Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA WANITA DENGAN

KANKER SERVIKS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas

Dosen Pengampu : Ns. Umi Aniroh, S.Kep. M.Kes

Oleh :

1. Latifa Karlinda 012191000


2. Susi Rohmawati 012191017

PRODI S1 KEPERAWATAN TRANSFER

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME karena berkat rahmat dan
karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang disusun untuk memenuhi
tugas Keperawatan Maternitas sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Terima kasih kami sampaikan kepada dosen bidang studi yang telah memberikan
kesempatan bagi kami untuk mengerjakan tugas makalah ini,sehingga kami menjadi lebih
mengerti dan memahami tentang materi “Asuhan Keperawatan Pada Wanita dengan Kanker
Serviks” Tak lupa kami mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada seluruh
pihak yang baik secara langsung maupun tidak langsung telah membantu dalam upaya
penyelesaian makalah ini baik mendukung secara moril dan materil.
Kami menyadari bahwa masih banyak kesalahan,kekurangan dan kehilafan dalam
makalah ini. Untuk itu saran dan kritik tetap kami harapkan demi perbaikan makalah ini
kedepan.akhir kata kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kami semua.
Terima kasih

Ungaran, April 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN................................................................................... 1
KATA PENGANTAR................................................................................. 2
DAFTAR ISI ............................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................... 4
B. Tujuan Penulisan........................................................................ 5
1. Tujuan Umum...................................................................... 5
2. Tujuan Khusus..................................................................... 5
C. Manfaat Penelitian..................................................................... 5
BAB II KONSEP PENYAKIT
A. Pengertian ................................................................................. 6
B. Etiologi....................................................................................... 6
C. Patofisiologi .............................................................................. 7
D. WOC.......................................................................................... 9
E. Manifestasi Klinis...................................................................... 10
F. Pemeriksaan Diagnostik............................................................. 11
G. Penatalaksanaan......................................................................... 12
H. Komplikasi................................................................................. 13
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian.................................................................................. 14
B. Diagnosa Keperawatan............................................................... 16
C. Intervensi.................................................................................... 12
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan.................................................................................... 22
B. Saran........................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 23

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Data Globocan menyebutkan di tahun 2018 terdapat 18,1 juta kasus baru
dengan angka kematian sebesar 9,6 juta kematian, dimana 1 dari 5 laki-laki dan 1 dari
6 perempuan di dunia mengalami kejadian kanker. Data tersebut juga menyatakan 1
dari 8 laki-laki dan 1 dari 11 perempuan, meninggal karena kanker.
Angka kejadian penyakit kanker di Indonesia (136.2/100.000 penduduk)
berada pada urutan 8 di Asia Tenggara, sedangkan di Asia urutan ke 23. Angka
kejadian tertinggi di Indonesia untuk laki laki adalah kanker paru yaitu sebesar 19,4
per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 10,9 per 100.000 penduduk, yang
diikuti dengan kanker hati sebesar 12,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata
kematian 7,6 per 100.000 penduduk. Sedangkan angka kejadian untuk perempuan
yang tertinggi adalah kanker payudara yaitu sebesar 42,1 per 100.000 penduduk
dengan rata-rata kematian 17 per 100.000 penduduk yang diikuti kanker leher rahim
sebesar 23,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 13,9 per 100.000
penduduk.
Berdasarkan data Riskesdas, prevalensi tumor/kanker di Indonesia
menunjukkan adanya peningkatan dari 1.4 per 1000 penduduk di tahun 2013 menjadi
1,79 per 1000 penduduk pada tahun 2018. Prevalensi kanker tertinggi adalah di
provinsi DI Yogyakarta 4,86 per 1000 penduduk, diikuti Sumatera Barat 2,47 79 per
1000 penduduk dan Gorontalo 2,44 per 1000 penduduk.
Untuk pencegahan dan pengendalian kanker di Indonesia, khususnya dua jenis
kanker terbanyak di Indonesia, yaitu kanker payudara dan leher rahim, pemerintah
telah melakukan berbagai upaya antara lain deteksi dini kanker payudara dan kanker
leher rahim pada perempuan usia 30-50 tahun dengan menggunakan metode
Pemeriksaan Payudara Klinis (SADANIS) untuk payudara dan Inspeksi Visual
dengan Asam Asetat (IVA) untuk leher Rahim (Kemenkes RI, 2019).
Kanker serviks merupakan penyakit kanker pada perempuan yang
mengakibatkan kematian terbanyak terutama di negara berkembang. Insiden kanker
serviks diperkirakan telah terjadi pada 500.000 wanita di seluruh dunia dan sebagian

4
besar terjadi di negara berkembang. Telah terbukti sebanyak 70% penyebab dari
kanker serviks adalah infeksi Human Papilloma Virus (HPV) yang merangsang
perubahan perilaku sel epitel serviks. Meskipun infeksi Human Papilloma Virus HPV
penyebab
lebih tinggi, namun faktor resiko lain untuk timbulnya kanker ini seperti melakukan
hubungan seksual diusia muda, melakukan hubungan seksual yang berganti-ganti
pasangan, dan perempuan perokok (Prawirohardjo, 2014).

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Makalah ini disusun bertujuan untuk memberikan gambaran tentang Asuhan
Keperawatan Pada Wanita dengan Kanker serviks
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan tentang konsep dasar Kanker serviks
b. Menjelaskan pengkajian keperawatan focus pada pasien dengan kanker
serviks.
c. Menjelaskan prioritas masalah dan diagnosa keperawatan pada pasien dengan
Kanker serviks.
d. Menjelaskan intervensi keperawatan pada pasien dengan Kanker serviks.

C. Manfaat Penulisan
Makalah disusun diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak terkait, antara
lain:
1. Bagi pasien, keluarga, dan Masyarakat
Sebagai pedoman untuk meningkatkan pengetahuan pasien, keluarga dan
masyarakat tentang Kanker serviks dan perawatannya.
2. Bagi Institusi pendidikan
Menjadi tambahan dokumentasi dalam proses belajar mengajar tentang kanker
serviks dan pemberian asuhan keperawatannya.

5
BAB II

KONSEP PENYAKIT

A. Pengertian
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim. Kanker
serviks menunjukkan adanya sel- sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel jaringan
yang tumbuh terus- menerus dan tidak terbatas pada bagian leher rahim (Ariani,
2015).
Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang telah berumur, tetapi bukti
statistik menunjukkan bahwa kanker serviks dapat juga menyerang wanita yang
berumur antara 20 sampai 30 tahun (Prawirohardjo, 2014).
Kanker serviks merupakan keganasan yang berasal dari serviks. Serviks
merupakan sepertiga bagian bawah uterus, berbentuk silindris, menonjol dan
berhubungan dengan vagina melalui ostium uteri eksternum (Kemenkes RI).

B. Etiologi
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui, namun ada beberapa faktor
resiko tertentu yang lebih besar kemungkinannya untuk menderita kanker serviks
menurut Ariani (2015) dan Diananda (2008) sebagai berikut :
1. Usia
Perempuan yang rawan mengidap kanker serviks adalah mereka yang berusia
35-50 tahun, terutama yang telah aktif secara seksual sebelum usia 16 tahun.
Hubungan seksual pada usia terlalu dini bisa meningkatkan resiko terserang kanker
serviks sebesar dua kali dibanding perempuan yang melakukan hubungan seksual
setelah usia 20 tahun.
2. Sering berganti pasangan
Semakin banyak berganti-ganti pasangan maka tertularnya infeksi HPV juga
semakin tinggi. Hal ini disebabkan terpaparnya sel-sel mulut rahim yang
mempuanyai pH tertentu dengan sperma-sperma yang mempunyai pH yang

6
berbeda-beda pada multi-patner sehingga dapat merangsang terjadinya perubahan
ke arah dysplasia.

3. Merokok
Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah serviks 56 kali lebih
tinggi dibandingkan didalam serum, efek langsung bahan tersebut pada serviks
adalah menurunkan status imun lokal sehingga dapat menjadi kokarsinogen infeksi
virus.
4. Hygenie dan sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kanker serviks pada wanita yang
pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene
penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma.
5. Status social ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah dan
kemungkinan faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan
kebersihan perorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas
dan kualitas makanan kurang hal ini yang mempengaruhi imunitas tubuh.
6. Terpapar virus
Human immunodeficiency virus (HIV) atau penyebab AIDS merusak sistem
kekebalan tubuh pada perempuan. Hal ini dapat menjelaskan peningkatan risiko
kanker serviks bagi perempuan dengan AIDS. Para ilmuwan percaya bahwa sistem
kekebalan tubuh adalah penting dalam menghancurkan sel-sel kanker dan
memperlambat pertumbuhan serta penyebaran. Pada perempuan HIV, kanker pra
serviks bisa berkembang menjadi kanker yang invasif lebih cepat dari biasanya.
7. Factor genetic
Terjadinya mutasi sel pada sel epitel skuamosa serviks yang menyebabkan
terjadinya kanker serviks pada wanita dan dapat diturunkan melalui kombinasi
genetik dari orang tua ke anaknya.

C. Patofisiologi
Karsinoma sel skuamosa biasanya muncul pada taut epitel skuamosa dan
epitel kubus mukosa endoserviks (persambungan skuamokolumnar atau zona
transformasi). Pada zona transformasi serviks memperlihatkan tidak normalnya sel

7
progresif yang akhirnya berakhir sebagai karsinoma servikal invasif. Displasia
servikal dan karsinoma in situ (HSIL) mendahului karsinoma invasif. Karsinoma
seviks invasif terjadi bila tumor menginvasi epitelium masuk ke dalam stroma serviks.
Kanker servikal menyebar luas secara langsung ke dalam jaringan para servikal.
Pertumbuhan yang berlangsung mengakibatkan lesi yang dapat dilihat dan terlibat
lebih progresif pada jaringan servikal. Karsinoma servikal invasif dapat menginvasi
atau meluas ke dinding vagina, ligamentum kardinale dan rongga endometrium, invasi
ke kelenjar getah bening dan pembuluh darah mengakibatkan metastase ke bagian
tubuh yang jauh.
Tidak ada tanda atau gejala yang spesifik untuk kanker servik. Karsinoma
servikal invasif tidak memilki gejala, namun karsinoma invasif dini dapat
menyebabkan sekret vagina atau perdarahan vagina. Walaupun perdaraha adalah
gejala yang signifikan, perdarahan tidak selalu muncul pada saat awal, sehingga
kanker dapat sudah dalam keadaan lanjut pada saat didiagnosis. Jenis perdarahan
vagina yang paling sering adalah pasca coitus atau bercak antara menstruasi.
Bersamaan dengan tumbuhnya tumor, gejala yang muncul kemudian adalah nyeri
punggung bagian bawah atau nyeri tungkai akibat penekanan saraf lumbosakralis,
frekuensi berkemih yang sering dan mendesak, hematuri atau perdarahan rektum
(Price & Wilson, 2012).
Pada pengobatan kanker serviks sendiri akan mengalami beberapa efek
samping antara lain mual, muntah, sulit menelan, bagi saluran pencernaan terjadi
diare gastritis, sulit membuka mulut, sariawan, penurunan nafsu makan ( biasa
terdapat pada terapi eksternal radiasi ). Efek samping tersebut menimbulkan masalah
keperawatan yaitu nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Sedangkan efek dari radiasi
bagi kulit yaitu menyebabkan kulit merah dan kering sehingga akan timbul masalah
keperawatan resiko tinggi kerusakan integritas kulit. Semua tadi akan berdampak
buruk bagi tubuh yang menyebabkan kelemahan atau kelemahan sehingga daya tahan
tubuh berkurang dan resiko injury pun akan muncul. Tidak sedikit pula pasien dengan
diagnosa positif kanker serviks ini merasa cemas akan penyakit yang dideritanya.
Kecemasan tersebut bias dikarenakan dengan kurangnya pengetahuan tentang
penyakit, ancaman status kesehatan dan mitos dimasyarakat bahwa kanker tidak dapat
diobati dan selalu dihubungkan dengan kematian (Aspiani, 2017).

8
9
D. WOC

Nyeri Akut Penekanan Sistem CA SERVIKS


Saraf Pusat
Penatalaksanaan

Pembedahan Radiasi Kemoterapi

Sistem Hematologi & Sistem Integumen Sistem Reproduksi


Sistem Pencernaan
Sistem Imun
Vagina kering
Pe naik asam Kejang otot Rusaknya
lambung perut Penurunan Hb Penurunan & naik folikel rambut
nya leukosit Disfungsi Perubahan
Kerontokan Seksual fungsi tubuh
Nyeri di perut Anemia
Mual muntah rambut
Penurunan
Diare kekebalan tubuh
Mudah lemas Ansietas
Nafsu makan Gangguan
dan lelah
menurun Citra tubuh
Dehidrasi Mudah terkanan
Berat infeksi
Defisit Nutrisi
Hipovolemia Resiko Infeksi

Kenaikan Suhu
Hipertermi
Tubuh

10
E. Manifestasi Klinis
Menurut Smeltzer (2017), manifestasi klinis kanker serviks antara lain :
1. Kanker serviks biasanya tidak brgejala, ketika trdapat rabas, perdarahan tidak
teratur, atau nyeri atau perdarahan setelah berhubungan seksual, penyakit
mungkin telah lanjut
2. Rabas vagina secara bertahap meningkatkan jumlahnya, menjadai berair dan
akhirnya berwarna gelap dan berbau busuk karena nekrosis dan infeksi tumor
3. Perdarahan terjadi pada interval yang tidak teratur di antara periode menstruasi
atau setelah menopause, mungkin sedikit (cukup untuk menodai pakaian dalam),
dan biasanya diperhatikan terjadi setelah trauma ringan (hubungan seksual
douching atau defekasi). Ketika penyakit berlanjut, perdarahan dapat menetap dan
meningkat
4. Nyeri pada tungkai, dysuria, perdarahan rectum, dan edema pada ekstremitas
menandai penyakit yang telah lanjut
5. Keterlibatan saraf, menyebabkan nyeri hebat di punggung dan kaki, terjadi ketika
kanker telah lanjut dan jaringan di luar serviks terinvasi, termasuk fundus dan
kelenjar limfe di bagian depan sacrum
6. Emasiasi ekstrem dan anemia dan pembentukan fistula dapat terjadi di stadium
akhir.

Stadim kanker serviks menurut (Reeder, Martin & Koniak-Griffin, 2013)


meliputi :

1. Stadium 0 : karsinoma in situ, karsinoma intarepitel


2. Stadium 1 : karsinoma yang sangat terbatas pada daerah serviks
 Stadium IA : Karsinoma mikroinvasif (invasi stroma awal)
 Stadium IB : Semua kasus lain dalam stadium 1 (kanker okulta = occ)
3. Stadium II : Karsinoma meluas keluar daerah serviks, tetapi belum mencapai
dinding panggul. Karsinoma ini meluas kedaerah vagina, tetapi tidak mencapai
sepertiga bagian bawah vagina.
 Stadium IIA : Perluasan ke daerah parametrium belum jelas
 Stadium IIB : Perluasan ke daerah parametrium jelas

11
4. Stadium III : Karsinoma meluas ke dinding panggul. Pada pemeriksaan rectum,
tidak ada daerah bebas kanker di antara tumor dan dinding panggul, tumor
mencapai sepertiga bawah vagian
 Stadium IIIA : Tidak ada perluasan ke dinding panggul
 Stadium IIIB : Meluas ke dinding panggul atau ke ginjal yang mengalami
hidronefrosis atau tidak berfungsi
5. Stadium IV : Kanker meluas ke dinding panggul atau hidronefrosis atau
nonfungsional ginjal. Karsinoma meluas keluar dari pelvis minor atau secara
klinis telah meluas ke mukosa kandung kemih tau rectum.
 Stadium IVA : Karsinoma meluas ke organ-organ dekat
 Stadium IVB : Karsinoma meluas ke organ-organ jauh.

F. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan klinik ini meliputi:
1. Tes IVA
IVA (inspeksi visual asam asetat) merupakan metode pemeriksaan yang paling
mudah, murah, mampu dilakukan di Indonesia. Pemeriksaan leher rahim ini
tersedia di semua puskesmas dan bisa digunakan sebagai pendeteksi pertama.
2. Papsmear
Tes ini dilakukan dengan pengambilan contoh sel dari lapisan epitel serviks,
yang akan tampak tidak normal bila terjadi perubahan karena infeksi HPV.
Terdapat dua jenis papsmear yaitu konvensional dan thinprep.
3. Tes DNA HPV
Pemeriksaan molekuler ini memiliki tingkat akurasi sampai dengan 99 persen.
4. kolposkopi
Pemeriksaan ini menggunakan alat yang dilengkapi lensa pembesar semacam
mikroskop untuk mengamati bagian yang terinfeksi.Jika memang ditemukan
jaringan yang terinfeksi, maka biopsi terarah (pengambilan sejumlah kecil
jaringan tubuh) dapat dilakukan dengan menggunakan alat ini.
5. Biopsi serviks
Apabila ditemukan lesi prekusor seperti lesi intra epitel skuamosa tingkat
rendah dan tinggi.

12
6. Sistoskopi dan rektoskopi, dilakukan hanya pada kasusu dengan stadium 2 atau
lebih.
7. USG
8. BNO -IVP
9. Foto toraks dan bone scan
10. CT scan atau MRI
11. Konisasi (pengangkatan bagian yang berbentuk kerucut dari serviks).

G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Keperawatan
Tindakan keperawatan pada pasien dengan kanker serviks sesuai dengan
masalah dan gejala yang dikeluhkan oleh pasien. Beberapa diantaranya adalah:
a. Pengkajian dan manajemen nyeri
b. Rehabilitasi, mobilisasi dini untuk pencegahan komplikasi
c. Reduksi ansietas
d. Pemenuhan kebutuhan dasar
e. Meningkatkan kualitas hidup dengan memperbaiki kemampuan aktivitas
fungsional.
2. Penatalaksanaan Medis
Penyakit mungkin diberi peringkat/ stadium (biasanya menggunakan sistem
TNM) untuk memperkirakan luas penyakit sehingga terapi dapat direncanakan
secara lebih spesifik dan dapat diprediksi.
a. Terapi konservatif mencakup pemantauan, krioterapi (membekukan dengan
menggunakan nitrogen oksida), terapi laser, LEEP (loop electrosurgical
exicision procedur), atau konisasi (pengangkatan bagian serviks yang
berbentuk kerucut)
b. Histerektomi sederhana jika kanker serviks prainvasif (karsinoma in situ)
terjadi ketika seorang wanita teah selesai melahirkan. Trakelektomi radikal
adalah pilihan alternative selain histerektomi
c. Untuk kanker invasive, pembedahan, radiasi (berkas eksternal atau
brakiterapi) agen berbasis platinum atau kombinasi pendekatan ini dapat
digunakan
d. Untuk kanker kambuhan, exenteration (pengangkatan organ) panggul
dipertimbangkan (Smeltzer, 2017).

13
H. Komplikasi
1. Perdarahan
2. Trombosis vena dalam
3. Disfungsi kandung kemih
4. Infeksi (Smeltzer, 2017).

14
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
Nama , tempat/tanggal lahir, umur, jenis kelamin, , agama, alamat,
pendidikan, pekerjaan, asal suku bangsa, tanggal masuk rumah sakit, nomer
medical record.
1. Identitas Penanggung Jawab
Meliputi nama, umur, pekerjaan dan hubungan dengan pasien.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Biasaya pasien datang kerumah sakit dengan keluhan seperti
pendarahan intra servikal dan disertai keputihan yang menyerupai air dan
berbau (Padila, 2015). Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya
datang dengan keluhan mual muntah yang berlebihan, tidak nafsu makan,
anemia.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Menurut Diananda (2008) biasanya pasien pada stadium awal tidak
merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium
3 dan 4 timbul keluhan seperti keputihan yang berbau busuk, perdarahan
setelah melakukan hubungan seksual, rasa nyeri disekitar vagina, nyeri pada
panggul. Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami
keluhan mual muntah yang berlebihan, tidak nafsu makan, dan anemia.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya pada pasien kanker serviks memiliki riwayat kesehatan
dahulu seperti riwayat penyakit keputihan, riwayat penyakit HIV/AIDS
(Ariani, 2015). Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya ada
riwayat penyakit keputihan dan riwayat penyakit HIV/AIDS.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga

15
Biasanya riwayat keluarga adalah salah satu faktor yang paling
mempengaruhi karena kanker bisa dipengaruhi oleh kelainan genetika.
Keluraga yang memiliki riwayat kanker didalam keluarganya lebih berisiko
tinggi terkena kanker dari pada keluraga yang tidak ada riwayat didalam
keluarganya (Diananda, 2008).
3. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Haid
Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab kanker
serviks tidak pernah ditemukan sebelumnya menarche dan mengalami atropi
pada masa menopose. Siklus menstruasi yang tidak teratur atau terjadi
pendarahan diantara siklus haid adalah salah tanda gejala kanker serviks.
b. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Jumlah kehamilan dan anak yang hidup karna kanker serviks terbanyak
pada wanita yang sering partus, semakin sering partus semakin besar
kemungkinan resiko mendapatkan karsinoma serviks (Aspiani, 2017).
4. Riwayat Psikososial
Biasanya tentang penerimaan pasien terhadap penyakitnya serta harapan
terhadap pengobatan yang akan dijalani, hubungan dengan suami/keluarga
terhadap pasien dari sumber keuangan. Konsep diri pasien meliputi gambaran diri
peran dan identitas. Kaji juga ekspresi wajah pasien yang murung atau sedih serta
keluhan pasien yang merasa tidak berguna atau menyusahkan orang lain (Reeder,
dkk, 2013). Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami
keluhan cemas dan ketakutan.
5. Pemeriksaan Fisik
Meliputi, keadaan umum, mata, kepala, leher, thoraxs, abdomen, genetalia dan
ekstremitas.
6. Pemeriksaan Hematologi
Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi mengalami anemia
karna penurunan Haemoglobin. Nilai normalnya Haemoglobin wanita (12-16
gr/dl).

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisiologis (D.0077)
2. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri (D.0080)

16
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
(D.0019)
4. Hypovolemia berhubungan dengan kekurangan intake cairan (D.0023)
5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh (D.0083)
6. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (D.0130)
7. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer
(D.0142)

C. Intervensi

No Diagnosa Kriteria dan Hasil Intervensi


1 Nyeri Akut SLKI: SIKI :
(D. 0077) Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I.08238)
Tujuan: Definisi:
Kategori: Psikologis Setelah dilakukan tindakan Mengidentifikasi dan mengelola
Subkategori : Nyeri dan keperawatan selama 1x 24 pengalaman sensorik atau
Kenyamanan jam tingkat nyeri berkurang emosional
dengan Kriteria Hasil : yang berkaitan dengan kerusakan
Definisi: 1. Keluhan nyeri menurun jaringan actual atau fungsional
Pengalaman sensorik atau 2. Gelisah menurun
emosional yang berkaitan 3. Ekspresi meringis Tindakan:
dengan kerusakan jaringan Observasi
menurun
actual atau fungsional 1. Identifikasi lokasi,
4. Frekuensi nadi membaik
karakteristik, durasi,
Penyebab: (80-100x/mnt)
frekuensi, kualitas, intensitas
Agen fisik (prosedur
nyeri
invasif)
Agen Biologis (kontraksi 2. Identifikasi skala nyeri
uterus, irritable uterus) 3. Identifikasi respon nyeri non
verbal
Gejala dan tanda mayor: 4. Identifikasi factor yang
Subjektif memperberat dan menurunkan
Mengeluh Nyeri nyeri
Objektif
Tampak meringis
Terapeutik:
Frek nadi meningkat
1. Berikan terapi
Gelisah
Bersikap protektif nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri (mis. Pijat,
aromaterapi, terapi bermain,
kompres hangat/dingin)
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat nyeri (mis.
Suhu, pencahayaan, bising)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur

17
Edukasi
1. Jelaskan penyebab dan pemicu
nyeri
2. Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi nyeri
3. Ajarkan monitor nyeri secara
mandiri

Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian analgetik

2 Ansietas (D.0080) SLKI: SIKI :


Tingkat Ansietas (L.09093) Reduksi Ansietas (I.09314)
Kategori: Psikologis Tujuan: Definisi:
Subkategori : Integritas Setelah dilakukan tindakan Meminimalkan kondisi individu
Ego keperawatan selama 1x 24 dan pengalaman subjektif
jam tingkat kecemasan terhadap objek yang tidak jelass
Definisi: berkurang dengan Kriteria dan spesifik akibat antisipasi
Kondisi emosi dan Hasil : bahaya yang memungkinkan
pengalaman subyektif 1. Verbalisasi khawatir individu melakukan tindakan
individu terhadap objek menurun untuk menghadapi ancaman
yang tidak jelas dan 2. Verbalisasi kebingungan
spesifik akibat antisipasi Tindakan:
menurun
bahaya yang Observasi
memungkinkan individu 3. Perilaku tegang menurun 1. Monitor tanda-tanda ansietas
melakukan tindakan untuk 2. Identifikasi kemampuan
menghadapi ancaman mengambil keputusan (orang
tua)
Penyebab:
- Krisis situasional
Terapeutik:
- Kurang terpapar
1. Ciptakan suasana terapeutik
informasi
untuk menumbuhkan
kepercayaan
Gejala dan tanda mayor:
Subjektif 2. Temani pasien untuk
- Merasa bingung mengurangi kecemasan
- Merasa khawatir 3. Dengarkan dengan penuh
dengan akibat dari perhatian
kondisi yang dihadapi 4. Diskusikan perencanaan
Objektif realistis tentang peristiwa
Tampak gelisah yang akan dating (mis.
Tampak tegang Pembedahan dan perawatan
selanjutnya dirumah)
Gejala tanda minor:
Subjektif
Edukasi

18
- Anoreksia 1. Informasikan secara factual
- Palpitasi mengenai diagnosis,
pengobatan dan prognosis
Objektif 2. Latih teknik relaksasi, misal
- Frek nadi dan nafas nafas dalam
meningkat
- TD meningkat
Kolaborasi:
- Suara bergetar
Kolaborasi pemberian obat
antiantietas, jika perlu
3 Defisit Nutrisi (D.0019) SLKI : Status Nutrisi SIKI : Manajemen Nutrisi
Kategori : fisiologis (L.03030) (I.03119)
Subkategori : nutrisi dan Setelah dilakukan tindakan Definisi : mengidentifikasi dan
cairan keperawatan selama 1x 24 mengelola asupan nutrisi yang
jam diharapkan defisit nutrisi seimbang
dapat teratasi dengan kriteria
Definisi :
hasil :
Asupan nutrisi tidak cukup 1. Nafsu makan Tindakan
untuk memnuhi kebutuhan membaik Observasi :
metabolism 2. Mukosa bibir lembab 1. Identifikasi status nutrisi
3. Bising usus normal 2. Monitor asupan nutrisi
Penyebab : 4. Porsi makan membaik 3. Monitor berat badan
Ketidakmampuan menelan 4. Monitor hasil pemeriksaan
makanan, laboratorium
ketidakmampuan
mencerna makanan, Terapeutik :
ketidakmampuan 1. Sajikan makanan yang
mengabsorbsi makanan, menarik dan suhu yang
peningkatan kebutuhan sesuai
metabolism 2. Berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah
Gejala dan tanda mayor : konstipasi
Berat badan menurun 3. Berikan makanan tinggi
minimal 10% dibawah kalori dan tinggi protein
rentang ideal
Edukasi
Gejala dan tanda minor : 1. Anjurkan posisi duduk jika
Bising usus hiperaktif, mampu
membrane mukosa pucat,
diare Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
Kondisi klinis terkait : menentukan jumlah kalori dan
infeksi jenis nutrient yang dibutuhkan,
jika perlu
4 Hipovolemia (D.0023) SLKI : Status cairan SIKI : Manajemen Hipovolemia

19
Kategori : Fisiologi (L.03028) (I.03115)
Subkategori : Nutrisi dan Setelah dilakukan tindakan Definisi : mengidentifikasi dan
Cairan keperawatan selama 1x 24 mengelola penurunan volume
jam diharapkan hipovolemia cairan intravaskuler.
Definisi : dapat teratasi dengan kriteria
Penurunan volume cairan hasil : Tindakan :
intravascular, interstitial 1. Output urin Observasi
dan atau intraselular meningkat 1. Periksa tanda dan gejala
2. Kekuatan nadi hypovolemia (mis,
Penyebab : kehilangan frekuensi nadi meningkat,
meningkat
cairan aktif, kekurangan
3. Frekuensi nadi nadi teraba lemah, TD
intake cairan
membaik menurun, TD menyempit,
Gejala dan tanda mayor : 4. Tekanan darah turgor kulit turun,
Frekuensi nadi meningkat, membaik membrane mukosa kering,
nadi teraba lemah, tekanan 5. Membrane mukosa voume urin menurun,
darah menurun, turgor membaik hematocrit meningkat,
kulit menurun haus, lemah)
2. Monitor intake dan output
Gejala dan tanda minor :
Merasa lemah, mengeluh cairan

haus Terapeutik
1. Hitung kebutuhan cairan
2. Berikan posisi modified
Trendelenburg
3. Berikan asupan cairan oral

Edukasi
1. Anjurkan memperbanyak
cairan oral
2. Anjurkan menghindari
perubahan posisi
mendadak

Kolaborasi
Kolaborasi pemberian IV isotonis
5 Gangguan Citra Tubuh SLKI: SIKI :
(D.0083) Harga Diri (L.09069) Promosi Citra Tubuh (I.09305)

Kategori: psikologis Tujuan: Definisi:


Subkategori : Integritas Setelah dilakukan tindakan Meningkatkan perbaikan
Ego keperawatan selama 1x 24 perubahan persepsi terhadap fisik
jam perasaan positif terhadap pasien
Definisi: diri sendiri meningkat dengan
Perubahan persepsi Kriteria Hasil : Tindakan:
tentang penampilan, 1. Penilaian diri positif Observasi
struktur dan fungsi fisik 2. Perasaan malu menurun 1. Identifikasi harapan citra
individu 3. Perasaan bersalah tubuh pasien berdasarkan

20
Penyebab: menurun tahap perkembangan
- Perubahan struktur dan 2. Identifikasi perubahan citra
fungsi tubuh tubuh dari pasien yang
- Efek tindakan mengakibatkan isolasi social
pembedahan pasien maupun orang tua

Gejala dan tanda mayor: Terapeutik:


Subjektif 1. Diskusikan perubahan tubuh
Mengungkapkan dan fungsinya
2. Diskusikan persepsi pasien
dan orang tua tentang
perubahan citra tubuh

Edukasi
1. Jelaskan pada keluarga tentang
perawatan perubahan citra
tubuh
2. Anjurkan mengikuti kelompok
pendukung

Kolaborasi:
-
6 Risiko infeksi SLKI: SIKI :
(D.0142) Tingkat Infeksi (L.14137) Pencegahan Infeksi (I.14539)
Tujuan: Definisi:
Kategori: Lingkungan Setelah dilakukan tindakan Mengidentifikasi dan menurunkan
Subkategori : Keamanan keperawatan selama 1x 24 resiko terserang organisme
& proteksi jam pasien tidak mengalami patogenik
infeksi dengan Kriteria
Definisi: Hasil : Tindakan:
Beresiko mengalami 1. Demam menurun Observasi
peningkatan terserang  36,5°C- 37,5°C 1. Monitor tanda dan gejala
organisme patogenik 2. kadar sel darah putih infeksi local dan sistemik
membaik
Factor resiko: Terapeutik:
1. Efek prosedur invasive Dewasa 4000-
10.000/mm3 1. Batasi jumlah pengunjung
2. Peningkatan paparan 2. Berikan perawatan kulit pada
3. Bengkak dan nyeri sekitar
organisme patogen luka menurun area edema
lingkungan 3. Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien
4. Pertahankan teknik aseptic
pada pasien berisiko tinggi

Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala

21
infeksi
2. Ajarkan mencuci tangan
dengan benar
3. Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luko operasi
4. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan dan nutrisi

Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian terapi salep
dan antibiotic bila perlu
7 Hipertermi (D.0130) SLKI : Termoregulasi SIKI : Manajemen Hipertermia
Kategori : Lingkungan (L.14134) (I.15506)
Subkategori : Keamanan Setelah dilakukan tindakan Definisi : mengidentifikasi dan
dan Proteksi keperawatan selama 1x 24 mengelola peningkatan suhu
jam diharapkan hipertermi tubuh akibat disfungsi
dapat teratasi dengan kriteria
Definisi : termoregulasi.
hasil :
Suhu tubuh meningkat di 1.Suhu tubuh menurun
atas rentang normal tubuh 2.Kondisi menggigil Tindakan
menurun Observasi
Penyebab : proses 3.Kulit tidak merah 1. Identifikasi penyebab
penyakit (infeksi), hipertermia
dehidrasi, terpapar 2. Monitor suhu tubuh
lingkungan panas, 3. Monitor kadar elektrolit
peningkatan laju
metabolisme Terapeutik
1. Longgarkan pakaian
Gejala dan tanda mayor : 2. Berikan cairan oral
suhu tubuh diatas nilai 3. Hindari pemberian
normal antipiretik atau aspirin
4. Berikan oksigen, jika perlu
Gejala dan tanda minor :
kulit merah, kejang, Edukasi
takikardi, takipnea, kulit Anjurkan tirah baring
terasa hangat
Kolaborasi
Kondisi klinis terkait : Kolaborasi pemberian cairan dan
proses infeksi, dehidrasi elektrolit intravena, jika perlu
Tim Pokja SDKI DPP Tim Pokja SLKI DPP PPNI Tim Pokja SIKI DPP PPNI
PPNI

22
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim. Kanker
serviks menunjukkan adanya sel- sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel jaringan yang
tumbuh terus- menerus dan tidak terbatas pada bagian leher Rahim. Kanker ini biasanya
terjadi pada wanita yang telah berumur, tetapi bukti statistik menunjukkan bahwa kanker
serviks dapat juga menyerang wanita yang berumur antara 20 sampai 30 tahun. Penyebab
kanker serviks belum jelas diketahui, namun ada beberapa faktor resiko tertentu yang
lebih besar kemungkinannya untuk menderita kanker serviks seperti usia, sering berganti
pasangan, merokok, terpapar virus dan factor genetic. Kanker serviks biasanya tidak
brgejala, ketika trdapat rabas, perdarahan tidak teratur, atau nyeri atau perdarahan setelah
berhubungan seksual, penyakit mungkin telah lanjut

B. Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca, dan pengetahuan tentang Asuhan
keperawatan pasien dengan Ca Serviks dapat bertambah. Adapun kritik dan saran yang
sifatnya membangun sangat diharapkan demi perbaikan penulisan yang akan datang.

23
DAFTAR PUSTAKA

Ariani, S. (2015). Stop Kanker. Yogyakarta : Istana Media Grup

Aspiani, R. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Aplikasi Nanda Nic Noc. Jakarta : CV
Trans Info Media
Diananda, R. (2008). Mengenal Seluk Beluk Kanker. Jogjakarta : Katahari

Kemenkes RI. PPK Serviks. http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PPKServiks.pdf diunduh


pada tanggal 16 April 2020 jam 16.30 WIB
Retder, J Sharon., Martin Loinide L & Griffin- D Koniak. (2013). Keperawatan Maaternitas,
Kesehatan Wanita, Bayi & Keluarga, Ed 18 Vol 1. Jakarta : EGC
Smeltzer., Susan C. (2017) Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 12.
Jakarta : EGC

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Indikator Diagmostik (1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan (1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan (1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

24

Anda mungkin juga menyukai