAN HUKUM YANG MENJERAT


Landasan Hukum yang dapat menjerat terduga adalah pasal 7 Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun
2003 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2002 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Menjadi Undang-
Undang.

ANALISA PEMBELAAN
A. BARANG BUKTI
Barang Bukti yang disita dan ditemukan oleh penyelidik pada saat
penangkapan terduga dan penggeledahan rumah terduga, berupa antara
lain :
- Rombong dagangan
- Pisau
- Gunting
- Dua (2) buah Hand Phone
- Satu (1) buah Laptop
- Tumpukan kertas
- Buku Harian

B. FAKTA HUKUM
Pertama, Terduga di tangkap pada saat saat menjajakan baksonya di
Jalan Wahid Hasyim, sekitar Kantor Kemenag Jember pada Kamis 2,
Agustus 2018 tanpa penyitaan barang bukti yang terkait hal teroris oleh
petugas, hanya di sita rombong dagangannya
Kedua, Rumah Terduga di geledah oleh petugas dan ditemukannya
barang bukti yang tidak dapat mengancam, mengakibatkan ataupun
menimbulkan unsur-unsur tindak pidana teroris, barang bukti tersebut
berupa:
- Benda tajam: pisau dan gunting
- Alat Komunikasi: Dua (2) buah Hand Phone dan Laptop
- Tumpukan kertas dan buku harian
Ketiga, Penggeledahan dilakukan selama 1,5 jam namun tidak terdapat
alat atau bahan peledak ataupun hal-hal yang dapat dikaitkan dalam
terorisme yang disita oleh penyelidik, intensitas waktu selama 1,5 jam
merupakan waktu yang panjang dan dinilai cukup untuk menelusuri semua
sudut ruangan dalam rumah terduga, mengingat tipe rumah merupakan tipe
36 plus.
Keempat, Kehidupan terduga sangatlah wajar seperti masyarakat
umumnya yang tidak terlalu tertutup dengan orang lain. Namun juga tidak
aktif dalam kegiatan warga perumahan.
Kelima, Penampilan terduga sangatlah wajar meski berjenggot namun
tidak panjang, serta berpakaian celana cingkrang. Terduga memang terlihat
agak religius. namun kalau ke masjid wajar seperti masyarakat pada
umumnya.
Keenam, Perekonomian keluarga teduga tidak masuk dalam kategori
yang sangat membutuhkan dan masuk dalam kategori sederhana, namun
tercukupi, dikarenakan sang istri dari terduga juga membantu bekerja dengan
menjadi tukang pijat perempuan.
Ketujuh, Pemindahan tempat tinggal keluarga terduga ke rumah
saudara terduga sangatlah disayangkan, dikarenakan akan mengakibatkan
trauma psikis dari sang istri dan ketiga anaknya
C. ANALISA YURIDIS
1. Pembuktian Barang Bukti
Dalam hal kasus pengajuan perkara aparat wajib mengumpulkan setidak-
tidaknya dua (2) alat bukti. Hal ini di karenakan dalam pasal 183 KUHAP
menyatakan bahwa hakim hanya dapat memidanakan seseorang minimal dua (2)
alat bukti yang sah dan keyakinan hakim.
Penyitaan barang bukti yang telah dilakukan oleh petugas mengakibatkan
beberapa kejanggalan diantaranya:
- Penyitaan pertama yang dilakukan oleh penyelidik, tidak ada satupun
barang bukti yang mencolok untuk dapat dikatakan terduga merupakan
pelaku teroris
- Tidak terdapat konfirmasi lanjutan dari Kapolres Jember AKBP Kusworo
Wibowo yang enggan berkomentar pada publik. Kapolres malah
menyarankan untuk langsung mengkonfirmasi ke Polda Jatim. Hal ini
menyebabkan banyak penafsiran dan dugaan yang mengarah pada
kenihilan upaya penyelidikan awal yang dilakukan oleh Densus 88 Anti
Teror.
2. Tidak Terdapatnya Unsur-Unsur Tindak Pidana Terorisme
Jika mengacu kepada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2018 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Terorisme, M. Ridwan bukanlah seorang teroris, dimana unsur-unsur
tindak pidana nya tidak terpenehui, yaitu dalam Pasal 7 Undang-Undang Terorisme
“Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan
bermaksud untuk menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas
atau menimbulkan korban yang bersifat massal dengan cara merampas kemerdekaan atau
hilangnya nyawa atau harta benda orang lain, atau untuk menimbulkan kerusakan atau
kehancuran terhadap obyek-obyek vital yang strategis, atau lingkungan hidup, atau fasilitas
publik, atau fasilitas internasional, dipidana dengan pidana penjara paling lama seumur
hidup.”
- Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan
Tidak terdapatnya unsur pertama dalam pasal 7 menggunakan kekerasan, hal
ini dikarenakan terduga sedang menjajakan baksonya di Jalan Wahid Hasyim.
Terduga juga tidak memenuhi unsur ancaman kekerasan dikarenakan tidak ada nya
bukti-bukti yang kuat dalam penggeledahan saat berjualan dan penggeledahan di
kediaman terduga
- Bermaksud untuk menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara
meluas atau menimbulkan korban yang bersifat massal
Tidak memenuhinya unsur tersebut dikarenakan barang bukti yang di sita
adalah barang-barang yang pada umumnya masayarakat punyai
- Dengan cara merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa atau harta benda orang
lain, atau untuk menimbulkan kerusakan atau kehancuran terhadap obyek-obyek vital
yang strategis, atau lingkungan hidup, atau fasilitas publik, atau fasilitas internasional
Tidak memenuhinya unsur dikarenakan tidak diketemukannya barang bukti
yang dapat menjadi ataupun menimbulkan hal-hal yang tertera pada pasal tersebut

CONCLUSION / PENUTUP
Fiat justitia ruat caelum, hukum harus tetap ditegakkan, walaupun langit akan
runtuh, itu merupakan salah satu adigium yang tepat dalam mencari keadilan kasus
terorisme M. Ridwan Jember. Terdapat kesalahan penangkapan yang dilakukan oleh
Densus 88 Anti Teror, dikarenakan tidak diketemukannya barang bukti yang berbau
serta mengarah ke terorisme hal ini diperkuat dengan tidak adanya konfirmasi lebih
lanjut dari Kapolres Jember AKBP Kusworo Wibowo setelah dilakukannya
penggeledahan rumah M. Ridwan, yang sangat dapat memungkinkan M. Ridwan
tidak bersalah atas tuduhan tindakan teroris
Saran yang kami lakukan teruntuk aparat yaitu, tetap berpegangan teguh pada
asas praduga tak bersalah yang di mana telah diamanatkan pada pasal 8 Ayat (1) UU
No. 48 Tahun 2009. Kami sangat menghargai program pemerintah untuk
pemberantasan terorisme, namun tidak halnya dengan penangkapan yang terkesan tak
berdasar dikarenakan hal tersebut sangatlah merugikan pihak terduga.
Dalam hal penafsiran di atas kami dapat menyimpulkan untuk mendorong
pemerintah untuk melakukan ganti rugi dan rehabilitasi kepada terduga M.
Ridwan, karena Setiap orang yang ditangkap, ditahan, dituntut ataupun diadili tanpa
alasan yang berdasarkan undang-undang dan atau karena kekeliruan mengenai
orangnya atau hukum yang diterapkan wajib diberi ganti kerugian dan direhabilitasi,
bilamana kekeliruan tersebut benar dalam kasus M. Ridwan itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai