Struktur tata kelola dapat dibentuk untuk mematuhi hukum dan peraturan di
yurisdiksi tempat organisasi beroperasi. Undang-undang dan peraturan ini
biasanya diundangkan untuk melindungi kepentingan publik. Selain itu, dewan
dan manajemen organisasi dapat membangun struktur tata kelola untuk
memastikan kebutuhan pemangku kepentingan utama terpenuhi dan bahwa
organisasi beroperasi dalam batas-batas dan nilai-nilai yang ditetapkan oleh
dewan dan manajemen senior.
Manajemen risiko dimaksudkan untuk
o mengidentifikasi dan mengelola risiko yang dapat memengaruhi
keberhasilan organisasi, dan
o mengeksploitasi peluang yang memungkinkan keberhasilan itu.
Pengendalian internal diperlihatkan di pusat pameran 3-2 karena sistem
pengendalian internal merupakan bagian integral dari aktivitas manajemen
risiko yang lebih luas.
Governance Concepts
Definisi Governance
Governance atau Tata Kelola adalah kombinasi proses dan struktur yang diterapkan
oleh dewan untuk menginformasikan, mengarahkan, mengelola, dan memantau
kegiatan organisasi menuju pencapaian tujuannya.
Poin-poin penting yang harus diambil dari penggambaran tata kelola ini adalah:
Tata kelola dimulai dengan dewan direksi dan komitenya. Dewan berfungsi
sebagai "payung" pengawasan tata kelola untuk seluruh organisasi. Dewan
memberikan arahan kepada manajemen, memberdayakan mereka dengan
wewenang untuk mengambil tindakan yang diperlukan untuk mencapai arah
itu, dan mengawasi keseluruhan hasil operasi.
Dewan harus memahami dan fokus pada kebutuhan pemangku kepentingan
utama. Pada akhirnya, dewan memiliki tanggung jawab utama kepada para
pemangku kepentingan organisasi.
Sehari-hari, tata kelola dijalankan oleh manajemen organisasi. Baik
manajemen senior dan manajer lini memiliki peran penting, walaupun agak
berbeda, dalam tata kelola. Peran ini dilakukan melalui kegiatan manajemen
risiko.
Aktivitas penjaminan internal dan eksternal memberikan jaminan kepada
manajemen dan dewan mengenai efektivitas kegiatan tata kelola. Pihak-pihak
ini termasuk, tetapi tidak terbatas pada, auditor internal dan auditor luar
independen.
EXHIBIT 4 - Komponen Utama Pengawasan Governance
Peran dan Tanggung Jawab dalam Tata Kelola: Dewan dan Komite-Komitenya
Tata kelola pada akhirnya menjadi tanggung jawab dewan, meskipun tanggung jawab
ini sering dilakukan oleh berbagai komite (misalnya, komite audit).
Di bawah ini adalah tanggung jawab dewan secara kronologis:
1. mengidentifikasi stakeholder utama suatu organisasi
Stakeholder dapat dipandang memiliki satu atau lebih dari karakteristik berikut
(contoh ikuti daftar ini):
Beberapa pemangku kepentingan terlibat langsung dalam operasi bisnis
organisasi.
Stakeholder lain tidak terlibat langsung, tetapi tertarik dengan bisnis
organisasi; yaitu, mereka dipengaruhi oleh keberhasilan atau hasil bisnis
lainnya.
Beberapa pemangku kepentingan tidak terlibat langsung atau tidak
tertarik pada keberhasilan bisnis organisasi, tetapi para pemangku
kepentingan ini dapat mempengaruhi aspek-aspek bisnis organisasi
dan, sebagai hasilnya, keberhasilan organisasi.
Jenis Stakeholder
Directly involved (Terlibat langsung)
e.g. employees, customers, vendors
Interested (Tertarik)
e.g. shareholders/investors, regulatory agencies
Influence (Berpengaruh)
e.g. financial institutions
Meskipun di atas adalah jenis pemangku kepentingan yang paling umum,
mungkin ada pihak lain yang memiliki minat atau dapat mempengaruhi
organisasi.
Contoh: lembaga pemeringkat, asosiasi industri, analis keuangan, dan pesaing
organisasi.
2. mengidentifikasi hasil potensial yang tidak dapat diterima oleh pemangku
kepentingan utama.
Dewan mungkin perlu mempertimbangkan jenis hasil berikut:
Keuangan
e.g. laba per saham, likuiditas kas, peringkat kredit, laba atas investasi,
ketersediaan modal, eksposur pajak, kelemahan material, dan
transparansi pengungkapan.
Kepatuhan
e.g. litigasi, pelanggaran kode etik, pelanggaran keselamatan dan
lingkungan, perintah penahanan, investigasi pemerintah, denda dan
hukuman regulasi, dakwaan, dan penangkapan.
Operasi
e.g. pencapaian tujuan, penggunaan aset yang efisien, perlindungan
aset (perlindungan asuransi, penurunan nilai aset, penghancuran aset),
perlindungan orang (kesehatan dan keselamatan, penghentian kerja),
perlindungan informasi (integritas data, data kerahasiaan), dan
perlindungan masyarakat (tumpahan lingkungan, penutupan pabrik).
Strategis
e.g. reputasi, kesinambungan perusahaan, semangat kerja karyawan,
dan kepuasan pelanggan.
3. menetapkan tingkat toleransi, yang mewakili tingkat variasi kinerja yang
dapat diterima berdasarkan hasil tersebut
Level-level ini, yang konsisten dengan selera risiko (risk appetite) keseluruhan
organisasi, dapat dikomunikasikan kepada manajemen sebagai batasan di
mana dewan menginginkan organisasi untuk beroperasi.
Risk appetite:
Jenis dan jumlah risiko, pada tingkat yang luas, organisasi bersedia menerima
dalam mengejar nilai.
IIA Standar 2110: Pemerintahan menyatakan hal berikut mengenai peran fungsi audit
internal dalam kegiatan tata kelola:
“Aktivitas audit internal harus menilai dan membuat rekomendasi yang sesuai untuk
meningkatkan proses tata kelola organisasi untuk:
Membuat keputusan strategis dan operasional.
Mengawasi manajemen dan kontrol risiko.
Mempromosikan etika dan nilai-nilai yang sesuai dalam organisasi.
Memastikan manajemen kinerja dan kemampuan akun organisasi yang efektif.
Mengkomunikasikan risiko dan mengontrol informasi ke area yang sesuai
dalam organisasi.
Mengkoordinasikan kegiatan, dan mengkomunikasikan informasi di antara
dewan, auditor eksternal dan internal, penyedia jaminan lainnya, dan
manajemen. "
IIA Standar 2120: Manajemen Risiko menyatakan, "Aktivitas audit internal harus
mengevaluasi efektivitas dan berkontribusi pada peningkatan proses manajemen
risiko." Tertanam dalam kedua standar ini adalah gagasan bahwa fungsi audit internal
dapat memberikan jaminan dan layanan konsultasi untuk suatu organisasi. Tingkat
kegiatan jaminan yang dilakukan oleh fungsi audit internal akan tergantung pada
1. piagam audit internal, yang menentukan peran fungsi audit internal dalam
kepastian tata kelola, dan
2. arahan khusus dari dewan mengenai harapan saat ini atau yang sedang
berlangsung untuk melakukan kegiatan tersebut.
Tergantung pada dua faktor ini, tanggung jawab tata kelola fungsi audit internal dapat
mencakup salah satu atau semua hal berikut:
mengevaluasi apakah berbagai kegiatan manajemen risiko dirancang secara
memadai untuk mengelola risiko yang terkait dengan hasil yang tidak dapat
diterima.
menguji dan mengevaluasi apakah berbagai kegiatan manajemen risiko
beroperasi sebagaimana dirancang.
mengevaluasi kecukupan desain dan efektivitas operasi dari program / sistem
manajemen risiko secara keseluruhan.
menentukan apakah asersi yang dibuat oleh pemilik risiko kepada manajemen
senior mengenai efektivitas kegiatan manajemen risiko secara akurat
menghubungkan keadaan saat ini dari efektivitas manajemen risiko.
menentukan apakah pernyataan yang dibuat oleh manajemen senior kepada
dewan mengenai keefektifan kegiatan manajemen risiko memberikan informasi
yang diinginkan dewan tentang keadaan efektif manajemen risiko saat ini.
mengevaluasi apakah informasi yang berkaitan dengan toleransi organisasi
dikomunikasikan secara tepat waktu dan efektif dari dewan ke manajemen
senior dan dari manajemen senior ke pemilik risiko.
menilai apakah ada bidang risiko lain yang saat ini tidak termasuk dalam proses
tata kelola tetapi harus (misalnya, risiko yang toleransi dan pelaporan
harapannya belum didelegasikan ke pemilik risiko tertentu).
Fungsi audit internal dapat menjadi bagian yang efektif dari proses tata kelola
dengan:
Memastikannya ia sepenuhnya memahami arahan dan harapan tata kelola
dewan.
o Fungsi audit internal harus memahami arahan yang diberikan kepada
manajemen senior, termasuk tingkat toleransi dan harapan pelaporan.
o Selain itu, penting untuk memahami harapan dewan tentang peran yang
harus dimainkan oleh fungsi audit internal terkait dengan jaminan tata
kelola.
Mendukung program manajemen risiko manajemen.
o Fungsi audit internal dapat membantu membawa struktur dan disiplin ke
program manajemen risiko, yang dapat dikelola dengan cara yang mirip
dengan mengelola kegiatan audit internal.
o Fungsi audit internal dapat membantu mendidik manajemen dan
karyawan lain tentang risiko dan topik kontrol.
o Penilaian risiko organisasi dan divisi dapat difasilitasi atau diawasi oleh
fungsi audit internal.
o Pengawasan dan input yang berkelanjutan dapat diberikan secara
formal (misalnya, duduk di komite pengarah risiko) atau secara informal
(misalnya, diskusi berkala dengan manajemen).
Mengembangkan rencana audit internal yang mencakup dengan tepat kegiatan
penjaminan pemerintah dan memungkinkan komunikasi berkala dengan
manajemen senior dan dewan direksi tentang efektivitas kegiatan manajemen
risiko.
Model Tiga Garis Pertahanan (Three Lines of Defense Model)
Model ini dimulai dengan versi tata kelola yang disederhanakan, menggambarkan
dewan dan
manajemen senior sebagai kotak persegi panjang di bagian atas. Namun, tiga baris
tersebut memang membutuhkan beberapa penjelasan:
Garis pertahanan pertama merupakan kegiatan pengendalian internal yang
dilakukan oleh individu dan manajemen. Kegiatan-kegiatan ini terdiri dari
kegiatan pengendalian internal spesifik, yang disebut sebagai tindakan
pengendalian internal dalam model, dan pengendalian manajemen, yang
merupakan kegiatan yang mengawasi dan memantau kegiatan individu.
Garis pertahanan kedua mewakili aktivitas penjaminan lainnya seperti yang
terdaftar dalam exhibit. Kegiatan ini dilakukan oleh individu yang melaporkan
melalui jalur manajemen yang berbeda dari yang secara langsung bertanggung
jawab atas kegiatan pengendalian internal. Karena itu, tingkat kemandirian dan
objektivitas dianggap lebih besar daripada garis pertama.
Garis pertahanan ketiga merupakan bentuk jaminan yang paling independen
dan objektif. Kegiatan audit internal biasanya adalah satu-satunya kegiatan
yang melaporkan secara fungsional kepada dewan dan tidak memiliki
tanggung jawab manajemen lainnya. Dengan demikian, garis pertahanan
ketiga adalah yang paling mandiri dan objektif dari ketiga garis tersebut.
Jaminan juga dapat diberikan oleh pihak luar. Meskipun kurang umum dari
kegiatan penjaminan internal, mereka masih bisa menjadi penting bagi dewan.
Akhirnya, auditor regulasi, yang menilai kepatuhan terhadap peraturan untuk
kepentingan lembaga sponsor, juga dapat memberikan bentuk jaminan kepada
manajemen.
Sementara beberapa tingkat jaminan berharga, organisasi harus berhati-hati
untuk menghindari terlalu banyak jaminan, kadang-kadang disebut "assurance
fatigue" atau "audit fatigue." Ini terjadi ketika berbagai kegiatan jaminan tidak
berkoordinasi dan berkolaborasi secara memadai, yang mengakibatkan kegiatan
jaminan yang berlebihan dan tidak perlu.
Risk Management
EXHIBIT 1 - IPPF Guidance
Standard 2010 - Planning
Standard 2100 - Nature of Work
Standard 2120 - Risk Management
Definisi Risiko
Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway (COSO)
"Kemungkinan bahwa peristiwa akan terjadi dan mempengaruhi pencapaian strategi
dan tujuan."
International Organization for Standardization (ISO)
"efek ketidakpastian pada tujuan"
VIsi, Misi, dan Nilai Inti (Vision, Mission, and Core Values)
Misi: Tujuan inti entitas, yang menetapkan apa yang ingin dicapai dan
mengapa ia ada.
Visi: Aspirasi entitas untuk kondisi masa depan atau apa yang ingin dicapai
organisasi dari waktu ke waktu.
Nilai Inti: Keyakinan dan cita-cita entitas tentang apa yang baik atau buruk,
dapat diterima atau tidak dapat diterima, yang memengaruhi perilaku
organisasi.
Misi, visi, dan nilai-nilai inti organisasi cenderung tetap stabil seiring berjalannya
waktu, tetapi nilai-nilai itu dapat berubah seiring dengan perubahan harapan para
pemangku kepentingan. Misi dan visi dipertimbangkan dalam konteks perencanaan
strategis, dan nilai-nilai inti dipertimbangkan dalam konteks budaya yang ingin dianut
organisasi.
Dalam bab ini, kita akan belajar bahwa organisasi melalui jenis proses pemikiran yang
sama untuk merencanakan langkah-langkah yang akan membantu mencapai tujuan
mereka, termasuk mengidentifikasi risiko potensial terhadap tujuan dan mengelola
risiko tersebut ke tingkat yang dapat diterima. Anda juga akan belajar bagaimana
penilaian risiko teknik dan metodologi digunakan oleh auditor internal untuk
melaksanakan tanggung jawab mereka.
3. Proyek
Penggunaan proyek saat terdapat aktivitas yang terjadi dalam jangka
waktu yang lama, dan juga membutuhkan proses yang rumit
Misalnya perusahaan pertambangan mineral, minyak, dan gas
Jenis Proyek:
Proses 13 mendesain dan mengonstruksi aset dan
mengoperasikannya. Misalnya sebuah perusahaan minyak mengebor
dan kemudian mengoperasikan sebuah sumur minyak.
Proses 14 mendesain dan mengonstruksi aset dan memberikan ke
organisasi lain untuk dioperasikan. Misalnya bangunan dibangun oleh
perusahaan teknik dan kemudian ditransfer ke perusahaan lain untuk
operasi.
Bisa juga dipakai untuk merancang suatu aktivitas nonrutin yang
berguna bagi perusahaan. Misalnya: sistem akuntansi baru
Risiko Bisnis
- Auditor paham tujuan organisasi dan proses bisnis untuk mencapai tujuan
tersebut langkah selanjutnya adalah evaluasi risiko yang berpeluang
menghalangi tujuan organisasi menentukan seberapa jauh fungsi audit
akan dilaksanakan.
- Sangat penting untuk mengembangkan profil risiko keseluruhan organisasi
yang mengidentifikasi risiko kritis untuk mencapai setiap sasaran strategis.
- Dalam hal organisasi menerapkan ERM (Enterprise Risk Management)
profil risiko ditentukan oleh manajemen untuk tiap-tiap fungsi audit
dilakukan penilaian risiko berdasarkan profil risiko perusahaan.
- Jika profil risiko perusahaan tidak ada, audit internal harus menentukan
profil risiko terlebih dahulu. Ada banyak metode pengembangan profil risiko
perusahaan, namun hasilnya masih subjektif, butuh keputusan yang baik
- Manajer senior dan auditor internal melakukan brainstorming,
menghasilkan model dasar risiko bisnis, model penilaian risiko, dan
identifikasi risiko kritis.
1. Model dasar risiko bisnis: menggambarkan kategori dan jenis risiko yang
mungkin dihadapi organisasi.
- Risiko pada bagian kolom, dan proses bisnis pada bagian baris. Selanjutnya
kita perlu untuk menentukan apakah ada hubungan antara proses dan
risiko.
- Setelah itu kita perlu mengetahui apakah hubungan tersebut bersifat
hubungan utama (key link) atau sekunder (secondary link).
- Key link adalah hubungan di mana proses bisnis memegang peran kunci
dalam pengelolaan risiko.
- Secondary link adalah hubungan di mana proses bisnis terkait membantu
mengelola risiko secara tidak langsung.
o Komponen
- Lingkungan Pengendalian
Lingkungan Pengendalian adalah seperangkat standar, proses,
dan struktur yang memberikan dasar untuk melakukan
pengendalian internal di seluruh organisasi. Dewan direksi dan
manajemen senior menetapkan tone of the top mengenai
pentingnya pengendalian internal termasuk standar perilaku yang
diharapkan. Manajemen memperkuat harapan di berbagai
tingkatan organisasi.
- Penilaian Risiko
Setiap entitas menghadapi berbagai risiko yang berasal dari
eksternal dan internal. Risiko didefinisikan sebagai kemungkinan
suatu peristiwa akan terjadi dan memengaruhi pencapaian
tujuan. Penilaian risiko melibatkan proses yang dinamis dan
berulang. Risiko dianggap relatif terhadap tingkat toleransi yang
ditetapkan. Dengan demikian, penilaian risiko menjadi dasar
untuk menentukan bagaimana risiko akan dikelola.
- Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian adalah tindakan yang diambil oleh
manajemen, dewan, dan pihak lain untuk mengurangi risiko dan
meningkatkan kemungkinan tujuan dan sasaran yang ditetapkan
akan tercapai.
Proses Pemantauan
Peran dan Tanggung Jawab Internal Control
o Manajemen
CEO mempunyai tanggung jawab utama untuk sistem kontrol internal.
"Tone of the Top" (seberapa etis atau seberapa besar integritas suatu
organisasi) ditentukan oleh CEO dan beralih ke manajemen senior,
manajemen lini, dan pada akhirnya ke semua individu dalam suatu
organisasi.
o Dewan direksi
Dewan direksi mengawasi manajemen, memberikan arahan mengenai
pengendalian internal, dan bertanggung jawab untuk mengawasi sistem
pengendalian internal.
o Auditor Internal
Auditor internal berperan penting dalam memastikan bahwa manajemen
telah memenuhi tanggung jawabnya dalam pengendalian internal. Serta
memastikan kecukupan dan keefektifan pengendalian internal
o Personil lain
COSO menyatakan bahwa setiap orang dalam suatu organisasi memiliki
tanggung jawab untuk pengendalian internal.
Keterbatasan Pengendalian Internal
o Keterbatasan pengendalian internal dapat terjadi melalui:
- Penetapan tujuan yang tidak tepat
- Keputusan bias
- Kesalahan manusia
- Manajemen terlalu mengambil alih pengendalian internal
- Terjadinya kolusi
- Peristiwa di luar kendali organisasi
o Risiko
- Inherent Risk (Risiko bawaan)
Kombinasi risiko internal dan eksternal murni, keadaan tidak
terkontrol, atau seluruh risiko yang ada dengan asumsi tidak ada
pengendalian internal yang berlaku
- Controllable Risk (Risiko yang dapat dikendalikan)
Bagian dari risiko bawaan yang dapat dikurangi oleh manajemen
melalui operasi sehari-hari dan aktivitas manajemen.
- Residual Risk / Net Risk (Risiko residu/sisa)
Bagian dari risiko bawaan yang tersisa setelah manajemen
melaksanakan respons terhadap risikonya
Tipe Pengendalian
o Level pengendalian
- Level Entitas
Pengendalian yang beroperasi di seluruh entitas dan, dengan
demikian, tidak terikat oleh, atau terkait dengan, proses
individual.
PCAOB menetapkan pengendalian level entitas antara lain:
1. Controls relateed to the control environment;
2. Controls over management override;
3. The company's risk assessment process;
4. Centralized processing and controls, including shared service
environments;
5. Controls to monitor results of operations;
6. Controls to monitor other controls, including activities of the
internal audit function, the audit committee, and self-
assessment programs;
7. Controls over the period-end inancial reporting process; and
8. Policies that address signiicant business control and risk
management practices.
- Level Proses
Suatu kegiatan pengendalian yang beroperasi dalam proses
tertentu supaya dapat mencapai tujuan pada tingkat proses.
Contoh pengendalian level proses:
1. Reconciliations of key accounts.
2. Physical verifications of assets (such as inventory counts).
3. Process employee supervision and performance evaluations.
4. Process-level risk assessments.
5. Monitoring/oversight of speciic transactions.
- Level Transaksi
Pengendalian yang mengurangi risiko terhadap suatu kelompok,
penugasan atau transaksi tingkat operasional dalam suatu
organisasi. Contoh pengendalian level transaksi:
1. Authorizations.
2. Documentation (such as source documents).
3. Seggregation of duties.
4. IT application controls (input, processing, output)
o Pengendalian Kunci dan Sekunder
- Pengendalian Kunci
Pengendalian kunci (sering disebut sebagai pengendalian
"utama") dirancang untuk mengurangi risiko utama yang terkait
dengan tujuan bisnis.
- Pengendalian Sekunder
Suatu kegiatan yang dirancang untuk mengurangi risiko yang
terkait dengan tujuan bisnis yang tidak terlalu penting untuk
kelangsungan atau kesuksesan organisasi atau berfungsi
sebagai cadangan untuk kontrol utama.
o Pengendalian Kompensasi
Jika pengendalian utama tidak sepenuhnya beroperasi secara efektif,
pengendalian kompensasi dapat membantu mengurangi risiko terkait.
Namun, pengendalian kompensasi tidak akan dengan sendirinya
mengurangi risiko ke tingkat yang dapat diterima.
o Pengendalian Preventif dan Detektif
- Pengendalian Preventif
Pengendalian preventif dirancang untuk mencegah peristiwa
yang tidak diinginkan terjadi sejak awal. Contoh: ID Pengguna
dan password
- Pengendalian Detektif
Pengendalian detektif dirancang untuk menemukan peristiwa
yang tidak diinginkan yang telah terjadi. Contoh: Kamera
pengawas
o Pengendalian Sistem Informasi (Teknologi)
- Pengendalian umum.
Berlaku untuk banyak atau semua sistem aplikasi dalam
membantu memastikan keberlangsungan, serta operasi yang
tepat.
- Pengendalian aplikasi.
Termasuk langkah-langkah terkomputerisasi dalam perangkat
lunak aplikasi dan prosedur manualnya untuk mengontrol
pemrosesan berbagai jenis transaksi.
Evaluasi Sistem Pengendalian Internal
Auditor Internal memastikan bahwa desain dan implementasi pengendalian
internal memadai dan efektif.
Demi keandalan laporan keuangan, manajemen sekurang-kurangnya
membuat 5 asersi dasar antara lain:
1. Existence or occurrence
2. Completeness
3. Rights and Obligations
4. Valuation or allocation
5. Presentation and disclosure
Jenis risiko IT tertentu yang cenderung umum di seluruh organisasi dan industri:
Selection risk
Pemilihan solusi TI yang tidak selaras dengan strategi objektif dapat
menghalangi pelaksanaan strategi yang bergantung pada TI. Pemilihan solusi TI yang
tidak fleksibel atau tidak dapat diskalakan dapat menimbulkan ketidakcocokan antara
solusi TI dengan sistem yang ada dalam organisasi dan/atau menghambat perubahan
dan pertumbuhan organisasi di masa depan.
Development/acquisition and deployment risk.
Masalah yang ditemui saat solusi TI sedang dikembangkan/diakuisisi dan
digunakan dapat menyebabkan keterlambatan yang tidak terprediksi, pembengkakan
biaya, atau bahkan pengabaian proyek.
Availability risk.
Dapat menyebabkan penundaan dalam pengambilan keputusan, gangguan
bisnis, pendapatan yang hilang, dan ketidakpuasan pelanggan.
Hardawre/software risk
Kegagalan di sini dapat menyebabkan gangguan bisnis, kerusakan sementara
atau permanen pada atau penghancuran data, dan perbaikan perangkat keras/lunak
atau biaya penggantian
Access risk.
Berpotensi pencurian atau penyalahgunaan perangkat keras, modifikasi
perangkat lunak yang berbahaya, dan pencurian, penyalahgunaan, atau
penghancuran data.
System reliability and information integrity risk.
Informasi buruk yang dihasilkan oleh sistem dapat mempengaruhi keputusan
yang didasarkan pada informasi tersebut.
Conidentiality and privacy risk.
Dapat mengakibatkan dalam kerugian bisnis, tuntutan hukum, pers negatif, dan
penurunan reputasi.
Fraud and malicious acts risk.
Pencurian sumber daya TI, penyalahgunaan sumber daya TI yang disengaja,
atau distorsi yang disengaja atau penghancuran informasi dapat menyebabkan
kerugian finansial atau informasi salah saji yang diandalkan oleh pembuat keputusan.
TATA KELOLA TI
Diatur dalam IIA Standard 2110.A2 and "GTAG: Auditing IT Governance,"
IIA, tata kelola TI: "Terdiri dari kepemimpinan, struktur organisasi, dan proses yang
memastikan bahwa teknologi informasi perusahaan menjaga dan mendukung strategi
dan tujuan organisasi."
Peran dewan dan komitenya dalam tata kelola TI adalah memberikan arahan
tata kelola TI kepada manajemen senior dan mengawasi kegiatan tata kelola TI
manajemen senior. Manajemen senior bertanggung jawab atas mengarahkan dan
mengawasi pelaksanaan tata kelola TI sehari-hari. Komite Audit juga memiliki peran
penting dalam tata kelola TI.
MANAJEMEN RISIKO TI
Proses yang dilakukan oleh manajemen untuk memahami dan menangani risiko dan
peluang TI yang dapat mempengaruhi kemampuan organisasi untuk mencapai
tujuannya.
PENGENDALIAN TI
General Controls berlaku untuk semua komponen sistem, proses, dan data untuk
organisasi atau lingkungan sistem tertentu.
Application Controls berkaitan dengan ruang lingkup proses bisnis individual atau
sistem aplikasi dan termasuk kontrol dalam aplikasi mengenai input, pemrosesan, dan
output.
b) Pengendalian Manajemen TI
Manajemen bertanggung jawab untuk memastikan bahwa kontrol TI dirancang
secara memadai dan beroperasi secara efektif, dengan mempertimbangkan tujuan
organisasi, risiko yang mengancam pencapaian tujuan tersebut, dan organisasi
proses dan sumber daya bisnis. Kontrol TI di tingkat manajemen terdiri dari:
Standards. Standar TI mendukung kebijakan TI (policies) dengan secara lebih
spesifik menentukan apa yang diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi.
Standar perlu meliputi:
i. Proses Pengembangan Sistem
ii. Konfigurasi Software Sistem
iii. Kontrol Aplikasi
iv. Struktur Data
v. Dokumentasi
Organization and Management. Memberikan jaminan bahwa organisasi sudah
terstruktur dengan lini pelaporan dan tanggung jawab yang jelas serta telah
menerapkan proses kontrol yang efektif.
Tiga aspek penting yaitu pemisahan tugas, kontrol budget dan finansial, dan
manajemen perubahan.
Physical and Environment Controls. Melindungi sumber daya sistem informasi
(perangkat keras, perangkat lunak, dokumentasi, dan informasi) dari
kerusakan, penyalahgunaan, dan kehilangan yang disengaja atau tidak.
Kontrol meliputi:
i. Menempatkan server di ruang terkunci yang aksesnya dibatasi.
ii. Membatasi akses server ke individu tertentu.
iii. Menyediakan pendeteksi kebakaran dan peralatan pencegahan bahaya.
iv. Menempatkan peralatan, aplikasi, dan data yang sensitif jauh dari
lingkungan berbahaya seperti dataran banjir, paparan cahaya, atau
tempat cairan yang mudah terbakar.
c) Pengendalian Teknis TI
System Software Controls
i. Hak akses dialokasikan dan dikendalikan sesuai dengan yang
dinyatakan organisasi kebijakan.
ii. Pembagian tugas diberlakukan melalui sistem sotware dan konfigurasi
lainnya
kontrol.
iii. Penilaian intrusi dan kerentanan, pencegahan, dan deteksi dilakukan
dan
terus dipantau.
iv. Pengujian intrusi dilakukan secara teratur.
v. Penggunaan enskripsi saat kerahasiaan diperlukan.
vi. Proses manajemen peruabahan
Systems development and acquisition controls
i. Persyaratan pengguna harus didokumentasikan, dan pencapaiannya
harus diukur.
ii. Desain Svstems harus mengikuti proses formal untuk memastikan
kebutuhan pengguna dan kontrol dirancang ke dalam sistem.
iii. Pengembangan sistem harus dilakukan secara terstruktur untuk
memastikan bahwa persyaratan dan fitur desain yang disetujui
dimasukkan ke dalam produk jadi.
iv. Pengujian harus memastikan bahwa masing-masing elemen sistem
berfungsi sesuai kebutuhan, sistem interface beroperasi seperti yang
diharapkan, dan pemilik sistem telah mengkonfirmas fungsionalitas yang
dimaksud telah disediakan.
v. Proses pemeliharaan aplikasi harus memastikan bahwa perubahan
dalam aplikasi sistem mengikuti pola kontrol yang konsisten.
Application-based controls
i. Semua data input akurat, lengkap, resmi, dan benar.
ii. Semua data diproses sebagaimana dimaksud.
iii. Semua data yang disimpan akurat dan lengkap.
iv. Semua output akurat dan lengkap.
v. Catatan disimpan untuk melacak proses data dari input ke penyimpanan
dan ke hasil akhirnya.
Application based control meliputi: input control, process control, output
control, integrity control, dan managament trail.
Pencegahan Fraud
Unsur pencegahan yang penting untuk dilakukan (menurut Fraud Guide)
- Melaksanakan investigasi latar belakang. Seseorang yang pernah
melakukan kecurangan memiliki kemungkinan lebih besar untuk
mengulanginya lagi. Investigasi latar belakang juga perlu dilakukan
terhadap vendor, pelanggan, maupun rekan bisnis.
- Mengadakan pelatihan anti-fraud.
- Evaluasi kinerja dan program kompensasi. Perusahaan harus berhati-hati
agar tidak memberikan kompensasi terhadap tindakan yang tidak tepat.
- Melaksanakan wawancara keluar. Ketika seorang pegawai memutuskan
untuk keluar (berhenti) dari suatu perusahaan, terdapat berbagai alasan
yang mungkin mendasar. Sering kali, mereka bersedia untuk
menceritakan masalah tersebut serta memberikan informasi mengenai
kecurangan yang mungkin pernah dilihat/dialami. Selain itu, program ini
dapat menjadi tindakan pencegahan fraud (karena takut bakal
diwawancara pas keluar ).
- Pembatasan kewenangan
- Prosedur tingkat-transaksi
Penemuan Fraud (Detection)
- Whistleblower hotlines, biasanya dikelola oleh pihak ketiga untuk
mempermudah pelaporan dari pegawai tanpa mengkhawatirkan
pembalasan dari pihak yang dilaporkan.
- Process Controls, aktivitas kontrol yang dilakukan dalam kegiatan sehari-
hari.
- Proactive Fraud Detection Procedures, seperti analisis data, audit
berkelanjutan, dan penggunaan teknologi untuk menemukan anomaly,
tren, maupun indicator risiko yang menarik perhatian.
Investigasi Fraud dan Tindakan Perbaikan
- Menerima tuduhan, dilakukan proses :
a. Pengelompokan isu
b. Konfirmasi validitas tuduhan
c. Pendefinisian tingkat keseriusan tuduhan
d. Pengangkatan isu atau investigasi ketika diperlukan
e. Investigasi dan pencarian fakta
f. Penyelesaian atau penutupan investigasi
g. Pembuatan daftar informasi yang harus dijaga kerahasiaannya
h. Pendefinisian cara dokumentasi investigasi
i. Pengaturan dan penahanan dokumen dna informasi
- Mengevaluasi tuduhan
Pertanyaan yang harus dijawab:
a. Apakah tuduhan tersebut memerlukan investigasi resmi atau sudah
didapatkan cukup informasi untuk penarikan simpulan?
b. Siapa yang harus memimpin proses investigasi?
c. Apakah ada keahlian khusus atau alat yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan investigasi?
d. Siapa yang harus diberi pemberitahuan dan kapan?
- Menetapkan Protokol Investigasi
Penetapan protokol formal dapat membantu menjawab pertanyaan-
pertanyaan tersebut.
- Menentukan Tindakan yang Tepat
Dapat berupa:
a. Tuntutan hukum,
b. Hukuman disiplin, seperti peringatan, pemecatan, dll
c. Klaim asuransi jika kerugian tercakup dalam asuransi
d. Desain ulang atau penguatan proses dan pengawasan yang kurang
efektif yang menyebabkan munculnya fraud.
Understanding Fraudsters
- Abnormal or Deviant Personality-Related Factors, termasuk dalam anti-
social personality disorder, ciri-ciri tindakan: penipuan, manipulasi, tidak
bertanggung jawab, impulsive, mencari stimulasi, kendali perilaku yang
buruk, dangkal, kurang empati, rasa bersalah, maupun penyesalan,
pergaluan bebas, tidak peduli hak orang lain, dan perilaku tidak etis lain.
Three types of dark triad personalities:
1. Narcissists
2. Psychopaths
3. Machiavellians
- Non-Personality-Related Fraud Risk Factors
Contoh perilaku :
1. Tidak menghormati pertauran
2. Menunjukkan gaya hidup yang lebih baik dari yang sebenarnya
3. Memiliki masalah finansial yang besar atau terlilit utang
4. Memiliki kecenderungan untuk menghabiskan uang
5. Menderita depresi atau masalah emosional lain
6. Memiliki obsesi terhadap perjudian
7. Memiliki keinginan yang berlebihan terhadap status dan percaya
bahwa uang dapat membeli status tersebut
8. Terlihat memiliki keterlibatan dengan tindakan illegal, tidak etis, dan
tidak bermoral serta sering memiliki permasalahan hukum, termasuk
perpajakan.
Implikasi untuk Auditor Internal dan Lainnya
Pertanyaan yang harus dijawab auditor:
- Risiko fraud apa yang diawasi oleh manajemen secara berkala? Apakah
subjek fraud memerlukan pengawasan berkala dan berkelanjutan?
- Prosedur spesifik apa yang dilakukan oleh fungsi audit internal untuk
mengatasi pengesampingan manajemen terhadap audit internal?
- Apakah sudah ada hal yang mengakibatkan perubahan penilaian risiko?
- Kompetensi dan keahlian apa yang dibutuhkan untuk mengatasi fraud
dalam organisasi? Kapan organisasi perlu mencari jasa audit dari pihak
luar untuk mengatasi isu yang lebih kompleks?
- Bagaiamana cara memperkuat status independent komite audit? Apakah
komite audit dianggap berkompetensi dan professional dalam mengatasi
risiko fraud dan isu pengawasan?
- Bagaimana komite audit harus mencurahkan perhatian terhadap aspek
pencegahan, penjeraan, deteksi, dan investigasi fraud?
- Bagaiama audit internal dapat menggunakan analisis data untuk deteksi
lebih awal?
Dalam melakukan penilaian risiko fraud, auditor internal harus menunjukkan
tingkat skeptis profesional yang tinggi karena perilaku fraud biasanya akan
dengan sengaja menyembunyikan jejaknya agar tidak ketahuan.
1. Develop vision
"Apa masalah utama yang dihadapi organisasi?" atau "Bagaimana fungsi
audit internal menambah nilai?", pertanyaan-pertanyaan ini membantu
mengembangkan visi analitik data yang membantu pencapaian tujuan
perusahaan. Konsep dari visi ada tiga, yaitu :
sejajar dengan tujuan organisasi;
menyeimbankan kewajiban jangka penden dan keuntungan jangka
panjang; dan
mengkomunikasikan progres.
2. Evaluasi kapabilitas
Langkah selanjutnya dalam analisis data adalah menentukan progres
mereka dalam membangun kemampuan analitik data.
3. Meningkatkan People, Process, and Technology
Setelah mengembangkan visi dan mengukur kemampuan kapabilitas
perusahaan, auditor internal perlu meningkatkan sumber daya manusia dan
teknologi yang dimiliki perusahaan. Sementara itu, departemen harus
meningkatkan proses untuk mengamankan data.
4. Implementasi, monitor, dan evolusi
Implementasi rencana teknologi yang baru tidaklah mudah. Implementasi
harus ditangani secara bertahap, dimonitor, dan diperbaiki.
Langkah-langkah analisis data audit internal
1. Menetapkan masalah
Fungsi audit internal harus terlebih dahulu menentukan apa yang ingin
dicapai dan nilai yang diantisipasi. Misalnya, fungsi audit internal mungkin
diminta untuk menentukan di mana potensi penipuan terjadi dan pihak-
pihak apa yang terlibat. Dengan memulai dengan pertanyaan itu, banyak
sumber data dapat diindentifikasi dan dianalisis. Hasil analisis data tersebut
memberikan jawaban untuk pertanyaan dan membantu menentukan
teknologi yang dibutuhkan.
2. Mengumpulkan data
Langkah selanjutnya adalah mendapatkan akses ke data yang dibutuhkan
untuk analisis. Untuk mendapatkan akses ke data, perusahaan melalui
proses yang sulit dan mahal. Di perusahaan besar, unit bisnis sering
menggunakan sistem yang berbeda-beda. Sistem kompleks, sistem lama,
dan unit bisnis yang terlalu protektif terhadap data mereka sendiri juga
dapat menghadirkan hambatan. Namun saat ini, perangkat analisis data
telah dilengkapi fungsi reviu sumber data untuk menentukan data mana
yang hendak digunakan.
3. Membersihkan dan menormalisasi data
Membersihkan data melibatkan tindakan seperti menghilangkan informasi
duplikat dan memastikan bahwa bidang data dengan nama yang sama dari
sistem yang berbeda memiliki arti yang sama. Normalisasi data adalah
proses pengorganisasian data untuk meminimalkan redundansi dan
membuatnya dapat digunakan untuk tujuan tertentu. Normalisasi mungkin
merupakan langkah yang paling sering diabaikan dalam proses analisis
data. Anomali adalah titik data yang tidak terduga, aneh, tidak sesuai, atau
tidak mudah diklasifikasikan.
4. Menganalisis dan memahami hasil
Setelah data diproses, hasilnya harus ditafsirkan. Anomali harus dipelajari
untuk menentukan, misalnya, ketika kesalahan telah terjadi atau apakah
fitur dalam sistem atau proses mengarah pada hasil. Auditor internal akan
sering melacak hasil ke dokumentasi sumber yang mendasarinya, seperti
faktur, untuk mengkonfirmasi sifat, waktu, dan detail acara atau transaksi.
Pada tahap ini, auditor internal meninjau dan memperbaiki analisis awal
berdasarkan hasil awal dan menentukan kapan ketidaksesuaian hanya
mencerminkan kesalahan atau melanggar kebijakan perusahaan. Bahkan
dengan analisis yang cermat, data saja tidak akan memberikan kejelasan
pada kontrol tertentu, yang memerlukan auditor internal untuk bekerja sama
dengan unit bisnis untuk menginterpretasikan hasil.
5. Mengkomunikasikan hasil
Auditor internal dapat menganalisis data dan mengungkap hasil yang
menarik, tetapi tanpa mengkomunikasikan hasil secara efektif, analisisnya
tidak dipahami dan sering diabaikan. Visualisasi data yang inovatif
(presentasi data secara grafis) adalah cara terbaik untuk menginformasikan
dan meningkatkan pengambilan keputusan.
Kegunaan analisis data bagi audit internal
Mengevaluasi laporan pengeluaran untuk seluruh transaksi
Melakukan audit vendor dengan menggunakan data penagihan
Compliance
untuk mengidentifikasi anomali dan tren untuk diselidiki
Menilai peraturan perusahaan
Identifikasi karyawan fiktif, potensi vendor yang melakukan
Fraud kecurangan.
detection and Highlight anomali data yang mengandung risiko yang
Investigation mengancam reputasi perusahaan
Menyelidiki gejala penyalahgunaan aset
Metrik utama seputar analisis pengeluaran
Analisis duplikasi pembayaran
Analisis pendapatan pendapatan / kebocoran biaya
Operational
Analisis inventaris yang bergerak lambat
performance
Identifikasi kinerja utama dan indikator risiko utama lintas
industri dan lini bisnis.
Pemisahan analisis tugas
Analisis akses pengguna
Internal
Menilai kinerja kontrol
Control
Identifikasi outlier potensial yang akan menunjukkan kegagalan
atau kelemahan kontrol
Model Audit
Sampling
Non-
Statistik
statistik
a. Sampling statistik adalah alat yang dapat membantu auditor internal
mengukur kecukupan bukti yang diperoleh dan secara kuantitatif
mengevaluasi hasil pengambilan sampel. Sampling statistik
memungkinkan auditor internal untuk mengukur, mengukur, dan
mengendalikan risiko pengambilan sampel. Sampling statistik biasanya
dianggap memberikan bukti yang lebih persuasif daripada sampling
nonstatistik tetapi juga lebih mahal.
b. Sampling non statistik merupakan pengambilan sampel yang
dilakukan berdasarkan kriteria subyektif berdasarkan pengalaman
auditor.
Risiko dalam audit
a. Risiko audit adalah risiko mencapai kesimpulan yang tidak valid atau
memberikan saran yang salah berdasarkan pekerjaan audit yang
dilakukan.
b. Risiko sampel adalah risiko bahwa kesimpulan auditor internal
berdasarkan pengujian sampel mungkin berbeda dari kesimpulan yang
dicapai jika prosedur audit diterapkan pada semua item dalam populasi.
Risiko pengambilan sampel berbanding terbalik dengan ukuran sampel.
Jika auditor internal menguji seluruh populasi tidak ada risiko
pengambilan sampel.
i. Risiko tipe II (beta risk) adalah risiko salah menerima. Tingkat
risiko pengendalian yang dinilai berdasarkan hasil sampel lebih
rendah daripada yang akan ditemukan oleh auditor internal jika
populasi telah diuji 100 persen. Risiko ketika auditor internal
melebih-lebihkan ketergantungan bahwa manajemen dapat
menempatkan pada kontrol untuk mengurangi risiko residual ke
tingkat yang dapat diterima.
ii. Risiko tipe I (alpha risk) adalah risiko salah menolak. Tingkat
risiko pengendalian berdasarkan hasil sampel lebih tinggi
daripada yang akan ditemukan oleh auditor internal jika populasi
telah diuji 100 persen. Risiko ketika auditor internal mengecilkan
ketergantungan bahwa manajemen dapat menempatkan pada
kontrol untuk mengurangi risiko residual ke tingkat yang dapat
diterima.
c. Risiko non-sampling adalah risiko yang mencakup semua aspek risiko
audit yang tidak terkait dengan sampling. risiko yang terjadi ketika
auditor internal gagal melakukan pekerjaannya dengan benar.
Non-statistik sampling
Pengambilan non-statistik sampel memungkinkan auditor internal lebih leluasa
dalam memilih dan mengevaluasi sampel. Haphazard sampling adalah teknik
pemilihan nonrandom yang digunakan oleh auditor internal untuk memilih sampel
yang diharapkan mewakili populasi.
PPS Sampling (vs) Classical Variable Sampling
Probability-proportional-to-size (PPS) sampling atau monetary unit sampling/dollar-
unit sampling adalah bentuk modifikasi dari atribut sampel yang digunakan untuk
mencapai kesimpulan mengenai jumlah uang daripada tingkat kejadian.
a. Memilih sampel
Monetary book value dari populasi
Risiko dari incorrect acceptance
Kesalahan yang ditolerasi/diterima
Salah saji yang diantisipasi
b. Evaluasi hasil sampel
Calssical variable sampling adalah pendekatan pengambilan sampel statistik
berdasarkan teori distribusi normal.
a. Memilih sampel
Ukuran populasi
Estimasi standar deviasi
Risiko dari incorrect acceptance
Risiko dari incorrect rejection
Kesalahan yang ditolerasi/diterima
b. Evaluasi hasil sampel
PPS Sampling Classical Variable Sampling
Kelebihan
Perhitungan sampel mudah Sampel pada umumnya lebih mudah
berkembang.
Perhitungan ukuran sampel tidak Nol dan saldo negatif tidak perlu
melibatkan pengukuran variasi populasi pertimbangan desain sampel khusus
Menghasilkan sampel bertingkat Papat dipenuhi dengan ukuran sampel
karena item sampel dipilih secara yang lebih kecil jika ada banyak salah
proporsional dengan ukurannya. saji, yaitu perbedaan antara nilai audit
dan nilai tercatat.
Mengidentifikasi setiap item populasi
yang signifikan secara individual, yaitu
item populasi yang melebihi jumlah
dolar cutoff yang telah ditentukan.
Pengambilan sampel PPS umumnya
lebih efisien saat populasi mengandung
nol atau sangat sedikit salah saji.
Kelemahan
Pertimbangan desain khusus perlu saat Sampel variabel klasik lebih kompleks
understatment atau nilai audit yang
kurang dari nol diharapkan.
Identifikasi pernyataan dalam sampel Mengharuskan memperkirakan deviasi
memerlukan pertimbangan evaluasi standar populasi dahulu.
khusus.
sampel PPS terlalu konservatif ketika
kesalahan terdeteksi.
Ukuran sampel yang sesuai meningkat
dengan cepat karena jumlah salah saji
yang diharapkan meningkat.
FINISH