Anda di halaman 1dari 16

THERAPY AKTIVITAS KELOMPOK

STIMULASI PERSEPSI: HALUSINASI


 
1. Latar Belakang
Pada pasien gangguan jiwa dengan kasus Schizoprenia selalu diikuti dengan gangguan
persepsi sensori; halusinasi. Terjadinya halusinasi dapat menyebabkan klien menjadi menarik
diri terhadap lingkungan sosialnya, hanyut dengan kesendirian dan halusinasinya sehingga
semakin jauh dari sosialisasi dengan lingkungan disekitarnya.
Atas dasar tersebut, maka kami menganggap dengan Therapy Aktivitas Kelompok
(TAK) klien dengan gangguan persepsi sensori dapat tertolong dalam hal sosialisasi dengan
lingkungan sekitarnya, tentu saja klien yang mengikuti therapy ini adalah klien yang sudah
mampu mengontrol dirinya dari halusinasi sehingga pada saat TAK klien dapat bekerjasama
dan tidak mengganggu anggota kelompok yang lain.
 
2. Pengertian/ Landasan Theory
A. Pengertian Halusinasi

Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan dalam


jumlah dan pola dari stimulus yang mendekat (yang diprakarsai secara internal atau
eksternal internal) disertai dengan suatu pengurangan, berlebih-lebihan, distorsi atau
kelainan berespons terhadap setiap stimulus (Towsend, Mary C. 1995. Buku saku
diagnose keperawatan pada keperawatan psikiatri. Ed. 3. Alih bahasa : Helena Novi.
1998).

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individuyang ditandai
dengan perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan, dan penghiduan. (Keliat, Budi Anna, dan Akemat. 2009. Model
praktik keperawatan professional jiwa).
B. PSIKODINAMIKA
1. Etiologi
Terjadinya perubahan sensori persepsi: halusinasi dipengaruhi oleh multifaktor baik
eksternal maupun internal diantaranya:

a. Koping individu tidak adekuat


b. Individu yang mengisolasi diri dari lingkungannya
c. Ada trauma yang menyebabkan rasa rendah diri
d. Koping keluarga yang tidak efektif

2. Tingkat Intensitas Halusinasi


a. Tahap I : Menenangkan – Ansietas tingkat sedang
Tingkat : Secara umum halusinasi menyenangkan
Karateristik : Orang yang berhalusinasi mengalami keadaan, seperti ansietas, kesepian,
merasa bersalah, dan takut serta mencoba untuk memusatkan pada
penenganan pikiran untuk mengurangi ansietas; individu mengetahui
bahwa pikiran dan sensori yang dialaminya tersebut dapat dikendalikan
jika ansietasnya bisa diatasi (nonpsikotik).

Perilaku pasien yang teramati :

 Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai


 Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
 Gerakan mata yang cepat
 Respon verbal yang lamban
 Diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikan

b. Tahap II : Menyalahkan – Ansietas tingkat berat


Tingkat : Secara umum tingkat halusinasi menjijikan
Karakteristik :
Pengalaman sensori bersifat menjijikan dan menakutkan; orang yang berhalusinasi
mulai merasa kehilangan kendali dan mungkin berusaha untuk menjauhkan dirinya
dari sumber yang dipersepsikan; individu mungkin merasa malu karena pengalaman
sensorinya dan menerik diri dari orang lain (nonpsikotik).
Perilaku pasien yang teramati :
 Peningkatan system saraf otonom yang menunjukkan ansietas
 Penyempitan kemampuan konsentrasi
 Dipenuhi dengan penglaman sensori dan mungkin kehilangan kemampuan
untuk membedakan antara halusinasi dengan realitas.

c. Tahap III : Mengendalikan – Ansietas tingkat berat


Tingkat : Pengalaman sensori menjadi penguasa
Karakteristik :
Orang yang berhalusinasi menyerah untuk melawan penglaman halusinasi dan
membiarkan halusinasi menguasai dirinya; isi halusinasi dapat berupa permohonan;
individu mungkin mengalami kesepian jika pengalaman sensori tersebut berakhir
(psikotik).
Perilaku pasien yang teramati :
 Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya dari
pada menolaknya
 Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain
 Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik
 Gejala fisik dari ansietas berat, seperti berkeringat, tremor, ketidakmampuan
untuk mengikuti petunjuk

d. Tahap IV : Menaklukkan – Ansietas tingkat panic


Tingkat : Secara umum halusinasi menjadi lebih rumit dan saling terkait dengan
delusi
Karakteristik :
Pengalaman sensori mungkin menakutkan jika individu tidak mengikuti perintah;
halusinasi bisa berlangsung dalam beberapa jam atau hari apabila tidak ada intervensi
terapeutik (psikotik).
Perilaku pasien yang teramati :

 Perilaku menyerang – terror seperti panic


 Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain
 Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk, agitasi, menarik
diri, atau kakaton
 Tidak mau berespons terhadap petunjuk yang kompleks
 Tidak mampu berespons terhadap lebih dari satu orang
(Stuart, Gail Wiscarz. 1995. Buku saku keperawatan jiwa. Ed : 3. Yani S, Achir. 1998).

3. Tanda dan gejala


a. Bicara, senyum-senyum, tertawa sendiri.
b. Mengatakan mendengar suara, melihat, mengecap, menghidu dan merasa sesuatu yang
tidak nyata.
c. Merusak diri, orang lain dan lingkungan.
d. Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata.
e. Tidak dapat memusatkan diri.

4. Macam-macam halusinasi
a. Halusinasi pendengaran
Klien mendengar suara yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata dan orang lain
tidak melihatnya. Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, terutama suara –
suara orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa
yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.

b. Halusinasi penglihatan
Klien melihat gambaran yang jelas atau samar-samar tanpa stimulus yang nyata dan
orang lain tidak melihatnya. Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam
bentuk pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama
yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
c. Halusinasi penghiduan/penciuman
Klien mencium bau yang muncul dari sumber tertentu tanpa stimulus yang nyata dan
orang lain tidak menciumnya. Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan
bau yang menjijikkan seperti : darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau
harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.

d. Halusinasi pengecapan
Klien merasa makan sesuatu yang tidak nyata, biasanya merasakan rasa makanan yang
tidak enak. Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan
menjijikkan.

e. Halusinasi perabaan
Klien merasakan sesuatu pada kulitnya tanpa stimulus yang nyata. Kar akteristik ditandai
dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh :
merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain.

(Yosep, Iyus. Keperawatan Jiwa.)

5. Komplikasi
Dampak dari perubahan sensori persepsi: halusinasi adalah:

a. Resiko perilaku kekerasan


Hal ini terjadi bahwa klien dengan halusinasi kronik cenderung untuk marah-
marah dan mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungannya.
Kerusakan interaksi sosial

b. Hal ini terjadi karena prilaku klien yang sering marah-marah dan resiko mencederai
lingkungan, maka lingkungannya akan menjauh dan mengisolasinya

6. Patofisiologi
Halusinasi terjadi mulai karena individu mempunyai koping yang tidak adekuat, mengalami
trauma, koping kelurga yang tidak efektif, hal-hal tersebut menyebabkan individu
mempunyai harga diri rendah, klien akan lebih banyak timbul depresi karena individu
tersebut tidak ingin membicarakan masalahnya dengan orang lain sehingga masalah klien
tersebut tidak terselesaikan. Dalam keadaan ini individu akan mengalami kecemasan, stress,
perasaan terpisah dan kesepian.

7. Dampak perubahan sensori persepsi terhadap kebutuhan dasar manusia.


a. Kebutuhan nutrisi
Individu dengan halusinasi pendengaran, biasanya merasa asyik dengan dunia dan
pikirannya sendiri sehingga waktu untuk makan tidak ada. Disamping itu juga bila
halusinasinya mengancam dirinya maka ia akan cenderung menolak dan menghindari
makan. Sehingga dampak yang terjadi adalah gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi.

b. Kebutuhan istirahat dan tidur


Suara halusinasi didengar secara terus-menerus dapat menyebabkan individu merasa
tidak aman, takut ataupun gelisah sehingga individu tersebut tidak mampu mengontrol
halusinasinya, hal ini dapat mengakibatkan kebutuhan istirahat tidur terganggu.

c. Perawatan diri atau personal hygiene


Individu dengan halusinasi pendengaran kadang-kadang merasa cemas, takut, gelisah
ataupun curiga sehingga hal ini menyebabkan menurunnya minat individu untuk
mengurus dirinya. Selain itu juga halusinasi dapat membuat individu asyik dengan
pikiran dan dunianya sendiri, sehingga individu menjadi kurang perhatian dan kurang
motivasi terhadap kebersihan dirinya.

d. Eliminasi
Individu dengan halusinasi pendengaran cenderung menarik diri, menyendiri dengan
duduk terpaku dengan pandangan kearah tertentu sehingga aktivitas berkurang. Hal ini
dapat menyebabkan menurunnya metabolisme tubuh dan peristaltik usus, sehingga
dapat menimbulkan konstipasi dan terjadi gangguan eliminasi.

e. Intoleransi aktivitas
Adanya rasa rendah diri menyebabkan individu menarik diri dan selalu menyendiri dan
tidak mau bergaul dan melakukan aktivitas bersama-sama dengan temannya. Disamping
itu, karena asyik dengan dunianya sendiri sehingga akan menyebabkan kurang motivasi
dalam beraktivitas.
f. Kebutuhan rasa aman
Jika halusinasinya mengancam individu maka ia cenderung akan merasa gelisah, takut
ataupun bingung. Hal ini menimbulkan rasa tidak aman pada individu.

g. Kebutuhan mencintai dan dicintai


Pada klien yang mengalami halusinasi pendengaran cenderung akan menarik diri karena
beranggapan bahwa penyebab halusinasi berasal dari proses mempelajari tingkah laku
orang lain, hubungan dengan orang lain atau pendapat orang lain tentang dirinya, maka
kebutuhan akan mencintai dan dicintai akan terganggu.

h. Komunikasi
Pada klien dengan halusinasi pendengaran cenderung akan menunjukan perilaku
inkoheren, kadang sulit untuk memulai pembicaran, hal ini akan berdampak
terganggunya komunikasi verbal.

i. Sosialisasi
Klien dengan halusinasi pendengaran cenderung bersikap masa bodoh (apatis) terhadap
lingkungan maupun terhadap dirinya, kadang-kadang pembicaraannya tidak wajar. Hal
ini akan menyebabkan klien menarik diri dari pergaulan sosial, dampaknya gangguan
interaksi sosial.

C. Rentang Respon Neurologis

Respon Adaptif Respon Maladaptif

- Pikiran logis Pikiran kadang menyimpang Kelainan pikiran/ delusi


- Persepsi akurat Ilusi Halusinasi
- Emosi konsisten Reaksi emosional berlebihan Ketidakmampuan

dengan pengalaman atau kurang untuk emosi

- Perilaku sesuai Perilaku ganjil atau taklazim


- Hubungan social Menarik diri Ketidakteraturan
isolasi

social

(Stuart, Gail Wiscarz. 1995. Buku saku keperawatan jiwa. Ed : 3. Yani S, Achir. 1998).

Respon maladaptif dari ke 5 perubahan tersebut:

1. Perubahan proses pikir


Pola klien dengan gangguan orientasi realita pola dan proses pikir kanak –kanak
klien yang terganggu pola pikirnya sehingga sukar berperilaku koheren, tindakan
cenderung berdasarkan penilaian peribadi klien terhadap reaksi yang tidak sesuai
dengan penilaian umum.
2. Perubahan terhadap persepsi
Persepsi merupakan proses pikir dan emosional terhadap objek perubahan yang
paling sering terjadi pada klien dengan gangguan orientasi realitas adalah halusinasi
dan depersonalisasi
3. Perubahan afek atau emosi
Perubahan afek terjadi karena klien berusaha membuat jarak dengan perasaan
tertentu karena jika langsung mengalami pada saat tersebut dapat menimbulkan
ansietas.
4. Perubahan motorik
Perubahan motorik dapat diobservasi pada klien dengan gangguan orientasi realita dan
sering dimanifestasikan secara eksternal baik perubahan kognitif maupun
persepsi,perubahan motorik pada klien dengan gangguan orientasi realita dapat
dimanifestasikan dengan peningkatan atau penurunan kegiatan motorik : impulsif
menerisme, otomatisme dan sterotif.

5. Perubahan sosial
Jika berhubungan sosial tidak sehat dan menimbulkan kecemasan yang meningkat maka
individu akan merasa kekosongan internal (Stuart and Sundeen, 1998).
 

3. Metode Therapy Aktifitas Kelompok


Metode yang digunakan pada therapy aktifitas kelompok (TAK) ini adalah metode:
1.      Diskusi dan tanya jawab.
2.      Melengkapi jadwal harian.
Kegiatan TAK menggunakan sistem Sesi yang dibagi menjadi lima sesi, setiap sesi
memiliki tujuan khusus yang berbeda. Pada TAK kali ini adalah melanjutkan kegiatan TAK
sebelumnya, kali ini adalah TAK untuk sesi kelima yaitu tentang program pengobatan.

4. Tujuan Therapy Aktivitas Kelompok


a. Tujuan Umum
1. Klien mampu mengenali halusinasi yang dialaminya.
2. Klien mampu mengontrol halusinasinya.
3. Klien mengikuti program pengobatan secara optimal.
b. Tujuan Khusus (Tujuan Sesi 5: Mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat)
1.      Klien memahami pentingnya patuh minum obat.
2.      Klien memahami akibat tidak patuh minum obat.
3.      Klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat.
 
5. Kriteria Anggota
Klien sebagai anggota yang mengikuti therapy aktifitas kelompok ini adalah:
a.       Klien dengan riwayat schizoprenia dengan disertai gangguan persepsi sensori;
halusinasi.
b.      Klien yang mengikuti TAK ini tidak mengalami perilaku agresif atau mengamuk,
dalam keadaan tenang.
c.       Klien dapat diajak kerjasama (cooperative).
 
6. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Therapy Aktifitas Kelompok ini dilaksanakan pada:
Hari, Tanggal          : Selasa 15 Mei 2012
Waktu                     : Pukul 08.00 WIB s.d selesai
Tempat                    : Laboratotium Wijaya Kusuma
7. Nama Klien dan Ruangan
Klien yang mengikuti kegiatan berjumlah 5 orang, sedangkan sisanya sebagai cadangan jika
klien yang ditunjuk berhalangan.
Adapun nama-nama klien yang akan mengikuti TAK serta pasien sebagai cadangan yaitu:
Klien peserta TAK:
a.      
b.     
c.      
d.     
e.      
Klien peserta TAK cadangan:
a.      
b.     
 
8. Media dan Alat
TAK kali ini tidak menggunakan alat atau media yang spesifik, penggunaan alat hanya yang
ada diruangan saja seperti:
a.       Spidol dan whiteboard / papan tulis.
b.      Jadwal kegiatan harian (jika ada yang dibuat saat TAK sebelumnya).
c.       Beberapa contoh obat.
d.      Tape recorder untuk game jika ada.
 
9. Susunan Pelaksana
Yang bertugas dalam TAK kali ini disesuaikan dengan petugas setiap Sesi yang telah
disepakati. Sebagai berikut:
a.       Leader        :
b.      Co. Leader  :
c.       Fasilitator 1 :
d.      Fasilitator 2 :
e.       Fasilitator 3 :
f.       Fasilitator 4 :
g.      Fasilitator 5 :
h.      Observer     :

10. Uraian Tugas Pelaksana


a. Leader
     Tugas:

 Memimpin jalannya therapy aktifitas kelompok.

 Merencanakan, mengontrol, dan mengatur jalannya therapy.

 Menyampaikan materi sesuai tujuan TAK.

 Memimpin diskusi kelompok.


b. Co. Leader
     Tugas:

 Membuka acara.

 Mendampingi Leader.

 Mengambil alih posisi leader jika leader bloking.

 Menyerahkan kembali posisi kepada leader.

 Menutup acara diskusi.


c. Fasilitator
            Tugas:

 Ikut serta dalam kegiatan kelompok.


 Memberikan stimulus dan motivator pada anggota kelompok untuk aktif mengikuti
jalannya therapy.
d. Observer
            Tugas:
Mencatat serta mengamati respon klien (dicatat pada format yang tersedia).
Mengawasi jalannya aktifitas kelompok dari mulai persiapan, proses, hingga
penutupan.
 
11. Mekanisme Kegiatan
1.      Persiapan
a.       Mengingatkan kontrak pada klien yang telah mengikuti sesi 4.
b.      Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2.      Orientasi
a.       Salam tarapeutik
                                                            1.      Salam dari terapis kepada klien.
                                                            2.      Terapis dank lien memakai papan nama.
b.      Evaluasi / validasi
                                                            1.      Menanyakan perasaan klien saat ini.
                                                            2.      Terapis menanyakan pengalaman klien mengontrol
halusinasi setelah menggunakan tiga cara yang telah dipelajari
(menghardik, menyibukkan diri dengan kegiatan, dan bercakap-cakap).

c.       Kontrak
                            1. Terapis menjelaskan tujuan, yaitu mengontrol halusinasi dengan patuh
minum obat.
                             2. Menjelaskan aturan main berikut:

- Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin
kepada terapis.

- Lama kegiatan 30 menit.


- Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3.      Tahap kerja
a.       Terapis menjelaskan untungnya patuh minum obat, yaitu mencegah kambuh
karena obat member perasaan tenang, dan memperlambat kambuh.
b.      Terapis menjelaskan kerugian tidak patuh minum obat, yaitu penyebab kambuh.
c.       Terapis meminta klien menyampaikan obat yang dimakan dan waktu
memakannya. Buat daftar di whiteboard.
d.      Menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar obat, benar waktu minum
obat, benar orang yang minum obat, benar dosis obat.
e.       Minta klien menyebutkan lima benar cara minum obat, secara bergiliran.
f.       Berikan pujian pada klien yang benar.
g.      Mendiskusikan perasaan klien sebelum minum obat (catat di whiteboard).
h.      Mendiskusikan perasaan klien setelah teratur minum obat (catat di whiteboard).
i.        Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah satu cara mencegah
halusinasi / kambuh.
j.        Menjelaskan akibat / kerugian tidak patuh minum obat, yaitu kejadian
halusinasi / kambuh.
k.      Minta klien menyebutkan kembali keuntungan patuh minum obat dan kerugian
tidak patuh minum obat.
l.        Member pujian tiap kali klien benar.
4.      Tahap terminasi.
a.       Evalusi
                                                            1.      Terapis menanyakan perasan klien setelah mengikuti
TAK.
                                                            2.      Terapis menanyakan jumlah cara mengontrol
halusinasi yang sudah dipelajari.
                                                            3.      Terapis memberikan pujian atas keberhasilan
kelompok.
b.      Tindak lanjut
Menganjurkan klien menggunakan empat cara mengontol halusinasi, yaitu
menghardik, melakukan kegiatan harian, bercakap-cakap, dan patuh minum obat.
c.       Kontrak yang akan datang
                                                            1.      Terapis mengakhiri sesi TAK stimulasi persepsi
untuk mengontrol halusinasi.
                                                            2.      Buat kesepakatan baru untuk TAK yang lain sesuai
dengan indikasi klien.
 

12. Evalusi dan Dokumentasi


Evaluasi
Evalusi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek
yang dievaluasi adalah kemampuan halusinasi Sesi 5, kemampuan klien yang diharapkan
adalah menyebutkan lima benar cara minum obat, keuntungan minum obat, dan akibat tidak
patuh minum obat. Gunakan formulir evaluasi yang ada.
  
Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien pada catatan proses keperawatan tiap
klien. Contoh: klien mengikuti Sesi 5 benar cara minum obat, manfaat minum obat, dan
akibat tidak patuh minum obat (kambuh). Anjurkan klien minum obat dengan cara yang
benar.
 
12. Setting Tempat
 
1.      Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2.      Ruangan nyaman
                                                                                
 Keterangan:
       Leader
       Co. Leader
       Fasilitator
       Klien
       Observer
 
13. Tata Tertib dan Program Antisipasi
a. Tata Tertib
1)      Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK.
2)      Peserta wajib hadir 5 menit sebelum acara dimulai.
3)      Peserta berpakaian rapih, bersih dan sudah mandi.
4)      Tidak diperkenankan makan, minum, merokok selama kegiatan (TAK)
berlangsung.
5)      Jika ingin mengajukan/menjawab pertanyaan, peserta mengangkat tangan kanan
dan berbicara setelah dipersilahkan oleh pemimpin.
6)      Peserta yang mengacaukan jalannya acara akan dikeluarkan.
7)      Peserta dilarang keluar sebelum acara TAK selesai.
8)      Apabila waktu TAK sesuai kesepakatan telah habis, namun Tak belum selesai,
maka pemimpin akan meminta persetujuan anggota untuk memperpanjang waktu
TAK kepada anggota.
b. Program Antisipasi
Ada beberapa langkah yanga dapat diambil dalam mengantisipasi kemungkinan yang
akan terjadi pada pelaksanaan TAK. Langkah-langkah yang diambil dalam program
antisipasi masalah adalah:
1)      Apabila ada klien yang telah bersedia untuk mengikuti TAK, namun pada saat
pelaksanaan TAK tidak bersedia, maka langkah yang diambil adalah: mempersiapkan
klien cadangan yang telah diseleksi sesuai dengan kriteria dan telah disepakati oleh
anggota kelompok lainnya.
2)      Apabila dalam pelaksanaan ada anggota kelompok yang tidak mentaati tata tertib
yang telah disepakati, maka berdasarkan kesepakatan ditegur terlebih dahulu dan bila
masih tidak cooperative maka dikeluarkan dari kegiatan.
3)      Bila ada anggota kelompok yang melakukan kekerasan, leader memberitahukan
kepada anggota TAK bahwa perilaku kekerasan tidak boleh dilakukan.
 
15. Penutup
Demikian proposal ini kami buat, atas perhatian dan dukungan serta partisipasinya dalam
kegiatan ini kami ucapkan terimakasih.

Lembar Evalusi Kemampuan Pasien


 
Sesi 5: TAK
Stimulasi persepsi: halusinasi
Kemampuan patuh minum obat untuk mencegah halusinasi
 
Menyebutkan lima Menyebutkan Menyebutkan
No Nama klien benar cara minum keuntungan minum akibat tidak patuh
obat obat minum obat
1      
2      
3      
4      
5      
6      
7      
8        
9        
10        
 
Petunjuk:
                  1.      Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
                  2.      Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan menyebutkan lima benar
cara minum obat, keuntungan minum obat, dan akibat tidak patuh minum obat. Beri
tanda (V) jika klien mampu dan beri tanda (X) jika klien tidak mampu.

Anda mungkin juga menyukai